Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

Judul : Tegangan Permukaan 2

Tujuan :

 Menentukan tegangan permukaan dengan metode tekanan


maksimum gelembung dan kenaikan kapiler
 Menentukan tegangan permukaan suatu cairan
 Mengetahui persamaan untuk mengetahui tegangan
permukaan dengan metode tekanan maksimum gelembung
 Menentukan suhu tegangan
 Membiasakan diri dengan konsep dan pengukuran tegangan
muka.
Teori Dasar:

1. Tegangan Permukaan dan Tenaga Permukaan

Molekul-molekul zat cair di bagian permukaan mempunyai kohesi lebih besar


dibandingkan dengan bagian dalam. Gaya tarik dengan molekul-molekul di udara
di atasnya relatif amat kecil. Hal ini menyebabkan sifat istimewa pada permukaan
zat cair, yaitu terdapat tegangan permukaan atau tegangan bidang atas.

Tegangan permukaan H (lebih tepat disebut koefisien tegangan permukaan)


merupakan resultan gaya kohesi pada molekul-molekul lapisan permukaan tiap
satuan panjang. Satuan dari H adalah dyne/cm dan N/m.

Untuk membawa molekul zat cair dari bagian dalam ke permukaan diperlukan
usaha melawan gaya kohesi permukaan zat cair diperlukan suatu usaha. Usaha
yang diperlukan untuk menambah luas permukaan tiap satuan luas disebut tenaga
permukaan. Tenaga permukaan ini juga diberi simbol H, satuanya erg/cm2 dan
Joule/m2.Besarnya tenaga permukaan sama dengan besamya tegangan
permukaan, hanya satuannya yang berbeda.
2. Tekanan Pada Permukaan Lengkung

Pada permukaan zat cair (bidang batas) yang lengkung ada tambahan tekanan
yang berasal dari tegangan pemukaan H. Untuk permukaan lengkung, tekanan
permukaan dirumuskan:

1 1
P = K + H[r1 + 𝑟2]

dimana K adalah tekanan kohesi, r1 dan r2 sama dengan jari-jari kedua


kelengkungan utamanya. Harga r positif bila permukaannya cembung. Untuk P
yang positif, berarti tekanannya menuju ke dalam cairan.

Jika gaya reaksi dari cairan sendiri adalah P', arahnya berlawanan dengan P, maka
P nettonya adalah

1 1
Pnetto=P - K – H[r1 + 𝑟2]

Untuk permukaan bola berjari-jari r (r1 =r2=r), persamaan di atas menjadi:

2𝐻
Pnetto=P - K – 𝑟

Jelaslah mengapa tekanan gelembung udara di dalam zat cair makin besar jika
jari-jarinya makin kecil.

3. Sudut kontak, Meniskus dan Kenaikan Kapiler.

Jika gaya kohesi cairan lebih besar dibandingkan gaya adhesi molekul-
molekul cairan dengan dinding, maka permukaan akan setimbang bila sudut
antara permukaan cairan dengan dinding disebut tumpul. Sudut antara permukaan
cairan dengan dinding ini disebut sudut kontak. Jika sudut kontak tumpul,
peristiwa ini disebut meniskus cembung. Sebaliknya jika gaya kohesi cairan lebih
kecil dibandingkan dengan gaya adhesi, maka sudut kontaknya runcing, dan
peristiwa ini disebut meniskus cekung. Untuk zat cair yang sudut kontaknya
tumpul dikatakan tak membasahi dinding.
Jika sebuah pipa kapiler ujungnya dicelupkan kedalam zat cair yang membasahi
dinding, maka zat cair akan naik setinggi h, dan dapat dibuktikan bahwa:

2𝐻 cos 𝜃
h=
𝜌𝑔𝑟

 = sudut kontak
 = massa jenis cairan
g = percepatan grafitasitas

Teori Tambahan :

Tegangan permukaan didefinisikan sebagai kerja yang dilakukan dalam


memperluas permukaan cairan dengan satu satuan luas. Satuan untuk tegangan
permukaan (γ adalah j/m2atau dyne/cm atau N/m. Metode yang paling umum
untuk mengukur tegangan permukaan adalah kenaikan atau penurunan cairan
dalam pipa kapiler, yaitu:
γ = d r g l/ 2
dimana d adalah kerapatan cairan, r adalah jari-jari kapiler, g adalah konstanta
gravitasi, λ adalah panjang cairan yang akan ditekan atau akan naik 1
Sejumlah observasi umum menunjukkan bahwa permukaan zat cair
berperilaku seperti membran yang terenggang karena tegangan. Sebagai contoh,
setetes air di ujung kran yang menetes, atau tergantung pada dahan, membuat

1
Dogra, S. K. dan Dogra, S. (1990) : Kimia Fisik dan Soal-soal, Universitas Indonesia.
bentuk yang hampir bulat seperti balon kecil yang berisi air. Istilah permukaan
biasanya dipakai bila membicarakan suatu antarmuka gas/cair. Walaupun istilah
ini akan dipakai dalam penentuan tegangan permukaan. Karena setiap zat, apabila
itu bakteri, sel, koloid, dan manusia mempunyai suatu antar muka pada batas
sekelilingnya, maka pada topik ini memang penting. Tegangan permukaan adalah
gaya persatuan panjang yang terdapat antarmuka dua fase cair yang tidak
bercampur, sedangkan tegangan permukaan adalah gaya persatuan panjang bias
juga digambarkan dengan suatu rangka kawat tiga sisi diaman suatu bidang datar
bergerak diletakkan2
Pengaruh konsentrasi zat terlarut (solut) suatu larutan biner mempunyai
pengaruh terhadap sifat-sifat larutan termasuk tegangan muka dan adsorbsi pada
permukaan larutan. Telah diamati bahwa solut yang ditambahkan kedalam larutan
akan menurunkan tegangan muka, karena mempunyai konsentrasi dipermukaan
yang lebih besar daripada didalam larutan. Sebaliknya, solut yang penambahannya
kedalam larutan menaikkan tegangan muka mempunyai konsentrasi dipermukaan
yang lebih kecil daripada didalam larutan.Untuk larutan ideal, π = C.R.T dan
dπ/dC = R.T diamana R dan T adalah tetapan gas umum dan temperatur kelvin
penggabungan seluruh persamaan didapatkan :3

−1.𝑑ᵧ
μ = 𝑅.𝑇.𝑑𝑙𝑛𝐶

Molekul-molekul cairan bagian dalam ditarik oleh molekul-molekul lain


ke segala arah, tetapi molekul-molekul pada permukaan cairan hanya ditarik ke
arah dalam. Akibat dari hal ini, cairan selalu ingin memiliki permukaan terkecil
atau cairan selalu ingin mengkerut. Misalnya tetesan cairan selalu berbentuk bulat.
Berhubung dengan hal ini, bila cairan diperluas, ada gaya menahan, seakan-akan
permukaan cairan mempunyai tegangan. Gaya tarik menarik antar molekul-
molekul yang sejenis disebut kohesi, sedangkan gaya tarik antara molekul yang
tidak sejenis disebut adhesi.

2
Giancoli, Douglas, FISIKA edisi kelima, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 2001.
3
Ansel, H.C., 1985, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, 112-155, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Edisi Keempat, UI Press, Jakarta.
Molekul-molekul air dan gelas mempunyai adhesi yang besar, hinnga air
dapat membasahi gelas. Sebaliknya, adhesi antara air raksa dengan gelas kecil
sekali, hingga air raksa tidak dapat membasahi gelas 4.
Semua fenomena menunjukkan bahwa permukaan zat cair dapat dianggap
sebagai dalam keadaan tegang, demikian pula sehingga ditinjau setiap garis di
dalam atau yang membatasi permukaannya, maka zat-zat di kedua sisi garis
tersebut saling tarik-menarik5.
Sepotong kawat dibengkokkan menjadi berbentuk U dan sepotong lagi
digunakan sebagai peluncur. Ternyata gaya F = W1 + W2, dapat menahan
peluncur dalam sembarang posisi, berapapun luas selaput, asal saja suhu selaput
konstan, ini amat berlainan dengan sifat elastik lembaran karet, dalam mana gaya
tersebut akan menjadi lebih besar kalau lembaran itu ditarik5
Selain dipengaruhi oleh jenis cairan, γ juga dipengaruhi oleh temperatur.
Bila temperatur makin tinggi, maka γ akan mengalami penurunan. Untuk air
antara 20-30oC, perubahan γ rata-rata 0,16.4
Tegangan permukaan sebuah campuran zat cair bukan fungsi sederhan
tegangan permukaan komponen murni karena komposisi cairan pada campuran
tidak sama dengan komposisi badan cairnya. Ketika temperatur dinaikkan,
tegangan permukaan zat cair dalam keadaan setimbang dengan penurunan
kerapatan uapnya dan menjadi nol pada titik kritis6
Ada beberapa cara untuk menerapkan tegangan permukaan suatu cairan.
Dua cara diantaranya adalah :
a. Cara kenaikan kapiler
Bila cairan yang membasahi gelas diberi pipa kapiler dari gelas maka permukaan
cairan akan naik. Kenaikan cairan ini disebabkan oleh adanya tegangan
permukaan cairan.

4
Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.
5
Sears, F.W., dan Zemansky, M.W., 1999, Fisika Untuk Universitas 1: Mekanika, Panas, dan
Bunyi, Penerbit Trimitra Mandiri, Jakarta.
6 Reid, R. C.,et al., 1991,The Properties of Gases and Liquids, 3rd ed., Mc-GrawHill Book

Company,New York.
b. Cara du nouy
Cara ini lebih cepat dari cara pertama, karena alat yang diperlukan lebih praktis.
Alat dari du nouy disebut tensiometer, terdiri atas cincin platina dan timbangan.
Untuk mentapkan tegangan permukaan, cincin platina dimasukkan dalam cairan
yang diselidiki4

Alat Dan Bahan :


1. Pipa kapiler 5. Tabung erlenmeyer
2. Bejana gelas 6. Mistar
3. Manometer terbuka 7. Thermometer
4. Buret 8. Mikrometer sekrup

Cara Kerja :

1. Persiapan
a. Air pada pipa U dalam keadaan yang minimal.
b. Air pada kedua kaki manometer terbuka harus sama tinggi (h0) .
c. Isilah buret pada kran tertutup.
d. Isilah bejana gelas dengan air.

4
Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.
2. Percobaan
a. Ukurlah jarak dari ujung bawah pipa kapiler sampai dimana pipa itu akan
dicelupkan (hz). Berilah tanda pada jarak tersebut.
b. Celupkan pipa kapiler sampai batas tanda tersebut.
c. Bukalah kran buret, dengan perlahan-lahan.
d. Perhatikan ujung pipa kapiler yang dicelupkan, pada saat keluar gelembung
udara yang pertama, catat kedudukan permukaan air pada kaki yang terbuka dari
manometer (hm).
h1 = 2(hm – ha)
e. Ukurlah suhu air pada bejana gelas untuk menentukan harga 2, dan pada
manometer untuk menentukan 1, dengan cara mencocokkan harga suhu tersebut
dalam tabel massa jenis pada buku referensi.
f. Lakukan langkah 4 dan 5 sebanyak lima kali.
g. Ulangi percobaan dengan mengubah jarak pada pipa kapiler (jarak h2 yang
berbeda). Jarak h2 dirubah sebanyak 3 kali perubahan

Metode lain:
1) Lepaskan pipa kapiler pada set alat.
2) Bersihkan pipa kapiter tersebut, usahakan jangan ada gelembung air yang
tersisa pada \ pipa kapiler tersebut
3) Celupkan pipa kapiler tersebut pada gelas yang berisi air secara tegak lurus.
4) Ukurlah tinggi permukaan air didalam dan diluar pipa kapiler sebanyak 5 Kali
pengukuran
5) Ulangi percobaan 1 s.d 4 dengan menambahkan air diluar pipa kapiler.
Penambahan air ini sebanyak 3 kali.

Pertanyaan :

1. Apakah yang dimaksud dengan metode tekanan maksimum gelembung


pada percobaan tegangan permukaan !

2. Apakah tegangan permukaan bergantung pada suhu zat cair yang


digunakan? Jelaskan!
3. Turunkan persamaan untuk menentukan tegangan permukaan dengan
metode tekanan maximium gelembung!

Jawaban :

1. Bahwa tekanan yang dialami zat cair dalam gelas beker sama dengan
tekanan dalam manometer pada keadaan setimbang. Bagian penting dari
metode ini adalah penentuan maksimum gelembung yang bisa diketahui
dengan keluarnya gelembung udara yang sedikit, maka gelembung akan
pecah dengan jari-jari mulut pipa. Apabila jari-jari gelembung sama
dengan jari-jari mulut pipa, akibatnya tekanan udara dalam pipa akan
mencapai maksimum. Dengan menyamakan tekanan yang bekerja pada
bejana dan manometer dalam keadaan seimbang, harga tegangan muka
dapat ditentukan.

2. Ya, sesuai dengan teori dasar yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa
tegangan permukaan tergantung pada suatu zat cair yang digunakan yang
disimbolkan dengan huruf H, dimana H dari suatu zat cair makin kecil jika
suhunya semakin rendah begitupun sebaliknya. Sehingga nilai H akan
sama dengan nol apabila suhunya sama dengan suhu kritis.

3. P1 = PB + ρ1gh1
P2 = PB + ρ2gh2 +2HR
Keadaan Setimbang
P1 = P2
PB + ρ1gh1 = PB + ρ2gh2 +2HR
H = gr (ρ1gh1 + ρ2gh2)
Data Pengamatan :

Data Pengamatan

I II III

I II III IV V

Suhu

Kedudukan
Permukaan
h1 = 2(hm-ha)
Data Pengamatan

hz

0,5 cm 1 cm 1,5 cm 2 cm 2,5 cm 3 cm

0,8 1,2 1,4 1,6 2 2,2


1 1,2 1,4 1,8 2 2
hm 0,8 1,2 1,4 1,8 2,2 2,2
0,8 1,2 1,4 1,6 2 2
1 1,2 1,4 1,6 2 2,2
Pengolahan Data
A. DATA TUNGGAL

Interval Jarak Pada Pipa Kapiler


0,5 cm
1 cm
1,5 cm
2 cm
2,5 cm
3 cm

B. DATA MAJEMUK 𝛴ℎ𝑚


hm1 = ℎ
 Pipa Kapiler hz = 0,5 cm 4,4
hm1 = = 0,88
5
hz = 0,5 cm
1
∆ hz = 2 x n x s x t 1 𝑛(𝛴ℎ𝑚2 )−(𝛴ℎ𝑚)2
∆ hm1 = 𝑛 √
1 𝑛−1
∆ hz = 2 𝑥 0,1
1 5(5,92)−(4,4)2
∆ hz = 0,05 ∆ hm1 = 5 √ 5−1

1 29,6 −19,36
∆ℎ𝑧 ∆ hm1 = 5 √
Ksr = 𝑥 100% 4
ℎ𝑧 1
0,05 ∆ hm1 = 5 x 1,6 = 0,32
Ksr = 𝑥 100% = 10%
0,5
(hz ± ∆ hz) = (0,5 ± 0,05) m ∆ℎ𝑚
Ksr = 𝑥 100%
ℎ𝑚
0,32
hm (m) hm2 (m) Ksr = 0,88 𝑥 100%

0,8 0,64 Ksr = 36,36 % (2𝐴𝑃)

1 2 (hm ± ∆ hm1) = (0,88 ± 0,32)


cm
0.8 0,64

0,8 0,64  Pipa Kapiler hz = 1 cm


hz = 1 cm
1 2 1
∆ hz = 2 x n x s x t
Σhm = 4,4 Σhm2 = 5,92 1
∆ hz = 2 𝑥 0,1

a ∆ hz = 0,05
∆ℎ𝑧 1
Ksr = 𝑥 100% ∆ hz = 2 x n x s x t
ℎ𝑧
0,05 1
Ksr = 𝑥 100% = 5% ∆ hz = 2 𝑥 0,1
1
(hz ± ∆ hz) = (1 ± 0,05) m ∆ hz = 0,05

∆ℎ𝑧
hm (m) hm2 (m) Ksr = 𝑥 100%
ℎ𝑧
0,05
1,2 1,44 Ksr = 𝑥 100% = 3,3%
1,5
(hz ± ∆ hz) = (1,5 ± 0,05) m
1,2 1,44
hm (m) hm2 (m)
1,2 1,44
1,4 1,96
1,2 1,44
1,4 1,96
1,2 1,44
1,4 1,96
Σhm = 6 Σhm2 = 7,2
1,4 1,96
a
𝛴ℎ𝑚
hm2 = 1,4 1,96

6
hm2 = 5 = 1,2
Σhm = 7 Σhm2 = 9,8

1 𝑛(𝛴ℎ𝑚2 )−(𝛴ℎ𝑚)2 a
∆ hm2 = 𝑛 √ 𝛴ℎ𝑚
𝑛−1
hm3 = ℎ
1 5(7,2)−(6)2 7
∆ hm2 = 5 √ hm3 = 5 = 1,4
5−1

1 36 −36
∆ hm2 = 5 √ 4 1 𝑛(𝛴ℎ𝑚2 )−(𝛴ℎ𝑚)2
1 ∆ hm3 = 𝑛 √
∆ hm2 = 5 x 0 = 0 𝑛−1

1 5(9,8)−(7)2
∆ hm3 = 5 √
∆ℎ𝑚 5−1
Ksr = 𝑥 100%
ℎ𝑚 1 49 – 49
0 ∆ hm3 = 5 √
Ksr = 𝑥 100% 4
1,2 1
Ksr = 0 % (2𝐴𝑃) ∆ hm3 = 5 x 0 = 0

(hm ± ∆ hm2) = (1,2 ± 0) cm Ksr =


∆ℎ𝑚
𝑥 100%
ℎ𝑚
0
Ksr = 0,6 𝑥 100%
 Pipa Kapiler hz = 1,5 cm
Ksr = 0 % (2𝐴𝑃)
hz = 1,5 cm
(hm3 ± ∆ hm3) = (1,4 ± 0) cm
Ksr = 2,85% (2𝐴𝑃)
(hm4 ± ∆ hm4) = (1,68 ± 0,048)
 Pipa Kapiler hz = 2 cm cm
hz = 2 cm
1
∆ hz = 2 x n x s x t  Pipa Kapiler hz = 2,5 cm
1
∆ hz = 2 𝑥 0,1 hz = 2,5 cm
∆ hz = 0,05 1
∆ hz = 2 x n x s x t
1
Ksr =
∆ℎ𝑧
𝑥 100% ∆ hz = 2 𝑥 0,1
ℎ𝑧
0,05 ∆ hz = 0,05
Ksr = 2
𝑥 100% = 2,5%
(hz ± ∆ hz) = (2 ± 0,05) m ∆ℎ𝑧
Ksr = 𝑥 100%
ℎ𝑧
0,05
hm (m) hm2 (m) Ksr = 𝑥 100% = 5%
2,5

1,6 2,56 (hz ± ∆ hz) = (2,5 ± 0,05) m

1,8 3,24 hm (m) hm2 (m)

1,8 3,24 2 4

1,6 2,56 2 4

1,6 2,56 2,2 4,84

Σhm = 8,4 Σhm2 = 14,16 2 4

2 4
𝛴ℎ𝑚
hm4 = ℎ
8,4
Σhm = 10,2 Σhm2 = 20,84
hm4 = 5
= 1,68
a
𝛴ℎ𝑚
2
2 hm5 =
1 √𝑛(𝛴ℎ𝑚4 )−(𝛴ℎ𝑚) ℎ
∆ hm4 = 10,2
𝑛 𝑛−1 hm5 = = 2,04
5
1 5(14,16)2 −(8,4)2
∆ hm4 = √
5 5−1
1 𝑛(𝛴ℎ𝑚2 )−(𝛴ℎ𝑚)2
1 0,24 ∆ hm5 = 𝑛 √
∆ hm4 = 5

4
𝑛−1

1 1 5(20,84)−(10,2)2
∆ hm4 = 5 x √0,06 = 0,048 ∆ hm5 = 5 √ 5−1

1 104,2 −10404
Ksr =
∆ℎ𝑚
𝑥 100% ∆ hm5 = 5 √
ℎ𝑚 4
0,048 1
Ksr = 1,68
𝑥 100% ∆ hm5 = 5 x 0,2 = 0,04
1 112,6−112,36
∆ hm6 = 5 √
∆ℎ𝑚 4
Ksr = 𝑥 100% 1 1
ℎ𝑚
0,04
∆ hm6 = x √0,06 = 𝑥 0,24
5 5
Ksr = 2,04 𝑥 100%
∆ hm6 = 0,048
Ksr = 1,96 % (2𝐴𝑃)
∆ℎ𝑚
Ksr = ℎ𝑚
𝑥 100%
(hm ± ∆ hm5) = (2,04 ± 0,04) 0,048
Ksr = 𝑥 100%
cm 2,12
Ksr = 2,264 % (3𝐴𝑃)
(hm ± ∆ hm6) = (2,12 ± 0,048)
cm
 Pipa Kapiler hz = 3 cm
hz = 3 cm
1
∆ hz = 2 x n x s x t
1
∆ hz = 2 𝑥 0,1
∆ hz = 0,05

∆ℎ𝑧
Ksr = 𝑥 100%
ℎ𝑧
0,05
Ksr = 3
𝑥 100% = 1,666%
(hz ± ∆ hz) = (3 ± 1,666) m

hm (m) hm2 (m)

2,2 4,84

2 4

2,2 4,84

2 4

2,2 4,84

Σhm = 10,6 Σhm2 = 22,52

𝛴ℎ𝑚
hm6 = ℎ
10,6
hm6 = 5
= 2,12

1 𝑛(𝛴ℎ𝑚2 )−(𝛴ℎ𝑚)2
∆ hm6 = 𝑛 √ 𝑛−1

1 5(22,52)2 −(10,6)2
∆ hm6 = 5 √ 5−1
Perhitungan Data
a. Pipa Kapiler hz 0,5 cm
𝑮𝒓
H= (𝝆𝟏 𝒉𝟏 − 𝝆𝟐 𝒉𝟐)
𝟐

h1 = 2(hm – h0)
h1 = 2(0,88 – 0)
h1= 1,76 cm

𝐺𝑟
H= (𝜌1 ℎ1 − 𝜌2 ℎ2)
2
H1 =
10 . 0,6 ( 1( 1,76 − 0,5))
2

H1 = 3 x 1,26 = 3,78

b. Pipa Kapiler hz 1 cm
𝑮𝒓
H= (𝝆𝟏 𝒉𝟏 − 𝝆𝟐 𝒉𝟐)
𝟐

h1 = 2(hm – h0)
h1 = 2(1,2 – 0)
h1= 2,4 cm

𝐺𝑟
H= (𝜌1 ℎ1 − 𝜌2 ℎ2)
2
H1 =
10 . 0,6 ( 1( 2,4 − 1))
2

H1 = 3 x 1,4 = 4,2

c. Pipa Kapiler hz 1,5 cm

𝑮𝒓
H= (𝝆𝟏 𝒉𝟏 − 𝝆𝟐 𝒉𝟐)
𝟐

h1 = 2(hm – h0)
h1 = 2(1,4 – 0)
h1= 2,8 cm

𝐺𝑟
H= (𝜌1 ℎ1 − 𝜌2 ℎ2)
2
H1 =
10 . 0,6 ( 1( 2,8 – 1,5))
2

H1 = 3 x 1,3 = 3,9

d. Pipa Kapiler hz 2 cm

𝑮𝒓
H= (𝝆𝟏 𝒉𝟏 − 𝝆𝟐 𝒉𝟐)
𝟐

h1 = 2(hm – h0)
h1 = 2(1,68 – 0)
h1= 3,36 cm

𝐺𝑟
H= (𝜌1 ℎ1 − 𝜌2 ℎ2)
2
H1 =
10 . 0,6 ( 1( 3,36 − 2))
2

H1 = 3 x 1,36 = 4,08

e. Pipa Kapiler hz 2,5 cm

𝑮𝒓
H= (𝝆𝟏 𝒉𝟏 − 𝝆𝟐 𝒉𝟐)
𝟐

h1 = 2(hm – h0)
h1 = 2(2,04 – 0)
h1= 4,08 cm

𝐺𝑟
H= (𝜌1 ℎ1 − 𝜌2 ℎ2)
2
H1 =
10 . 0,6 ( 1( 4,08 – 2,5))
2

H1 = 3 x 1,58 = 4,74

f. Pipa Kapiler hz 3 cm

𝑮𝒓
H= (𝝆𝟏 𝒉𝟏 − 𝝆𝟐 𝒉𝟐)
𝟐

h1 = 2(hm – h0)
h1 = 2(2,12 – 0)
h1= 4,24 cm

𝐺𝑟
H= (𝜌1 ℎ1 − 𝜌2 ℎ2)
2
H1 =
10 . 0,6 ( 1( 4,24 − 3))
2

H1 = 3 x 1,24 = 3,72
Analisis Data & Pembahasan

Pada praktikum kali ini berjudul tegangan permukaan II, yang bertujuan untuk
menentukan tegangan permukaan dengan metode tekanan maksimum gelembung dan
kenaikan kapiler.

Tegangan permukaan adalah gaya atau tarikan kebawah yang menyebabkan


permukaan cairan berkontraksi dengan benda dalam keadaan tegang.
Besarnya tegangan permukaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti jenis cairan,
suhu, dan, tekanan, massa jenis, konsentrasi zat terlarut, dan kerapatan. Jika cairan memiliki
molekul besar seperti air, maka tegangan permukaannya juga besar. Salah satu faktor yang
mempengaruhi besarnya tegangan permukaan adalah massa jenis/ densitas (D), semakin
besar densitas berarti semakin rapat muatan – muatan atau partikel-partikel dari cairan
tersebut.
Kerapatan partikel ini menyebabkan makin besarnya gaya yang diperlukan untuk
memecahkan permukaan cairan tersebut. Hal ini karena partikel yang rapat mempunyai gaya
tarik menarik antar partikel yang kuat. Sebaliknya cairan yang mempunyai densitas kecil
akan mempunyai tegangan permukaan yang kecil pula.

Dalam metode tegangan maksimum gelembung dan pipa kapiler, keran Erlenmeyer
dibuka dan mengisi pipa U. Udara yang terdapat di pipa U bertambah tekanannya dan
terdesak lalu mengalir melalui selang menuju ke pipa kapiler. Udara yang terdesak keluar
melalui pipa kapiler membentuk gelembung dan menekan air yang berada di manometer
terbuka. Air yang berada di kaki kiri manometer terbuka pun naik karena desakan udara yang
menekan air di kaki kanan manometer.

Dalam data pengamatan terdapat juga penurunan tinggi pada manometer yang
seharusnya naik. Hal itu disebabkan oleh ketidaksejajarnya permukaan air di manometer dan
pipa U yang menyebabkan adanya selisih ketinggian pada saat percobaan. Ketinggian air
yang berada di pipa U tidak sama dan menyebabkan kuatnya tekanan udara yang mendesak
berbeda. Ketinggian air yang tidak sama di manometer menyebabkan naiknya air karena
desakan menjadi berbeda dan kesulitan untuk diukur.

Pada praktikum ini diketahui jari-jari pipa kapilernya 0,6 yang didpatakan datanya
dari asisten laboratorium fisika kami karena, kami tidak mengukur jari-jari dari pipa kapiler
tersebut. Lalu kami menggunakan besar gravitasi 10 m/s2. Dan didapatkan pula dari literature
besar massa jenis air yakni 1 g/cm3. Perubahan tinggi air diukur untuk mengetahui pipa
kapiler masuk di titik tertentu tercapai dan menghasilkan perubahan tingginya. Setelah semua
data diperoleh maka dhitung nilai H(koefisien tegangan permukaan) tiap titiknya dengan
rumus :

𝐺𝑟
H = (𝜌1 ℎ1 − 𝜌2 ℎ2). Didapatkan data yang telah dihitung yakni dengan jarak pipa
2

kapiler 0,5 cm nilai H1(koefisien tegangan permukaan) adalah 3,78, jarak pipa kapiler 1 cm
nilai H2(koefisien tegangan permukaan) adalah 4,2, jarak pipa kapiler 1,5 cm nilai
H3(koefisien tegangan permukaan) adalah 3,9, jarak pipa kapiler 2 cm nilai H4(koefisien
tegangan permukaan) adalah 4,08, jarak pipa kapiler 2,5 cm nilai H5(koefisien tegangan
permukaan) adalah 4,74, jarak pipa kapiler 3 cm nilai H6(koefisien tegangan permukaan)
adalah 3,72. Tegangan permukaan air terjadi karena perbedaan pencelupan pipa kapiler.
Dari data ini dapat dilihat rata-rata semakin dalam titik yang tercelup, maka semakin
besar tekanan semakin dalam dan ketinggian berubah semakin tinggi, maka dari itu semakin
besar pula tegangan permukaannya. Walaupun dari data perhitungan terdapat kesalahan pada
H3 dan H6 yang memiliki nilai yang cukup jauh serta lebih rendah daripada nilai H
sebelumnya. Tetapi jika dirata-ratakan, maka sama seperti literatur yang ada bahwa semakin
dalam titik yang tercelup semakin besar pula tekanan yang dihasilkan, sehingga tegangan
permukaan semakin tinggi.

Dari percobaan diatas dapat kita ketahui juga:

Kelebihan metode tekanan maksimum gelembung


 Perubahan tekanan dapat diatur dengan menggunakan kecepatan laju air
 Perhitungan diameter gelembung sama dengan diameter pipa
 Kenaikan permukaan zat cair di manometer lebih mudah ditentukan
Kekurangan metode tekanan maksimum gelembung
 Kesulitan penghentian percobaan tepat saat terbentuk setengah gelembung
 Dibutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi untuk menjaga kedalaman pipa
kapiler yang tercelup dalam cairan tetap sesuai dengan kedalaman yang telah
ditentukan, yaitu 0,5cm, 1cm, 1,5cm, 2cm, 2,5cm, dan 3cm dan tidak berubah selama
percobaan.
Kelebihan metode pipa kapiler
 Peralatan sederhana
 Alat yang digunakan tidak banyak
 Percobaan mudah dilakukan
Kekurangan metode pipa kapiler
 Kemungkinan terjadi kesalahan dalam membaca ketinggian dalam pipa kapiler lebih
besar
 Sulit untuk menentukan ketinggian cairan dalam pipa kapiler yang sudah stabil dan
maksimal

Kesimpulan

Berdasarkan praktikum dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


semakin dalam titik yang tercelup semakin besar pula tekanan yang dihasilkan, sehingga
tegangan permukaan semakin tinggi. Selain itu didapatkan pengukuran nilai H(tegangan
permukaan) adalah H1: 3,78 ; H2: 4,2 ; H3: 3,9 ; H4: 4,08 ; H5: 4,74 ; H6: 3,72. Dengan nilai
rata-rata H nya adalah 4,07.

Saran

Setelah melakukan praktikum maka terdapat saran yang diperoleh, yakni saat
melakukan percobaan sebaiknya dilakukan secara berulang-ulang karena jika hanya
melakukan satu kali percobaan, tingkat ketepatan atau keakuratan data akan berkurang.
Percobaan pun harus dilakukan dengan teliti dan cermat terutama dalam mengamati
kedudukan air di manometer karena akan sangat berpengaruh pada koefisien tegangan
permukaan(H) yang dihasilkan, lalu ketika mengamati perubahan tinggi(kedudukan) pada
manometer usahakan jangan membuat pergerakan/menggoyangkan manometer karena akan
berpengaruh pada pengukuran tingginya. Begitu pula dalam perhitungan, harus dilakukan dan
diperhitungkan dengan teliti dan benar karena jika terjadi kesalahan maka akan berpengaruh
terhadap besarnya koefisien tegangan permukaan itu sendiri.

Daftar Pustaka

Ansel, H.C., 1985, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, 112-155, diterjemahkan oleh Farida
Ibrahim, Edisi Keempat, UI Press, Jakarta.

Dogra, S. K. dan Dogra, S. (1990) : Kimia Fisik dan Soal-soal, Universitas Indonesia.

Giancoli, Douglas, FISIKA edisi kelima, Jilid 1, Jakarta : Erlangga, 2001.


Reid, R. C.,et al., 1991,The Properties of Gases and Liquids, 3rd ed., Mc-GrawHill Book
Company,New York.

Sears, F.W., dan Zemansky, M.W., 1999, Fisika Untuk Universitas 1: Mekanika, Panas, dan
Bunyi, Penerbit Trimitra Mandiri, Jakarta.

Sukardjo. 1990. Kimia Fisika. Rineka Cipta. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai