1. PENDAHULUAN
Kondisi kelistrikan Indonesia terutama di pulau-pulau terluar, dekat perbatasan
sebagian besar masih PLTD dimana Harga HSD dan Biaya Transportasinya sangat
mahal, sehingga Biaya Pokok Produksi (BPP) di daerah tersebut rata-rata masih > Rp
3.000/kWh. Indonesia adalah negara yang terletak di khatulistiwa yang memiliki
sumber energi surya yang sangat melimpah. Intensitas radiasi matahari rata-rata di
Indonesia mencapai rata-rata 4.8 kWh/m2 per hari. PLN mengembangkan program
PLTS PV di berbagai lokasi/pulau terutama di wilayah terluar maupun yang terisolasi
(daerah 3T) untuk mempercepat rasio elektrifikasi. Dimana dikembangkan PLTS
Terpusat/Komunal dengan mode Hybrid. Seluruh PLTS PV ini akan dibangun dengan
konfigurasi sebagai berikut:
1. Pengembangan PLTS oleh PLN:
a. PLTS Off Grid (kapasitas 10 s.d 100 kW)
- PV Stand Alone System, terkoneksi ke LV (Low Voltage) Feeder
230V/400V atau MV (Medium Voltage) line 20 kV, PV dan storage
bank/battery)
b. PLTS On Grid (kapasitas 100 s.d 1000 kW)
- Sistem hybrid dengan PLTD atau pembangkit lain (PV dan baterai),
terkoneksi ke MV baru atau eksisting.
- Sistem on grid yang terhubung dengan MV line eksisting tanpa
menggunakan baterai
2. Pengembangan PLTS oleh IPP
Sistem On Grid (kapasitas 1 s.d 10 MW) yang terkoneksi ke MV line eksisting
tanpa menggunakan baterai.
Kondisi geografis Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dengan penyebaran
penduduk tidak merata merupakan kendala utama menambah jaringan distribusi
pembangkit listrik ke setiap pelosok. PLTS PV yang dibangun di daerah yang terisolasi
dari jaringan distribusi telah memberikan perkembangan yang besar pada masyarakat
yang sebelumnya belum mengenal listrik. Listrik dari PLTS PV yang ramah
lingkungan telah memungkinkan dibangunnya fasilitas kesehatan dan pendidikan yang
lebih memadai.
Pembangunan PLTS PV 600 kWp akan mampu mengurangi BBM setara 800
liter/hari atau mencapai 2,5 Milyar/tahun (jika operasi optimal). Losses bisa dari
desain dan enjiniring, karakteristik peralatan, pemeliharaan yang kurang optimal,
pengoperasian yang kurang optimal, dan pengaruh eksternal.
Pembangunan PLTS PV dilaksanaan secara selektif karena investasinya besar.
dan diharapkan mampu bertahan untuk mendukung pengurangan BBM PLTD hingga
20 tahun. Dengan pengelolaan yang kurang optimal, bukan hanya performance ratio
dari PLTS yang tidak terpenuhi sehingga BBM masih banyak digunakan, tapi modal
investasi yang besar tidak akan mencapai pengembaliannya.
Melalui kajian ini dilakukan pembahasan PLTS PV terkait potensi dan
pengembangan PLTS PV sebagai energi terbarukan serta optimasi pemanfaatan PLTS
PV pada aspek sosial-ekonomi. Dan juga dilakukan evaluasi kendala serta mitigasi
solusi yang dibutuhkan untuk peningkatan pemanfaatan PLTS PV di Indonesia
terutama keekonomian PLTS PV untuk mendukung upaya peningkatan rasio
elektrifikasi di Indonesia khususnya pada daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan
Tertinggal).
2. DASAR TEORI
Energi matahari hanya 69% yang diterima permukaan bumi. Pada permukaan
bumi, energi matahari sebesar 3x1024 joule/tahun atau 2x1017W (setara 10.000 kali
kebutuhan energi dunia). Memanfaatkan 0,1 % permukaan bumi dengan sel surya
(efisiensi 10%) sudah dapat mencukupi kebutuhan energi dunia.(Hasbullah, 2017).
Indonesia terletak di sepanjang jalur khatulistiwa (11° LU dan 6° LS) memiliki
intensitas sinar matahari yang cukup stabil sepanjang tahun dan potensinya besar untuk
EBT (LIPI, Buku Indonesia 2005–2025, 2012).
Pemanfaatan energi terbarukan dari energi matahari melalui Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) PV. PhotovoltaicCell/Sel Surya terdiri atas dua sambungan pada
area dua lapisan tipis semikonduktor (jenis p dan n). PLTS PV adalah sistem
pembangkitan listrik berdasarkan hasil konversi energi matahari melalui media
fotovoltaik (PV).
Selanjutnya, dalam 5 tahun terakhir capaian bauran EBT masih berada jauh di
bawah target tahunan yang diproyeksikan, walaupun terjadi peningkatan pemanfaatan
EBT sejak tahun 2018. Pertumbuhan pasokan energi terbarukan menunjukkan
perkembangan yang positif karena mampu tumbuh mencapai 26% per tahun atau
mencapai 20,04 MTOE pada tahun 2019, namun pengembangan pembangkit listrik
EBT baru mencapai 10,2 GW atau di bawah target RUEN sebesar 13,9 GW. Saat
pembangkit listrik EBT masih didominasi oleh PLTA, PLTP, dan PLTBM.
Tabel 2. Kapasitas Terpasang PLT Berbasis Energi Terbarukan Tahun 2014 – 2019 (lihat PLTS)
Gambar 2. Perbandingan Struktur Biaya dan Manafaat antara Produksi Energi Konvensional dan
Terbarukan
Sumber : Wiesmeth, Golde
Dimana :
OC : Biaya Investasi Awal
OMC : Biaya Operasi dan Pemeliharaan
FC : Biaya Bahan Bakar
4. KESIMPULAN
Energi Matahari adalah sumber daya Energi Terbarukan yang sangat berpotensi
di Indonesia yang dapat dioptimalkan melalui PLTS PV untuk ketersediaan energi
listrik di daerah terpencil dan kepulauan serta dapat mengatasi masalah lingkungan
dan solusi jangka panjang untuk energy security.
Biaya investasi dan LCOE PLTS PV mengalami tren penurunan sehingga
pengembangan PLTS PV menjadi semakin menarik bagi Investor.
Dibutuhkan peningkatan sinergi berbagai Stakeholder dalam mengembangkan
dan meningkatkan pemanfaatan PLTS PV untuk mengatasi kendala pendanaan,
investasi awal, dan tingkat risiko tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Sugiyono (2020), Dampak Kebijakan Biaya Pokok Penyediaan Pembangkitan
Listrik Terhadap Pengembangan Pembangkit Listrik Berbasis Energi
Terbarukan, Prosiding Seminar Nasional Asosiasi Analis Kebijakan, hal. 9-19,
AAKI.
BPPT - Outlook Energi Indonesia 2019, Dampak Peningkatan Pemanfaatan Ebt
Terhadap Perekonomian Nasional
Buku Bauran Energi 2020, Dewan Energi Nasional (DEN).
Buku Indonesia 2005–2025, Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Bidang Sumber Energi Baru dan Terbarukan untuk
Mendukung Keamanan Ketersediaan Energi Tahun 2025.
Ditjen Gatrik, Statistik Ketenagalistrikan 2018, Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan,
Kementerian ESDM, 2019. PLN Statistik 2018, PT PLN Persero, 2019.
Ditjen Gatrik, Kebijakan Peningkatan Pemanfaatan EBT untuk Pembangkit Tenaga
Listrik, Seminar Road to Energy Transition, METI, Jakarta, 12 September 2019.
Govinda R. Timilsina (2011),”A Review of Solar Energy Markets, Economics and
Policies”, The World Bank Development Research Group Environment and
Energy Team.
Hasbullah, “Konversi Energi Surya”, (2017) Teknik Elektro FTPK UPI.
Indonesia Energy Outlook 2019, Dewan Energi Nasional (DEN).
Kebijakan Energi Nasional (KEN), Peraturan Pemerintah Reopublik Indonesia No.79
Tahun 2014
Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), Peraturan Presiden Republik Indonesia
No.22 Tahun 2017
Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2019-2038, Kementerian ESDM
2019
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) 2019-2028,
PT PLN (Persero), Jakarta, 2019.
Sahala M. Lumbanraja, “PLTN dan PLTS sebagai alternatif suplai energi di
Indonesia,” Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Energi Nuklir V,
BATAN, 2012.
“Solar Energy Fact Sheet” NC Sustainable Energy Ascociation, (2019)
www.energync.org.
Wiesmeth, M Golde (2014), “Social Economic Benefits of Renewable Energy”,
Technical University Dresden, Germany.