Resume Paper, disampaikan dalam rangka Ujian Akhir Semester-Sistem Manajemen Energi
Oleh:
JON MARJUNI KADANG
PROGRAM STUDI MAGISTER ENERGI
NIM: 30000420420026 SEKOLAH PASCA SARJANA
Semarang, 21 Desember 2021 2020/2021
OUTLINE:
1. Pendahuluan
2. Pembahasan
a. Building Energy Management System (BEMS)
b. Uraian Skema Pemakaian yang Diusulkan
c. Keunggulan Skema yang Diusulkan
d. Kemungkinan Pengembangan Skema yang Diusulkan
3. Executive Summary
4. Lesson Learn Untuk Indonesia
I. PENDAHULUAN
RESUME PAPER : Journal Metrics: Scopus Q1 (https://www.scimagojr.com/)
1. LATAR BELAKANG A REVIEW OF STRATEGIES FOR BUILDING
ENERGY MANAGEMENT SYSTEM:
MODEL PREDICTIVE CONTROL, DEMAND
SIDE MANAGEMENT, OPTIMIZATION, AND
FAULT DETECT & DIAGNOSIS
Sistem Manajemen Energi : tinjauan penggunaan energi yang konsisten, metodis, dan
efisien, dengan fokus pada optimalisasi biaya energi terkait dengan karakteristik pengguna,
kemampuan pembiayaan, permintaan energi, peluang pendanaan, dan pengurangan emisi
yang dicapai.
EMS dan elemen-elemennya dapat ditingkatkan untuk tujuan yang sangat beragam dan
pada tingkat konsep yang berbeda.
a. Berbasis Pengetahuan
Berfokus pada analisis analitik untuk unit penanganan udara (AHU),
mengenali alasan potensial untuk inkonsistensi untuk AHU,
membedakan dan menilai kesalahan
b. Berbasis Data
Berfokus pada penyebab kesalahan dalam sistem pemanas dan
mengenali pola operasi yang tidak teratur.
Subsistem yang paling banyak diteliti dalam pendekatan berbasis pengetahuan adalah sistem HVAC,
sedangkan pendekatan berbasis data di semua sistem bangunan.
5. HASIL PEMBAHASAN
1. Berdasarkan tinjauan penelitian sebelumnya, 71,74% dari upaya penelitian
yang ditinjau berkonsentrasi pada pengembangan strategi manajemen energi
bangunan untuk non perumahan (komersial), 21,74% berfokus pada bangunan
tempat tinggal, dan hanya 6,52% pada bangunan non-perumahan/perumahan.
2. Sekitar 56,52% studi yang diulas di non-hunian berfokus pada sistem HVAC
karena kenyamanan di dalam gedung biasanya tergantung pada tiga
komponen: kenyamanan kualitas udara, kenyamanan termal, dan kenyamanan
visual.
3. Penting untuk meningkatkan pemanfaatan karena dua dari tiga faktor
bergantung pada sistem HVAC dan penggunaan energi bangunan yang paling
signifikan terjadi dari sistem pendingin dan pemanas.
4. Pada bangunan tempat tinggal, hanya 4,35% yang fokus pada sistem HVAC.
5. Untuk bangunan non-hunian, strategi yang paling banyak digunakan adalah
MPC karena MPC dapat mewakili hunian ruangan, prediksi cuaca, dan data
lain yang mungkin menarik untuk kontrol sistem yang ideal.
6. Menganalisis interaksi penghuni penting untuk memperkirakan konsumsi
energi.
7. Optimization telah berkembang sejak strategi manajemen energi tidak hanya
dalam metode BEMS aktif tetapi juga BEMS pasif.
8. Untuk bangunan tempat tinggal, strategi yang paling banyak digunakan adalah
DSM karena pelanggan mengatur pemanfaatan energi, membantu pemasok
energi untuk membentuk kembali profil beban dan mengurangi permintaan
beban puncak.
9. Bangunan residensial dan non-residensial memiliki kesamaan faktor yang
harus diperhatikan untuk efisiensi penggunaan energi, yaitu perilaku penghuni
yang akan menentukan bagaimana sistem tersebut harus bekerja.
10. Prediksi perilaku penghuni adalah tugas yang sulit dalam bangunan karena
akan tergantung pada cara penghuni berpikir dan tujuan bangunan.
11. Karena itu, teknologi seperti pembelajaran mesin telah terbukti berguna untuk
prediktif perilaku penghuni, karena didasarkan pada pengalaman sebelumnya
dan model perilaku masa depan.
6. TANTANGAN MASA DEPAN
1. Isu energi di gedung-gedung telah membuat perubahan periodik dalam
strategi untuk mengatasi konfigurasi/retrofit gedung.
2. Seluruh strategi manajemen menghadirkan tantangan masa depan, yaitu:
a. Pada metode kontrol berbasis model, sifat model yang mencirikan sistem
dan elemen bangunan sangat penting untuk memastikan pelaksanaan
yang dapat diterima dari kontrol dan otomatisasi bangunan cerdas.
b. Kebutuhan energi terkait dengan kondisi iklim setempat. Permintaan
bangunan tempat tinggal akan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan
karena perluasan suhu normal, batas iklim, dan perubahan berikutnya
pada kebutuhan pemanasan dan pendinginan ruang.
c. Perubahan sistem pasokan energi mengakibatkan tugas koordinasi
menghadirkan pembangkit energi berkelanjutan yang sangat berfluktuasi
dan dapat berubah dengan permintaan energi yang signifikan. Sehingg
mendorong peningkatan permintaan untuk penyimpanan dan fleksibilitas
permintaan.
d. Siklus hidup bangunan tradisional biasanya ditetapkan dalam ratusan
tahun, sedangkan masa pakai sensor harus dipertahankan lebih dari
sepuluh tahun atau jauh lebih pendek.
3. Mempertimbangkan tantangan yang disebutkan di atas, masing-masing
strategi memiliki penelitian masa depan yang harus ditangani.
7. URAIAN SKEMA PEMAKAIAN YANG DIUSULKAN
3. FDD adalah yang paling terpengaruh dalam hal keandalan oleh sensor,
jadi penelitian yang memungkinkan memiliki keandalan sistem
komunikasi semakin dibutuhkan.
8. KEUNGGULAN SKEMA YANG DIUSULKAN
3. Jika BEMS digabungkan dengan fitur desain cerdas, biaya listrik untuk
pemanasan dapat diturunkan hingga 35%, biaya pendinginan hingga
97%, dan konsumsi energi hingga 49 %.
9. KEMUNGKINANAN PENGEMBANGAN SKEMA YANG DIUSULKAN
1. Penelitian ini berfokus pada subsistem HVAC (tidak membahas subsistem bangunan lain),
yang mungkin mewakili konsumsi yang lebih tinggi tergantung pada tujuan bangunan.
3. Kebutuhan akan model prediksi untuk tugas-tugas tertentu di gedung merupakan topik yang
menarik untuk setiap strategi manajemen energi.
4. Arah penelitian di masa depan dapat mengarah pada peningkatan yang signifikan di area
sistem manajemen energi pada bangunan terutama bangunan non perumahan (komersial)
termasuk teknik pembelajaran mesin dan model perilaku penghuni.
III. EXECUTIVE SUMMARY
10. EXECUTIVE SUMMARY
1. Penggunaan energi bangunan diperkirakan akan tumbuh lebih dari 40% dalam 20 tahun ke depan.
Listrik tetap menjadi sumber energi terbesar yang dikonsumsi oleh bangunan, dan permintaan itu
terus meningkat.
2. Untuk mengurangi dampak dari meningkatnya permintaan, diperlukan strategi untuk meningkatkan
efisiensi energi bangunan.
3. Pada bangunan tempat tinggal, peralatan rumah tangga, air, dan pemanas ruangan bertanggung
jawab atas peningkatan penggunaan energi, sedangkan pemanas ruangan dan peralatan lain-lain
berada di belakang peningkatan penggunaan energi pada bangunan non-perumahan (Komersial)
4. Sistem manajemen energi pada Gedung Komersial mendukung manajer dan pemilik gedung
untuk meningkatkan efisiensi energi di gedung modern dan yang sudah ada, bangunan non-
perumahan dan tempat tinggal dapat mengambil manfaat dari membangun sistem
manajemen energi untuk mengurangi penggunaan energi.
5. Berdasarkan jenis bangunannya, strategi manajemen yang berbeda dapat digunakan untuk
mencapai penghematan energi.
6. Penelitian ini menyajikan tinjauan strategi manajemen untuk membangun sistem manajemen energi
untuk meningkatkan efisiensi energi.
7. Strategi manajemen yang berbeda diteliti di bangunan non-perumahan (komersial) dan tempat
tinggal. Selanjutnya, penelitian-penelitian yang telah diulas dibahas dalam hal jenis bangunan,
sistem bangunan, dan strategi pengelolaannya.
8. Penelitian ini membahas tantangan masa depan untuk peningkatan efisiensi energi dalam
membangun sistem manajemen energi.
IV. LESSON LEARN UNTUK INDONESIA
LESSON LEARN UNTUK INDONESIA
1. Smart Building dengan prinsip Building Energy Management System (BEMS) sangat berpeluang diterapkan di Sebaran Gedung Komersial di Indonesia (terpusat di pulau JAWA)
Indonesia terutama pada Bangunan Komersial.
2. Kondisi aktual penerapan Smart Building dan dampaknya terhadap konsumsi energi dunia hampir sama dengan
kondisi di Indonesia yaitu tidak merata dimana terkonsentrasi di regional Jawa, Madura, Bali (JAMALI).
3. Dibutuhkan pemerataan pembangunan di seluruh Kawasan Indonesia sesuai dengan kebutuhan pembangunan
tiap kawasan dimana yang paling dibutuhkan adalah konektivitas internet yang memadai dan andal antar
daerah untuk mendukung penerapan Smart Building dengan prinsip Building Energy Management System
(BEMS).
4. Dengan konektivitas internet tersebut akan mendukung pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada tingkat konsumsi energi bahkan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi informasi
yang didukung dari jaringan internet yang andal dapat mendukung efisiensi energi terutama untuk energi hijau.
5. Dibutuhkan BEMS yang lebih bersifat adaptif pada Smart Building disesuaikan dengan karateristik Bangunan
tersebut khususnya di daerah tropis dan negara berkembang seperti Indonesia.
Sumber :
6. Dibutuhkan peningkatan Capacity Building melalui sosialisasi dan berbagai penelitian khususnya untuk Building Laporan Benchmarking Specific Energy Consumption di Bangunan Komersial, Januari 2020,
www.b2tke.bppt.go.id
Energy Management System (BEMS) pada daerah tropis dan negara berkembang seperti Indonesia.
7. Mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Sistem Informasi (Internet of Things-IoT) dalam penerapan Sistem
Manajemen Energi di Indonesia terutama pada Bangunan Komersial.
8. Dibutuhkan revisi Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2009 (oleh Kementerian ESDM melalui Direktorat
Jenderal EBTKE) untuk menurunkan batas penggunaan energi yang diwajibkan untuk melakukan program-
program konservasi energi sehingga jangkauan pengguna energi yang diwajibkan di sektor bangunan gedung
komersial bisa lebih banyak.
• Dalam penerapan PP No. 70 Tahun 2009 (tentang batas penggunaan energi di atas 6000 TOE atau setara
dengan 70 GWh/tahun) masih terlalu sedikit menjangkau pengguna energi terutama untuk Bangunan
Gedung Komersial (pengguna energi di atas 6000 TOE lebih banyak di sektor industri).
TERIMA KASIH