Anda di halaman 1dari 22

TUGAS MANAJEMEN ENERGI (TTL-461)

“Manajemen Penggunaan Energi”

Nama Kelompok 2

1. Muhammad Farhan Supriatna D1021191054


2. Syahrul Gunawan D1021191023

Nama Dosen :
Fitriah, S.T., M.T.

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

2022
BAB II
MANAJEMEN PENGGUNAAN ENERGI

2.1 Manajemen Penggunaan Energi

Manajemen penggunaan energy didefinisikan sebagai pendekatan


sistematis dan terpadu untuk melaksanakan pemanfaatan sumber daya energi
secara efektif, efisien dan rasional tanpa mengurangi kuantitas maupun kualitas
fungsi utama gedung.Langkah pelaksanaan manajemen energi yang paling awal
adalah audit energi. Audit energi ini meliputi analisis profil penggunaan energi,
mengidentifikasi pemborosan energi dan menyusun langkah pencegahan.
Dengan audit energi, dapat diperkirakan energi yang akan dikonsumsi sehingga
dapat diketahui penghematan yang bisa dilakukan. Audit energi merupakan
langkah awal pelaksanaan sistem manajemen energi membuat rencana aksi.
Tujuan dari audit energi level 2 adalah untuk mengukur produktifitas dan
efisiensi penggunaan energi dan mengidentifikasi kemungkinan penghematan
energi. Kegiatan audit energiyang meliputi pengumpulan data historis,data
dokumentasi bangunan gedung yang tersedia, observasi dan pengukuran sesaat,
perhitungan IKE dan kecenderungannya,potensi penghematan energy dan
penyusunan laporan audit [1].

2.2 Konsep Sistem Manajemen

Energi Konsep sistem manajemen energi yang membangun sistem dan


proses secara manajerial dan teknis untuk mengelola penggunaan energi secara
rasional. Konsep sistem manajemen energi baik secara manajerial maupun teknis
terdiri dari 4 proses yang dikenal proses PDCA yaitu plan, do, check, dan act.

1. Plan (Perencanaan)
Proses perencanaan energi mengkaji pemanfaatan energi dan
konsumsinya, mengidentifikasi pemanfaat energi yang signifikan dan
menentukan peluang untuk perbaikan. Perencanaan membahas berapa dan
dimana energi yang digunakan, analisis pengguna energi yang 12 signifikan,
faktor yang mempengaruhinya, dan apakah perlu dilakukan pemeriksaan
energi, optimasi sistem, pengembangan baseline dan indikator kinerja energi,
menentukan tujuan dan target serta rencana aksi.

2. Do ( Implementasi dan Operasi)


Tindakan dari perencanaan dilakukan dengan cara implementasi dan
operasi melalui kompetensi, pelatihan dan kesadaran hemat energi,
persyaratan dokumentasi, dokumen kontrol, kontrol operasi, komunikasi,
desain, pembelian jasa energi, produk dan peralatan serta pembelian pasokan
energi.

3. Check ( Pengecekan Kinerja)


Check berarti proses pengecekan kinerja dari implementasi dan operasi
yang dilakukan dengan cara pemantauan, pengukuran dan analisis, evaluasi
dasar hukum, pemeriksaan internal sistem manajemen energi,
ketidaksesuaian, koreksi, aksi korektif dan preventif, serta hasil
penghematan. Checking yang dilakukan terdiri dari pemeriksaan operasi
melalui rekaman operator, pemeliharaan dan peralatan, pemeriksaan sistem
melalui hasil kinerja obyek energi sesuai standar, pemeriksaan kinerja melalui
indikator kinerja energi dan kecenderungan dan biaya konsumsi energi dan
pemeriksaan kemajuan yang dicapai terhadap rencana

4. Act ( Review Manajemen)


Act berarti aksi dimana proses ini mereview manajemen dan performa
sistem melalui hasil analisis input dan output kinerja sistem manajemen
energi). Manajemen energi sangat penting untuk diintegrasikan ke dalam
struktur organisasi sebuah perusahaan yang konsumsi energinya sangat besar
agar manajemen energi tersebut dapat diimplementasikan.
Peran manajemen energi di dalam berbagai fungsi opersional adalah
manajemen fasilitas, logistik, pembelian energi, produksi, perencanaan dan
pengendalian produksi, dan pemeliharan.
Mahalnya biaya energi untuk menopang kegiatan industri menjadikan
energi sebagai salah satu faktor yang tidak bisa lagi diremehkan begitu saja.
Apalagi untuk industri-industri yang bersifat padat energi, kenaikan biaya energi
ini menjadi semacam lonceng penanda perlunya mengambil tindakan besar atau
akan gulung tikar. Sebut saja industri semen misalnya, hampir 30 % dari total
ongkos produksinya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan energinya, baik
untuk sumber energi termal maupun listrik.
Keputusan untuk menggunakan energi dan mengetahui peluang
penggunaan suatu sumber energi pada suatu industri sangat ditentukan oleh
seberapa besar ongkosnya dan seberapa jauh efek yang ditimbulkannya terhadap
lingkungan. Implikasinya adalah energi saat ini telah menjadi strategi bisnis
yang sangat diperhatikan oleh para pemangku kepentingan pada sebuah industri.
Hal ini disebabkan dengan di susunnya strategi pengelolaan energi akan
menjamin kesinambungan pemenuhan energi pada proses bisinis yang sangat
kritis mulai dari manufaktur sampai dengan kehandalan pembukuan suatu
perusahaan. Selain itu, strategi energi akan memaksimalkan upaya reduksi
pengunaannya, harganya dan pengaruhnya terhadap lingkungan.
Saat ini, manajemen energi merupakan jalan untuk mengatur
pemanfaatan energi di suatu industri. Manajemen energi ini muncul dan dikenal
setelah kita memasuki apa yang disebut oleh para analis energi sebagai ”The
Decade of Uncernity” pada tahun 2007. Manajemen energi ini merupakan
jawaban bagi ketidakpastian pemenuhan kebutuhan energi disuatu industri.
Ditambah lagi, hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 70 Tahun 2007
tentang Energi yang mengamanatkan setiap indusri melakukan konservasi
energi.
Pada tahun 2005, The Conference Board’s Adivisory Group on Strategic
Energy Management di Amerika Serikat merumuskan sebuah “roadmap” untuk
perencanaan energi dan manajemennya pada suatu kegiatan bisnis. Adapun
tujuan dari penyusunan roadmap ini adalah untuk membantu perusahaan
mencegah potensi kehilangan keuntungan dengan memetakan peluang terhadap
suplai energi, efisiensi energi dan produk dan jasa energi. Rodamap perencanaan
dan manajemen energi bersifat unik untuk setiap perusahaan. Artinya rodamap
ini akan berbeda untuk setiap perusahaan tergantung kepada fokus dari roadmap
tersebut.
Secara keseluruhan, ada empat tahapan dalam roadmap proses penyusunan
perencanaan dan manajemen energi, yaitu:
A. Initial Assessment
Tahap pertama ini merupakan tahap identifikasi terhadap organsisasi
untuk pemenuhan kebutuhan energi, kebutuhan energi, resiko, tujuan, image
dan reputasi serta potensi bisnis yang berkaitan dengan energi. Dengan kata
lain, pada tahapan ini dilakukan pengumpulan segenap potensi yang
diperkirakan dapat mendukung perencanaan dan manajemen energi. Target
yang diharapkan adalah mampu menjawab pertanyaan ”seperti apakah
peluang bisnis suatu perusahaan jika dikaitkan dengan energi?” Kerangka
berpikir ini memberikan konteks peluang yang lebih besar tentang energi
dari sekedar ongkos produksi. Dari titik tersebut, manajemen energi
diharapkan mampu menjawab pertanyaan seberapa besar energi
berpengaruh terhadap:
 peluang bisnis yang potensial
 resiko bisnis
 ”posisi” perusahaan di mata para pemangku kepentingan
Keluaran yang diharapkan dari tahapan ini adalah melangkah kedepan
dengan pendakatan strategi manajemen energi yang lebih baik atau tidak
sama sekali
B. Mendesain Proses
Untuk memulai tahapan mendesain proses untuk penerapan
manajemen energi ini, perlu diketahui terlebih dahulu secara aktual
besarnya energi yang dibutuhkan. Biasanya, data kebutuhan aktual tersebut
diperbandingkan dengan data konsumsi energi yang paling efisien dari
industri sejenis. Selain itu, dalam memulai mendesain proses juga harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang lain dari mulai budaya perusahaan
sampai dengan sumber dayanya, organisasi dan pendanaan. Dalam tahapan
ini diharapkan dapat diketahui keperluan pendekatan manajemen energi,
apakah cukup satu divisi cakupann penanganannya atau meliputi seluruh
perusahaan. Selain itu, pada tahapan ini diharapkan dapat diketahui
sumberdaya teknis dan finansial yang dapat menopang, baik dari luar dan
atau dalam perusahaan seta kompetensinya.
C. Evaluasi Peluang
Pada tahapan ini dilakukan evaluasi peluang yang dapat dilakukan
dalam menerapkan perncanaan dan manajemen energi di suatu industri.
Keberhasilan suatu evaluasi peluang sangat tergantung pada besarnya
penggunaan energi disuatu perusahaan serta kompleksitasnya. Jika
pemetaan dan pola pendekatan dalam perencanaan dan manajemen energi
tidak baik maka ada beberapa peluang yang seharusnya memberikan imbas
positif malahan tidak dapat diraih. Esensi dari tahapan ketiga ini adalah
jenis, jumlah dan biaya energi setiap komponen bisnis. Idealnya hal ini
mencakup fasilitas, operasi, transportasi dan distribusi serta jumlah energi
yang dikonsumsi oleh produk itu sendiri.
Peluang yang dapat dicapai dapat dibedakan dalam beberapa kategori, yaitu:
 Efisiensi energi mengurangi jumlah pemakaian energi. Hal ini
mengakibatkan pengurangan ongksos operasional dan pengaruh
lingkungan .
 Manajemen penyediaan energi akan menjamin pengendalian biaya
dan keberlangsungan penyediaan energi.
 Energi yang berkaitan dengan produk dan jasa akan menolong
produk-produk yang telah ada untuk menjadi lebih berdaya saing di
pasaran bahkan bisa membentuk pasar yang baru jika mempunyai
nilai tambah yang lain.
Peluang-peluang tersebut bersifat unik, artinya tidak sama untuk setiap
perusahaan. Peluang-peluang di atas dipengaruhi oleh beberapa fakktor,
diantaranya:
 Produk yang telah ada, proses, fasilitas modal dan peralatan.
 Riwayat kerja dan sistem penghargaan
 Pasar baru dan peluang bisnis
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut bersifat dinamis, bukan statis.
Akibatnya, pendekatan strategi yang digunakan untuk perencanaan dan
manajemen energi juga bersifat dinamis dan iteratif bukan statis.
D. Implementasi
Tahapan yang terakhir ini mengikuti model sistem manajemen
klasik, yaitu penekanan dan penempatan rencana perencanaan dan
manajemen energi dalam struktur organisasi. Penempatan ini diharapkan
dapat menjamin berjalannya program ini serta terjadi integrasi dalam kultur
manajemen perusahaan. Berikut ini beberapa prinsip manajemen dan tools
yang diperlukan
 Komitmen yang jelas dari pucuk pimpinan dengan diwujudkan pada
pola kepemimpinan yang kuat.
 Tujuan yang jelas dan terukur dari setiap tingkatan pencapaian.
 Sumber daya yang memadai untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
 Peninjauan dan pemutakhiran secara periodik tujuan, pencapaian dan
komitmen segenap sumber daya.
 Mengumkan setiap tahapan pencapaian dan pemberian penghargaan
pada setiap pencapaian.
Secara lugas, keempat tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2.1 Flowchart Implementasi


Keempat tahapan yang telah di sebutkan sebelumnya merupakan salah satu
roadmap untu menjawab tantangan pemenuhan energi di masa depan
melalui manajemen energi yang baik [2].

2.3 Energi

Energi listrik merupakan salah satu hal yang paling penting dalam
kehidupan manusia.Energi listrik dibutuhkan dalam beberapa sektor,yaitu sektor
rumah tangga,industri,bisnis,sosial,gedung kantor pemerintah,dan penerangan
jalan umum. Seiring majunya teknologi dan pesatnya perkembangan
pembangunan pada sektor tersebut yang ada diprovinsi Sumatera Selatan
kebutuhan energy listrik juga ikut meningkat. Oleh karena itu,kebutuhan energi
listrik tidak sama tiap tahunnya. Sehingga muncul permasalahan, yaitu
bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan energi listrik tanpa mengalami
kerugian pada perusahaan penyediaan energi listrik Perusahaan Listrik Negara.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mencegah kerugian adalah dengan
adanya perencanaan yang baik dan tepat. Perencanaan bisa dilakukan dengan
memprediksi beban listrik untuk memberikan informasi kepadaPLN. Dalam
prediksi beban listrik, banyak metode yang bisa digunakan [3].

Suatu peluang dan cara untuk penghematan energi listrik adalah solusinya. Oleh
karena itu upaya penghematan haruslah diarahkan untuk:

a. Dapat menurunkan daya terpasang dengan meminimumkan bebah


peralatan/sistem dengan meningkatkan efisiensi kerjanya.

b. Pengurangan jam kerja, atau

c. Kombinasi dari kedua upaya tersebut.

Peluang penghematan yang mungkin ada pada suatu bangunan meliputi :

a) Selubung bangunan, pengurangan perolehan panas pada selubung


bangunan melalui jendela-jendela kaca dan pintu-pintu kaca dengan
peneduh luar. Pengurangan perolehan panas tersebut dilakukan dengan
pelapisan jendela/pintu tadi dengan film yang memantulkan panas atau
dengan penyekat cuaca dan pendempulan. Hal ini dapat dilakukan karena
dengan penyekatan dan pendempulan jendela/pintu yang kurang baik akan
menaikkan beban pendinginan/pemanasan karena ilfiltrasi/eksfiltrasi
udara. Selain cara tersebut di atas yang berhubungan dengan penghematan
energi pada selubung bangunan adalah isolasi dan warna yang lebih terang
untuk atap dan dinding serta plafon atap yang berventilasi.
b) Penyetelan Mesin Pendingin, cakupan pada penyetelan mesin pendingin
yang dapat menghemat/mengurangi penggunaan energi listrik dapat
dilakukan dengan cara setting temperatur air pendinginan, penyimpanan
thermal, penggantian menara pendingin yang tidak memadai lagi,
penggunaan sistem pemompaan primer dan sekunder, pemompaan putaran
variabel/pemasangan pompa kecil secara paralel, pemanfaatan kembali
panas air kondenser dan penggantian chiller yang sudah tidak efisien lagi.
c) Unit- unit Pengendalian Udara (Air Handling Unit), peluang penghematan
energi listrik yang dapat dilakukan pada sistem AHU dengan cara
melakukan konversi dan volume udara variabel, isolasi pekerjaan saluran,
koreksi kebocoran saluran udara dan mengurangi ruangan-ruangan yang
membutuhkan kondisi udara yang khusus.
d) Pengendalian, peluang penghematan energi listrik yang dapat dilakukan
pada sistem pengendalian yaitu dengan cara penjadwalan saat start/stop
sistem, setelan pengendalian thermostat dan kontrol pada sistem
penerangan /peralatan yang menggunakan energi listrik.

Survei awal dapat dilaksanakan dalam waktu satu atau dua hari untuk
instalasi pabrik yang sederhana, namun untuk instalasi pabrik yang lebih
komplek diperlukan waktu yang lebih lama. Survey awal terdiri dari dua bagian,
yaitu :
1) Survey Manajemen Energi
Surveyor (pemeriksaan energi) mencoba untuk memahami
kegiatan manajemen yang sedang berlangsung dan kriteria putusan
investasi yang mempengaruhi proyek konservasi.
2) Survey Energi Teknis
Bagian teknis dari Survey awalsecara singkat mengulas kondisi
dan operasi peralatan dari pemakai energi yang penting (misalnya boiler
dan sistem uap) serta instrumentasi yang berkaitan dengan efisiensi energi.
Survey awalakan dilakukan dengan menggunakan sesedikit mungkin
instrumentasi portable. Pemeriksaan energi akan bertumpu pada
pengalamannya dan mengumpulkan data yang relevan dan mengadakan
observasi yang tepat, sehingga memberikan diagnosa situasi energi pabrik
secara cepat.
Survey awal sangat berguna untuk mengenali sumber-sumber
pemborosan energi dan tindakan-tindakan sederhana yang dapat diambil
untuk mengingkatkan efisiensi energi dalam jangka pendek. Contoh
tindakan yang dapat diidentifikasi dengan mudah ialah hilang atau
cacatnya instalasi, kebocoran uap dan udara tekan, peralatan yang tidak
dapat digunakan, kurangnya control yang tepat terhadap perbandingan
udara dan bahan bakar di dalam peralatan pembakar.
Survey awal seharusnya juga mengungkapkan kurang sempurnanya
pengumpulan dan penyimpanan analisa data, dan area dimana pengawasan
manajemen perlu diperketat. Hasil yang khas dari survey awal ialah
seperangkat rekomendasi tentang tindakan berbiaya rendah yang segera
dapat dilaksanakan dan rekomendasi pemeriksaan yang lebih ekstensif
untuk menguji dengan lebih teliti area pabrik yang terpilih.
Secara umum cukup sulit untuk menyimpulkan besarnya penghematan
yang dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan energi. Namun begitu
penghematan biasanya mendekati jumlah yang cukup berarti, sekalipun
melalui pemeriksaan energi yang paling sederhana. Sebagai petunjuk
kasar, pemeriksaan energi awal diharapkan dapat mengidentifikasi
penghematan sebesar 10% yang umumnya dapat dicapai melalui house
keeping instalasi pabrik.
Setelah mendapatkan hasil uji, pemeriksaan energi menganalisa
hasil tersebut melalui suatu kalkulasi dengan menggunakan materi
pendukung yang ada (misalnya tabel, bagan). Kemudian hasil uji tersebut
digunakan untuk menyusun neraca energi, dimulai dari setiap peralatan
yang diuji dan selanjutnya instalasi pabrik seluruhnya. Dari neraca energi,
dapat ditentukan efisiensi peralatan dan ada tidaknya peluang
penghematan biaya energi. Setelah itu, dilakukan pengujian lebih rinci
terhadap setiap peluang, perkiraan biayanya dan manfaat dari
pilihanpilihan yang telah ditentukan.
Dalam beberapa hal, pemeriksaan energi tidak dapat memberikan
rekomendasi mengenai suatu investasi khusus, mengingat resikonya atau
karena total investasinya terlalu besar. Dalam hal ini, pemeriksaan energi
akan memberikan suatu rekomendasi mengenai studi kelayakan (misalnya
penggantian boiler, perubahan tungku pembakaran, penggantian sistem
uap air dan perubahanproses).

2.4 Audit Penggunaan Energi


Semakin terbatasnya sumber energi yang tersedia dan semakin mahalnya
biaya pemakaian energi maka makin dirasakan perlu usaha-usaha untuk
menghemat energi di segala bidang. Usaha-usaha penghematan energi pada
suatu bangunan komersial seperti hotel atau suatu pabrik hanya dapat dilakukan
jika telah diketahui untuk apa energi tersebut digunakan dan berapa besarnya
pemakaian energi di tiap-tiap bangunan, gedung, hotel atau pabrik tersebut.
Untuk mengetahui hal tersebut maka diperlukan pengetahuan tentang audit
energi atau kesetimbangan energi.
Audit energi adalah suatu analisis terhadap konsumsi energi dalam sebuah
sistem yang menggunakan energi, seperti gedung bertingkat, pabrik. Hasil dari
audit energi adalah laporan tentang bagian yang mengalami pemborosan energi.
Umumnya bentuk energi yang di audit adalah energi listrik dan bahan bakar.
Audit energi dapat dilakukan setiap saat atau sesuai dengan jadwal yang sudah
ditetapkan. Monitoring pemakaian energi secara teratur merupakan keharusan
untuk mengetahui besarnya energi yang digunakan pada setiap bagian operasi
selama selang waktu tertentu. Dengan demikian usaha-usaha penghematan dapat
dilakukan. Meskipun audit energi sangat penting, tetapi tidak banyak perusahaan
atau pengelola gedung melakukannya [4].
2.5 Penerapan Sistem Manajemen Penggunaan Energi
Meningkatnya biaya untuk energi, persyaratan untuk menangani sumber
daya secara bertanggung jawab, dan peningkatan perdagangan global semua
memerlukan pendekatan baru dan konkret untuk penggunaan energi. Mengingat
persyaratan hukum yang ketat untuk perlindungan iklim dan insentif yang
ditawarkan oleh berbagai program bantuan, konsep manajemen energi yang
berkelanjutan terus mendapatkan makna yang penting. Pertama kali diterbitkan
pada bulan Juni 2011, standar internasional sistem manajemen energi atau yang
kita kenal dengan ISO 50001, membantu organisasi mengintegrasikan tanggung
jawab mereka ke suatu sistem manajemen yang holistik, dan mengambil
kesempatan yang ditawarkan.
A. ISO 50001
International Organization for Standardization (ISO) tahun 2011
merilis ISO 50001, yaitu sebuah standar untuk sistem manajemen energi.
Pada awalnya ISO 50001 berasal dari permintaan sebuah lembaga di bawah
naungan PBB yaitu United Nations Industrial Development Organization
(UNIDO), terkait adanya standar manajemen energi yang berlaku secara
internasional [5]. Tujuan keseluruhan dari ISO 50001 adalah untuk
mendukung organisasi dalam upaya mereka menyusun dan
mengimplementasikan suatu sistem manajemen energi yang komprehensif,
serta untuk terus meningkatkan kinerja energi mereka. Berdasarkan
pemenuhan persyaratan hukum, identifikasi dan analisa dari semua yang
berhubungan dengan pertimbangan energi, membuat transparan aliran
energi, menghemat biaya, dan mengurangi emisi gas rumah kaca. ISO
50001 membantu organisasi dalam meraih tujuan yang berhubungan dengan
energi secara sistematis, komprehensif, berorientasi pada tujuan dan sasaran
yang berkelanjutan.
Struktur dari ISO 50001 :
 Menentukan kebijakan energy
 Melakukan proses perencanaan energy
 Menentukan tujuan energi, target dan rencana kerja serta tanggung
jawab dan sumber daya
 Pengawasan yang sistematis
 Melaksanakan potensi penghematan
 Meningkatkan kinerja energy

Guna memfasilitasi implementasi ISO 50001, struktur standard ini


berdasarkan pada elemen standar sistem manajemen ISO pada umumnya,
misalnya sistem manajemen lingkungan ISO 14001, dimana ISO
14001 ditujukan dengan area yang relevan dengan lingkungan, seperti
manajemen sumber daya, sistem operasi, dan semua proses yang ditujukan
untuk realisasi produk, termasuk emisi mereka dan limbah beserta buangan
lainnya. ISO 50001 berfokus pada kinerja energi pada suatu organisasi.
Standar ini menempatkan penekanan khusus pada identifikasi pertimbangan
energi spesifik perusahaan, definisi yang berhubungan dengan tujuan energi
dan rencana tindakan, catatan terperinci dari aliran energi dalam suatu
organisasi, dan mekanisme yang tepat untuk pemantauan. ISO
50001 menyediakan dasar untuk perbaikan berkesinambungan sistem
manajemen energi. Pengumpulan sistematis dan pelaksanaan persyaratan
hukum memberikan organisasi meningkatkan kepastian hukum di area ini.
ISO 50001 juga menerapkan siklus PDCA dengan versi yang disesuaikan
dengan persyaratan dari kinerja energi suatu organisasi.
Plan ISO 50001
 Manajemen Puncak
 Wakil Manajemen
 Kebijakan energy
 Persyaratan hukum dan persyaratan lainnya
 Kajian energy
 Acuan energi (energy baseline)
 Indikator kinerja energy
 Tujuan/sasaran dan rencana tindakan

Do

 Kompetensi, pelatihan dan kesadaran


 Komunikasi
 Persyaratan dokumen
 Kontrol dokumen
 Kontrol operasional
 Desain
 Pengadaan energi, layanan produk, peralatan dan energy

Check
 Monitoring, pengukuran dan analisa
 Evaluasi kepatuhan terhadap persyaratan hukum dan persyaratan
lainnya
 Ketidaksesuaian, perbaikan, tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan
 Kontrol catatan
 Audit internal Sistem Manajemen Energi

Act
 Masukan terhadap tinjauan energy
 Hasil dari tinjauan energy
Keuntungan ISO 50001

Gambar 2.2 Synergy solusi ISO 50001


Penerapan sistem manajemen energi kerap kali memungkinkan perubahan
organisasi yang sederhana untuk menghasilkan penghematan energi yang
signifikan tanpa memerlukan investasi yang besar.
 Aliran energi menjadi transparan
 Perbaikan berkesinambungan dari kinerja energi melalui pengawasan
terus menerus dari aliran energy
 Evaluasi desain dan kegiatan pengadaan yang berhubungan dengan
kinerja energy
 Identifikasi potensi penghematan energi melalui analisa data
 Pengurangan biaya energi dan emisi gas rumah kaca
 Proses yang kuat dan efektif memberikan keuntungan yang kompetitif
 Kesadaran karyawan
 Ketaatan pada persyaratan hokum
 Meningkatkan citra
 Stimulus untuk modernisasi
Kesesuaian dan nilai generasi dengan audit independen dan ahli dari sistem
manajemen organisasi, manajemen puncak dapat yakin bahwa sistemnya
sesuai dengan persyaratan standar [6].
B. Penerapan Pemerintah terhadap ISO 50001
Selain pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk juga
mempengaruhi konsumsi energi Indonesia. Tahun 2019, diprediksi
kebutuhan energi Indonesia mencapai 1,316 Juta SBM (setara barel
minyak). Dibutuhkan niat dan kerja keras dari seluruh elemen bangsa untuk
bersama-sama menekan konsumsi energi. Pemerintah telah berupaya
mengajak masyarakat menghemat energi dengan cara:
1. Pengendalian sistem distribusi BBM di setiap stasiun pengisian bahan
bakar umum.
2. Kendaraan pemerintah dilarang menggunakan BBM subsidi, baik
pusat maupun daerah serta badan usaha milik negara maupun daerah.
3. Pelarangan BBM bersubsidi untuk kendaraan perkebunan dan
pertambangan.
4. Konversi BBM ke bahan bakar gas untuk transportasi.
5. Penghematan penggunaan listrik dan air di kantor-kantor pemerintah
pusat dan daerah, BUMN, BUMD serta penghematan penerangan
jalan.
Berbagai manfaat akan diperoleh dari penerapan standar ISO 50001,
diantaranya: menghemat biaya, meningkatkan keandalan organisasi,
meningkatkan produktifitas dan daya saing, mengurangi risiko karena
kenaikan harga energi, meningkatkan ketahanan terhadap suplai energi.
Meskipun dengan sederet manfaat, bukan berarti tanpa hambatan.
Hambatan dalam penerapan ISO 50001 ini adalah fokus industri pada
produksi dan biaya awal daripada biaya rutin, kurangnya informasi dan
keahlian teknis, serta kurangnya pemahaman dari pimpinan puncak [7].
Contoh Soal dan Penyelesaian

1. Penggunaan Energi di Indonesia ada kalanya menurun akibat kurang nya


memanfaatkan energy secara efektif dan efisien, hal yang harus kita dalami
untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah?

Jawab :
Adalah dengan cara Menerapkan dan mempelajari Manajemen
Penggunaan Energi, Manajemen energi adalah suatu program yang
direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis untuk memanfaatkan
energi secara efektif dan efisien dengan melakukan perencanaan,
pencatatan, pengawasan dan evaluasi secara kontinu tanpa mengurangi
kualitas produksi dan pelayanan. Manajemen energi mencakup perencanaan
dan pengoperasian unit konsumsi dan produksi yang berkaitan dengan
energi untuk mengelola secara aktif usaha penghematan penggunaan energi
dan penurunan biaya energi. Tujuan manajemen energi yaitu penghematan
sumber daya, perlindungan iklim, dan penghematan biaya. Bagi konsumen,
manajemen energi mempermudah untuk mendapatkan akses terhadap
energi sesuai dengan apa dan kapan yang mereka butuhkan. Manajemen
energi berkaitan dengan manajemen lingkungan, manajemen produksi,
logistik, dan fungsi yang berhubungan dengan bisnis lainnya.

2. Suatu penggunaan energi sangat tidak ter arah dan tidak terencana, maka
salah satu hal yang harus di lakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut
adalah?

Jawab :
Dengan melakukan plan atau pun perencanaan, Proses perencanaan
energi mengkaji pemanfaatan energi dan konsumsinya, mengidentifikasi
pemanfaat energi yang signifikan dan menentukan peluang untuk
perbaikan. Perencanaan membahas berapa dan dimana energi yang
digunakan, analisis pengguna energi yang signifikan, faktor yang
mempengaruhinya, dan apakah perlu dilakukan audit energi, optimasi
sistem, pengembangan baseline dan indikator kinerja energi, menentukan
tujuan dan target serta rencana aksi.

3. Kegiatan manajemen penggunaan energi sering kali mengalami kesalahan


ataupun ketidaksesuaian, hal ini lah yang biasanya menjadikan banyak
kerugian karna kurangnya pemeriksaan, hal apakah yang harus di lakukan
pada saat kondisi tersebut?

Jawab :
Salah satu tindakan yang harus di lakukan pada saat kondisi tersebut
adalah Pengecekan kinerja (Check). Check berarti proses pengecekan
kinerja dari implementasi dan operasi yang dilakukan dengan cara
pemantauan, pengukuran dan analisis, evaluasi dasar hukum, audit internal
sistem manajemen energi, ketidaksesuaian, koreksi, aksi korektif dan
preventif, serta hasil penghematan. Checking yang dilakukan terdiri dari
pemeriksaan operasi melalui rekaman operator, pemeliharaan dan peralatan,
pemeriksaan sistem melalui hasil kinerja obyek energi sesuai standar,
pemeriksaan kinerja melalui indikator kinerja energi dan kecenderungan
dan biaya konsumsi energi dan pemeriksaan kemajuan yang dicapai
terhadap rencana

4. Di beberapa kondisi operasional manajemen penggunaan energi ada


kalanya penggunaan energi bangunan sangat tidak efisien dalam artian
sangat banyak menyebabkan kerugian, salah satu cara untuk mengatasi nya
adalah ?

Jawab :
Peran manajemen energi di dalam berbagai fungsi operasional salah
salah satunya adalah manjemen fasilitas. Manajemen fasilitas berperan
penting di dalam manajemen energi karena memiliki proporsi yang sangat
besar (sekitar 25 persen) dari biaya operasi adalah biaya energi. Menurut
International Facility Management Association (IFMA), manajemen
fasilitas adalah sebuah profesi yang memberikan arah kepada berbagai
pihak untuk menjamin berfungsinya keadaan yang dibangun dengan
mengintegrasikan manusia, tempat, proses, dan teknologi. Tujuan penting
dari manajemen energi untuk mengurangi biaya energi bangunan dan
fasilitas tanpa mengganggu proses kerja. Energy Star adalah contoh
program yang terbesar dalam menentukan rumah yang hemat energi.
Rumah yang bersertifikat Energy Star menghemat setidaknya 15 % energi
dari rumah standar.

5. Untuk penghematan dan manajemen energy di Indonesia tidak seluruhnya


efisien maka pemerintah menerapkan sistem manajemen energy ISO 50001,
sebutkan penerapan ISO 50001 yang pemerintah lakukan di Indonesia !

Jawab :
Pemerintah telah berupaya mengajak masyarakat menghemat energi
dengan cara menerapkan sistem manajemen penggunaan energy ISO 50001
yaitu :
1. Pengendalian sistem distribusi BBM di setiap stasiun pengisian bahan
bakar umum.
2. Kendaraan pemerintah dilarang menggunakan BBM subsidi, baik pusat
maupun daerah serta badan usaha milik negara maupun daerah
3. Pelarangan BBM bersubsidi untuk kendaraan perkebunan dan
pertambangan
4. Konversi BBM ke bahan bakar gas untuk transportasi
5. Penghematan penggunaan listrik dan air di kantor-kantor pemerintah
pusat dan daerah, BUMN, BUMD serta penghematan penerangan jalan.

Upaya ini diharapkan mampu mengurangi konsumsi energi, sebagai


gambaran pada tahun 2012 subsidi bahan bakar mencapai Rp 312 Triliun (±
32 milyar US$), dengan rincian Bahan Bakar Minyak/LPG Rp 212 T; dan
Listrik Rp 100 T.
PENUTUP

KESIMPULAN
Manajemen energi adalah suatu program yang direncanakan dan
dilaksanakan secara sistematis untuk memanfaatkan energi secara efektif dan
efisien dengan melakukan perencanaan, pencatatan, pengawasan dan evaluasi
secara kontinu tanpa mengurangi kualitas produksi dan pelayanan.
Energi Konsep sistem manajemen energi yang membangun sistem dan
proses secara manajerial dan teknis untuk mengelola penggunaan energi secara
rasional. Konsep sistem manajemen energi baik secara manajerial maupun teknis
terdiri dari 4 proses yang dikenal proses PDCA yaitu plan, do, check, dan act.
Prosedur energi merupakan bagan alir pelaksanaan pemeriksaan yang
menggambarkan berbagai kegiatan awal calon pelaksana sampai ke kegiatan
akhir energi. Tahap 1 dan Tahap 2 merupakan tahapan yang dilakukan oleh calon
pemeriksaan sampai pada kesimpulan apakah pemeriksaan dapat dilakukan
secara keseluruhan atau hanya dilakukan pada beberapa bagian berdasarkan
evaluasi awal yang dilakukan.

SARAN

Dalam menerapkan manajemen penggunaan energi harus secara konsisten


dan baik sehingga di dapat hasil yang optimal. Dengan menerapkan ISO 50001
di Indonesia. ISO 50001 adalah standar internasional untuk manajemen energi.
Standar ini menyediakan kerangka kerja yang efektif untuk mengoptimalkan
penggunaan energi dan membentuk komitmen organisasi untuk terus
meningkatkan manajemen energi.
Daftar Pustaka

[1] D. Satyagraha, S. Abduh and I. Kasim, "Manajemen Energi di Industri: Optimasi Sisi
Utiliti pada Industri Ban," Jetri: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, vol. 2, p. 17, 2020.

[2] R. "ANALISIS SISTEM MANAJEMEN ENERGI DI HOTEL," Teknik Elektro Fakultas


Teknik , 2020.

[3] Y. Hakimah, "ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI LISTRIK DANPREDIKSIPENAMBAHAN


PEMBANGKIT LISTRIK DI SUMATERA SELATAN," Fakultas Teknik UNIVERSITAS
TRIDINANTI PALEMBANG, vol. 7, no. 2, pp. 86-156, 2019.

[4] A. Y. Nugraha and O. Kurdi, "STUDI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA
GEDUNGASTHABRATA," Departemen Teknik Mesin Universitas Diponegoro, vol. 14,
no. 1, pp. 25-30, 2018.

[5] F. Mulyani, H. Suyono and R. N. Nur, "Audit dan Rancangan Implementasi Sistem
Manajemen Energi Berbasis ISO 50001 di Uniersitas Barawijaya Malang," Universitas
Brawijaya Malang, vol. 12, no. 2, 2018.

[6] S. solusi, "Sistem Manajemen Energi Bisa Membantu Penghematan Energi," Proxsis,
[Online]. Available: https://synergysolusi.com/indonesia/berita-terbaru/sistem-
manajemen-energi-bisa-membantu-penghematan-energi.

[7] R. Mahendra, "Sistem Manajemen Energi ISO 50001 dan Penerapannya di


Indonesia," ISOCENTER INDONESIA, 2022. [Online]. Available:
https://isoindonesiacenter.com/sistem-manajemen-energi-iso-50001-dan-
penerapannya-di-indonesia/.
Lampiran Kelompok 2

Nama :
Muhammad Farhan Supriatna (D1021191054)
Syahrul Gunawan (D1021191023)

Anda mungkin juga menyukai