Disusun oleh:
1
sediri. Penundaan jadwal, dan human error tentu meningkatkan resiko dan dapat
menyebabkan efek yang tidak diinginkan kepada semua pihak yang terlibat.
Seperti contoh dalam industri, keterlambatan akibat resiko-resiko yang tidak
terduga dapat menyebabkan hilangnya pendapatan dan masa kerja yang lebih
lama, tambahan biaya material, serta tambahan biaya pekerja, Maka dari itu
manajemen resiko perlu dilakukan dalam suatu proyek untuk mengidentifikasi dan
mengevaluasi faktor- faktor yang dapat meningkatkan resiko yang berpotensi
menyebabkan kerugian. Sangat penting bagi pihak industri dan pabrik untuk
mengidentifikasi, mengambil keputusan serta mengambil tindakan pencegahan
untuk mengurangi potensi kerugian yang dapat terjadi.
2
BAB II
PROFIL
Program Gemilang adalah progam kolaborasi antara IA-ITB dengan ITB sebagai
bentuk partisipasi pada program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Pilot project dari Program Gemilang adalah Studi Independen selama 1 (satu)
semester. Pilot project Program Gemilang diadakan pada Semester 1 tahun ajaran
2021/2022 yaitu pada bulan Agustus-Desember.
Pada program ini, diadakan 2 kelas yang dapat diambil yaitu kelas Sustainable
Energy dan kelas Energy Management, dapat dikuti oleh mahasiswa ITB yang
sedang setidaknya menjalani semester 5. Program studi independen Sustainable
Energy dan Energy Management ini hanya dapat dipilih salah satu antara
keduanya oleh peserta, dan masing-masing kelas (Sustainable Energy atau Energy
Management) dapat ditukarkan sebesar 6 SKS mata kuliah.
Baik kelas Sustainable Energy maupun Energy Management dikelola oleh tim
Program Gemilang dan didukung oleh pengajar profesional di sektor energi.
Pengajar profesional yang mengisi kelas pada Program Gemilang antara lain
adalah Bapak Dr. Sudarmono Sasmono, S.Si., M.T. (CEO PT. Quadran Energi
Rekayasa), Bapak Ir. Edi Leksono, M.Eng., Ph.D. (Dosen, Peneliti, dan Kepala
Laboratorium Manajemen Energi Teknik Fisika ITB), dan Bapak Jaya Wahono,
S.T., M.Sc (Founder dan Direktur Utama Clean Power Indonesia).
3
BAB III
PELAKSANAAN
Kelas Energy Management pada Program Gemilang ini dilaksanakan dalam kurun
waktu 16 minggu, dimulai pada tanggal 28 Agustus 2021 (minggu ke-1) dan
selesai pada tanggal 11 Desember 2021 (minggu ke-16). Materi disampaikan per
minggu dalam kurun waktu 16 minggu tersebut, dengan 6 minggu terakhir
difokuskan pada pengerjaan team-based capstone project.
4
3. Membudidayakan komunikasi yang baik berkaitan dengan energi
4. Mempertahankan memantau yang efektif, melaporkan, dan strategi
manajemen untuk penggunaan energi yang bijak.
5. Menemukan cara baru untuk menaikan return dari investasi energi.
6. Mengembangkan ketertarikan dan dedikasi ke manajemen energi untuk semua
pegawai.
7. Mengurangi efek-efek yang dapat menggangu pasokan energi
Pada minggu ke-2, materi yang dibahas adalah manajemen energi yang efektif
serta struktur organisasi manajemen energi yang dibawakan oleh Bapak Ir. Edi
Leksono, M.Eng., Ph.D. Pemaparan dimulai dengan penjelasan mengenai definisi
manajemen energi, yang merupakan kegiatan terpadu untuk mengendalikan
5
konsumsi energi agar tercapai pemanfaatan energi yang efektif dan efisien. Agar
hal tersebut dapat terjadi, diperlukan penerapan praktik dan proses-proses
manajemen energi yang efektif untuk kemudian menjadi sebuah program energi.
Program energi yang diterapkan harus mengikuti pedoman manajemen energi,
dengan tahapan-tahapan yaitu membuat komitmen (make a commitment), menilai
kinerja (assess performance), tetapkan sasaran (set goals), buat rencana aksi
(create an action plan), implementasikan rencana aksi (implement the action
plan), evaluasi progres (evaluate progress), dan akui ketercapaian (recognize
achievements).
Untuk menjalankan progam energi, perlu ditunjuk seorang Manajer Energi untuk
menjadi penanggung jawab utama. Penunjukan Manajer Energi ini merupakan
komponen penting dari suksesnya program energi, di mana Manajer Energi akan
membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membangun kinerja energi
sebagai nilai utama. Posisi Manajer Energi tidak selalu harus menjadi posisi
penuh waktu, namun dapat pula berupa tambahan untuk tanggung jawab lainnya.
Tugas- tugas Manajer Energi antara lain adalah mengkoordinasikan dan
mengarahkan program energi secara keseluruhan, membentuk dan memimpin Tim
Energi, bertindak sebagai titik kontak untuk manajemen senior, menyusun
kebijakan energi, menilai potensi nilai yang dapat diperoleh dari manajemen
energi yang lebih baik, dan mengukur, melacak, mengevaluasi, dan
mengkomunikasikan hasil.
7
misalnya perwakilan dari departemen Operations & Maintenance,
Building/Facilities Management, Environmental Health and Safety, dan
Purchasing. Sehingga, struktur organisasi Tim Energi adalah sebagaimana tertera
pada Gambar 2.
8
bahwa Indonesia sebagai importir minyak yang ternyata sudah tidak bisa
mencukupi kebutuhan domestiknya sendiri. Beliau menyampaikan bahwa perlu
utilisasi sumber energi alternatif untuk mengurangi ketergantungan dan impor
BBM.
9
d. Perencanaan dan Pelaporan
Pada minggu keempat, materi yang dibawakan adalah manajemen energi efektif:
Perencanaan dan pelaporan yang dibawakan oleh Bapak Ir. Jaya Wahono (MS
‘88). Pada awalnya beliau menjelaskan ulang tentang apa itu definisi dari
manajemen dan audit energi. Manajemen energi adalah penggunaan energi yang
efisien dan efektif untuk memaksimalkan keuntungan dan meningkatkan tingkat
kompetitif. Ada beberapa tingkatan dalam Audit Energi, yaitu:
Tahap Awal
o Perhitungan kWh/m2
o Perbandingan dengan gedung lain
Level 1 (Inspeksi Lapangan)
o Perhitungan kasar biaya dan penghematan dalam konservasi energi
o Identifikasi biaya proyek audit energi
Level 2 (Survey dan Analisis Makro Pemakaian Energi)
o Penjabaran/Pendetailan Pemakaian energi per alat
o Perhitungan detail biaya dan penghematan dalam proses konservasi energi
o Perhitungan detail biaya O&M gedung
Level 3 (Survey dan Analisis Detail/Mikro Pemakaian energi)
o Analisis detail persatuan jam terkait pemakaian energi
o Simulasi data per jam untuk menghitung biaya dan penghematan dalam
proses konservasi energi
Tujuan dari audit energi adalah memperkirakan dengan akurasi tinggi
penghematan energi, biaya proyek, dan jangka waktu pengembalian modal.
Beliau juga mengatakan ada beberapa pertimbangan dalam Audit Energi, seperti
faktor sumber daya manusia, kondisi peralatan dan fasilitas, dana yang tersedia,
dan faktor tambahan yang berpengaruh pada bisnis.
10
Gambar 5. Metodologi Audit Energi
Sesuai dengan gambar di atas, metodologi dari Audit Energi dibagi menjadi 3
bagian, yaitu pengumpulan data, penyusunan kajian, dan implementasi. Pada
bagian pengumpulan data terdapat beberapa kegiatan, seperti wawancara
karyawan, inspeksi, pengumpulan data lapangan awal, analisis data, penetuan
baseline, dan perkiraan potensi penghematan konservasi energi. Pada bagian
penyusunan kajian terdapat kegiatan seperti simulasi perhitungan dan
penghematan, analisis teknis dan perhitungan finansial, penentuan prioritas
berdasarkan arahan klien. Pada tahap terakhir, yaitu implementasi terdapat
kegiatan laporan audit dan perencanaan implementasi audit.
Satu hari setelah kelas Perencanaan dan Pelaporan (minggu keempat), koordinator
kelas Energy Management memberikan tugas critical review terhadap paper yang
berhubungan dengan praktik manajemen energi dalam kasus dunia nyata, minimal
terbitan tahun 2019, untuk kemudian disajikan dalam sebuah presentasi
PowerPoint/media serupa dengan jumlah slide maksimal sebesar 10 slide.
11
metode penghematan sangat bergantung pada masyarakat itu sendiri. Sedangkan,
kelompok 1 (kelompok Daffa Adiputra 13318046 dan Dhian Nur Aziz 13318059)
memilih paper dengan judul “A comprehensive investigation of energy
management practices within energy intensive industries in Bangladesh”, oleh
Hasan, et al. Oleh kelompok 4, ditemukan bahwa hasil empiris dari penelitian ini
menunjukkan konsep manajemen energi dan efisiensi energi relatif baru dalam
industri sehingga kurangnya kesadaran dan informasi. Ditemukan juga bahwa
penelitian ini memberikan wawasan yang signifikan dalam domain manajemen
energi juga untuk referensi dalam pembuatan kebijakan energi khususnya di
negara berkembang.
Kemudian pada minggu ke-5, peserta kelas Energy Management diminta untuk
mempresentasikan hasil critical review yang telah dilakukan tiap kelompok
tersebut. Presentasi dilakukan dengan total waktu 30 menit, dengan 15 menit
pemaparan dan 15 menit tanya jawab.
f. Audit Energi
Pada minggu ke-6, materi yang dibahas adalah Audit Energi yang dibawakan oleh
Pak Rafles P. Simatupang. Pemaparan dibuka dengan bahasan mengenai sistem
manajemen energi dan program penghematan energi, yang menjadi inti dari
proses konservasi energi. Dalam praktik konservasi energi, audit energi adalah
proses penting yang di mana audit energi adalah proses evaluasi pemanfaatan
energi dan identifikasi peluang penghematan energi serta rekomendasi
peningkatan efisiensi energi pada pengguna energi dan pengguna sumber energi
dalam rangka konservasi energi.
Audit energi bertujuan untuk memahami bagaimana energi digunakan dalam suatu
fasilitas dan untuk mencari peluang perbaikan dan penghematan energi, dan
kadang kala pun dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dari program efisiensi
energi. Audit energi memiliki 3 tingkatan, yaitu a) audit energi singkat (walk-
through audit), b) audit energi awal (preliminary energy audit), dan c) audit
energi rinci (detailed energy audit).
12
Gambar 6. Tingkatan audit energi
Prosedur umum dalam audit energi dimulai dari penyusunan tim audit energi,
pengumpulan data, analisis data (dan menyusun laporan), diskusi dan presentasi
hasil analisis, penyusunan laporan akhir, kemudian ditutup dengan rekomendasi
yang diberikan. Dalam menyusun tim audit energi, harus dipastikan bahwa
seluruh anggota memiliki kompetensi yang cukup, ditandai oleh perolehan
sertifikasi kompetensi audit energi yaitu kompetensi Menyiapkan Proses Audit
Energi (JPI.AI02.001.01), Melakukan Survei Lapangan (JPI.AI02.002.01),
Melakukan Analisis Data Survei Lapangan (JPI.AI02.003.01), dan Membuat
Laporan Audit Energi (JPI.AI02.004.01).
13
dan sistem, kebocoran/pemborosan energi, sistem recovery energi, jadwal operasi
peralatan, dan manajemen operasi. Kemudian, pencarian peluang penghematan
energi dilakukan dalam tahap berikut, yaitu membuat neraca energi dan hitung
efisiensi dan kemudian hitung ECO, kelayakan teknis-ekonomis & rekomendasi.
Tahapan ini digambarkan dengan baik pada Gambar 7.
g. Analisis Ekonomi
Pada minggu ketujuh kelas Energy Management, materi yang dibahas adalah
Analisis Ekonomi yang disampaikan oleh Kak Trendy Prima Wijaya, S.T. (S2 TF
ITB). Pemaparan dimulai dengan bahasan SDGs, khususnya tujuan ketujuh yaitu
Energi Bersih dan Terjangkau, serta upaya pencapaiannya melalui implementasi
pembangkit listrik tenaga energi baru dan terbarukan (PLT-EBT). Namun, dalam
perencanaan PLT-EBT untuk menggantikan sistem energi listrik konvensional,
perlu dilakukan berbagai analisis terkait sisten eksisting dan sistem PLT-EBT
yang diajukan. Salah satu analisis yang terpenting adalah analisis ekonomi, yang
akan mencari tahu tentang kelayakan (feasibility) (dari sisi ekonomi) dan
profitabilitas sebuah proyek.
14
Prinsip ekonomi yang menjadi dasar dalam analisis ekonomi adalah investasi, di
mana ingin didapatkan nilai (atau keuntungan, profit) yang maksimal dengan
pengorbanan (atau biaya, cost) yang seminimal mungkin. Investasi secara umum
memerlukan pengeluaran saat ini untuk memperoleh suatu manfaat yang cukup
layak di masa yang akan datang, dan investasi harus didasarkan pada tujuan
perusahaan serta sebab-akibat ekonomisnya terhadap laba perusahaan dalam
jangka panjang. Dana investasi dapat bersumber dari modal asing yang terikat
dalam suatu perjanjian pinjaman dengan pihak luar yang harus dibayar sejumlah
pokok pinjaman ditambah bunga dalam jangka waktu tertentu, dan bersumber dari
modal sendiri dengan 3 jenis, yaitu laba ditahan, akumulasi depresiasi, dan
cadangan ekspansi.
Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam investasi adalah nilai waktu uang,
yang di mana nilai uang saat ini (present value, PV) dan nilai uang masa depan
(future value, FV) tidak sama akibat pengaruh suku bunga (interest, i) dalam
sebuah jangka waktu (n).
𝐹𝑉 = 𝑃𝑉 × (1 + 𝑖)𝑛 (1)
Untuk dapat lebih mengerti konsep PV-FV ini, bayangkan Anda memenangkan
sebuah hadiah undian uang, namun Anda diberikan 2 pilihan: untuk menerima
100 juta sekarang, atau menerima 10 juta dibayar tiap akhir tahun selama 20
tahun. Dari kedua pilihan tersebut, pilihan yang lebih menguntungkan bergantung
kepada suku bunga yang berlaku pada perhitungan PV/anuitas. Dengan asumsi
suku bunga dibawah 8%, maka berdasarkan PV, lebih menguntungkan opsi kedua
(pembayaran periodik). Gambaran umum perhitungan PV tersebut tercantum pada
Gambar 8.
Dalam proyek investasi, Payback Period atau periode balik modal adalah
parameter penting yang mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan proyek untuk
berhasil menutup dana yang di“tanam”kan. Proyek investasi diterima apabila
Payback Period lebih rendah atau berada pada rentang waktu yang ditentukan
pihak perusahaan. Selain Payback Period, parameter lainnya dalam analisis
kelayakan adalah Internal Rate of Return (IRR) yang merupakan nilai suku bunga
yang akan menghasilkan nilai NPV = 0, di mana jika . Parameter lain yang
penting dalam konteks investasi proyek sistem energi adalah Levelized Cost of
Energy (LCOE) yang merupakan biaya total (dari biaya modal, biaya O&M, dan
biaya bahan bakar) untuk setiap satuan kWh energi yang dihasilkan, di mana
proyek investasi diterima apabila LCOE bernilai cukup rendah menurut standar
yang ditetapkan. Seluruh parameter ini dapat dihitung menggunakan Excel untuk
kemudian didapatkan nilainya untuk menjadi pertimbangan investasi.
Dalam investasi proyek PLT-EBT, misal PLT Surya (PLTS), dapat dimanfaatkan
perangkat lunak lain yang dapat melakukan kalkulasi yang lebih kompleks dari
Excel dalam menghitung parameter-parameter analisis ekonomi, HOMER Pro
salah satunya. Pada HOMER Pro, langkah pertama yang dilakukan adalah
mendefinisikan sistem, yaitu menentukan skema sistem, profil beban, komponen
grid, dan profil ketersediaan sumber energi. Setelah itu, ditentukan parameter-
parameter ekonomi, teknis, dan denda pencemaran sebagai parameter konstrain
untuk menjadi parameter optimasi yang kemudian ditentukan metode optimasi
yang ingin digunakan di tahap berikutnya. Luaran dari pemodelan dan optimasi
sistem oleh HOMER Pro menunjukkan parameter-parameter yang dibahas di atas,
ditambah berbagai parameter lainnya yang dapat menjadi pertimbangan investasi
sistem PLTS tersebut, dengan keleluasaan yang besar dalam penentuan konstrain.
16
Gambar 9. Rangkuman hasil analisis ekonomi melalui simulasi HOMER Pro
Pada minggu ke-8, materi yang dibahas adalah Manajemen Sistem Kontrol Energi
yang dibawakan oleh Bapak Dr.-Ing. Justin Pradipta, S.T., M.T. Kelas dibuka
dengan pemaparan outlook energi dunia, serta alokasi konsumsi energi.
Ditemukan bahwa 71% energi di Amerika Serikat dikonsumsi oleh bangunan
(komersil 19%, residensial 22%, dan industrial 30%), dan 59% dari konsumsi
energi bangunan dimanfaatkan untuk kepentingan heating, ventilation, and air
conditioning (HVAC).
17
program manajemen energi yang diterapkan pada bangunan dalam sebuah periode
waktu (umumnya 1 tahun setelah program dimulai), dapat dihitung konservasi eui
melalui selisih nilai EUI antara tahun sebelum dimulainya program dengan tahun
setelah dimulainya program, misal selisih EUI pada bulan Juli di dua tahun
tersebut sebagaimana tertera pada Gambar 10.
Dalam teori kontrol, terdapat dua prinsip dasar yang harus dipahami, yaitu kontrol
kalang terbuka (open loop control) dan kalang tertutup (closed loop control).
Kontrol kalang terbuka adalah sistem kontrol tanpa umpan balik (feedback)—atau
dalam kata lain feed forward control—yang umumnya pengontrol beroperasi
18
sebagai aktuator atau switch yang diatur oleh timer. Sementara itu, kontrol kalang
tertutup menerapkan umpan balik dari luaran proses menuju pengontrol, dan
digunakan ketika ada variabel kontrol (controlled variable) yang diukur sensor.
Salah satu kegunaan penerapan sistem kontrol pada manajemen energi bangunan
adalah pengendalian permintaan atau beban (demand/load control), dengan
metode-metode seperti yang tertera pada Gambar 11.
IoT memiliki banyak kegunaan dalam manajemen energi, antara lain dapat
digunakan pada manajemen energi mikrogrid, integrasi EV, demand response,
advanced metering infrastructure, kenyamanan termal dan kualitas udara dalam
ruangan, serta kenyamanan visual. Meski begitu, terdapat banyak tantangan dalam
aplikasi IoT pada bangunan, termasuk (dan tak terbatas pada) desain kerangka
kerja, integrasi sistem, standardisasi, konsumsi energi, dan keamanan & privasi.
Pada minggu kesepuluh, materi yang dibahas yaitu mengenai perawatan sistem
energi yang disampaikan oleh Bapak Dr. Irsyad Nashirul Haq, S.T., M.T. Materi
19
yang dibawakan berupa operasi & kinerja sistem energi, metode & prosedur
perawatan sistem energi, dan contoh perawatan sistem energi.
Dalam melakukan O & M perlu membedakan beberapa hal, seperti sistem energi
mempunyai parameter operasi & kinerja yang berbeda-beda, parameter
operasional (pengukuran langsung yang berasal dari sensor, dan parameter kinerja
(pengolahan data Efficiency, Performance Ratio, Spectral Analysis, dll). Gambar
12 merupakan beberapa contoh dari tipe perawatan.
20
Salah satu contoh dari perawatan yaitu Condition-Based Maintenance (CBM).
CBM adalah strategi perawatan yang memantau kondisi aktual suatu aset untuk
memutuskan perawatan apa yang perlu dilakukan. Manfaat dari CBM yaitu dapat
monitoring kondisi kinerja dari sistem energi, mendiagnosis data historis ketika
terjadi kegagalan sistem energi, dan melakukan prognosis / prediksi akan potensi
kegagalan kedepan sistem energi. Metode yang digunakan pada CBM yaitu
dengan menganalisis beberapa indikator kinerja yang disesuaikan dengan jenis
peralatan seperti pada Gambar 13. Selain itu, pemanfaatan O&M berbasis CBM /
Predictive maintenance juga dapat menggunakan Big Data Analytics.
Pada minggu kesebelas, materi yang dibahas mengenai manajemen ketahanan dan
reliabilitas energi oleh Bapak Dr. Ir. Sudarmono Sasmono, S.Si, M.T. Materi yang
dibawakan berupa metode analisis resiko dan metode penanggulanan resiko yang
proses identifikasinya terdapat pada Gambar 14 berikut.
21
Secara sederhana, risiko dapat didefenisikan sebagai suatu besaran yang dikaitkan
dengan kurangnya kepastian hasil sebuah proses, sehingga hasil tersebut menjadi
sangat sensitif dan menyebabkan ketidakpastian. Dengan demikian risk
engineering dapat didefenisikan sebagai serangkaian usaha-usaha kerekayasaan
untuk memperkecil tingkat ketidakpastian hasil sebuah proses. Persoalan risiko
dalam pengelolaan energi muncul sebagai respon dari semakin meningkatnya
ketidakpastian dalam perencanaan dan pengoperasian sistem energi.
Ketidakpastian dalam perencanaan berdampak pada salah satu yang terpenting,
yaitu ketidakpastian dalam bisnis energi. Sedangkan secara teknis, ketidakpastian
dalam pengoperasian sistem energi meningkat sejak penetrasi massif sumber-
sumber energi yang memiliki tingkat ketidakpastian tinggi. Kedua persoalan
ketidakpastian ini memicu resiko perencanaan dan pengoperasian yang harus
dimitigasi dari awal.
Pada Gambar 14, risiko tinggi (daerah merah) adalah risiko yang memiliki tingkat
probabilitas dan kerusakan yang tidak dapat ditolerir atau tidak dapat diterima.
Risiko sedang/normal (daerah kuning) adalah kondisi dimana peralatan listrik
tegangan tinggi bekerja pada kondisi operasi normal sesuai karakteristiknya
sehingga tidak diperlukan tindakan yang bersifat segera. Risiko rendah (daerah
22
hijau) adalah kondisi dimana peralatan listrik tegangan tinggi yang digunakan
masih dalam keadaan baru sehingga kemungkinan kegagalan dapat diabaikan.
23
BAB IV
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Program Gemilang adalah program kolaborasi antara IA-ITB dengan ITB sebagai
bentuk partisipasi pada program MBKM. Pilot project dari Program Gemilang
adalah studi independen selama 1 semester kuliah pada Semester I 2021/2022,
dengan dua pilihan kelas yang hanya bisa dipilih salah satu yaitu kelas
Sustainable Energy dan kelas Energy Management. Kelas Energy Management
yang diambil dilaksanakan dalam waktu 16 minggu.
5.2. Saran
Secara garis besar, kelas Sustainable Energy pada Program Gemilang ini memiliki
silabus dan satuan acara pengajaran yang sangat menarik, ditambah dengan
rentetan pengajar profesional yang tidak diragukan lagi kompetensinya di bidang
masing- masing. Namun, masih terdapat sangat banyak hal yang dapat diperbaiki
dari segi teknis manajemen perkuliahan. Hal-hal ini antara lain meliputi platform
learning management system (LMS) Practisee yang tidak diutilisasi secara
maksimal sebagai LMS satu pintu terkait informasi kuliah/tugas dan dokumen
materi, tautan Zoom yang kadang kali terlambat dikirimkan, serta hal-hal teknis
lainnya yang tentu dapat diperbaiki di program selanjutnya.
24
Selain dari segi teknis, koordinasi antara mahasiswa-penyelenggara-pengajar pun
dinilai kurang efektif. Hal ini cukup sering menimbulkan kebingungan di antara
mahasiswa, biasanya terkait kejelasan mengenai spesifikasi tugas, informasi
ada/tidaknya kelas, serta urusan administratif terkait pendaftaran credit earning
program ke Prodi masing-masing. Sebagai pilot project Program Gemilang,
program studi independen besutan IA-ITB ini tentunya diharapkan untuk
berbenah dan terus berupaya untuk menyediakan program unggulan bagi para
mahasiswa yang mencari pengalaman positif dan suasana baru dalam mengejar
ilmu.
25
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, A., Tuhin, R. A., Ullah, M., Sakib, T. H., Thollander, P., & Trianni, A.
(2021). A Comprehensive Investigation of Energy Management Practices
within Energy Intensive Industries in Bangladesh. Energy, 120932.
26
Sasmono, S. (2021, 30 Oktober). Manajemen Ketahanan dan Reliabilitas Energi
[Slide PowerPoint]. Google Drive.
https://docs.google.com/presentation/d/18UvJr1u9utEI1K-
Yvnc8MUIJLvK2zCle/edit?usp=sharing&ouid=101215356548516526154
&rtpof=true&sd=true
27