Pendahuluan
Sumber energi memegang peranan penting dalam pembangunan negara
berkembang, mempengaruhi seluruh aspek kehidupan ekonomi dan sosial. Akses yang
memadai dan terjangkau terhadap sumber energi, khususnya listrik, membuka pintu bagi
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Hal ini menciptakan lapangan kerja,
merangsang investasi, dan mendorong pembangunan infrastruktur penting seperti
pendidikan, layanan kesehatan, dan transportasi.
Sebagai negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi pesat,
Indonesia menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energi yang terus
meningkat. Sumber energi minyak dan gas masih unggul di pasar energi Indonesia.
Energi fosil masih menjadi sumber energi utama Indonesia, khususnya minyak bumi.
Konsumsi minyak Indonesia sekitar 1,6 juta barel per hari, namun produksinya hanya
700.000 hingga 800.000 barel per hari, setengah atau lebih sisanya diimpor. Hal ini akan
semakin memperlebar defisit perdagangan Indonesia, apalagi jika nilai tukar rupiah
menurun.
Nimika Fania Putri: Harapan Masa Depan Energi Terbaharukan Indonesia:
Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Tanpa tindakan segera, impor energi dipastikan akan terus meningkat. Indonesia
Energy Outlook 2018 memperkirakan kebutuhan energi Indonesia akan mencapai 795
juta barel setara minyak (SBM) pada tahun 2016. Permintaan ini diperkirakan akan
meningkat 2,3 kali lipat pada tahun 2030 dan 5,7 kali lipat pada tahun 2050, terutama
untuk memenuhi kebutuhan industri dan transportasi.
Minyak dan gas bukanlah sumber energi yang dapat diandalkan dalam jangka
waktu panjang. Urbanisasi dan pertumbuhan populasi membuat persentasi kebuuhan
energi tiap tahun meningkat dan akan terus meningkat. Apalagi, dampak buruk dari
pengeksploitasian minyak dan gas sudah terasa di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri,
penyumbang polusi terbesar berasal dari kendaraan, dimana terjadi pembakaran fosil.
Polusi hasil dari pembakaran ini disumbangkan bahkan mencapai 10 juta ton CO2
berdasarkan statistik.
Dalam konteks ini, diperlukan sumber energi yang pasti dan dapat diperbarui
sepanjang masa. Demi memenuhi kebutuhan sumber energi yang akan digunakan
menjadi listrik dan lainnya, maka sumber energi yang dapat menjadi solusi yang
signifikan adalah panas bumi, biomasa (yang berasal dari limbah) dan tenaga surya
dengan PLTS. Tenaga angin terbukti kurang efektif karena hanya dapat mencapai
efisiensinya di beberapa wilayah saja.
Kajian Pustaka
Pengembangan EBT di Indonesia
Saat ini pengembangan EBT mengacu pada Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun
2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Perpres tersebut menyebutkan kontribusi EBT
terhadap bauran energi primer nasional pada tahun 2025 sebesar 17% yang terdiri dari
bahan bakar nabati 5%, panas bumi, biomassa, nuklir, tenaga air, tenaga surya dan angin
sebesar 5%, panas bumi, biomassa, tenaga nuklir, tenaga angin dan tenaga surya sebesar
5%, dan batubara cair sebesar 2%.
Impor energi dalam jumlah besar menjadi peluang percepatan pengembangan
energi baru terbarukan (EBT) yang akan menjadi andalan masa depan. Selama ini
semangat pengembangan EBT semakin naik turun dan baru diingat ketika nilai tukar
Rupiah terdepresiasi. Dari target bauran energi nasional sebesar 23% untuk EBT pada
tahun 2025, tahun ini telah tercapai sebesar 12,5%.
PLTS
Pembangkit listrik tenaga fotovoltaik (PLTS) mengubah energi matahari menjadi
listrik menggunakan efek fotovoltaik. Panel surya, terdiri dari sel surya, menangkap sinar
matahari dan menghasilkan energi menjadi elektron di dalam sel surya. Proses ini
menghasilkan arus searah (DC), yang kemudian dialirkan melalui inverter dan diubah
menjadi arus bolak-balik (AC), yang lebih sesuai dengan kebutuhan rumah dan jaringan
listrik umum. Tenaga yang dihasilkan dapat langsung digunakan untuk memenuhi
kebutuhan listrik rumah dan tempat usaha.Ketika pembangkitan listrik melebihi
permintaan, sisa energi dapat dialirkan ke jaringan listrik atau disimpan dalam baterai.
Nimika Fania Putri: Harapan Masa Depan Energi Terbaharukan Indonesia:
Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Berdasarkan lokasi pemasangannya, sistem PLTS dibedakan menjadi dua jenis: sistem
desentralisasi (sistem PV terdistribusi) dan sistem terpusat (centralized PV system).
Berdasarkan aplikasi dan konfigurasinya, PLTS secara garis besar dibagi menjadi dua
kategori: sistem sistem PV off-grid, yang biasa dikenal dengan PLTS mandiri, dan sistem
sistem PV yang terhubung ke jaringan. Apabila PLTS digunakan bersamaan dengan
pembangkit listrik jenis lain maka disebut sistem hybrid.
Gambar 1
Berdasarkan data ESDM, Potensi energi surya di Indonesia sangat besar, yaitu
sekitar 4,8 KWh/m2 atau 112.000 GWp, namun yang masih dimanfaatkan hanya sekitar
10 MWp. Saat ini, pemerintah telah menerbitkan peta jalan pemanfaatan energi surya
yang menargetkan kapasitas terpasang PLTS sebesar 0,87 GW atau sekitar 50
MWp/tahun pada tahun 2025. Angka tersebut menunjukkan potensi pasar yang sangat
besar untuk pengembangan energi surya di masa depan.
Manfaat PLTS
Pemanfaatan pembangkit listrik tenaga fotovoltaik (PLTS) memberikan dampak
positif yang signifikan terhadap banyak aspek kehidupan. Salah satu keunggulan utama
PLTS adalah merupakan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan. Dengan
mengubah sinar matahari menjadi listrik, PLTS mengurangi ketergantungan pada sumber
energi fosil yang terbatas dan mengurangi emisi gas rumah kaca yang berkontribusi
terhadap perubahan iklim. Selain itu, PLTS berfungsi untuk memperluas akses listrik di
daerah terpencil dan sulit dijangkau dengan jaringan listrik tradisional.
Dengan memanfaatkan melimpahnya energi surya, PLTS menjadi solusi untuk
mengatasi persoalan ketimpangan akses listrik di berbagai daerah. Selain manfaat
lingkungan dan akses terhadap energi, PLTS juga dapat mengurangi biaya operasional
jangka panjang karena sumber energinya gratis dan tidak terbatas, sehingga merupakan
investasi berkelanjutan dan hemat biaya dalam jangka panjang.
a. Ramah Lingkungan: PLTS tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca atau
polusi udara selama operasinya, membantu mengurangi dampak negatif terhadap
lingkungan.
Nimika Fania Putri: Harapan Masa Depan Energi Terbaharukan Indonesia:
Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Kesimpulan
Pembangkit listrik tenaga fotovoltaik (PLTS) mempunyai potensi besar sebagai
andalan pemenuhan kebutuhan energi Indonesia secara berkelanjutan. Prinsip
pengoperasian PLTS didasarkan pada konversi energi matahari menjadi listrik sehingga
menjadi sumber energi yang bersih, ramah lingkungan, dan terbarukan.
Manfaat utama tenaga surya mencakup pengurangan emisi gas rumah kaca,
diversifikasi sumber energi, dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang
semakin langka. Meski memiliki potensi besar, tantangan yang dihadapi PLTS meliputi
aspek teknis, ekonomi, dan regulasi. Dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat
msangat dibutuhkan. Regulasi serta sosialisasi massal yang mendukung dan pengakuan
akan pentingnya energi terbarukan menjadi kunci keberhasilan penerapan PLTS.
Melalui upaya bersama dan investasi dalam pengembangan PLTS, Indonesia
dapat mewujudkan potensinya sebagai solusi energi berkelanjutan. Hal ini tidak hanya
menyediakan sumber energi yang ramah lingkungan, namun juga menciptakan lapangan
kerja baru, mengurangi ketergantungan terhadap impor energi dan memberikan dampak
positif terhadap lingkungan. Ini memungkinkan Indonesia mewujudkan masa depan
energi yang bersih, efisien, dan berkelanjutan.