Assalamua’laikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Eksplorasi
mengenai “Eksplorasi Tidak Langsung I”.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan dukungan yang sangat berarti bagi penulis
berupa moril dan materi, terimakasih juga kepada para Asisten Laboratorium
Eksplorasi yang telah memberikan masukan-masukan penting untuk menunjang
laporan ini, serta terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam pembuatan laporan ini, ataupun dari segi materi dan dalam
penyajiannya, karena masih kurang pengetahuan dan pengalaman penulis. Maka
dari, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar laporan ini menjadi
lebih baik lagi.
Wassalammua’laikum Wr.Wb.
1i
2
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................... 1
1.2.1 Maksud .............................................................................. 1
1.2.2 Tujuan ................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 3
2.1 Eksplorasi Tidak Langsung ......................................................... 3
2.2 Remot Sensing (Inderaja) ........................................................... 4
2.3 Eksplorasi Geofisika.................................................................... 6
2.4 Eksplorasi Geokimia ................................................................... 9
2.4.1 Lingkungan Geokimia....................................................... 10
2.4.2 Dispersi Geokimia ............................................................ 10
2.4.3 Mobilitas Unsur ................................................................ 11
2.4.4 Unsur Penciri ................................................................... 11
2.4.5 Asosiasi Unsur ................................................................. 11
BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum mengenai eksplorasi tidak langsung I, yaitu :
1. Dapat mengetahui dan memahami dari kegiatan eksplorasi tidak langsung.
2. Dapat mengetahui prinsip dari metode geolistrik.
3. Dapat mengetahui memahami tentang eksplorasi geokimia.
BAB II
LANDASAN TEORI
Melakukan kegiatan
Memanfaatkan sifat fisik
Prinsip kerja langsung terhadap
dan kimia dari endapan
pengamatan fisik endapan
Berhubungan langsung Tidak berhubungan
Kegiatan umum dengan objek yang akan langsung dengan objek
dieksplorasi yang akan dieksplorasi
Melakukan analisis
Melalui anomali yang
megaskopis dan
Identifikasi didapatkan dari hasil
mikroskopis pada objek
pengamatan
pengamatan
Penginderaan jarak jauh,
Pemetaan, sumur uji, parit
Metoda survei geofisika dan
uji, dan pengeboran
geokimia
Digunakan pada tahapan Digunakan pada tahap
Tahapan eksplorasi prospeksi hingga eksplorasi pendahuluan
eksplorasi rinci hingga prospeksi
3
4
cara manual yaitu dengan melakukan interpretasi citra udara secara visual,
sedangkan cara numerik atau digital yaitu dengan mengambil data digital
melalui komputer.
6. Pengunaan Data (User)
Dalam penginderaan jauh tingkat keberhasilan sistem dapat ditentukan
oleh pengguna data (user). Kemampuan pengguna data dalam
menerapkan hasil ideraja menjadikannya sebagai komponen yang sangat
penting untuk mendapatkan manfaat langsung dari sistem ini. Para user
akan sangat membutuhkan sebuah data penginderaan jauh yang terperinci
dan handal.
Pada umumnya penginderaan jauh dalam kegiatan eksplorasi sangat
penting khususnya dalam eksplorasi mineral dimana dalam metode penginderaan
jauh dengan foto udara sangat terbukti bermanfaat dalam membantuk dalam
kegiatan eksplorasi mineral. Beberapa hal yang dapat diperoleh dari interpretasi
foto udara yang berhubungan dalam eksplorasi mineral antara lain adalah
pemetaan pola kelurusan regional yang berhubungan dengan keberadaan lokasi-
lokasi pertambangan, pemetaan pola rekahan local yang mungkin mengontrol
keberadaan jebakan mineral, dapat mendeteksi hidrothermal dari batuan
teralterasi yang berasosiasi dengan jebakan mineral serta data pemetaan geologi
dan lain sebagainya. Maka dari itu dalam eksplorasi tidak langsung kegiatan
penginderaan jauh ini sangat berguna untuk memperoleh data yang nantinya akan
dikorelasikan dengan data yang lain.
batuan, kekompakkan batuan, serta suhu atau temperatur. Dalam metode ini arus
listrik dimasukkan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan
pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari pengujian
tersebut didapatkan hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik yang akan
dihitungan variasi ketahanan pada lapisan permukaan bumi yang berada di bawah
titik ukur.
Secara umum metode ini lebih efektif digunakan untuk kegiatan ekplorasi
yang dangkal contohnya seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian
reservoir air dan dapat juga digunakan dalam eksplorasi geothermal. Dalam
metode ini terdapat konfigurasi elektroda potensial dan elektroda arus, konfigurasi
tersebut terdapat beberapa jenis diantaranya :
1. Konfigurasi Schlumberger
Dalam konfigurasi ini jarak elektroda dibuat dengan jarak yang kecil,
dimana jarak A-M sama dengan N-B, dari kedua jarak tersebut terdapat ttik
tengah (V). Jarak antara titik tengah menuju elektroda arus dapat disebut
dengan L. Sedangkan jarak titik tengah menuju elektroda potensial disebut
dengan I. Dalam pengukurannya konfigurasi ini biasanya sering diubah
pada jarak antar elektroda arusnya, dan terkadang elektroda potensialnya
tetap. Konfigurasi ini dapat digunakan untuk resistivity mapping dan
sounding.
Pada konfigurasi Wenner ini jarak antara elektroda sama besarnya, dimana
kedua pasang elektroda ini dipasang secara simetris terhadap titik
sounding.
Tabel 2.2
Nilai Resistivitas Dari Berbagai Tipe Batuan
Clay/lempung 1 – 100
Silt/lanau 10 – 200
Marls/batulumpur 3 – 70
Kuarsa 10 – 2x108
Sandstone/batu pasir 50 – 500
Limestone/batu kapur 100 – 500
Lava 100 – 5x104
Air tanah 0,5 – 300
Air laut 0,2
Breksi 75 – 200
Andesit 100 – 200
Tufa vulkanik 20 – 100
Konglomerat 2x103 - 104
Sumber : Telford, 1990
dengan pola geokimia yang tidak normal atau dikenal dengan istilah anomali.
Kemudian muncul penggunaan konsep mengenai nilai latar belakang (backround),
yaitu kisaran tertentu suatu unsur dalam suatu mineral yang sesuai dengan harga
rata-rata unsur dikerak bumi. Sedangkan istilah treshold atau batas atas dari nilai
latar belakang merupakan nilai kadar unsur yang menjadi batas nilai anomali.
Dalam mencari anomali unsur, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu
mengenai karakter atau sifat-sifat geokimia dari unsur tersebut, sehingga akan
mempermudah dalam mengenali keberadaanya. Potensi keberadaan dari suatu
unsur berkaitan dengan bagaimana reaksi unsur tersebut terhadap aksi yang
diberiakan oleh alam sehingga akan terbentuk pola-pola yang khas dari kumpulan
unsur tertentu.
2.4.1 Lingkungan Geokimia
Lingkungan geokimia menurut Rose Et Al (1979), dengan perbedaan
tekanan, temperatur, dan sifat-sifat kimianya, lingkungan geokimia dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu :
1. Lingkungan kedalaman (deep seated environment) adalah suatu
lingkungan yang meluas ke arah bawah, mulai dari level terendah yang
dapat dicapai oleh sirkulasi air permukaan sampai ke level terdalam di
mana batuan biasanya terbentuk. Lingkungan ini dicirikan oleh proses-
proses magmatic dan metamorfik yang dominan, temperatur dan tekanan
yang tinggi, sirkulasi fluida terbatas, dan kandungan oksigen bebas yang
relatif kecil. Istilah- istilah sejenis yang sering digunakan adalah hipogen,
primer, dan endogen.
2. Lingkungan permukaan (surficial environment), adalah lingkungan di mana
terjadi proses-proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi, yaitu di
permukaan bumi, yang mencakup proses-proses yang terjadi setelah
tubuh batuan terbentuk. Lingkungan ini dicirikan oleh temperatur dan
tekanan yang relatif rendah dan konstan, pergerakan solusi yang bebas,
serta oksigen bebas, air, dan CO2 yang melimpah. Istilah-istilah sejenis
yang sering digunakan adalah: supergen, sekunder, dan eksogen.
2.4.2 Dispersi Geokimia
Dispersi geokimia menurut Rose Et Al (1979) merupakan suatu proses
dimana atom-atom dan partikel bergerak maju ke lokasi atau lingkungan geokimia
yang baru. Menurut para ahli hubungan dispersi dengan lingkungan geokimia
11
terbagi menjadi 2 jenis yaitu dispersi primer yang berhubungan langsung dengan
geokimia bawah permukaan dan dispersi sekunder yang berhubungan dengan
lingkungan geokimia di permukaan. Proses dispersi ini secara umum dipengaruhi
oleh tingkat mobilitas unsur yang terangkut dan juga tingkat keasamaan yang
selalu berubah tergantung lingkungan geokimianya.
2.4.3 Mobilitas Geokimia
Mobilitas geokimia merupakan suatu unsur tertentu yang dapat bergerak
pada lingkungan tertentu juga. Mobilitas ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan maupun jenis atau sifat kimia dari unsur tersebut. Mobilitas unsur ini
saling berkaitan dan sangat pengaruh besar dalam mencari anomali geokimia,
dimana kedua faktor tersebut akan menjelaskan keberadaan unsur, pola
anomalinya serta kondisi lingkungan pengendapannya. Tingkat mobilitas unsur
yang tinggi akan menyebabkan tingkat ketersebaran atau dispersi yang tinggi juga
untuk unsur tersebut sehingga dapat menyebar luas dan jauh. Sebaliknya apabila
tingkat mobilitas suatu unsur rendah maka tingkat dispersinya pun rendah
sehingga memiliki daerah penyebaran yang tidak luas. Selain itu dengan
mengetahui lingkungan pengendapannya, apakah bersifat asam, netral, atau basa
maka akan lebih mempermudah mengetahui tingkat mobilitas suatu unsur.
2.4.4 Unsur Penciri
Unsur penciri atau yang sering disebut sebagai pathfinder menurut para
ahli dapat didefinisikan sebagai unsur-unsur yang relatif bergerak dan berasosiasi
atau selalu bersama sama dengan unsur-unsur yang menjadi target pencarian,
akan tetapi lebih mudah untuk ditemukan karena unsur-unsur tersebut biasanya
memiliki tingkatan mobilitas yang tinggi, sehingga akan membentuk daerah
sebaran yang lebih luas dibandingkan dengan unsur-unsur yang dicari. Unsur-
unsur penciri (pathfinder) ini dapat mempermudah dalam pencarian unsur-unsur
yang dicari karena kemampuannya untuk mengindikasi keberadaan unsur lain di
sekitar endapan.
2.4.5 Asosiasi Unsur
Menurut salah satu ahli yang bernama Levison (1980) asosiasi unsur
merupakan suatu asosiasi unsur yang di dalamnya tidak terdapat satupun unsur
penciri yang dapat digunakan untuk mengindikasikan adanya suatu endapan
mineral yang dicari, tetapi dengan demikian asosiasi tersebut masih dapat
digunakan sebagai indikasi kemungkinan hadirnya unsur-unsur yang dicari.
12
Secara umum asosiasi unsur ini terbentuk sesuai dengan kondisi lingkungan dan
tingkatan mobilitasnya. Karena setiap asosiasi unsur akan mencirikan suatu
lingkungan dan model cebakan (deposit) mineralisasi tertentu juga.
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
12