Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr.Wb.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Eksplorasi
mengenai “Eksplorasi Tidak Langsung I”.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua
orang tua kami yang telah memberikan dukungan yang sangat berarti bagi penulis
berupa moril dan materi, terimakasih juga kepada para Asisten Laboratorium
Eksplorasi yang telah memberikan masukan-masukan penting untuk menunjang
laporan ini, serta terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis sangat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan
kesalahan dalam pembuatan laporan ini, ataupun dari segi materi dan dalam
penyajiannya, karena masih kurang pengetahuan dan pengalaman penulis. Maka
dari, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar laporan ini menjadi
lebih baik lagi.
Wassalammua’laikum Wr.Wb.

Bandung, 07 Maret 2019

Prima Dwi Widiarto

1i
2

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan..................................................................... 1
1.2.1 Maksud .............................................................................. 1
1.2.2 Tujuan ................................................................................ 2
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 3
2.1 Eksplorasi Tidak Langsung ......................................................... 3
2.2 Remot Sensing (Inderaja) ........................................................... 4
2.3 Eksplorasi Geofisika.................................................................... 6
2.4 Eksplorasi Geokimia ................................................................... 9
2.4.1 Lingkungan Geokimia....................................................... 10
2.4.2 Dispersi Geokimia ............................................................ 10
2.4.3 Mobilitas Unsur ................................................................ 11
2.4.4 Unsur Penciri ................................................................... 11
2.4.5 Asosiasi Unsur ................................................................. 11
BAB III KESIMPULAN ................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan perkembangan zaman dan teknologi, kebutuhan manusia semakin
banyak terhadap sumber daya alam khususnya bahan tambang yang meningkat
untuk menunjang kemajuan teknologi. Indonesia merupakan salah satu negara
yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, potensi sumber daya
alam tersebut jika dimanfaatkan secara maksimal dapan meningkatkan
kesejahteraan negara Indonesia. Maka kegiatan eksplorasi sangat diperlukan
untuk mengetahui keterdapatan ataupun sebaran suatu endapan bahan galian.
Eksplorasi merupakan kegiatan penyelidikan geologi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, menentukan lokasi, ukuran, bentuk, letak, sebaran, hingga
kualitas dan kuantitas suatu endapan bahan galian. Parameter yang harus
diketahui sebelum dilakukannya penambangan yaitu tipe dan bentuk endapan
bahan galian. Dengan mengetahui tipe dan bentuk endapan bahan galian maka
akan di peroleh informasi mengenai nilai keekonomisan bahan galian dan metode
penambangan yang sesuai dengan bahan galian yang akan dicari.
Dalam pendekatan awal kegiatan eksplorasi mencari bahan galian
dilakukan tahapan eksplorasi tidak langsung yang dimana tahap ini merupakan
sebagai parameter untuk melanjutkan pencarian bahan galian ke tahap
selanjutnya. Pada umumnya kegiatan ini menggunakan metode geolistrik ataupun
geokimia yang membutuhkan alat yang canggih karena kegiatan ini meliputi
pengukuran sifat fisika permukaan bumi yang dapat memberikan informasi
mengenai struktur, komposisi batuan dibawah permukaan dan lain-lain.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud dari pembuatan laporan ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari tentang kegiatan eksplorasi dengan metode pendekatan awal atau
metode tidak langsung.

1
2

1.2.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum mengenai eksplorasi tidak langsung I, yaitu :
1. Dapat mengetahui dan memahami dari kegiatan eksplorasi tidak langsung.
2. Dapat mengetahui prinsip dari metode geolistrik.
3. Dapat mengetahui memahami tentang eksplorasi geokimia.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Eksplorasi Tidak Langsung


Eksplorasi tidak langsung merupakan suatu metode kegiatan dalam
pencarian endapan bahan galian yang dilakukan tidak terjadi kontak langsung
dengan endapan yang dicari, tetapi melalui anomali yang didapatkan dari hasil
pengamatan dengan memanfaatkan sifat-sifat fisik atau kimia dari endapan
tersebut. Salah satu metode eksplorasi tidak langsung ini yaitu dengan
menggunakan metode geofisika dan geokimia. Selain itu, perbedaan antara
eksplorasi tidak langsung dengan metode eksplorasi langsung dapat dilihat pada
tabel 2.1 dibawah ini, yaitu :
Tabel 2.1
Perbedaan Metode Eksplorasi Langsung dan Tidak Langsung
Uraian Eksplorasi Langsung Eksplorasi Tidak Langsung

Melakukan kegiatan
Memanfaatkan sifat fisik
Prinsip kerja langsung terhadap
dan kimia dari endapan
pengamatan fisik endapan
Berhubungan langsung Tidak berhubungan
Kegiatan umum dengan objek yang akan langsung dengan objek
dieksplorasi yang akan dieksplorasi
Melakukan analisis
Melalui anomali yang
megaskopis dan
Identifikasi didapatkan dari hasil
mikroskopis pada objek
pengamatan
pengamatan
Penginderaan jarak jauh,
Pemetaan, sumur uji, parit
Metoda survei geofisika dan
uji, dan pengeboran
geokimia
Digunakan pada tahapan Digunakan pada tahap
Tahapan eksplorasi prospeksi hingga eksplorasi pendahuluan
eksplorasi rinci hingga prospeksi

3
4

Uraian Eksplorasi Langsung Eksplorasi Tidak Langsung

Relatif membutuhkan Relatif membutuhkan


Teknologi teknologi yang lebih perlatan dengan teknologi
sederhan hingga manual tinggi
Umumnya biaya per Umumnya biaya per
Biaya
satuan luas relatif mahal satuan luas relatif murah
Membutuhkan waktu yang Relatif membutuhkan
Waktu
lebih lama waktu yang relatif cepat
Sumber : Diktat Praktikum Teknik Eksplorasi, 2019

2.2 Remot Sensing (Inderaja)


Penginderaan jauh merupakan pengumpulan informasi tentang suatu
objek atau daerah dari kejauhan, biasanya menggunakan data yang diambil dari
satelit, pesawat, atau kendaraan bawah air. Pada sistem penginderaan jauh,
metode yang digunakan pada umumnya meliputi fotografi, radar, spektroskopi,
dan magnet. Penginderaan jauh biasa disingkat dengan "inderaja" dan dalam
bahasa Inggris biasa disebut "remote sensing". Menurut American Society of
Photogrammetry, penginderaan jauh merupakan pengukuran atau perolehan
informasi berupa data dari beberapa sifat objek atau fenomena, dengan
menggunakan alat perekam dan tidak terjadi kontak langsung dengan objek atau
fenomena yang dikaji. Pengambilan data dari jarak jauh biasanya dengan
menggunakan sensor buatan.

Sumber : Fitriani, 2013


Gambar 2.1
Skema Proses Penginderaan Jauh
5

Secara umum penginderaan jauh atau inderaja memiliki berbagai


komponen yang terkoordinasi dan bekerja saling berkaitan. Berikut ini komponen-
komponen dari penginderaan jauh, yaitu :
1. Sumber Tenaga
Dalam kegiatan penginderaan jauh harus mempunyai tenaga untuk
memantulkan atau memancarkan objek di permukaan bumi. Tenaga yang
biasanya digunakan adalah tenaga elektromagnetik dari matahari serta
tenaga buatan. Perbedaan sumber tenaga inilah yang menghasilkan istilah
penginderaan jauh sistem pasif (tenaga pantulan matahari) dan
pengindraan jauh sistem aktif (tenaga pancaran buatan).
2. Atmosfer
Secara umum energi dari matahari tidak seluruhnya sampai ke permukaan
bumi. Atmosfer memiliki fungsi untuk menghambat dan mengganggu
tenaga atau sinar matahari yang datang (selektif terhadap panjang
gelombang). Bagian spektrum gelombang elektromagnetik yang dapat
mencapai bumi disebut dengan "jendela atmosfer". Dengan kondisi seperti
ini dapat menghalangi pancaran sumber tenaga ke muka bumi, sehingga
akan menghalangi interaksi antara tenaga dan objek dalam sebuah sistem
penginderaan jauh.
3. Interaksi antara Tenaga dan Objek
Secara umum setiap objek memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam
memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang pantulan
ataupun pancaran tenaganya besar akan memiliki rona lebih cerah,
sedangkan objek yang pantulan atau pancaran tenaganya sedikit akan
memiliki rona lebih gelap.
4. Sensor
Dalam sensor ini merupakan suatu komponen yang berfungsi untuk
menerima dan merekam tenaga yang datang dari suatu objek.
Kemampuan sensor dalam merekam objek terkecil disebut dengan istilah
resolusi spasial. Pada dasar proses perekamannya sensor dibedakan
menjadi 2 macam ialah sensor fotografikdan sensor elektronik.
5. Data Input
Data input merupakan komponen dalam bentuk perolehan data yang dapat
dilakukan secara manual visual, dan secara numerik atau digital. Contoh
6

cara manual yaitu dengan melakukan interpretasi citra udara secara visual,
sedangkan cara numerik atau digital yaitu dengan mengambil data digital
melalui komputer.
6. Pengunaan Data (User)
Dalam penginderaan jauh tingkat keberhasilan sistem dapat ditentukan
oleh pengguna data (user). Kemampuan pengguna data dalam
menerapkan hasil ideraja menjadikannya sebagai komponen yang sangat
penting untuk mendapatkan manfaat langsung dari sistem ini. Para user
akan sangat membutuhkan sebuah data penginderaan jauh yang terperinci
dan handal.
Pada umumnya penginderaan jauh dalam kegiatan eksplorasi sangat
penting khususnya dalam eksplorasi mineral dimana dalam metode penginderaan
jauh dengan foto udara sangat terbukti bermanfaat dalam membantuk dalam
kegiatan eksplorasi mineral. Beberapa hal yang dapat diperoleh dari interpretasi
foto udara yang berhubungan dalam eksplorasi mineral antara lain adalah
pemetaan pola kelurusan regional yang berhubungan dengan keberadaan lokasi-
lokasi pertambangan, pemetaan pola rekahan local yang mungkin mengontrol
keberadaan jebakan mineral, dapat mendeteksi hidrothermal dari batuan
teralterasi yang berasosiasi dengan jebakan mineral serta data pemetaan geologi
dan lain sebagainya. Maka dari itu dalam eksplorasi tidak langsung kegiatan
penginderaan jauh ini sangat berguna untuk memperoleh data yang nantinya akan
dikorelasikan dengan data yang lain.

2.3 Eksplorasi Geofisika


Geofisika merupakan metode penyelidikan terhadap geologi dan
pemineralan dengan menggunakan teknologi yang dikembangkan dengan
menerapkan sejumlah hukum fisika agar mendapatkan berbagai sifat fisik dan
karakteristik geologinya. Secara umum metode geofisika dalam eksplorasi
menggunakan geolistrik. Dalam geolistrik terdapat beberapa jenis metode salah
satunya yaitu geolistrik resistivity.
Geolistrik resistivity merupakan salah satu metode fisika yang
memanfaatkan sifat ketahanan batuan dari listrik yang dipengaruhi oleh
kandungan mineral mineral itu sendiri baik mineral logam dan non logam,
kandungan elektrolit (garam), kandungan air, porositas batuan, permeabilitas
7

batuan, kekompakkan batuan, serta suhu atau temperatur. Dalam metode ini arus
listrik dimasukkan ke dalam bumi melalui dua buah elektroda arus dan dilakukan
pengukuran beda potensial melalui dua buah elektroda potensial. Dari pengujian
tersebut didapatkan hasil pengukuran arus dan beda potensial listrik yang akan
dihitungan variasi ketahanan pada lapisan permukaan bumi yang berada di bawah
titik ukur.
Secara umum metode ini lebih efektif digunakan untuk kegiatan ekplorasi
yang dangkal contohnya seperti penentuan kedalaman batuan dasar, pencarian
reservoir air dan dapat juga digunakan dalam eksplorasi geothermal. Dalam
metode ini terdapat konfigurasi elektroda potensial dan elektroda arus, konfigurasi
tersebut terdapat beberapa jenis diantaranya :
1. Konfigurasi Schlumberger
Dalam konfigurasi ini jarak elektroda dibuat dengan jarak yang kecil,
dimana jarak A-M sama dengan N-B, dari kedua jarak tersebut terdapat ttik
tengah (V). Jarak antara titik tengah menuju elektroda arus dapat disebut
dengan L. Sedangkan jarak titik tengah menuju elektroda potensial disebut
dengan I. Dalam pengukurannya konfigurasi ini biasanya sering diubah
pada jarak antar elektroda arusnya, dan terkadang elektroda potensialnya
tetap. Konfigurasi ini dapat digunakan untuk resistivity mapping dan
sounding.

Sumber : Widia, 2016


Gambar 2.2
Konfigurasi Schlumberger
2. Konfigurasi Wenner
Dalam konfigurasi ini yang biasa sering digunakan dalam bidang geologi
fiska dengan mengalirkan arus listrik ke tahap selanajutnya untuk
memudahkan proses selanjutnya agar penentuan analisis tepat guna
menentukan atau mengindikasi bahan endapan yang berada diatasnya.
8

Pada konfigurasi Wenner ini jarak antara elektroda sama besarnya, dimana
kedua pasang elektroda ini dipasang secara simetris terhadap titik
sounding.

Sumber : Widia, 2016


Gambar 2.3
Konfigurasi Wenner
3. Konfigurasi Dipole Sounding
Dalam konfigurasi ini sepasang elektroda antara arus dan potensial
terpisah, jarak spasi antar elektroda C1-C2 dan P1-P2 adalah a,
sedangkan untuk jarak C1 dan P1 adalah na, atau lebih singkat dinyatakan
jarak antar dipole harus lebih besar. Keunggulan dari konfigurasi ini sangat
baik untuk penetrasi kedalaman. Untuk kesensitifan yang tinggi untuk arah
horizontal dan sedang untuk arah vertikal, untuk memperoleh data
maksimal maka harus lebih banyak elektroda namun ini juga menyebabkan
sinyal yang ditangkap rendah, sehingga konfigurasi ini sangat baik untuk
survey mapping horizontal.

Sumber : Widia, 2016


Gambar 2.4
Konfigurasi Dipole Sounding
Dalam metode geolistrik ketahanan jenis ini membutuhkan nilai ketahanan
dari setiap jenis batuan untuk mengetahui resistivitas semu (apparent resistivity).
Dimana nilai “K” merupakan faktor geometrik yang tergantung pada jenis
konfigurasi dari keempat elektroda.
9

Tabel 2.2
Nilai Resistivitas Dari Berbagai Tipe Batuan

Jenis Batuan Tanah atau Air Tingkat Resistivitas (ohm.m)

Clay/lempung 1 – 100
Silt/lanau 10 – 200
Marls/batulumpur 3 – 70
Kuarsa 10 – 2x108
Sandstone/batu pasir 50 – 500
Limestone/batu kapur 100 – 500
Lava 100 – 5x104
Air tanah 0,5 – 300
Air laut 0,2
Breksi 75 – 200
Andesit 100 – 200
Tufa vulkanik 20 – 100
Konglomerat 2x103 - 104
Sumber : Telford, 1990

2.4 Eksplorasi Geokimia


Secara umum terdapat beberapa definisi tentang geokimia, tetapi definisi
yang dilakukan oleh Goldschmidt menekankan pada dua aspek, yaitu :
1. Distribusi unsur dalam bumi (deskripsi).
2. Prinsip-prinsip yang mengatur distribusi tersebut diatas (interpretasi).
Pada dasarnya definisi ini menyatakan bahwa geokimia mempelajari
jumlah dan distribusi unsur kimia dalam mineral, bijih, batuan tanah, air, dan
atmosfer. Tidak terbatas pada penyelidikan unsur kimia sebagai unit terkecil dari
material, juga kelimpahan dan distribusi isotop-isotop dan kelimpahan serta
distribusi inti atom Eksplorasi geokimia khusus mengkosentrasikan pada
pengukuran kelimpahan, distribusi, dan migrasi unsur-unsur bijih atau unsur-unsur
yang berhubungan erat dengan bijih, dengan tujuan mendeteksi endapan bijih.
Dalam pengertian yang lebih sempit eksplorasi geokimia adalah pengukuran
secara sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai
aktif, vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali geokimia.
Dalam survey geokimia bertujuan untuk mencari indikasi zona mineralisasi
pada suatu daerah, metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan
10

dengan pola geokimia yang tidak normal atau dikenal dengan istilah anomali.
Kemudian muncul penggunaan konsep mengenai nilai latar belakang (backround),
yaitu kisaran tertentu suatu unsur dalam suatu mineral yang sesuai dengan harga
rata-rata unsur dikerak bumi. Sedangkan istilah treshold atau batas atas dari nilai
latar belakang merupakan nilai kadar unsur yang menjadi batas nilai anomali.
Dalam mencari anomali unsur, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu
mengenai karakter atau sifat-sifat geokimia dari unsur tersebut, sehingga akan
mempermudah dalam mengenali keberadaanya. Potensi keberadaan dari suatu
unsur berkaitan dengan bagaimana reaksi unsur tersebut terhadap aksi yang
diberiakan oleh alam sehingga akan terbentuk pola-pola yang khas dari kumpulan
unsur tertentu.
2.4.1 Lingkungan Geokimia
Lingkungan geokimia menurut Rose Et Al (1979), dengan perbedaan
tekanan, temperatur, dan sifat-sifat kimianya, lingkungan geokimia dapat
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu :
1. Lingkungan kedalaman (deep seated environment) adalah suatu
lingkungan yang meluas ke arah bawah, mulai dari level terendah yang
dapat dicapai oleh sirkulasi air permukaan sampai ke level terdalam di
mana batuan biasanya terbentuk. Lingkungan ini dicirikan oleh proses-
proses magmatic dan metamorfik yang dominan, temperatur dan tekanan
yang tinggi, sirkulasi fluida terbatas, dan kandungan oksigen bebas yang
relatif kecil. Istilah- istilah sejenis yang sering digunakan adalah hipogen,
primer, dan endogen.
2. Lingkungan permukaan (surficial environment), adalah lingkungan di mana
terjadi proses-proses pelapukan, erosi, dan sedimentasi, yaitu di
permukaan bumi, yang mencakup proses-proses yang terjadi setelah
tubuh batuan terbentuk. Lingkungan ini dicirikan oleh temperatur dan
tekanan yang relatif rendah dan konstan, pergerakan solusi yang bebas,
serta oksigen bebas, air, dan CO2 yang melimpah. Istilah-istilah sejenis
yang sering digunakan adalah: supergen, sekunder, dan eksogen.
2.4.2 Dispersi Geokimia
Dispersi geokimia menurut Rose Et Al (1979) merupakan suatu proses
dimana atom-atom dan partikel bergerak maju ke lokasi atau lingkungan geokimia
yang baru. Menurut para ahli hubungan dispersi dengan lingkungan geokimia
11

terbagi menjadi 2 jenis yaitu dispersi primer yang berhubungan langsung dengan
geokimia bawah permukaan dan dispersi sekunder yang berhubungan dengan
lingkungan geokimia di permukaan. Proses dispersi ini secara umum dipengaruhi
oleh tingkat mobilitas unsur yang terangkut dan juga tingkat keasamaan yang
selalu berubah tergantung lingkungan geokimianya.
2.4.3 Mobilitas Geokimia
Mobilitas geokimia merupakan suatu unsur tertentu yang dapat bergerak
pada lingkungan tertentu juga. Mobilitas ini sangat dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan maupun jenis atau sifat kimia dari unsur tersebut. Mobilitas unsur ini
saling berkaitan dan sangat pengaruh besar dalam mencari anomali geokimia,
dimana kedua faktor tersebut akan menjelaskan keberadaan unsur, pola
anomalinya serta kondisi lingkungan pengendapannya. Tingkat mobilitas unsur
yang tinggi akan menyebabkan tingkat ketersebaran atau dispersi yang tinggi juga
untuk unsur tersebut sehingga dapat menyebar luas dan jauh. Sebaliknya apabila
tingkat mobilitas suatu unsur rendah maka tingkat dispersinya pun rendah
sehingga memiliki daerah penyebaran yang tidak luas. Selain itu dengan
mengetahui lingkungan pengendapannya, apakah bersifat asam, netral, atau basa
maka akan lebih mempermudah mengetahui tingkat mobilitas suatu unsur.
2.4.4 Unsur Penciri
Unsur penciri atau yang sering disebut sebagai pathfinder menurut para
ahli dapat didefinisikan sebagai unsur-unsur yang relatif bergerak dan berasosiasi
atau selalu bersama sama dengan unsur-unsur yang menjadi target pencarian,
akan tetapi lebih mudah untuk ditemukan karena unsur-unsur tersebut biasanya
memiliki tingkatan mobilitas yang tinggi, sehingga akan membentuk daerah
sebaran yang lebih luas dibandingkan dengan unsur-unsur yang dicari. Unsur-
unsur penciri (pathfinder) ini dapat mempermudah dalam pencarian unsur-unsur
yang dicari karena kemampuannya untuk mengindikasi keberadaan unsur lain di
sekitar endapan.
2.4.5 Asosiasi Unsur
Menurut salah satu ahli yang bernama Levison (1980) asosiasi unsur
merupakan suatu asosiasi unsur yang di dalamnya tidak terdapat satupun unsur
penciri yang dapat digunakan untuk mengindikasikan adanya suatu endapan
mineral yang dicari, tetapi dengan demikian asosiasi tersebut masih dapat
digunakan sebagai indikasi kemungkinan hadirnya unsur-unsur yang dicari.
12

Secara umum asosiasi unsur ini terbentuk sesuai dengan kondisi lingkungan dan
tingkatan mobilitasnya. Karena setiap asosiasi unsur akan mencirikan suatu
lingkungan dan model cebakan (deposit) mineralisasi tertentu juga.
BAB III
KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari laporan awal mengenai eksplorasi tidak


langsung I, yaitu :
1. Eksplorasi tidak langsung merupakan suatu metode kegiatan dalam
pencarian endapan bahan galian yang dilakukan tidak terjadi kontak
langsung dengan endapan yang dicari, tetapi melalui anomali yang
didapatkan dari hasil pengamatan dengan memanfaatkan sifat-sifat fisik
atau kimia dari endapan tersebut. Salah satu metode eksplorasi tidak
langsung ini yaitu dengan menggunakan metode geofisika dan geokimia.
Dapat dinyatakan bahwa eksplorasi tidak langsung ini metode awal
pendekatan untuk mencari mineral ataupun endapan bahan galian.
2. Geofisika merupakan suatu metode penyelidikan awal terhadap geologi
dan pemineralan dengan menggunakan teknologi canggih yang
dikembangkan dengan menerapkan sejumlah hukum fisika agar didapat
berbagai sifat fisik dan karakteristik geologinya. Dalam metode geofisika ini
penginjeksian arus listriknya menggunakan 2 elektroda arus A dan B yang
ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak yang sudah direncanakan.
Semakin panjang jarak elektroda A-B maka aliran arus dapat menembus
lapisan batuan semakin dalam. Tegangan listrik yang dihasilkan kemudian
diukur dengan menggunakan multi meter yang dihubungkan dengan dua
buah elektroda dengan M dan N yang jaraknya lebih pendek daripada jarak
elektroda A-B.
3. Secara umum eksplorasi geokimia adalah pengukuran yang sistematis
satu atau lebih unsur jejak dalam batuan, tanah, sedimen sungai aktif,
vegetasi, air, atau gas, untuk mendapatkan anomali geokimia. Dalam
eksplorasi geokimia ini memiliki beberapa prinsip untuk mendapatkan
anomali geokimia diantaranya yaitu lingkungan geokimia, dispersi
geokimia, mobilitas unsur, unsur penciri, asosiasi unsur dan lain
sebagainya.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Anggraeni, Widia. 2016. “Eksplorasi Geofisika”.


widiageofisika.blogspot.com. Diakses pada Tanggal 4 Maret 2019
pukul 21.35 WIB.

2. Huni, Fitriani. 2013. “Penginderaan Jauh (Remote Sensing)”


fytryani.blogspot.com. Diakses pada Tanggal 4 Maret 2019 pukul
20.25 WIB.

3. Maulana. 2014. “Eksplorasi Geokimia”. wingmanarrows.wordpress.com.


Diakses pada Tanggal 4 Maret 2019 pukul 20.45 WIB.

4. Sirait, Joseph. 2014. “Eksplorasi Tidak Langsung”.


josephsirait.blogspot.com. Diakses pada Tanggal 4 Maret 2019
pukul 19.10 WIB.

12

Anda mungkin juga menyukai