Anda di halaman 1dari 14

III KEADAAN UMUM

3.1 Lokasi dan Luas Daerah


3.1.1 Lokasi
Kecamatan Loa Janan adalah salah satu dari 18 kecamatan di Kabupaten
Kutai Kartanegara. Loa Janan terletak di tengah Kabupaten Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur. Secara astronomis Kecamatan Loa Janan terletak pada
koordinat 116˚49’ BT -117˚08’ dan 00˚ 34’ LS - 0˚ 45’LS dengan batas-batas
wilayah:
Sebelah Utara : Kota Samarinda
Sebelah Timur : Kecamatan Samboja dan Kota Samarinda
Sebelah Selatan : Kota Balikpapan
Sebelah Barat : Kecamatan Loa Kulu

3.1.2 Luas Daerah


Luas daerah Kecamatan Loa Janan adalah 644,20 km2 yang terbagi menjadi
8 desa, yaitu:
1. Desa Bakungan
2. Desa Loa Duri Ulu
3. Desa Loa Duri Ilir
4. Desa Loa Janan Ulu
5. Desa Purwajaya
6. Desa Tani Bhakti
7. Desa Batuah
8. Desa Tani Harapan.
CV. Namame Mine terletak di Desa Batuah yang memiliki luas 67,08 km 2.
Untuk luas WIUP CV. Namame Mine adalah 31 Ha dan luas wilayah
penambangannya adalah 20 Ha.
Gambar 3.1 Topografi WIUP CV. Namame Mine

3.2 Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan


3.2.1 Kesampaian Daerah
Daerah WIUP CV. Namame Mine berada di Kecamatan Loa Janan tepatnya
di Desa Batuah, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur. Desa
Batuah berjarak 23 km dari kantor camat berdasarkan data Badan Pusat Statistik
Kecamatan Loa Janan. Jalan yang dilalui untuk menuju lokasi sudah beraspal.
Desa Batuah dilewati oleh jalan negara poros Balikpapan-Samarinda dari
kilometer 15 sampai kilometer 31.
Gambar 3.2 Peta Kesampaian Daerah

3.2.2 Sarana Perhubungan


Sarana perhubungan daerah setempat terdiri dari sistem jaringan darat
dengan menggunakan kendaraan bermotor. Baik sepeda motor, bus, dan lain
sebagainya. Untuk mencapai lokasi daerah penambangan CV. Namame Mine
dapat menggunakan sarana angkutan darat.

3.3 Keadaan Lingkungan Daerah


Kecamatan Loa Janan terletak pada wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
yang beberapa desanya berada di bantaran sungai, khususnya Sungai Mahakam.
Sungai besar yang mengalir di wilayah ini adalah Sungai Mahakam dan terdapat
anak sungai yaitu Sungai Loa Haur. Loa Janan berbatasan langsung dengan Kota
Samarinda di selah utara, Kecamatan Samboja dan Kota Samarinda di sebelah
timur, di sebelah selatan ada Kota Balikpapan serta di bagian barat berbatasan
dengan Kecamatan Loa Kulu.
3.3.1 Kependudukan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019 Kecamatan Loa Janan
memiliki penduduk yang berjumlah 61.974 jiwa yang terdiri dari 31.642 (51,06%)
penduduk laki-laki dan 30.332 (48,94%) penduduk perempuan yang tersebar di 8
desa yang ada.
Tabel 3.1 Luas Wilayah, Jumlah Rumah Tangga dan Jumlah Penduduk 2019
(Sumber BPS,2019)

Desa Luas Wilayah (Km2) Rumah Tangga Penduduk


Batuah 67,06 2.850 8.779
Tani Bakti 35,55 927 3.096
Purwajaya 35,55 1.772 5.368
Loa Janan Ulu 11,90 3.385 11.994
Loa Duri Ulu 127,28 2.494 8.338
Bakungan 208,33 2.745 9.962
Loa Durillir 127,28 6.565 12.178
Tani Harapan 31,25 744 2.259
Jumlah 644,20 21.482 61.974

Tabel 3.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Tiap Desa Kecamatan Loa Janan
2019 (Sumber : BPS,2019)

Desa Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis


Kelamin
Batuah 4.524 4.255 8.779 106.32
Tani Bakti 1.612 1.484 3.096 108.63
Purwajaya 2.800 1.568 5.368 109.03
Loa Janan Ulu 6.049 5.945 11.994 101.75
Loa Duri Ulu 4.373 3.965 8.336 110.29
Bakungan 4.917 5.045 9.962 97.46
Loa Durillir 6.183 5.995 12.178 103.14
Tani Harapan 1.184 1.075 2.259 110.14
Jumlah 31.642 30.332 61.974 104.32
3.3.2 Sosial Ekonomi
Berdasarkan Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara tahun
2019, keadaan sosial ekonomi kecamatan Loa Janan memiliki karakteristik yang
beraneka ragam yang dilihat pada tingkat kesehatan dan pendidikan. Untuk sarana
pendidikan, terdapat beberapa sekolah swasta dan sekolah keagamaan.

Tabel 3.3 Jumlah Sekolah Pada Kecamatan Loa Janan (Sumber: BPS,2019)

Desa TK SD SMP SMA SMK Perguruan Tinggi

Batuah 5 9 2 1 1 -
Tani Bakti 1 2 1 - - -
Purwajaya 4 4 1 1 1 -
Loa Janan Ulu 9 6 3 - 1 -
Loa Duri Ulu 7 4 2 - - -
Bakungan 4 4 1 1 - -
Loa Durillir 9 5 3 - 2 -
Tani Harapan 3 3 1 - - --
Jumlah 42 37 14 3 5 -

Tabel 3.4 Sebaran Sarana Kesehatan Menurut Desa dan Jenis Sarana di
Kecamatan Loa Janan (Sumber: BPS,2019)

Desa Puskesmas Puskesmas Pembantu Poskesdes

Batuah 1 - -
Tani Bakti - 1 -
Purwajaya - 1 1
Loa Janan Ulu 1 - -
Loa Duri Ulu - 1 -
Bakungan - 1 -
Loa Durillir 1 - -
Tani Harapan - 1 -
Jumlah 3 5 1
Tabel 3.5 Jumlah Petugas Kesehatan Menurut Desa dan Jenisnya (BPS,2019)

Desa Dokter Dokter Gigi Bidan Paramedis


Umum Lainnya
Batuah 2 1 8 31
Tani Bakti - - 2 2
Purwajaya - - 2 2
Loa Janan Ulu 3 2 9 46
Loa Duri Ulu - - 1 2
Bakungan - - 4 2
Loa Durillir 3 1 9 35
Tani Harapan - - 2 1
Jumlah 8 4 37 121

3.3.3 Tata Guna Lahan


Tata guna lahan pada kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kartanegara
dibagi menjadi sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan.
Sektor pertanian tanaman pangan mencakup tanaman padi (padi sawah dan padi
ladang), palawija (jagung manis, ubi kayu dan ubi jalar) serta holtikultura (buah-
buahan dan sayur). Untuk perkebunan di kecamatan Loa Janan terdapat beberapa
tanaman perkebunan rakyat diantaranya kelapa sawit, karet, lada dan kopi. Dari
beberapa komoditi yang ada kelapa sawit dan lada mempunyai area terluas dan
diikuti dengan produksi yang besar pula. Untuk sektor peternakan di kecamatan
Loa Janan meliputi sapi potong, kerbau, kambing, babi dan kelinci.

3.4 Iklim
Karakteristik iklim dalam wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara adalah
iklim hutan tropika humida dengan perbedaan yang tidak tegas antara musim
kemarau dan musim hujan. Pada tahun 2019, rata-rata curah hujan per bulannya
mencapai 180 mm dan rata-rata hari hujan berkisar 14 hari per bulan. Curah hujan
tertinggi terjadi pada bulan maret, yaitu sebanyak 345 mm dengan 18 hari hujan
selama satu bulan, sedangkan curah curah hujan terjadi pada bulan agustus yaitu
sebanyak 31 mm dengan 4 hari hujan selama sebulan. Perbedaan temperatur siang
dan malam antara 5 - 7˚C (BPS,2019).

3.5 Geologi Daerah


3.5.1 Fisiografi

Dari barat ke timur Cekungan Kutai secara fisiografis dibagi menjadi 3 zona
geomorfologi yang memanjang dari utara ke selatan. Zona-zona tersebut meliputi:
a. Tinggian Danau Kutai (sinklinorium Danau Kutai) merupakan kompleks
sinklinorium dengan lipatan yang cukup kuat dengan perbukitan yang
terbentuk karena adanya gaya gravitasi (Kutai gravity high). Zona ini berada
di sebelah barat daerah Danau Kutai yang berada pada hulu Sungai
Mahakam.
b. Antiklinorium Samarinda merupakan zona yang terdiri dari perbukitan
bergelombang sedang-kuat dan memanjang dengan arah relatif timur laut –
baratdaya. Puncak-puncak bukit dan gunung di zona ini memiliki ketinggian
anatara 300-400 meter yang tersusun seluruhnya oleh batuan sedimen yang
membentuk morfologi lembah dan perbukitan bergelombang sedang hingga
kuat. Zona ini berada pada bagian tengah dan menempati sebagian
Cekungan Kutai.
c. Pada bagian timur adalah kompleks sinklinorium Delta Mahakam yang
membentuk perbukitan lemah sampai dataran delta yang memiliki potensi
minyak bumi yang besar dan berkembang terus ke arah timur (Meta,2011)
Fisiografi Kabupaten Kutai Kartanegara dapat dikelompokkan dalam 10
(sepuluh) satuan fisiografi yaitu daerah endapan pasir pantai (sediment), daerah
rawa pasang surut (tidal swamp), daerah dataran alluvial (alluvial plain), daerah
jalur kelokan sungai (meander belt), daerah rawa (swamp), daerah lembah alluvial
(alluvial valley), daerah teras (terrain), daerah dataran (plain), daerah perbukitan
(hill), dan daerah pengunungan (mountain) (RPIJM,2014).
Gambar 3.3 Peta Fisografi Kutai Kartanegara (Bappeda Kutai Kartanegara)
3.5.2 Stratigrafi

Berdasarkan peta geologi Lembar Samarinda (Supriatna dkk,1995)


stratigrafi Cekungan Kutai dibagi menjadi beberapa formasi diantaranya Formasi
Pamaluan, Formasi Bebuluh, Formasi Pulu Balang, Formasi Balikpapan, Formasi
Kampung Baru. Formasi yang terdapat di daerah penelitian adalah Formasi Pulu
Balang yang terdiri dari perselingan batupasir greywacke dan batupasir kuarsa
sisipan batugamping, batulempung, batubara dan tuf dasit. Berikut adalah
Formasi-formasi yang ada pada Cekungan Kutai: (Satyana,1999 dalam
Daswan.dkk,2001)
1. Formasi Beriun
Formasi Beriun terdiri dari batulempung selang seling batupasir dan
batugamping. Formasi Beriun berumur Eosen Tengah-Eosen Akhir dan
diendapkan dalam dalam lingkungan fluviatil hingga litoral.
2. Formasi Atan
Diatas formasi Beriun terendapan Formasi Atan yang merupakan hasil dari
pengendapan setelah terjadi penurunan cekungan dan pendendapan pada
Formasi Beriun. Formasi Atan terdiri dari batugamping dan batupasir
kuarsa. Formasi Atan berumur Oligosen Awal.
3. Formasi Marah
Formasi Marah diendapkan secara selaras diatas formasi Atan. Formasi
Marah terdiri dari batulempung, batupasur kuarsa dan batugamping berumur
Oligosen Akhir.
4. Formasi Pamaluan
Formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, serpih,
batugamping dan batulanau. Umur Formasi Pamaluan adalah Oligosen
Akhir – Miosen Awal dengan lingkungan pengendapan neritik
5. Formasi Bebuluh
Formasi Bebuluh diambil dari nama Sungai Bebuluh yaitu sungai kecil yang
berada 45 km arah tenggara dari Balikpapan dengan litologi penyusunnya
terdiri dari batugamping terumbu dengan sisipan batugamping pasiran dan
serpih warna kelabu, padat mengandung foraminifera besar, berbutir sedang.
Setempat batugamping menghablur, terkekar tak beraturan. Serpih, kelabu
kecoklatan berselingan dengan batupasir halus kelabu tua kehitaman.
6. Formasi Pulu Balang
Formasi ini diendapkan secara selaras diatas Formasi Bebuluh sedangkan
dibagian atasnya berhubungan menjemari dengan Formasi Balikpapan.
Litologi formasi ini terdiri dari greywacke, batupasir kuarsa, batugamping,
tufa pasir dan batubara. Formasi Pulu Balang berumur Miosen Tengah.
7. Formasi Balikpapan
Formasi ini berumur Miosen Tengah-Miosen Akhir dengan litologi berupa
batupasir kuarsa dengan sisipan batulempung, batulanau, serpih,
batugamping dan Batubara. Formasi ini diendapakan secara selaras diatas
Formasi Pulu Balang. Data pemboran yang pernah dilakukan di Cekungan
Kutai membuktikan bahwa Formasi Balikpapan diendapkan sistem delta
pada delta plain hingga delta front. Umur formasi ini Miosen Tengah-
Miosen Akhir.
8. Formasi Kampung Baru
Litologi formasi ini terdiri dari batupasir kuarsa lepas dengan sisipan
batulempung, batulanau, serpih dan batubara. Umur formasi ini adalah
Miosen Akhir – Pliosen Akhir. Lingkungan pengendapan di formasi ini
adalah lingkungan pengendapan delta.
9. Formasi Mahakam
Formasi Mahakam terbentuk pada kala Pleistosen-sekarang. Proses
pengendapannya masih berlangsung hingga saat ini dengan ciri litologi
material lepas berukuran lempung hingga pasir halus.
Gambar 3.3 Stratigrafi Regional Cekungan Kutai (Lawandari,2019)

3.5.3 Struktur Geologi


Struktur geologi yang berkembang pada Cekungan Kutai yaitu struktur
perlipatan dan sesar. Struktur perlipatan yang terbentuk antiklinorium dengan arah
sumbu timur laut - barat daya. Struktur sesar yang berkembang adalah sesar naik
dengan arah timur laut – barat daya dan sesar mendatar dengan arah barat laut –
tenggara. Pada umumnya sesar – sesar naik ini di beberapa tempat terpotong oleh
sesar geser atau mendatar yang berpola barat laut- tenggara. Sesar turun di daerah
ini tidak begitu berkembang dan hanya terdapat di beberapa tempat saja dengan
pola barat laut – tenggara berbarengan dengan sesar mendatar atau sesar geser.
Lipatan berupa sinklin dan antiklin dengan arah sumbu timur laut – barat daya.
Lipatan umumnya merupakan lipatan simetris dengan kemiringan kedua sayap
sekitar 10˚-60˚ (Supriatna,1995).
Gambar 3.4 Peta Geologi Regional Loa Janan (S. Supriatna,1995 Bandung)

3.6 Keadaan Endapan


3.6.1 Bentuk dan Penyebaran Endapan
Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70%
berat volumenya merupakan bahan organik yang merupakan material karbonan
termasuk inherent moisture. Pengertian umum dari batubara adalah batuan
sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah
sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur
utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen. Batubara juga adalah batuan
organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat
ditemui dalam berbagai bentuk. Analisa unsur memberikan rumus formula
empiris seperti C137H97O9NS untuk bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.
Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami berbagai tingkat
pembusukan (dekomposisi) sehingga menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik
maupun kimia baik sebelum ataupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya.
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
Lingkungan pengendapan pada daerah penelitian yaitu Lower Delta Plain
dengan tipe endapan Leeve pada dataran Flood Plain, dicirikan oleh coarsening
upward sequence yang terlihat pada pola litologi data bor. Batubara di daerah
penelitian terbentuk pada Formasi Kampung Baru yang berumur Miosen Akhir –
Pliosen Tengah. Karakteristik lapisan batubara daerah Batuah secara fisik
berwarna hitam, gores coklat, kilap kaca, keras sedang (firm), pecahan sub-
konkoidal – konkoidal. Arah kemiringan batubara relatif kearah timut-barat atau
searah dengan sayap lipatan antiklin, dip singkapan 52˚-63˚ (kemiringan curam).
Pola sebaran batubara teratur dan relatif searah dengan arah jurus dan kemiringan
lapisan. Lapisan batubara menerus ratusan meter hingga batas lokasi telitian
(Wahyuningsih, 2013).

3.6.2 Sifat dan Kualitas Endapan


Batubara Formasi Kampung Baru memiliki nilai gross calorific value
sebesar 11,860 Btu/lb (basis data mmmf) dapat diklasifikasikan sebagai batubara
peringkat high volatile C bituminous (ASTM D388-99). Batubara pada Formasi
Kampung Baru memiliki nilai fuel ratio 1.04. Hasil ini menunjukkan bahwa
batubara masih tergolong cukup bagus untuk pembakaran. Nilai kandungan sulfur
pada daerah CV. Namame Mine ditunjukkan pada data kualitas batubara. Nilai
rata-rata kandungan sulfur yang tinggi ini dapat disebabkan oleh lingkungan
pengendapan batubara yang terkena pengaruh air laut pada saat pengendapan
gambut. Seam batubara yang ditemukan di wilayah Loa Janan pada kedalaman
berbeda-beda serta memiliki ketebalan yang berbeda-beda.

3.6.3 Sumber Daya dan Cadangan


Sumber daya adalah bagian dari endapan bahan galian dalam bentuk dan
kualitas tertentu serta mempunyai prospek yang beralasan memungkinkan untuk
ditambang secara ekonomis. Jumlah sumber daya batubara dilokasi perencanaan
sekitar 11.080.489,96 juta ton
Cadangan adalah bagian dari sumber daya yang tertunjuk dan terukur dapat
ditambang secara ekonomis. Estimasi cadangan harus melalui perhitungan
dilution dan loses yang muncul pada saat endapan ditambang. Penentuan
cadangan secara tepat telah dilaksanakan yang mungkin termasuk pada studi
kelayakan. Penetuan tersebut harus telah mempertimbangkan semua faktor-faktor
yang berkaitan seperti metode penambangan, ekonomi, pemasaran, legal,
lingkungan, sosial, dan peraturan pemerintah. Jumlah cadangan batubara yang
terdapat lokasi perencanaan sekitar 8.096.636,918 juta ton

3.6.4 Cadangan Tertambang dan Tidak Tertambang


Cadangan batubara dibagi menjadi dua yaitu, cadangan tertambang dan
cadangan tidak tertambang. Cadangan tertambang merupakan cadangan yang
dapat ditambang berdasarkan arah penambangan dan bentuk bench yang
direncanakan. Sedangkan cadangan tidak tertambang adalah cadangan yang tidak
ditambang berdasarkan pada kajian teknis maupun ekonomis. Jumlah cadangan
batubara tertambang dan cadangan batubara tidak tertambang pada lokasi
perencanaan sekitar 4.201.079,80 juta ton dan 466.786,64 ton.

Anda mungkin juga menyukai