Anda di halaman 1dari 52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Desa Majakerta Kecamatan Watukumpul

4.1.1. Kondisi Geografis Desa Majakerta

Penamaan/Nomenklatur Desa Majakerta berdasarkan dari informasi yang

disampaikan oleh para tokoh masyarakat yang dapat dipercaya, dan diduga kuat

bahwa desa Majakerta sudah mulai ada dan melembaga sejak jaman penjajahan.

Hal ini dibuktikan dengan keberadaan makam Mbah Kerta Maja yang konon

ceritanya sebagai Kepala Desa pertama, yang letaknya di Dukuh Penusupan

wilayah Desa Majakerta. Sejak itulah terbentuknya Desa Majakerta. Sampai

sekarang nama Majakerta tetap dilestarikan. Namun secara formal nama

Majakerta belum diketahui dibakukan dalam bentuk Peraturan Perundang-

undangan misalnya Peraturan Daerah, walaupun demikian nama Desa Majakerta

telah diakui secara administratif sebagai salah satu nama Desa dari 211 desa yang

ada di Kabupaten Pemalang.

Desa Majakerta merupakan bagian dari kecamatan Watukumpul

Kabupaten Pemalang yang secara astronomi terletak antara 1090-1120 Bujur

Timurdan 700–100 Lintang Selatan. Sedangkan luas wilayahnya 121, 603

km2 atau 1.212,603 Ha yang terdiri dari tanah sawah 385,00 Ha dan tanah darat

seluas 827,603 Ha.

Batas-batas wilayah desa Majakerta sebelah utara berbatasan dengan

desa Wisnu kecamatan Watukumpul, sebelah selatan berbatasan dengan desa

59
60

Danasari kecamatan Karangjambu kabupaten Purbalingga, sebelah barat

berbatasan dengan desa Guci kecamatan Belik dan sebelah timur

berbatasan dengan desa Watukumpul Kecamatan Watukumpul. Adapun secara

administratif desa Majakerta terbagi dalam enam dusun dan secara

kelembagaan terbagi dalam 6 RW dan 40 RT dengan jumlah penduduk 8,022

jiwa yang terdiri laki-laki 4.003 jiwa dan perempuan 4.019 jiwa.

Kondisi topografi wilayah desa Majakerta terdiri dari daerah dataran

tinggi dengan ketinggian rata-rata 450 diatas permukaan air laut. Wilayah

desa Majakerta merupakan daerah yang berbukit-bukit baik yang memiliki

kemiringan landai dan curam. Jenis tanah di wilayah desa Majakerta terdiri

dari tanah regosol batu-batuan pasir dan intermedier dan tanah latosal yang

terdiri dari tanah regosol batu-batuan pasir dan intermedier dan tanah

latosal yang terdiri dari batu bekuan pasir.

4.1.2. Kondisi Demografis

Jumlah penduduk desa Majakerta pada akhir tahun 2020 sejumlah

8.009 jiwa yang terdiri dari 4.069 jiwa laki-laki dan 4.030 jiwa perempuan.

Sedangkan kepadatannya mencapai 113 jiwa/km 2. Komposisi penduduk desa

Majakerta dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :

1. Berdasarkan kelompok usia :

Tabel 4.1 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia


Kelompok 0 – 5 Tahun 6 – 20 Tahun 21 – 60 Tahun 60 Tahun
Usia Keatas
Jumlah (jiwa) 885 2.716 3.978 547
Sumber : Data Monografi Desa Majakerta Tahun 2021
61

2. Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Tabel 4.2 : Jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan

Jenis Pekerjaan Penduduk Jumlah


Pemilik tanah 1.112
Penggarap lahan 247
Penggarap penyekap -
Buruh tani 293
Nelayan -
Pengusaha 8
Pengrajin 213
Buruh industri 584
Buruh bangunan 391
Buruh pertambangan 37
Buruh perkebunan 106
Pedagang 480
Pengangkutan 15
PNS 102
TNI 5
Pensiunan 40
Jumlah 3.633
Sumber : Data Monografi Desa Majakerta Tahun 2021

3. Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.3 : Jumlah penduduk berdasarkantingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah


Belum sekolah 1.520
Tidak tamat SD 1.018
Tamat SD 1.256
Tamat SLTP 2.144
Tamat SLTA 1.808
Tamat Akademi 74
Tamat Perguruan Tinggi 308
Buta huruf 11
Jumlah 8.139
Sumber : Data Monografi Desa Majakerta Tahun 2021

Berdasarkan tabel 4.3, dapat disimpulkan bahwa jumlah penduduk

terbanyak berdasarkan tingkat pendidikan adalah penduduk Tamat SLTP dengan

jumlah 2.144.
62

Posisi kedua tingkat pendidikan warga Desa Majakerta yaitu warga

tamatan SLTA dengan jumlah 1808, posisi ketiga penduduk yang belum sekolah

dengan jumlah 1520, dan penduduk dengan buta huruf berjumlah 11 orang.

4.1.3. Kondisi Sosial Ekonomi

4.1.3.1 Kondisi Sosial

Melihat dari kondisi kehidupan masyarakat Desa Majakerta dapat di

katakan masih memegang kearifan lokal yang walaupun sudah agak memudar,

tetapi di setiap kesempatan masih bisa ditemukan diberbagai kegiatan masyarakat

seperti mereka selalu bergotong-royong dalam melakukan kegiatan apapun yang

menjadi kesulitan atau permasalahan warganya. Hal ini bisa dilihat dari kerukunan

dan kegotong-royongan di dalam pembuatan sarana prsarana, hajatan-hajatan

yang dilaksanakan oleh warga yang selalu dipenuhi oleh tetangga atau warga

lainnya yang berduyun-duyun datang untuk membantu meringankan pekerjaan

tersebut.

Masyarakat sangat memegang teguh norma-norma dan adat-istiadat

budaya Sunda serta nilai-nilai kekeluargaan dan kebersaman seperti pada

umumnya orang timur. Kedekatan hubungan di antara mereka sangat tampak dan

jelas. Hal ini dapat kelompok praktikan lihat pada sebagian besar warga yang

masih berhubungan saudara, seperti ciri-ciri yang ada pada masyarakat tradisional

yaitu dimana hampir seluruh penduduk yang tinggal menetap di sebuah lokasi

adalah keluarga atau saudara antara satu dengan yang lainnya.

Interaksi masyarakat Desa Majakerta dengan masyarakat luar cukup baik.

Budaya merantau mengunjungi wilayah/daerah yang tidak hanya daerah jawa,


63

Sebagian masyarakat Desa Majakerta sudah ada yang menikah, berumah tangga

dengan masyarakat luar Jawa, baik yang laki-laki maupun yang wanitanya.

Dalam keseharian kehidupan masyarakat lebih banyak diikat oleh nilai-

nilai kekerabatan, kekeluargaan yang diikat oleh nilai-nilai ke-Islaman. Hubungan

kekerabatan merupakan potensi yang cukup besar dalam memelihara kerukunan

kehidupan keseharian. Kepemimpinan secara formal yang ada mulai dari tingkat

Desa ke bawah, seperti Dusun, RW dan RT lebih kuat dengan memanfaatkan

sistem kekerabatan/kekeluaragaan. Meskipun begitu tidak mengurangi nilai-nilai

musyawarah atau kebebasan dalam masyarakat. Nilai kekerabatan dan rasa

persaudaraan ini juga yang selama ini membuat masyarakat cukup responsif

terhadap masalah yang ada disekitar mereka.

4.1.3.2 Kondisi Ekonomi

Kondisi sosial masyarakat dan ekonomi penduduk desa Majakerta cukup

maju. Hal ini bisa dilihat dari segi pertanian, peternakan dan industrinya,

namun sebagian besar masyarakat desa Majakerta memilih sektor kerajinan

sapu, komoditas yang satu ini memang menjadi andalan bagi warga untuk

mengais rupiah sebab sapu ini sangat mudah dijual ke pasaran, masyarakat

setempat mengatakan, produksi sapu glagah di desa Majakerta adalah yang

pertama di Indonesia. Dibuat sebagai industri rumahan di rumah-rumah

warga desa, tapi kualitas produk kerajinan ini dinilai sudah berkualitas

ekspor, sehingga sudah punya nama/brand tersendiri dan masuk google.

Maka penjualan sapu glagah tidak hanya merambah ke daerah yang cukup

luas khususnya di kabupaten Pemalang sendiri,namun ke daerah lain di tanah air


64

seperti Jakarta, Bandung bahkan sudah mulai dijual di luar negeri seperti di

Singapura, Malaysia, India, walau masih dalam skala kecil.

4.1.4. Sarana dan Prasarana Umum

Desa Majakerta memiliki sarana dan prasarana umum dalam beberapa

bidang diantaranya, kesehatan, pendidikan serta keagamaan.

4.1.4.1 Kesehatan

Sarana dan prasarana merupakan penunjang yang penting dalam

memenuhi kebutuhan dasar manusia termasuk kebutuhan dasar kesehatan. Sarana

kesehatan di Desa Majakerta berfungsi sebagai wahana masyarakat memeriksakan

keadaannya yang sedang sakit ataupun memelihara kesehatannya. Berdasarkan

data dari Profil dan Tipologi Desa Majakerta Tahun 2020 dapat diketahui bahwa

terdapat 6 jenis prasarana kesehatan di Desa Majakerta adalah Bidan Swasta yang

berjumlah dua orang, Dokter Gigi berjumlah satu orang, klinik/balai pengobatan

satu yang berada di RW 02, apotek yang berjumlah satu, posyandu yang

berjumlah 6 unit, dan posbindu berjumlah 6 unit.

4.1.4.2 Pendidikan

Pendidikan menjadi sarana yang sangat penting dan bermanfaat bagi

masyarakat Desa Majakerta. Di Desa Majakerta terdapat lima jenis sarana

pendidikan, yang terdiri dari dua Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan

jumlah siswa 20 orang dengan 2 tenaga pengajar, lalu dua Taman Kanak-Kanak

(TK) dengan 8 orang tenaga pengajar, satu sekolah menengah pertama, lima

sekolah dasar dan satu tempat kursus yang kegiatan pelatihan . Jadi jumlah sarana
65

pendidikan di Desa Majakerta juga terhitung banyak, karena tingkatannya yang

sudah bervariasi.

4.1.4.3 Keagamaan

Ibadah menjadi salah satu kewajiban umat beragama. Menjalankan ibadah

membutuhkan tempat yang bersih dan suci. Adanya prasarana ibadah merupakan

suatu kebutuhan bagi seluruh umat beragama untuk manusia dapat

mengimplementasikan keyakinan yang dimilikinya dan melakukan ibadah

sebagaimana mestinya. Berdasarkan data dari Profil dan Tipologi Desa Majakerta

Tahun 2020, di Desa Majakerta hanya terdapat satu jenis tempat ibadah yang

tersedia yaitu mesjid. Bangunan mesjid tersebut berjumlah tiga belas buah

bangunan yang tersebar di setiap RW. Mayoritas agama warga desa Majakerta

adalah Islam, jadi fasilitas ibadah untuk agama lain tidak tersedia.

4.1.5. Keadaan Pemerintah

Desa Majakerta merupakan salah satu dari 15 desa yang secara

struktural berada dibawah pemerintahan kecamatan Watukumpul,

kabupaten Pemalang. Mengenai struktur organisasi pemerintahan desa Desa

Majakerta dalam pelaksanaannya pemerintahan desa dikepalai oleh kepala

desa dan dibantu oleh beberapa perangkat.


66

Gambar 4.1 : Struktur Organisasi Desa Majakerta

STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAHAN DESA MAJAKERTA

KECAMATAN WATUKUMPUL KABUPATEN PEMALANG

Keterangan :

1. Kepala Desa: Kuswadi

2. Sekretaris Desa: Siswoyo

3. Kaur Umum: Prihatin Darsinah

4. Kaur Keuangan: Ridho Dwihindarto

5. Polisi Desa: Dedi Patria

6. Ulu-Ulu Desa: Fatkhuri

7. Lebe: Sulistyo

8. Kadus I: Abdul Kadir

9. Kadus II: Ponadi

10. Kadus III: Sabarudin


67

11. Kadus IV: Wajar

12. Kadus V: Johan

4.1.6. Potensi Desa Majakerta

Potensi dan sumber merupakan salah satu alat atau bahan yang dapat

dimanfaatkan untuk memecahkan permasalahan. Desa Majakerta memiliki potensi

dan sumber yang dapat dimanfaatkan untuk membantu memecahkan

permasalahan sosial yang ada disana. Desa ini merupakan daerah yang berada di

pegunungan dan merupakan salah satu daerah tertinggi di Kabupaten Pemalang.

Hal ini membuat suasana asri nan sejuk merupakan ciri khas dari Desa Majakerta.

Desa Majakerta merupakan Desa yang indah dimana terdapat sungai bersih dan

air terjun. Berikut ini adalah beberapa potensi dan sumber yang terdapat di Desa

Majakerta :

4.1.6.1 Potensi Fisik

Modal fisik merupakan aset non-manusia contohnya seperti bangunan,

kendaraan mesin dan lain sebagainya. Desa Majakerta memiliki modal fisik

infastruktur berupa jalan aspal, jembatan yang dapat membantu akses masyarakat

menjadi lebih mudah dan dapat menghubungkan dengan desa lain, saluran irigasi

air, lapangan sepak bola, track balap. Modal fisik bangunan berupa masjid dan

sebagai sarana ibadah, pos kamling, kantor balai desa, lembaga pendidikan seperti

PAUD, SD, SMP.

4.1.6.2 Finansial

Modal finansial ini merupakn modal yang dapat dimanfaatkan dalam bentuk

materialistic. Bentuk modal finansial ini dapat berupa anggaran dari pemerintah
68

desa untuk kegiatan desa meliputi uang kas, kredit, tabungan dan sumber

keuangan lainnya. Modal finansial yang ada di Desa Majakerta yang

dimanfaatkan yakni dana desa, sumbangan swasta, selain itu juga dana kas

masyarakat yang digunakan untuk keperluan atau dana darurat bersama.

4.1.6.3 Teknologi

Modal teknologi yang dapat diperoleh di Desa Majakerta yakni memiliki

mesin pemarut kelapa yang digunakan oleh memarut kelapa, selain itu juga

memiliki mesin penggiling dimana mesin penggiling ini ada dua yakni yang

digunakan untuk menggiling tepung dan satunya lagi untuk menggiling jahe, alat

pembuat kopi yang digunakan di kafe desa, serta mesin jahit yang semua alat

tersebut dibeli dari dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah Desa Majakerta.

4.1.6.4 Spiritual/Budaya

Modal spiritual atau budaya dapat berupa nilai-nilai yang penting dan

memberikan pengaruh positif dalam kehidupan sehari-hari seperti nilai keimanan,

kerelaan untuk berbagi dan saling mendoakan. Nilai yang lainnya yakni nilai

menghormati orang tua dan menjalankan tradisi-tradisi lokal dalam menjalin

kerukunan bersama. Modal ini juga terlihat di Desa Majakerta tercermin dari

seluruh masyarakat Majakerta yang beragama dan dapat menjalankan ibadah serta

hari raya agama dengan khidmat, kemudian masyarakat di Desa Majakerta juga

mencerminkan sikap yang menghargai, menghormati orang yang lebih tua atau

tokoh agama, atau tokoh masyarakat.


69

4.1.6.5 Sosial

Modal Sosial yang terdapat di Desa Majakerta berupa Kelompok kajian ibu-

ibu, Kelompok arisan ibu-ibu, Kumpulan PKK, Kumpulan Karang Taruna,

Kelompok Ibu-ibu Petani, Kelompok Posyandu, Kelompok kelas ibu hamil.

Kegiatan ini akan memberikan dampak seperti masyarakat menjadi semakin tau

mengenai hal-hal baru, menambah wawasan dan pengetahuan mereka.

4.1.6.6 Lingkungan

Modal lingkungan potensi dan sumber ini dapat dimanfaatkan sebagai

pemecahan masalah sosial dan dapat digunakan sebagai pemenuh kebutuhan

sehari-hari oleh masyarakat sendiri. Modal lingkungan meliputi sumber daya

alam, sumber daya alam adalah sumber-sumber yang berkaitan dengan

lingkungan alam baik udara, tanah maupun air yang memberikan penghidupan

bagi masyarakat.

Desa Majakerta sendiri memiliki aset lingkungan yang banyak yang dapat

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti lahan pertanian.

Selain itu juga kebun-kebun, dan perbukitan yang ditanami pohon baru.

4.2 Hasil Penelitian

Penelitian dengan judul Penyesuaian Diri Anak dalam Menghadapi

Pembelajaran Daring Masa Pandemic COVID-19 di Desa Majakerta Kecamatan

Watukumpul Kabupaten Pemalan dilakukan selama 1 bulan atau 31 hari

dikarenakan terbatas oleh waktu. Peneliti mengumpulkan data dan informasi

melalui wawancara mendalam, observasi, dan studi dokumentasi terhadap

informan utama maupun pendukung. Pada hasil penelitian disini akan


70

menggambarkan tentang karakteristik informan, penyesuaian secara pribadi,

penyesuaian secara sosial serta harapan dari informan.

4.2.1 Karakteristik Informan

Informan utama pada penelitian ini ditentukan berdasarkan random

pupossive sampling yang mengacu pada karakteristik anak, yakni anak usia

sekolah dasar, masih mau dan mampu untuk diajak berkomunikasi secara mudah,

dan mampu berkomunikasi menggunakanbahasa Indonesia secara baik dan benar

serta masih mengikuti pembelajaran daring. Pada penelitian ini, informan utama

merupakan anak sekolah dasar (SD) yang sedang manghadapi pembelajaran

daring. Sedangkan informan pendukung merupakan significant others yang

memiliki keterkaitan dengan informan dan dapat memberikan informasi yang

dibutuhkan peneliti.

Dalam penelitian ini adalah sebanyak 6 orang. 4 orang diantaranya yaitu

informan AL, AF, QA dan NJ sebagai anak sekolah dasar yang menghadapi

pembelajaran daring, serta 2 orang merupakan informan pendukung yang meliputi

orang tua informan QA dan NJ.

Informan tersebut diatas memberikan informasi sesuai dengan kebutuhan dalam

penelitian ini. Untuk lebih jelasnya mengenai karakteristik dari keenam informan

tersebut akan dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut :


71

Karakteristik Informan

Jenis Kelamin Usia Informan Latar Belakang Pekerjaan


(Laki-laki dan ( 9, 10,11, 33, 58 Pendidikan (Siswa, Guru,
Perempuan tahun (SD, SMA, SI) Pensiunan)

4.2.1.1 Jenis Kelamin

Informan dalam penelitian ini terdiri dari enam orang informan yang

berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Informan berjenis kelamin

perempuan terdiri dari empat orang yaitu informan QA, NJ, EN dan MA.

Kemudian informan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah dua orang yaitu

informan AL dan informan AF.

4.2.1.2 Usia

Usia dari kelima informan ini sangat beragam, dimulai dari usia yang

termuda adalah 9 tahun sampai yang tertua berusia 58 tahun. Informan NJ

berusia 9 tahun, informan QA berusia 10 tahun, informan AL dan informan

AF berusia 11 tahun, informan EN berusia 33 tahun dan informan MA berusia

58 tahun. Dilihat dari data tersebut, usia informan pada penelitian ini sangat

beragam. Faktor usia dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri selama

pembelajaran daring di masa pandemic COVID-19.

4.2.1.3 Latar Belakang Pendidikan

Latar belakang pendidikan dari para informan pada umumnya masih

sekolah dasar. Hal itu dikarenakan informan utama pada penelitian ini

merupakan anak usia sekolah dasar yang menghadapi pembelajaran daring.


72

Informan yang masih sekolah dasar berjumlah 4 orang, diantaranya informan

NJ, QA, AF dan informan AL. Sedangkan dua informan lainnya memiliki latar

belakang pendidikan yang berbeda, yaitu informan MA lulusan dari SMA dan

informan EN merupakan sarjana lulusan dari UPGRIS. Latar belakang

informan juga dapat mempengaruhi proses penyesuaian diri selama

pembelajaran daring.

4.2.1.4 Pekerjaan

Pekerjaan dari keenam informan pada penelitian ini sangat beragam.

Informan yang merupakan siswa sekolah dasar berjumlah empat orang,

diantaranya informan NJ, QA, AF dan informan AL. Kemudian informan EN

yang merupakan guru sekolah menengah pertama dan informan MA yang

merupakan pensiunan dan ibu rumah tangga.


73

4.4 Rekapitulasi Hasil Penelitian Karakteristik Informan

Aspek Penelitian Tema Penelitian Hasil Penelitian


Karakteristik Informan Jenis Kelamin Laki-Laki Terdapat 2 informan (AL, AF)
Perempuan Terdapat 4 informan (QA, NJ, MA dan EN)
Usia 9 tahun Terdapat 1 informan (NJ)
10 tahun Terdapat 1 informan (QA)
11 tahun Terdapat 2 informan (AL dan AF)
33 tahun Terdapat 1 informan (EN)
58 tahun Terdapat 1 informan (MA)
Agama Islam Terdapat 6 informan (AL, AF, QA, NJ, MA
dan EN)
Asal Daerah Pemalang Terdapat 6 informan (AL, AF, QA, NJ, MA
dan EN)
Pendidikan SD Terdapat 4 informan (AL, AF, QA, dan NJ)
Terakhir SMA Terdapat 1 informan (MA)
Diploma/Sarjana Terdapat 1 informan (EN)
Pekerjaan Pelajar Terdapat 4 informan (AL, AF, QA, dan NJ)
Pensiunan Terdapat 1 informan (MA)
Guru Terdapat 1 informan (EN)

Sumber : Hasil Penelitian Penyesuaian Diri Anak dalam Menghadapi Pembelajaran Daring di Desa Majakerta Kecamatan
Watukumpul Kabupaten Pemalang
74

4.2.2 Penyesuaian Pribadi Anak dalam Menghadapi Pembelajaran Daring

Masa Pandemic COVID-19 di Desa Majakerta

Aspek penyesuaian pribadi mengarah pada kemampuan individu untuk

menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara

dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Informan dapat menyadari sepenuhnya

siapa dirinya sebenarnya, apa kelebihan dan kekurangannya dan mampu bertindak

obyektif sesuai dengan kondisi dirinya tersebut. Keberhasilan penyesuaian pribadi

ditandai dengan tidak adanya rasa benci, lari dari kenyataan atau tanggungjawab,

dongkol. kecewa, atau tidak percaya pada kondisi dirinya. Kehidupan

kejiwaannya ditandai dengan tidak adanya kegoncangan atau kecemasan yang

menyertai rasa bersalah, rasa cemas, rasa tidak puas, rasa kurang dan keluhan

terhadap nasib yang dialaminya.

Penelitian pada penyesuaian diri pada aspek penyesuaian pribadi anak

yang menghadapi pembelajaran daring dilakukan dengan berbagai cara.

Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan informan, diperoleh gambaran

mengenai cara penyesuaian pibadi selama pembelajaran daring masa pandemic

COVID-19 di Desa Majakerta Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang.

Aspek Penyesuaian
Pribadi

Belajar dengan Dapat Mengerjakan Rasa Bosan Selama


Menggunakan media Tugas dengan Baik Pembelajaran Daring
elektronik
(Handphone/Laptop/Televisi)
75

4.2.2.1 Belajar dengan Menggunakan Media Elektronik (Handphone/Laptop/

Televisi)

Dalam pembelajaran daring masa pandemic COVID-19 ini tentunya

tidak akan terlepas dari media elektronik seperti handphone, laptop

maupun televisi. Selain itu, koneksi internet merupakan hal yang paling

penting dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Seperti yang disampaikan

oleh informan AL sebagai berikut :

” Selama corona ini belajarnya pake hp mbak. Kan belajarnya di


rumah”
Hal senada juga disampaikan oleh informan NJ yang juga

menggunakan handphone dalam pembelajarannya selama pembelajaran

daring. Berikut merupakan pernyataan dari informan NJ :

“Pakai hp mbak buat belajarnya. Pakainya hp nya Mas” (kakak


laki-laki)
Informan AF menyampaikan hal yang sama tentang media yang

digunakan dalam proses pembelajaran daring. Hal ini disampaikan

informan AF sebagai berikut :

“Kalo buat belajar pakainya hp. Dikasih tugasnya kan lewat situ
mbak sama bu guru. Kadang juga liat TV yang nayangin video
belajar itu lho mbak”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan QA, dalam

melaksanakan pembelajaran daring, informan QA juga menggunakan

media elektronik seperti handphone maupun laptop. Sebagaimana yang

disampaikan oleh informan QA berikut ini :

“Belajar onlinenya pakai hp mbak. Kadang pakai laptopnya ibu”.


76

Gambar 4.2 Media Pembelajaran Daring


(Handphone dan Laptop)
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Seperti hal nya dengan informan lainnya, informan EN juga

menggunakan handphone sebagai media pembelajaran yang digunakan

anaknya dalam proses pembelajaran daring. Berikut pernyataan informan

EN :

“Anak saya belajar pakai hp dek”.


Masa pandemic COVID-19 membuat semua kegiatan dibatasi dan

serba terbatas dalam pelaksanaannya. Tak terkecuali kegiatan belajar

mengajar di sekolah. Kegiatan belajar mengajar di sekolah yang biasanya

dilakukan secara tatap muka, kini harus menyesuaikan dengan kondisi

pandemi dengan menggunakan metode belajar online/daring. Dalam

pelaksanaan pembelajaran daring ini tentunya tak terlepas dari

kecanggihan teknologi. Salah satu pembelajaran daring yang diterapkan

adalah membagikan tugas melalui WhatsApp group yang terdiri dari guru

dan para orang tua.


77

Berikut pernyataan informan MA selaku orang tua :

“Tugas-tugas yang dari guru biasanya dikasih lewat WhatsApp dek.


Duhh saya sih ngga patia (terlalu) paham. Untung cucu saya ini ada
Mas (kakak) yang mengarahkan”.
Senada dengan informan MA, informan EN selaku orang tua pun

menyatakan hal yang sama mengenai pembagian tugas yang diberikan

guru pada muridnya melalui WhatsApp group. Berikut pernyataan

informan EN :

“Kalau tugas biasanya dishare lewat WhatsApp group dek. Anak


saya sih pegang hp sendiri. Tapi tetep saya pantau. Namanya anak-
anak juga kan kadang belum terlalu paham teknologi, ya kadang
saya sering mengarahkan anak saya dek”.

Gambar 4.3 WhatsApp Group sebagai


media penyampaian materi
pembelajaran
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti
78

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan QA, dalam

melaksanakan pembelajaran daring, informan QA juga mengerjakan tugas

yang dikirim oleh gurunya melalui WhatsApp group. Sebagaimana yang

disampaikan oleh informan QA berikut ini :

“Tugas di bu guru dikirim di WA mbak. Terus ya saya kerjain kalau


ada tugas”.
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa pembelajaran online

dilaksanakan dengan menggunakan aplikasi WhatsApp dalam

menyampaikan materi kepada siswa. Pernyataan tersebut didukung oleh

hasil wawancara pada tanggal 28 Mei 2021.

Selain materi yang dikirim melalui WhatsApp group, tugas-tugas

harian juga dikirim melalui WhatsApp. Pernyataan tersebut didukung oleh

hasil wawancara pada tanggal 28 Mei 2021. Ulangan harian dikirimkan

melalui WhatsApp group, dan di beberapa kesempatan anak-anak

berangkat untuk mengumpulkan tugas tersebut dengan waktu yang dibatasi

serta tetap memerhatikan protokol kesehatan.

Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan informan AL.

Berikut pernyataan informan AL :

“Ngumpulin tugasnya langsung ke sekolah. Tapi cuman ngumpulin


tugas aja mbak, langsung disuruh pulang sama bu guru. Nggak
boleh main-main di sekolah”.

Informan QA juga melaksanakan hal yang serupa. Dimana informan

QA mengumpulkan tugas dengan pergi ke sekolah sesuai dengan waktu

yang telah disepakati bersama gurunya. Seperti yang diungkapkan oleh

informan QA sebagai berikut :


79

“Tugas yang dikumpulin ke sekolah itu biasanya kalau UTS mbak


atau tugas kerajinan tangan. Ke sekolahnya kalau disuruh ibu
guru”.

Gambar 4.4 WhatsApp Group sebagai


media penyampaian materi
pembelajaran
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Berdasarkan pernyataan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran

online telah digunakan pada anak-anak sekolah dasar di Desa Majakerta

Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang dalam kegiatan belajar

mengajar di masa pandemi Covid-19. Pernyataan ini didukung dengan data

observasi yang dilakukan secara daring melalui WhatsApp. Pembelajraan

online ini diterapkan agar kegiatan belajar tetap berjalan walaupun harus di

rumah saja. Pembelajaran online dilaksanakan dengan cara berkomunikasi


80

melalui aplikasi WhatsApp, guru mengirimkan materi pelajaran dan

mengirimkan tugas-tugas kepada siswa melalui WhatsApp yang dapat

berupa teks, video, atau gambar.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada

informan, proses pembelajaran daring masa pandemic covid-19 ini

terdapat beberapa faktor penghambat selama proses pembelajaran daring

yang mengaruskan menggunakan media elektronik seperti handphone

ataupun laptop. Seperti yang disampaikan oleh infoman NJ berikut ini :

“Suka terlambat ngerjain tugasnya mbak. Soalnya kadang hp yang


pegang itu kakak. Sering dibawa pergi. Jadi nggak tau kalau ada
tugas. Ya terlambat ngerjainnya. Terus susah sinyal”.
Informan QA pun menyatakan hal yang tidak jauh berbeda, dimana

kendala yang ia hadapi adalah permasalahan jaringan internet yang tidak

stabil. Berikut pernyataan informan QA :

“Sinyal nya mbak suka hilang. Apalagi kalau mati lampu seharian.
Ngga ada sinyal. Soalnya di desa kali ya mbak”.

Berdasarkan pernyataan tersebut, menjelaskan bahwa terdapat

beberapa penghambat pelaksanaan pembelajaran daring. Pernyataan ini

didukung dengan data wawancara yang dilakukan pada tanggal 28 Mei

2021. Dimana untuk fasilitas atau sarana pembelajaran selama

pembelajaran daring sebenarnya sudah ada yaitu dengan menggunakan

handphone namun terkendala oleh jaringan internet atau signal yang sulit

dijangkau oleh anak karena rumah anak yang berada di desa, tidak semua

daerah mudah menjangkau signal internet terlebih lokasi Desa Majakerta


81

Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang ini merupakan wilayah

pegunungan yang sulit untuk mendapatkan jaringan internet yang baik.

Kendala lainnya berasal dari diri siswa sendiri yang memiliki kesadaran

yang kurang terhadap tugas-tugas yang harus siswa kerjakan.

4.2.2.2 Dapat Mengerjakan Tugas dengan Baik

Selama pembelajaran daring anak dituntut untuk bisa menyesuaikan

materi yang diajarkan oleh gurunya meskipun pembelajaran yang

dilakukan adalah jarak jauh. Terkadang materi yang diberikan oleh guru

memang dapat tersampaikan, namun tidak semua anak paham dengan

materi yang diberikan. Terbiasa melakukan pembelajaran tatap muka, anak

lebih leluasa jika ada materi yang tidak dimengert dan bisa menanyakan

kepada gurunya. Lain halnya dengan pembelajaran daring, anak dituntut

harus bisa menguasai materi yang diberikan. Seperti yang disampaikan

informan AL berikut ini :

“Kalau ada tugas dari bu guru ya dikerjain dulu. Coba dikerjain lah
mba. Kalo nggak paham Tanya temen yang lain”.
Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan yang informan QA nyatakan

bahwa selama pembelajaran daring ia mau tidak mau harus mengikuti alur

pembelajaran yang dan harus mengikuti materi yang diberikan oleh

gurunya.

Berikut pernyataan informan QA :

“Tugas dari bu guru ya dikerjain mbak. Kalau nggak dikasih tau


kapan ngumpulinnya kadang ngerjainnya ntaran hehe kadang juga
jadi lupa. Terus kadang belum paham materinya udah ganti lagi ke
tema yang lain mbak. Jadi harus ngikutin, padahal belum paham.
Tapi ya harus tetep dikerjakan”.
82

Gambar 4.5 Kegiatan Belajar Informan


QA
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Tugas yang diberikan oleh guru memang seharusnya dikerjakan oleh

anak. Namun selama proses pembelajaran daring ini terbatas aksesnya

yang hanya dilakukan via online. Anak harus tetap mengikuti alur materi

yang diberikan dan adanya kesadaran dari dalam diri anak membuat ia

merasa harus belajar lebih rajin untuk mengerjakan tugas dengan baik

dikarenakan proses pembelajaran daring tidak sama dengan pembelajaran

tatap muka dimana anak lebih leluasa ketika bertanya tentang materi yang

tidak dipahami.

Berikut pernyataan informan NJ :

“Belajar online jadi nggak bisa ketemu bu guru nggak bisa tanya
kalau ada pertanyaan yang susah. Kalo ada tugas yang susah ya
dikerjain sebisanya. Yang penting tetep dikerjain mbak. Kadang
dibantu juga ngerjain tugasnya”.
83

Gambar 4.6 Kegiatan Belajar Informan


NJ
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Selama proses pembelajaran daring pun orang tua turut andil di

dalamnya, seperti membantu anaknya dalam pengerjaan tugas. Dalam hal

ini orang tua juga dituntut menjadi orang tua yang serba bisa. Orang tua

dapat berperan menjadi orang tua anak sekaligus guru bagi anak. Hal ini

seperti yang disampaikan oleh informan EN sebagai berikut :

“Sebagai orang tua yang anaknya belajar online ya harus tanggap


dek. Kalau ada tugas itu anak saya kadang males kalau disuruh buat
ngerjain. Harus dioprak-oprak (diingatkan berkali-kali) dulu baru
mau ngerjain. Selama belajar online ini Subhanallah anak saya jadi
males banget. Yang jelas peran orang tua disini harus ada. Ya saya
ingetin, saya bantuin ngerjain. Jadi ibu sekaligus guru dek, saya.
Yang penting anak saya paham materinya terus bisa ngerjain
tugasnya.Walaupun harus dipaksa-paksa ya nggak apa-apa.
Pokoknya anak saya bisa ngikutin materi yang ada. Pinter-pinter
bagi saya membagi waktu juga sih dek hehe”.
84

Berdasarkan pernyataan tersebut, menjelaskan bahwa anak-anak

masih dapat mengerjakan tugas dengan baik meskipun dalam proses

pembelajaran baru yaitu pembelajaran daring. Anak-anak dapat

mengerjakan tugas dengan baik karena ada kesadaran dalam dirinya akan

hal tersebut. Disisi lain peran orang tua juga sangat berpengaruh selama

proses pembelajaran daring berlangsung. Contohnya jika anak tidak

mengerti materi yang diajarkan, orang tua dapat membantunya.

4.2.2.3 Rasa Bosan Selama Pembelajaran Daring

Selama pembelajaran daring, anak-anak banyak belajar hal baru.

Yaitu dengan menyesuaikan keadaan pembelajaran di tengah pandemi

dengan pembelajaran online. Anak juga harus membiasakan dirinya

dengan perangkat teknologi untuk terhubung dengan pembelajaran online.

Dalam pelaksanaan pembelajaran daring, anak-anak tentunya hanya bisa

berdiam diri di rumah ketika mengikuti proses pembelajaran daring. Anak-

anak tidak bisa bermain dengan teman-temannya di sekolah, tidak bisa

bertemu dengan gurunya dan banyak hal lain yang tidak bisa anak lakukan

ketika pembelajaran daring. Hal ini menimbulkan kejenuhan atau rasa

bosan yang dirasakan oleh anak-anak. Berikut pernyataan informan AL :

“Selama belajar online bosen mbak. Kalo ada tugas biasanya


dikerjain sendiri, kalo di sekolah kan bisa bareng-bareng sama
temen yang lainnya. Kalo tugasnya susah jadi pengen marah-marah,
soalnya ngga ketemu jawabannya”.
85

Menurut pernyataan informan AL, selama pembelajaran daring

dirinya merasa bosan dikarenakan tidak bisa bertemu dengan teman-

temannya di sekolah. Ketika pembelajaran tatap muka, jika ada tugas

dirinya akan mengerjakan bersama dengan teman-temannya yang lain.

Lain halnya selama proses pembelajaran daring, pertemuan dengan

temannya sangat terbatas. Informan AL juga menyatakan ketika ia tidak

bisa dalam mengerjakan tugasnya, makan ia akan merasa marah.

Hal senada juga disampaikan oleh informan AF yang juga

merasakan bosan selama pembelajaran daring. Berikut pernyataan

informan AF :

“Yang dirasain pastinya bosan sih mbak. Apalagi lagi corona juga
kan nggak boleh keseringan main di luar”.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan AF, dirinya merasa

bosan dikarenakan sudah jarang bermain di luar bersama teman-temannya.

Hal ini dikarenakan adanya pandemi COVID-19 yang mangharuskan

segala kegiatan dibatasi.

Selain itu faktor yang menjadi penyebab dalam kejenuhan belajar,

yaitu metode pembelajaran yang digunakan guru tidak disukai anak, media

pembelajaran yang kurang mendukung dalam proses pembelajaran, terlalu

banyak hafalan, tugas-tugas (PR), dan tekanan dari mata pelajaran dari

guru lainnya, serta saat mengajar guru terlalu monoton kepada peserta

didik tanpa adanya relaksasi dalam belajar sehingga anak cepat merasa

bosan dan tidak bersemangat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal

ini seperti yang dinyatakan oleh informan QA sebagai berikut :


86

“Dikasih tugas terus sama bu guru mbak, jadi bosan. Kalo pas di
sekolah ya tugasnya banyak juga sih mbak tapi dijelasin juga, jadi
saya paham. Kalo sekarang Cuma dikasih tugas terus”

Hal yang tak jauh berbeda juga dinyatakan oleh informan NJ tentang

rasa bosan yang dirasakannya. Berikut pernyataan informan NJ :

“Bosan karena banyak tugas mbak, hehe. Kadang nggak paham


sama tugasnya. Kalo di sekolah bisa diskusi sama-sama”

“Di rumah juga nggak punya alat-alat kaya di sekolah. Kalo di


sekolah kan banyak alat-alat yang buat belajar, jadi nggak bosan
mbak”.

Hal ini juga didukung dengan pernyataan informan MA yang

merupakan orang tua dari informan NJ. Dimana peran orang tua juga

sangat berpengaruh selama proses pembelajaran daring. Orang tua harus

senantiasa sabar dalam menghadapi sikap anaknya, apalagi ketika anak

sudah merasa bosan. Berikut pernyataan informan MA :

“Selama cucu saya belajar online, kami orang tua juga merasakan
dampaknya dek. Namanya anak kecil disuruh belajar kayak gini di
rumah aja pasti merasa bosan.

Saya sebagai orang tua kadang sampai kewalahan ngadepinnya.


Tapi namanya anak-anak ya harus dibaikin dek”.

Banyaknya tugas serta minimnya sarana pembelajaran yang

dimiliki anak-anak juga menimbulkan rasa bosan. Hal ini tentunya juga

berpengaruh terhadap semangat belajar anak. Untuk dapat

mempertahankan semangat anak-anak dalam pembelajaran dan

mengurangi rasa bosannya, ada beberapa informan yang melakukan

kegiatan sebagai pengalih rasa bosannya. Seperti yang disampaikan oleh

informan AF berikut ini :


87

“Kalo lagi bosan ya biasanya diajak main sama kakak saya mbak.
Bikin mobil-mobilan juga”.

Selain itu, informan QA menyatakan selain merasakan bosan,

informan QA terkadang merasa badmood ketika dalam pengerjaan tugas

tidak ditemukan hasilnya ataupun merasakan kesusahan. Informan QA

juga menyatakan bagaimana cara dirinya menghadapi rasa bosannya yaitu

dengan menonton youtube dan menanam sayuran di halaman rumahnya

bersama ayahnya. Berikut pernyataan informan QA terkait dengan cara

menghadapi rasa bosan yang dialaminya :

“Iya, selama belajar online bosan mbak. Kadang udah dikasih tugas
lagi sama guru padahal materi sebelumnya masih belum paham.
Apalagi kalo banyak tugas. Kadang minta tolong sama ibu atau
tante buat ngajarin materi lagi.

Biasanya kalo bosan sih nonton youtube mbak. Kadang juga diajak
ayah buat nanem sayuran di halaman depan. Lumayan mengurangi
bosannya mbak”.
88

Gambar 4.7 Kegiatan Informan QA


Berkebun
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Informan NJ juga menyebutkan tentang bagaimana cara melakukan

hal-hal yang mengurangi rasa bosan selama pembelajaran daring dimana

informan NJ melakukan kegiatan untuk pengalihan dengan cara membuat

kerajinan dengan melihat tutorial di youtube. Dirinya menyatakan dengan

melakukan hal tersebut bisa mengurangi rasa bosan selama pembelajaran

daring berlangsung. Dengan adanya kegiatan baru yang dilakukan,

membuat informan NJ bisa mengeksplorasi banyak hal lain.

Berikut pernyataan informan NJ terkait mengurangi rasa bosan

selama pembelajaran daring :

“Kadang kalo lagi ngerasa bosan apalagi banyak tugas, saya


biasanya coba melakukan kegiatan lain mbak. Biasanya main
sepeda atau seringnya sih liat tutorial youtube buat kerajinan mbak.
Tapi kalo ada tugas ya diselesaiin dulu kakak nyuruhnya gitu”
89

Gambar 4.8 Kegiatan Informan NJ


Membuat Kerajinan
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Berdasarkan pernyataan dari keenam Informan, maka dapat disimpulkan

bahwa aspek penyesuaian pribadi anak dalam menghadapi pembelajaran daring di

Desa Majakerta, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang berada pada

keadaan yang cukup baik. Indikator baik disini adalah informan dapat

mengendalikan emosinya, terbukti dalam hal informan dapat mengendalikan rasa

bosan dan cemas akan berlangsungnya pembelajaran daring. Selain itu informan

dapat melalukan pertahanan diri sesuai kondisi yang dialami selama pembelajaran

daring. Informan pun dapat belajar dari kesalahan-kesalahan selama pembelajaran

daring dan untuk dijadikan pembelajaran kedepannya untuk lebih baik lagi.

4.2.3 Penyesuaian Sosial Anak dalam Menghadapi Pembelajaran Daring

Masa Pandemic COVID-19 di Desa Majakerta

Aspek penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat

individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan- hubungan tersebut

mencakup hubungan dengan masyarakat di sekitar tempat tinggalnya, keluarga,


90

sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Proses berikutnya yang harus

dilakukan individu dalam penyesuaian sosial adalah kemauan untuk mematuhi

norma-norma dan peraturan sosial kemasyarakatan. Setiap masyarakat biasanya

memiliki aturan yang tersusun dengan sejumlah ketentuan dan norma atau nilai-

nilai tertentu yang mengatur hubungan individu dengan kelompok. Dalam proses

penyesuaian sosial individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan

peraturan-peraturan tersebut lalu mematuhinya sehingga menjadi bagian dari

pembentukan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok.

Pada pembelajaran daring masa pandemic COVID-19 yang dialami anak-

anak di Desa Majakerta Kecamatan Watukumpul ini mengharuskan mereka untuk

tetap belajar di rumah dan segala aktifitasnya di rumah, membuat keseharian

mereka terikat dengan lingkungan tempat tinggalnya.

Hal ini membuat kegiatan interaksi sosial yang biasanya dilakukan oleh

anak-anak harus dibatasi. Dalam pelaksanaannya anak-anak pun harus

menghadapi beberapa penyesuaian adaptasi kehidupan baru atau new normal.

Contohnya seperti harus melaksanakan protokol kesehatan seperti beraktivitas di

rumah, memakai masker, menjaga jarak dengan orang atau physical dan social

distancing, menghindari kerumunan serta mencuci tangan menggunakan sabun

atau hand sanitizer. Semua aktivitas dan komunikasi dilakukan secara

daring/online.

Penelitian pada penyesuaian diri pada aspek penyesuaian sosial anak yang

menghadapi pembelajaran daring dilakukan dengan berbagai cara. Berdasarkan

hasil wawancara mendalam dengan informan, diperoleh gambaran mengenai cara


91

penyesuaian sosial selama pembelajaran daring masa pandemic COVID-19 di

Desa Majakerta Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang.

Aspek Penyesuaian
Sosial

Anak Menerapkan Protokol Belajar Bersama dengan Pertemuan dilakukan


Kesehatan Mematuhi Protokol dengan via virtual
Kesehatan

4.2.3.1 Anak Menerapkan Protokol Kesehatan

Masyarakat belum terbiasa dengan Adaptasi Kebiasan Baru (AKB)

sehingga masih terdapat masyarakat yang belum menerapkan protokol

kesehatan. Khususnya anak-anak, mereka membutuhkan pengawasan yang

ketat oleh orang tuanya dalam menerapkan protokol kesehatan. Anak-anak

harus membiasakan diri dengan adanya protokol kesehatan dan orang tua

harus selalu mengingatkan akan pentingnya mematuhi protokol kesehatan

dalam segala aktivitas seperti memakai masker, rajin mencuci tangan,

menjaga jarak, serta bersedia diukur suhu tubuh ketika mengikuti suatu

kegiatan atau memasuki wilayah tertentu. Hal ini seperti informasi yang

disampaikan oleh informan AL sebagai berikut :

“Kalau keluar sih sekarang harus pakai masker mbak. Mama selalu
nyuruh gitu, pokoknya kalo nggak pakai masker ya nggak boleh
keluar”.

Hal senada juga disampaikan oleh informan AF yang juga selalu

diingatkan oleh orang tuanya untuk tetap memakai masker ketika keluar

rumah. Informan AF juga mengaku, ketika awal terjadi pandemic dirinya


92

masih jarang memakai masker dikarenakan susah bernafas. Namun seiring

berjalannya waktu, informan AF sudah terbiasa.

Berikut pernyataan informan AF :

“Selalu diingetin sama Mbah (nenek) buat selalu pake masker kalo
mau keluar rumah, terus main sama temen.

Dulu saya nggak suka pakai masker mbak. Rasanya pengap. Tapi
karena ada corona ini jadi harus selalu pakai masker”.

Pengetahuan anak-anak di Desa Majakerta terhadap kesehatan

mengalami perubahan sejak adanya Pandemi Covid-19, terjadinya

perubahan pola hidup sehat dan bersih yang mau tak mau mereka harus

terapkan di tengah keluarga, terutama terhadap protokol kesehatan.

Meskipun berbagai hambatan dalam menerapkannya, seperti dalam

penggunaan masker, keluhan ketidaknyamanan, sesak napas, dan bicara

dengan orang lain terganggu.

Berdasarkan hasil wawancara, informan QA menyatakan bahwa

dirinya pun selalu diingatkan oleh orang tuanya untuk selalu memakai

masker ketika hendak bepergian. Hal lain yang diajarkan oleh orang

tuanya yaitu untuk selalu mencuci tangan selepas dari luar rumah. Berikut

pernyataan informan QA :

“Kalau mau pergi harus selalu pakai masker mbak. Ibu yang
nyuruh. Terus kalau abis pergi juga bajunya harus diganti. Yang
paling penting jangan lupa cuci tangan”.
93

Gambar 4.9 Kegiatan Mencuci Tangan


yang dilakukan Informan QA
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan informan EN selaku ibu

dari informan QA :

“Kalau anak saya ini kadang susah kalo dibilangin suruh pake
masker dek. Apalagi kalau keluar atau main sama temennya
kadang nggak pakai masker. Kalau keluar ya saya bolehin yang
penting harus pake masker. Tapi namanya anak-anak, kalo udah
keluar maskernya dicopot duhh. Sekarang sih udah nurut dek.

Tapi syukurnya anak saya ini gelem dek kalo disuruh cuci tangan
kalo abis keluar. Nurut lah”

Selain itu ada hambatan dalam penerapan mencuci tangan, yakni

tidak semua tempat menyediakan fasilitas cuci tangan, tangan menjadi

kering, menyita waktu, tangan jadi sensitif. Namun untuk penerapan cuci

tangan ini umumnya tidak begitu menjadi kendala bagi anak selama ini.

Seperti pernyataan informan NJ berikut ini :

“Selalu diingetin sama Mbah dan Mas buat selalu pakai masker.
Terus juga cuci tangan yang rajin. Tapi kadang juga nggak cuci
tangan mbak kalo pas di Madrasah. Soalnya kran air nya sering
94

nggak nyala atau airnya habis, jadi nggak cuci tangan. Akhirnya
cuman pakai hand sanitizer aja”.

Gambar 4.10 Tempat cuci tangan yang


kurang memadai
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Untuk menjaga jarak, kendala penerapan yang ditemui yakni anak

merasa aneh, kurang aware dengan lawan bicara, diri sendiri disiplin

namun lawan bicara mendekat. Biasanya fasilitas umum sudah

diberlakukan menjaga jarak dengan memberi tanda silang terutama di

puskesmas, restoran, bank dan lainnya. Berikut pernyataan informan QA :

“Selalu diingetin sama Mbah dan Mas buat selalu pakai masker.
Terus juga cuci tangan yang rajin. Tapi kadang juga nggak cuci
tangan mbak kalo pas di Madrasah. Soalnya kran air nya sering
nggak nyala atau airnya habis, jadi nggak cuci tangan. Akhirnya
cuman pakai hand sanitizer aja”
95

Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan, anak-anak dapat

membiasakan mencuci tangan dengan menggunakan sabun/hand sanitizer,

memakai masker, menghindari kerumunan dan menjaga jarak, mengurangi

aktivitas keluar rumah, konsumsi makanan bergizi, sampai sering

berolahraga. Pada intinya, perilaku kesehatan anak-anak telah berusaha

menerapkan 3M (Memakai Masker, Menjaga jarak, Mencuci Tangan).

4.2.3.2 Belajar Bersama dengan Tetap Mematuhi Protokol Kesehatan

Sejak Pandemi virus corona atau Covid 19 melanda, berbagai

kebijakan diambil sebagai upaya guna memutus penyebaran virus tersebut,

diantaranya mengambil kebijakan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bagi

semua siswa semua jenjang untuk belajar dari rumah melalui sistem daring

atau online.Pembelajaran online dilakukan dengan memanfaatkan

teknologi khususnya internet. Pembelajaran daring dilakukan dengan

sistem belajar jarak jauh, dimana Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM)

tidak dilakukan secara tatap muka. Pembelajaran dilakukan dengan

menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun non cetak

(audio/video), komputer/internet, siaran radio dan televisi. Pada

pembelajaran daring, anak-anak dapat menjadi kurang aktif dalam

menyampaikan aspirasi dan pemikirannya, sehingga dapat mengakibatkan

pembelajaran yang menjenuhkan. Seorang anak yang mengalami

kejenuhan dalam belajar akan memperoleh ketidakmajuan dalam hasil

belajar.
96

Oleh karena itu, di beberapa kesempatan anak-anak melakukan

belajar kelompok agar dapat bertukar pikiran bersama temannya dengan

tetap mematuhi protokol kesehatan yang ada. Alasan lain anak melakukan

belajar kelompok adalah agar dapat mengakses internet dengan mudah di

tempat temannya yang memiliki Wi-Fi.

Seperti halnya yang disampaikan oleh informan AL berikut ini :

“Kalau ada tugas yang susah itu biasanya minta diajarin sama
mama. Kalo mama nggak bisa biasanya belajar bareng sama
temen terus minta diajarin kakaknya, gitu mbak.Terus di tempat
temen saya ini ada wi-finya jadi gampang kalau cari tugas yang
susah”.

Gambar 4.11 Belajar Bersama dengan


Memerhatikan Protokol Kesehatan
Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Hal serupa juga disampaikan oleh informan NJ, dimana dirinya

juga melakukan belajar kelompok bersama temannya dengan tetap

memerhatikan protokol kesehatan. Berikut pernyataan informan NJ :

“Kadang belajar kelompok sama temen mbak. Tapi nggak sering


juga sih. Kalo belajar ya tetep harus pakai masker. Biar aman”.
97

Meskipun anak-anak melakukan belajar kelompok, mereka juga

tetap memerhatikan kesehatannya dengan tetap mematuhi protokol

kesehatan yang ada. Seperti tetap memakai masker dan mencuci tangan.

Seperti pernyataan informan QA berikut ini :

“Biasanya temen-temen pada belajar bareng di rumah saya kalo


ada pelajaran yang susah mbak. Tapi ibu selalu ingetin kalo
belajar bareng juga jangan lupa pakai masker terus cuci tangan
gitu mbak”.

4.2.3.3 Pertemuan dilakukan dengan Via Virtual

Pembelajaran merupakan proses proses interaksi peserta didik

dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Pembelajaran dapat dilaksanakan dimana pun salah satunya disekolah.

Namun kondisi saat ini sistem pembelajaran atau pertemuan di sekolahan

tidak dapat dilaksanakan seperti biasanya melalui tatap muka, tetapi

menggunkan pembelajaran daring dikarenakan adanya pandemi yang

disebabkan oleh Virus Covid-19. Pembelajaran daring merupakan sistem

pembelajaran yang menggunkan perangkat atau alat bantu internet dan

teknologi berbasis jaringan untuk memfasilitasi proses belajar dan

pengetahuan melalui aksi dan interaksi.

Berdasarkan hasil wawancara dengan anak-anak usia sekolah dasar

yang menghadapi pembelajaran daring dan orang tua, diketahui bahwa

pelaksanakan pembelajaran daring dan pertemuan dilaksanakan melalui

via virtual. Pembelajaran dilaksanakan secara online melalui grup

WhatApps, kemudian ditambah lagi dengan pembelajaran di TVRI. Untuk

kegiatan pertemuan sendiri ditiadakan untuk sementara waktu. Meskipun


98

bgietu, anak-anak masih bisa melakukan pertemuan via online

menggunakan zoom meeting, WhatsApp video call atau melalui platform

lainnya. Namun kendala jaringan internet yang kurang stabil membuat

pertemuan via virtual tidak bisa berjalan dengan baik. Berikut pernyataan

informan AF :

“Iya kan belajarnya sering pakai hp mbak. Tugas juga dikirim


lewat WA. Kadang disuruh video call sama bu guru sama temen-
temen juga. Tapi saya sering nggak ikut soalnya sinyalnya jelek
mbak”.

Gambar 4.12 Pertemuan via zoom meeting


Sumber: Dokumentasi Pribadi Peneliti

Hal serupa juga disampaikan oleh informan NJ tentang adanya

pertemuan yang diadakan oleh gurunya via online. Namun kendala internet

menghambat kegiatan tersebut. Berikut pernyataan informan NJ :

“Iya belajarnya di rumah, jadi nggak bisa ketemu sama temen


mbak sam bu guru juga. Tapi ada sih biasanya disuruh video call
gitu. Tapi saya jarang ikut soalnya kadang hpnya dibawa Mas saya
mbak”
99

Pernyataan ini tidak jauh berbeda dengan yang disampaikan

informan QA mengenai adanya pertemuan dengan guru atau temannya

yang dilakukan secara virtual. Meskipun adanya pandemic ini

membuatnya tidak bisa bertemu dengan temannya, namun masih bisa

bertegur sapa via online. Berikut pernyataan informan QA :

“Nggak bisa ketemu sama temen saya mbak ya selama corona.


Ngga bisa ketemu sama ibu guru juga. Tapi kadang ada belajar
yang kita disuruh pakai video mbak, lewat zoom. Cuman sinyalnya
harus bagus sih kalo mau ikut”

Berdasarkan pernyataan dari keenam Informan, maka dapat disimpulkan

bahwa aspek penyesuaian sosial anak dalam menghadapi pembelajaran daring di

Desa Majakerta, Kecamatan Watukumpul, Kabupaten Pemalang berada pada

keadaan yang dapat dikatakan baik. Indikator baik disini adalah informan dapat

menerapkan protokol kesehatan yang, belajar dengan tetap memerhatikan protokol

kesehatan serta membatasi pertemuan dengan dilakukan secara virtual.

4.2.4 Harapan Informan

Dengan adanya pandemi seperti yang terjadi pada saat ini membuat segala

aktivitas terhambat. Salah satunya adalah perubahan pembelajaran yang awalnya

tatap muka menjadi pembelajaran daring yang memiliki kelebihan dan

kekurangan dalam pelaksanaannya. Tentunya banyak harapan dari para informan.

Seperti halnya harapan informan AL berikut ini :

“Harapannya ya virus ini cepet hilang mbak. Biar bisa kayak dulu lagi.
Keluar kemana aja bebas nggak usah pakai masker. Bisa belajar di
sekolah lagi dan ketemu temen-temen sama guru”.
100

Informan AF memiliki harapan besar tentang pandemic ini. Harapan

informan AF adalah semoga pandemic cepat usai dan segala aktivitas dapat

berjalan seperti biasanya kembali dan dapat bertemu dengan orang tuanya tanpa

hambatan. Berikut pernyataan informan AF :

“Semoga corona cepat hilang mbak. Biar bisa kayak dulu lagi. Terus biar
bisa cepet ketemu sama mama papa, soalnya di sana ngga boleh keluar
dari tempatnya”

Informan QA memiliki harapan terkait pandemic yang melanda Indonesia.

Dirinya juga berharap semoga wabah ini cepat usai dan bisa bersekolah seperti

biasanya tanpa ada rasa takut yang mengancamnya. Hal lain yang menjadi

harapan informan QA adalah semoga dalam pelaksanaan pembelajaran daring ini

bisa berlangsung dengan efektif. Berikut pernyataan informan QA :

“Harapannya semoga corona hilang mbak. Kalau hilang kan nanti bisa
sekolah lagi, ibu sama ayah bisa kerja kaya biasanya lagi kan. Nggak
takut juga kalau mau keluar rumah.

Terus semoga selama belajar online ini saya dan temen-temen yang lain
juga bisa ngikutin pelajarannya. Semoga pak guru atau bu guru jelasin
materinya dibuat mudah, biar kita paham hehehe...”

Informan NJ juga menyatakan harapannya sebagai berikut :

“Iya semoga corona cepat pergi mbak. Pengen ketemu mama papa juga
soalnya selama corona belum pulang, katanya nggak boleh.

Terus biar bisa cepet ke sekolah lagi. Lebih paham belajar di sekolah
soalnya hehe...”

Hasil wawancara dengan informan diatas, dapat disimpulkan bahwa

informan banyak memiliki harapan-harapan besar agar pandemic ini cepat berlalu

agar semua kegiatan dapat berjalan dengan normal seperti sedia kala.
101

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada pembahasan kali ini memuat analisis hasil penelitian dengan

menggunakan teori yang ada pada bab II. Berdasarkan hasil penelitian, berikut

disajikan rekapitulasi hasil peneliian Penyesuaian Diri Anak dalam Menghadapi

Pembelajaran Daring Masa Pandemic COVID-19 di Desa Majakerta Kecamatan

Watukumpul Kabupaten Pemalang yang meliputi aspek penyesuaian pribadi dan

penyesuaian sosial.

Tabel 4.5 Rekapitulasi Hasil Penelitian Penyesuaian Diri Anak dalam


Menghadapi Pembelajaran Daring di Desa Majakerta Kecamatan
Watukumpul Kabupaten Pemalang

No ASPEK TEMA INFORMAN


1 Penyesuaian Pribadi Belajar dengan Menggunakan Informan AL, AF,
Media Elektronik QA, NJ, MA dan EN
(Handphone, Laptop,
Televisi)
Dapat Mengerjakan Tugas Informan AL, AF,
dengan Baik QA, NJ
Rasa Bosan Selama Informan AL, AF,
Pembelajaran Daring QA, NJ
2 Penyesuaian Sosial Anak Menerapkan Protokol Informan AL, AF,
Kesehatan QA, NJ
Belajar Bersama denga Informan AL, QA,
Memerhatikan Protokol EN
Kesehatan
Pertemuan dilakukan via Informan AL, AF,
virtual QA, NJ
Sumber : Hasil Penelitian Penyesuaian Diri Anak dalam Menghadapi
Pembelajaran Daring di Desa Majakerta Kecamatan Watukumpul
Kabupaten Pemalang

Pembahasan dilakukan terhadap hasil penelitian, analisis permasalahan

yang muncul, analisis kebutuhan berdasarkan permasalahan, dan analisis sumber


102

yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam penyelesaian masalah.

Hal-hal tersebut akan termuat dalam poin-poin dibawah ini:

4.3.1 Analisa Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian dilakukan terhadap setiap aspek penelitian, yaitu

meliputi karakteristik Informan, penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial.

Menurut Atwater (1983, p. 36) dalam penyesuaian diri harus dilihat dari tiga

aspek yaitu diri kita sendiri, orang lain dan perubahan yang terjadi. Namun pada

dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu: penyesuaian pribadi dan

penyesuaian sosial.

4.3.1.1 Penyesuaian Pribadi

1. Belajar dengan Menggunakan Media Elektronik (Handphone/Laptop/Televisi)

Selama proses pembelajaran daring berlangsung, media pembelajaran

yang digunakan biasanya tak terlepas dari handphone ataupun perangkat

teknologi lain seperti laptop maupun televisi. Segala bentuk tugas yang

diberikan oleh guru dikirimkan melalui handphone dengan aplikasi WhatsApp.

Hal ini menuntut agar anak dapat terbiasa belajar dengan menggunakan media

elektronik dan salah satu yang paling umum adalah handphone. Dalam

pelaksanaannya pun tak terlepas dari beberapa kendala, seperti anak yang tidak

memiliki handphone, orang tua memiliki handphone namun dibawa untuk

bekerja ataupun kendala jaringan internet di Desa Majakerta Kecamatan

Watukumpul Kabupaten Pemalang.


103

2. Dapat Mengerjakan Tugas dengan Baik

Pada pelaksanaan pembelajaran daring, dilakukan dengan metode belajar

jarak jauh. Yang artinya anak-anak tidak bertatap muka langsung dengan guru

yang mengajarnya. Dalam penyampaian tugas pun dilakukan secara

daring/online. Anak-anak juga dituntut untuk dapat memami materi yang

diajarkan oleh gurunya dan dapat mengerjakan tugasnya dengan baik. Namun

pada praktiknya, anak-anak sulit untuk mengikuti alur materi yang diajarkan

oleh gurunya. Hal ini dikarenakan kebiasaan pembelajaran tatap muka dimana

tanya jawab dan penjelasan materi lebih fleksibel dilakukan. Meski demikian,

anak-anak tetap berusaha mengerjakan tugasnya dengan baik sesuai arahan

yang diberikan oleh gurunya.

3. Rasa Bosan Selama Pembelajaran Daring

Hal yang dihadapi anak-anak selama pembelajaran daring adalah adanya

rasa bosan yang melanda mereka. Dimana selama pembelajaran daring mereka

tidak bisa bertemu dengan teman di sekolahnya, dengan gurunya dan tidak bisa

melakukan kegiatan di sekolah. Semua kegiatan anak-anak ini dibatasi untuk

mencegah penyebaran virus COVID-19. Selama belajar di rumah mereka

merasa bosan karena pembelajaran yang monoton, beda dengan yang

diselenggarakan di sekolah. Ada informan yang merasa bosan selama

pembelajaran daring dan ada pula informan yang merasa lebih sering

meluapkan amarahnya ketika informan tidak bisa mengerjakan tugas yang

diberikan oleh guru, ada pula yang merasa sukar mengikuti pelajaran yang

diberikan oleh sekolah.


104

Peneliti memperoleh gambaran umum tentang penyesuaian anak terhadap

aspek penyesuaian pribadi anak dalam menghadapi pembelajaran daring di

Desa Majakerta Kecamatan Watukumpul berada pada kondisi yang belum

optimal. Keenam Informan merasakan penyesuaian secara pribadi pada diri

masing-masing. Keenam Informan menyatakan hal yang sama tentang

penyesuaian pribadi. Dimana penyesuian pribadi ini dapat dikatakan berhasil

apabila informan dapat menghadapi dan menyesuaikan hal tersebut dengan

kondisi yang ada pada saat ini. Dalam penyesuaian pribadi, individu harus bisa

mengontrol emosinya dengan baik dalam menghadapi perubahan. Contohnya

perubahan yang saat ini dialami. Yaitu pembelajaran yang awalnya tatap muka

dan diselenggarakan di sekolah kini harus diubah menjadi pembelajaran jarak

jauh dikarenakan adanya pandemi COVID-19 yang mewabah di Indonesia.

Dari keenam informan, kebanyakan dari mereka dapat menyesuaikan

perubahan namun di beberapa masalah masih sulit untuk mengikuti perubahan

dari pembelajaran tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh. Hal tersebut

dikarenakan sulitnya akses internet dikarenakan lokasi Desa Majakerta ini yang

berada di pegunungan. Hal lain yang menjadi hambatan adalah anak-anak yang

merasa kurang paham dengan materi selama pembelajaran daring. Mereka

merasa jauh lebih baik bersekolah seperti biasanya karena akan lebih mudah

untuk menangkap penjelasan dari guru mereka. Merekapun mau tidak mau

harus tetap mengerjakan tugas sekalipun itu mereka tidak memahaminya.

Orang tua pun merasakan imbas dari adanya pembelajaran daring ini.

Para orang tua harus membimbing anaknya ketika di rumah, membantu


105

anaknya ketika kesulitan dalam mengerjakan tugas dan lainnya. Disisi lain

orang tua harus tetap bekerja untuk mencari nafkah.

4.3.1.2 Penyesuaian Sosial

1. Anak Menerapkan Protokol Kesehatan

Di tengah pandemi COVID-19 yang melanda di Indonesia ini, penerapan

protokol kesehatan menjadi hal wajib yang dilakukan oleh semua orang dan

semua kalangan. Tak terkecuali pada anak usia sekolah dasar. Anak tentunya

harus diberi pengertian oleh orang tuanya betapa pentingnya untuk mematuhi

protokol kesehatan selama pandemi. Hal ini juga dilakukan oleh informan,

dimana mereka bisa mengikuti Adaptasi Kegiatan Baru atau new normal.

Seperti memakai masker ketika bepergian, rajin mencuci tangan dan

menghindari kerumunan. Meski awalnya sulit untuk diikuti, mereka akhirnya

bisa menyesuaikannya.

2. Belajar Bersama dengan tetap Memerhatikan Protokol Kesehatan

Meski pembelajaran yang dilakukan sekarang ini adalah pembelajaran

daring, informan kerap melakukan belajar kelompok. Hal ini dilakukan ketika

informan tidak memahami materi yang diberikan oleh gurunya. Tentunya

belajar kelompok ini tetap dengan memerhatikan protokol kesehatan yang ada.

3. Pertemuan dilakukan Via Virtual

Di masa pandemi seperti saat ini, segala kegiatan pertemuan sangat

terbatas. Hal ini lah salah satu penyebab diubahnya metode pembelajaran tatap

muka menjadi metode pembelajaran daring. Kegiatan pembelajaran dan

pertemuan yang dilakukan oleh guru dengan siswanya pun terbatas. Namun
106

dengan adanya kemajuan teknologi seperti sekarang, hal tersebut bukanlah hal

yang sulit untuk melakukan pertemuan. Pertemuan bisa dilakukan dengan via

virtual melalui aplikasi WhatsApp video call maupun zoom meeting. Namun

yang menjadi kendala adalah terbatasnya jaringan internet yang ada di Desa

Majakerta Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang.

Peneliti memperoleh gambaran umum tentang penyesuaian anak terhadap

aspek penyesuaian sosial anak dalam menghadapi pembelajaran daring di Desa

Majakerta Kecamatan Watukumpul berada pada kondisi yang baik. Keenam

Informan merasakan penyesuaian secara sosial pada diri masing-masing.

Keenam Informan menyatakan hal yang sama tentang penyesuaian sosial.

Dalam penyesuaian sosial dalam menghadapi pembelajaran daring, para

informan dapat menerapkan protokol kesehatan yang ada serta membatasi

kegiatan pertemuan dan digantikan dengan pertemuan secara virtual.

4.3.2 Analisa Masalah

Masalah merupakan sesuatu yang tidak mengenakkan dan tidak

dikehendaki, masalah bisa pula diartikan sebagai ketidaksesuaian antara harapan

dan kenyataan. Masalah merupakan sesuatu yang harus diatasi dan dipecahkan,

sehingga dengan demikian tujuan yang telah ditetapkan akan dapat tercapai.

Menurut Jansen dalam Edi Suharto (2009:83) secara luas masalah dapat

didefinisikan sebagai “perbedaan antara harapan dan kenyataan atau sebagai

kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang seharusnya”. Berdasarkan

konsep tersebut, peneliti akan menganalisis masalah yang terdapat dalam

penyesuaian diri anak dalam menghadapi pembelajaran daring masa pandemic


107

COVID-19 yang tentunya sangat berpengaruh besar terhadap penyesuaian

pada anak.

Berdasarkan pembahasan sebelumya tentang analisis hasil penelitian

ditemukan bahwa permasalahan yang ditemukan dalam Penyesuaian Diri Anak

dalam Menghadapi Pembelajaran Daring Masa Pandemic COVID-19 dapat

terbilang banyak, namun seiring berjalannya waktu dapat disesuaikan. Masalah

yang ditemukan tidak terjadi pada seluruh aspek penyesuaian diri, dan hanya

terjadi pada aspek penyesuaian pribadi. Peneliti memaparkan masalah-masalah

tersebut sebagai berikut:

1. Aspek Penyesuaian Pribadi

a. Adanya rasa bosan yang melanda anak-anak selama pembelajaran daring

membuat mereka kurang semangat dalam belajar.

b. Minimnya media pembelajaran dalam pembelajaran daring juga menjadi

penyebab rasa bosan pada anak-anak.

4.3.3 Analisa Kebutuhan

Analisis kebutuhan disusun berdasarkan masalah yang ada dalam

Penyesuaian Diri Anak dalam Menghadapi Pembelajaran Daring Masa Pandemic

COVID-19 di Desa Majakerta Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang.

Kebutuhan ini menjadi suatu hal yang harus dipenuhi atau diberikan kepada pihak

yang membutuhkan agar terjadi pemenuhan kebutuhan dan terjadinya

penyelesaian masalah. Dapat diketahui bahwa kebutuhan tersebut sebagai suatu

aspek dari proses penyelesaian masalah, yang dalam hal ini adalah dengan

pembuatan program penanganan masalah yang ada. Peneliti menjabarkan


108

kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi terkait permasalahan dalam

Penyesuaian Diri Anak dalam Menghadapi Pembelajaran Daring Masa Pandemic

COVID-19 di Desa Majakerta Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang

adalah sebagai berikut:

1. Pembentukan kelompok belajar agar anak tidak merasa bosan dan dapat

berdiskusi dengan temannya tentunya dengan tetap mematuhi protokol

kesehatan yang ada.

2. Penambahan sarana dan prasarana pembelajaran agar anak lebih

bersemangat dalam mengikuti pembelajaran.

Analisis kebutuhan diangkat sesuai masalah yang ada dalam Penyesuaian

Diri Anak dalam Menghadapi Pembelajaran Daring Masa Pandemic COVID-19

di Desa Majakerta Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang tersebut,

diharapkan bisa menjadi pandangan dalam pembuatan program penyelesaian

masalah yang akan dibuat oleh peneliti.

4.3.4 Analisa Sumber

Sumber merupakan sesuatu yang dapat dimanfaatkan atau digunakan untuk

upaya pemenuhan kebutuhan manusia dalam menghadapi masalahnya. Kerjasama

berbagai pihak merupakan salah satu upaya untuk memanfaatkan sistem sumber

yang ada sehingga kegunaan dari sumber tersebut dapat dirasakan lebih efektif.

Berkaitan dengan hasil penelitian tentang Penyesuaian Diri Anak dalam

Menghadapi Pembelajaran Daring Masa Pandemic COVID-19 di Desa Majakerta

Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang, maka dalam upaya pemecahan


109

masalah yang ada diperlukan sumber-sumber yang dapat dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan. Adapun sumber-sumber yang dapat diidentifikasi yaitu :

1. Sumber Informal

Merupakan bentuk-bentuk dukungan dari keluarga, teman, sahabat dari

informan. Bantuan yang diberikan melalui relasi informal termasuk emosional

dan cinta, nasihat dan informasi serta bentuk-bentuk pelayanan lainnya, pada

anak yang menghadapi pembelajaran daring.

2. Sumber Formal

Sumber formal merupakan sumber yang berasal dari luar diri informan.

Sumber formal yang dapat dimanfaatkan antara lain :

a. Dinas Sosial Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan

Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa

Tengah.

b. Pemerintah Kecamatan Watukumpul.

c. PIK-R Pinunjul Kecamatan Watukumpul.

3. Sistem Sumber Kemasyarakatan

a. Pihak pemerintah lokal Desa Majakerta. Pemerintah lokal dapat melakukan

sosialisasi kepada masyarakat Desa Majakerta khususnya para orang tua

yang memiliki anak yang sedang menghadapi pembelajaran daring untuk

tetap membimbing anak mereka dan mensosialisasikan tips-tips selama

pembelajaran daring.

b. Masyarakat Desa Majakerta yang berpotensi untuk menjadi sasaran dalam

proses penelitian ini memiliki sikap yang sukarela untuk membantu anak-
110

anak yang mengahdapi pembelajaran daring di Desa Majakerta.

c. TBM Adinda, sebagai pusat pembelajaran non-formal di Desa Majakerta

Kecamatan Watukumpul Kabupaten Pemalang.

Anda mungkin juga menyukai