Kabupaten Jepara merupakan salah satu wilayah yang terletak di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah sepanjang Pantai Utara Jawa. Letak geografisnya yaitu 3 0 2320 4 0 0935 BT dan 5 0 4330- 6 0 4844 dengan luas area sebesar 100.413,19 ha, kabupaten Jepara memiliki garis pantai sepanjang 68 km. Kabupaten Jepara memiliki persebaran ekosistem mangroove sebesar 3.721 ha, dengan hutan pantai seluas 6.672 ha. Dengan batas-batas : Sebelah Barat : Laut Jawa Sebelah Utara : Laut Jawa Sebelah Timur : Kabupaten Kudus & Pati Sebelah Selatan : Kabupaten Demak
2. Kondisi Fisiografis dan Topografi Kabupaten Jepara memiliki kondisi fisiografis dan topografi dengan kelerengan 0-25% dan ketinggian 0-1.301 dpl. Pada Kabupaten Jepara khususnya untuk Kecamatan Keling memiliki topografi yang bervariasi mulai dari landai sampai perbukitan.
3. Kondisi Geologi Kabupaten Jepara merupakan dataran aluvial yang tersusun oleh endapan lumpur yang berasal dari sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa oleh arus sepanjang pantai. Sebaran jenis tanah pada wilayah ini yaitu berupa aluvial hidromorf, regosol coklat, asosiasi mediteran coklat tua dan mediteran coklat, grumosol kelabu tua, asosiasi hidromorf kelabu, dan planosol coklat keabuan.Kabupaten Jepara terletak dalam lereng utara dan barat Gunung Muria. Bentang alam Semenanjung Muria terdiri atas dataran, perbukitan, dan pegunungan, yang proses geomorfologinya dikontrol oleh kegiatan gunung api. Daerah dataran menempati seluruh pantai barat, utara dan timur, serta dataran Kudus - Pati di sebelah selatan. Litologi penyusun daerah dataran adalah bahan rombakan berupa endapan lahar dan aluvium; secara setempat dijumpai pula endapan piroklastika dan lava. Daerah perbukitan merupakan kaki dan lereng bawah Gunung Api Muria, Gunung Api Genuk dan sekitarnya, serta perbukitan yang terletak di kompleks Gunung Api Patiayam. Litologi penyusun daerah perbukitan adalah lava, endapan piroklastika, dan lahar. Daerah pegunungan meliputi kawasan puncak Muria dan Genuk yang merupakan pusat erupsi gunung api di Semenanjung Muria. Batuan penyusun terdiri atas lava, intrusi, dan breksi piroklastika. Gunung Api Muria terletak di bagian tengah Semenanjung Muria, sedangkan Gunung Api Genuk berada di sebelah timur laut Gunung Api Muria. Dengan demikian bentang alam Semenanjung Muria dibangun oleh hasil kegiatan atau erupsi Gunung Api Muria dan Gunung Api Genuk beserta gunung api parasitnya pada masa lampau. Aktivitas vulkanisme tersebut kemudian diikuti oleh proses eksogen, mulai dari pelapukan, erosi, transportasi, dan sedimentasi di sekeliling gunung api tersebut yang berlanjut sampai ke lepas pantai, sehingga membentuk endapan rombakan. Berdasarkan data geologi regional Lembar Kudus (Suwarti dan Wikarno, 1992), batuan tertua yang tersingkap di daerah Semenanjung Muria adalah Formasi Bulu yang di atasnya menumpang secara berturut-turut Formasi Ujungwatu, batuan Gunung Api Genuk dan Muria. Formasi Bulu terdiri atas batuan sedimen silisiklastika halus (batulempung sampai batupasir karbonatan) dan batugamping berumur Mio-Pliosen yang tersingkap di daerah Semliro di bawah fasies sentral Gunung Api Muria dan di sekitar Gunung Api Genuk. Sementara itu, Formasi Ujungwatu didominasi oleh batuan klastika gunung api kaya batuapung, seperti tuf batuapung, lapili batuapung, dan breksi batuapung. Batuan Gunung Api Genuk dan Muria yang terletak dekat dengan kawah atau pusat erupsi sampai fasies proksimal berupa batuan beku (aliran lava dan intrusi) dan breksi gunung api. Sedangkan daerah kaki dan dataran di sekelilingnya, pada umumnya berupa batuan klastika gunung api fraksi halus-sedang, mulai dari batulanau, batupasir sampai dengan konglomerat dan breksi gunung api. Di permukaan, mulai dari daerah Bangsri sampai dengan Ujung Lemah Abang (ULA) bahan rombakan gunung api tersebut sudah lapuk lanjut membentuk tubuh tanah lempung merah dengan ketebalan antara 3 5 m. Singkapan agak segar hanya dijumpai pada beberapa tebing dan dasar aliran sungai. Berdasarkan 74 data radiometri NTT (2000) dan menurut McBirney dkk. (2003) aktivitas vulkanisme di Semenanjung Muria dibagi menjadi lima periode, yaitu: (1) Genuk Tua, (2) Muria Tua, (3) Muria Tengah, (4) Genuk Muda, dan (5) Muria Muda. Struktur geologi yang ada di Semenanjung Muria berupa kekar dan sesar yang mempunyai pola umum timur laut barat daya dan barat laut tenggara. Dari analisis seismik refleksi, pada bagian utara dari Laut Jawa terdapat indikasi sesar yang hampir mirip dengan struktur sesar regional daerah ini (McBirney dkk., 2003). Sesar regional tersebut tercermin dalam Depresi Rembang. Menurut Mallard dkk. (1991) dan Serva (2001), Depresi Rembang terekam sebagai cekungan pull-apart, yang dibentuk oleh dua sistem sesar utama di wilayah ini. Menurut van Bemmelen (1947), Boomgaart (1947), Nicholls and Whitford (1983) dan Maury dkk. (1987), Bellon dkk. (1989), Edwards (1990), Edwards dkk. (1991) produk erupsi Muria dan Genuk merupakan batuan sosonit kalium tinggi yaitu basal, basanit, tefrit, trasit, dan fonolit. Studi petrologi dan geofisika yang berhubungan dengan sifat magmatologinya pun telah ditelaah (Boomgaart, 1947; Maury dkk., 1987; Marzuki dan Sardjono, 1991; Nicholls and Whitford, 1983; dan van Bemmelen, 1947).
4. Geologi Regional Daerah
Jarak terdekat dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan Tahunan yaitu 7 km dan jarak terjauh adalah Kecamatan Karimunjawa yaitu 90 km Wilayah Kabupaten Jepara sebagaimana daerah lainnya di Indonesia beriklim tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan yang silih berganti sepanjang tahun. Besar rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah Jepara utara adalah 2000 - 2500 mm/tahun dan Jepara bagian selatan antara 2500 - 3000 mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata per bulan berdasarkan data dari tahun 1994 - 1998 berkisar antara 58 - 338 mm/bulan, curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Oktober sampai bulan April dengan curah hujan antara 176-338 mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan September dengan curah hujan antara 58 - 131 mm/bulan.
A. Morfologi Daerah Jepara Morfologi daerah Jepara berdasarkan pada bentuk topografi dan kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan morfologi yaitu: a. Dataran Merupakan daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah bagian barat daya merupakan punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai dengan kemiringan lereng medan antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian tempat di bagian utara antara 0 - 25 m dpl dan di bagian barat daya ketinggiannya antara 225 - 275 m dpl. Luas penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah Jepara.
b. Daerah Bergelombang Satuan morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan lembah sungai, mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5 - 10% (3-9%), ketinggian tempat antara 25 - 200 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah Jepara.
c. Perbukitan Berlereng Landai Satuan morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan, mempunyai bentuk permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan ketinggian wilayah 25 - 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%) dari seluruh daerah Jepara.
d. Perbukitan Berlereng Agak Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang agak terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat antara 25 - 445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah Jepara.
e. Perbukitan Berlereng Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara 40 - 325 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah Jepara.
f. Perbukitan Berlereng Sangat Terjal Satuan morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan lereng yang sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 - 70%, ketinggian tempat antara 45 - 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%) dari seluruh daerah Jepara.
g. Perbukitan Berlereng Curam Satuan morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng yang curam, mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat antara 100 - 300 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah Jepara.
B. Tata Guna Lahan Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Jepara terdiri dari wilayah terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari pemukiman, perkantoran perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi. Sedangkan wilayah tak terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan perkebunan serta konservasi.
C. Susunan Stratigrafi Geologi Kota Jepara berdasarkan Peta Geologi Lembar Magelang - Jepara (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan stratigrafinya adalah sebagai berikut :
Aluvium: Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 - 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir.
Batuan Gunung Api : Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras.
Formasi J ongkong : Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava, sebelumnya disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna coklat kehitaman, komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut - membundar tanggung dengan masa dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava berwarna abu-abu tua, berbutir halus, setempat memperlihatkan struktur vesikuler (berongga).
Formasi Damar : Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5 cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 - 20 cm, menyudut membundar tanggung, agak keras.
Formasi Kaligetas : Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut - menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang, porositas sedang, agak keras.
Formasi Kalibeng : Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus - kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak.
Formasi Kerek : Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda - tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni.
D. Struktur Geologi Struktur geologi yang terdapat di daerah Jepara umumnya berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan sesar naik. Sesar normal relatif berarah barat timur sebagian agak cembung ke arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara, sedangkan sesar normal relatif berarah barat - timur. Sesar-sesar tersebut umumnya terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang berumur kuarter dan tersier.