PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu
sebagai akibat proses geomorfologi, baik tenaga endogen maupun tenaga
eksogen. Proses endogen termasuk kegiatan kegunungapian dan proses-proses
pembentukan perbukitan dan pegunungan, yang akan mengakibatkan
perubahan bentuk permukaan bumi karena aktivitas gunung api, tektonik,
maupun gempa bumi sehingga menghasilkan struktur geologi maupun
geomorfologi.Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan di
dalam evolusi bentuk lahan dan sturktur geologi dicerminkan oleh bentuk
lahannya.
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk lahan yang ada di Kabupaten Jepara?
2. Bagaimana proses terjadinya bentuk lahan yang ada di Kabupaten Jepara?
III. Tujuan
1. Mengetahui bentuk-bentuk lahan yang ada di Kabupaten Jepara
2. Mengetahui proses terjadinya bentuk-bentuk lahan yang ada di Kabupaten
Jepara
PEMBAHASAN
I. Dasar Teori
Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang membicarakan
tentang bentuk lahan yang mengukir permukaan bumi baik di atas maupun di
bawah permukaanair laut, menekankan cara pembentukannya serta konteks ke
lingkungannya.Adapun geomorfologi adalah studi yang mendeskripsi bentuk
lahan dan proses serta mencari antar hubungan antara bentuklahan dan proses
dalam susunan keruangannya (Van Zuidam at al., 1978).Struktur,proses,dan
stadia merupakan faktor-faktor penting dalam pembahasan
geomorfologi.Pembahasan sesuatu daerah tidaklah lengkap kalau salah satu
diantaranya tidak dikemukakan (diabaikan).
a. Struktur
Untuk mempelajai bentuk-bentuk lahan suatu daerah, maka hal yang
pertama harus diketahui adalah sruktur geolologi dari daerah tersebut.
b. Proses
Yang dimaksud proses di sini adalah adalah proses yang berasal dari dalam
dan luar bumi (proses endogenik dan proses eksogenik), adapula yang
beranggapan proses di sini adalah energy yang berasal dari luar bumi saja
(eksogen) saja.
c. Stadia
Stadia atau tingkatan dinyatakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
kerusakan yang telah terjadi dan dalam tahapa/stadia apa kondisi bentuk
lahan saat ini. (Tim Asisten Geomorfologi,2017)
Di dalam memmepelajari geomorfologi bentuk lahan yang sangat penting
adalah aspek geomorfologi, antara lain :
1. Aspek Morfologi
Mencakup morfometri yaitu aspek ukuran dan bentuk unsur-unsur
penyusun bentuk lahan serta morfografi yang merupakan susunan dan
objek alami yang ada di permukaan bumi sesuai dengan proses
pembentukannya.
2. Aspek Morfogenesa
Yaitu asal usul pembentukan bentuk lahan dan perkembangannya
sehinggamenghasilkan konfigurasi permukaan bumi yang berbeda-beda
3. Aspek Morfokronologi
Merupakan urutan bentuk lahan yang ada di permukaan bumi sebagai hasil
prosesgeomorfologis sehingga menyebabkan terjadinya perbedan urutan
umur bentuk lahan.
4. Aspek Morfo-Asosiasi
merupakan kaitan antara bentuk lahan satu dengan yang lain dalam
susunankeruangan/sebarannya di permukaan bumi. Ini sangat penting karena
pembentukan lahan di permukaan bumi ditentukan oleh berbagai faktor
seperti topografi, bahan, iklim,organisme, vegatasi, dan waktu.
II. Pembahasan
- Letak Geografis
Kabupaten Jepara merupakan salah satu wilayah yang terletak di
Provinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah sepanjang Pantai Utara
Jawa. Letak Geografisnya yaitu 3°23’20” BT- 4°09’35” BT dan
5°43’30”LS-6°48’44”LS dengan luas wilayah sebesar 100.4143,19 ha.
Kabupaten Jepara memiliki garis pantai sepanjang 68 km. Jepara
memiliki persebaran ekosistem mangrove seluas 3.721 ha dengan
hutan pantai seluas 6.672 ha. Dipandang dari ketinggian permukaan
tanah dari permukaan air laut, wilayah Kabupaten Jepara terletak
mulai dari 0 m sampai dengan 1.301 m.Dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
Utara : Laut Jawa
Selatan : Kabupaten Demak
- Kondisi Geologi
A. Semenanjung Muria
Semenanjung Muria merupakan suatu kumpulan/kompleks kegiatan
vulkanik. Semenanjung Muria terletak di sebelah timur laut kota
Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah Kabupaten, yaitu
Kabupaten Jepara di bagian barat - utara, Kabupaten Pati di bagian
timur - tenggara, dan Kabupaten Kudus di bagian selatan.Di
tengah-tengah Semenanjung Muria terdapat Gunung api Muria
Bentang alam Semenanjung Muria terdiri atas dataran, perbukitan,
dan pegunungan, yang proses geomorfologinya dikontrol oleh
kegiatan gunung api.
Secara umum, singkapan aliran lava bantal ini serupa atau mirip
dengan breksi autoklastika, warna bagian luar abu-abu kecoklatan
dan bagian dalam berwarna abu-abu agak gelap hingga gelap,
keadaan batuannya bertekstur afanitik hingga porfiritik halus
hipokristalin, membentuk struktur bantal kurang sempurna, tersebar
setempat, bagian luarnya memperlihatkan struktur breksi, aliran,
terkekarkan dan beberapa memperlihatkan kekar pendinginan
berbentuk radier, komposisi andesit hingga andesit basal. Lokasi
ditemukannya lava bantal ini di dasar sungai atau di belakang
tempat pertapaan Ratu Kalinyamat atau sering disebut sebagai lokasi
pariwisata karena kepercayaan mandi di kucuran air di sungai
tersebut akan awet muda.
Stratigrafi
Secara stratigrafi gunung api, keberadaan aliran lava bantal
ini di luar komplek Gunung Genuk dan tersingkap di antara
endapan piroklastika berupa batutuf, batu lapili dan breksi
gunung api yang dihasilkan Gunung Genuk, sehingga ada
kemungkinan batuan beku luar ini berumur lebih tua atau
dapat disebut Genuk tua. Lava andesit basal ini merupakan
fase awal pembangunan Gunung Genuk tua yang kemudian
mati dan dilanjutkan oleh tumbuhnya Gunung Genuk di
bagian utaranya seperti yang sekarang kita kenal yang
berada di terletak di Desa Clering,
Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara.
Volkanostratigrafi
Gunung Genuk terletak ± 19 km sebelah utara Gunung
Muria, merupakan salah satu bentuk morfologi kawah lava
hasil dari erupsi samping, berdiameter 15-20 km dengan
puncak tertinggi mencapai ± 717 m. Gunung Genuk
menunjukan empat kawah (G2, G3, G4, G5) dan satu kawah
tua yang tidak jelas (G1). Kawah II Genuk (G2)
menghasilkan endapan piroklastik aliran (G2pf1) dan kubah
lava (G2k) dengan komposisi batuan andesit piroksen,
tekstur porfiritik, fenokris k-felspar dan augite yang
tertanam dalam masa dasar holokristalin. Kawah III Genuk
(G3) menghasilkan endapan piroklastik aliran (G3pf1) dan
kubah lava (G3k) yang muncul di bagian dalam kawah,
dengan komposisi batuan andesit.Setelah membentuk kubah
lava, kegiatan volkanisme bergeser dari erupsi pusat ke
erupsi samping, membentuk beberapa kubah lava (GP1) di
bagian luar kawah, seperti Gunung Ragas, Tempur, Bako,
Tileng, Djogo, dan Guamanik. Kubah-kubah ini
berkomposisi andesit dengan umur Gunung Ragas 1,65 ±
0,10 juta tahun (NEWJEC, 1999 dalam NTT,2000).Kawah
IV Genuk (G4) kegiatan erupsinya terjadi melalui erupsi
pusat dan erupsi samping. Erupsi pusat menghasilkan 5 seri
aliran lava (G4I1-G4I5), 2 piroklastik aliran {G4pf(1-2)}
dan 2 kubah lava. Erupsi samping (G4k) menghasilkan 2 seri
parasitic kubah lava.Kawah V Genuk (G5) menghasilkan
endapan piroklastik jatuhan (G5j) yang terdiri dari lapisan
basaltik, litik dan scoria dengan tebal 0,5-3 m. Pada akhir
aktivitas Kawah V dihasilkan kubah lava (G5k), yang
mempunyai umur 0,69 ± 0,03 juta tahun (NEWJEC, 1999,
dalam NTT, 2000).
Proses Terbentuknya
Proses terbentuknya Gunung genuk bermula dari
prosesintrusi dan ekstrusi magma dari lapisan kulit bumi.
Selanjutnya permukaan magma pijar yang keluar membeku
dan membentuk timbunan. Timbunan inilah yang kemudian
menjadi Gunung Genuk.
Karakteristik Gunung Genuk
Gunung Genuk memiliki bangunan gunungapi yang lebih
kecil dari Gunung Muria. Selama masa hidupnya, Gunung
Genuk dimanifestasikan oleh suatu seri lima kawah yang
bergeser dari titik pertama ke yang berikutnya (Gambar 2.3).
Seri kawah ini menghasilkan aliran piroklastik yang
terstratifikasi, jatuhan piroklastik, dan aliran lava yang
menunjukkan suatu sistem stratovolcano (Gambar 2.4).
Gunung Genuk kemungkinan juga merupakan sistem
kaldera seperti yang ditunjukkan oleh kehadiran endapan
klastik volkanik pumice dan kubah lava parasitik yang
menyebar di kaki gunung Genuk. Gunung Genuk memiliki
tiga episode erupsi yang disebut sebagai Volkanisme Genuk
Sangat Tua, Genuk Tua, dan Genuk Muda. Sekitar 3.29 Ma,
terjadi erupsi Vulkanisme Genuk Sangat Tua yang diakhiri
dengan pembentukan kaldera (kaldera pertama). Aktifitas
Kaldera Genuk kemudian diikuti oleh pembentukan kedua
stratovolcano Genuk Tua yang bererupsi sekitar 1.65 Ma.
Tidak terdapat informasi yang memadai apakah Genuk Tua
diakhiri dengan kaldera kedua atau tidak, sebelum
pembangunan Volkanisme Genuk Muda dari umur 840.000
hingga 490.000 tahun yang lalu (NTT, 2000).
C. Gunung Muria
Gunung Api Muria terletak di bagian tengah Semenanjung Muria,
sedangkan Gunung Api Genuk berada di sebelah timur laut Gunung Api
Muria. Dengan demikian bentang alam Semenanjung Muria dibangun
oleh hasil kegiatan atau erupsi Gunung Api Muria dan Gunung Api Genuk
beserta gunung api parasitnya pada masa lampau. Aktivitas vulkanisme
tersebut kemudian diikuti oleh proses eksogen, mulai dari pelapukan, erosi,
transportasi, dan sedimentasi di sekeliling gunung api tersebut yang
berlanjut sampai ke lepas pantai, sehingga membentuk endapan rombakan.
Volkanostratigrafi
Gunung Muria menempati sebagian besar Semenanjung
Muria, berdiameter ± 50 km dengan puncak tertinggi
mencapai ± 1602 m. Berdasarkan interpretasi analisis foto
udara terlihat topografi daerah puncak Gunung Muria sangat
kasar dan terdapat 4 daerah depresi yang mencerminkan
adanya bentuk kawah-kawah gunungapi, yang diduga
merupakan sisa-sisa kawah gunungapi masa lalu dari
aktivitas Gunung Muria. Kawah- kawah tersebut
membentuk arah memanjang dengan arah N 150E sejajar
dengan system rekahan (fracture) utama. Dimensi dari
kawah-kawah tersebut bervariasi dari 2 sampai km,
mempunyai 1 atau 2 kubah lava yang terbentuk di bagian
dalam kawah. Kawah-kawah tersebut, dari tua ke muda
adalah sebagai berikut Kawah I (M1), Kawah II
(M2),Kawah III (M3) dan kawah IV (M4). Kawah-kawah ini
berasal dari erupsi pusat yang menghasilkan endapan
piroklastik dan lava. Erupsi sisi, kerucut parasitik dan maar
terdiri dari Gundil,Alaskrasak, Kukusan, Argojembangan,
Joglo, Silamuk, Gunungrowo, Bambang, Gembong, dll.,
yang tersebar di sekitar Gunung Muria. Produk-produk
sekunder tersebar sekitar kaki Gunung Muria yang terdiri
dari lahar dan endapan fluvial. Semua material
gunungapi ditentukan berdasarkan pemetaan geologi detil
yang dilakukan pada tahun 1997-2000 (NTT-1). Pemetaan
geologi bawah permukaan dilakukan melalui beberapa
pemboran intibor di daerah Ujung Lemah Abang dan Ujung
Grenggengan. Pengukuran penampang stratigrafi yang
dikombinasikan dengan interpretasi foto udara,
memperlihatkan daerah sepanjang Sungai Gelis Utara dan
Selatan disusun oleh endapan piroklastik aliran, aliran lava
dan kubah lava yang berasal dari Kawah I, II, III dan IV.
Pada daerah yang lebih rendah, endapan lahar terdistribusi
pada daerah yang luas.
Pembentuk
Pulau Karimun dibentuk oleh berbagai jenis batuan beku,
sedimen, dan metamorf yang berumur pra tersier, ditutupi
oleh sedimen lepas sampai agak padu dari satuan
alluvium tua dan alluvium muda yang berumur kuarter.
Sementara granit didaerah pulau Karimun berumur trias
tengah-akhir, terdiri atas granit biotit, turmalin aplit,
pegmatite dan greisens.
Morfologi
Satuan Morfologi Dataran (0-25 m) merupakan daerah
dataran pantai dan dataran rendah sedikit bergelombang.
Morfologi seperti ini menempati daerah pinggiran pantai,
rawa-rawa serta pada beberapa daerah di sekitar sungai. Dari
permukaan laut, satuan morfologi dataran memiliki elevasi
berkisar dari 0-25 m. Di Pulau Karimun Besar, satuan ini
menempati pada bagian Selatan, terdapat lahan yang
bergambut (daerah Sei Raya dan sekitarnya), di bagian Barat
dan Timur, yang dicirikan dengan terdapatnya aliran sungai
yang relatif pendek dengan kemiringan dasar sungai yang
landai, dan sungai-sungai bersifat musiman. Satuan
Morfologi ini terdiri dari endapan-endapan Alluvium muda
dan tua, berupa pasir kuarsa dan material terumbu koral.
Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Lemah-Terjal
(25-437 m) merupakan bentang alam perbukitan
bergelombang lemah - sedang yang memiliki pelamparan
cukup luas, yaitu pada bagian Barat dan Timur pulau. Batuan
penyusun Morfologi ini terutama material-material hasil
lapukan dan rombakan dari granit yang terakumulasi pada
lembah antar bukit dan dataran pantai. Sedangkan morfologi
bergelombang sedang - terjal umumnya dijumpai pada
bagian utara pulau. Kenampakannya dicirikan dengan
tonjolan-tonjolan yang memiliki ketinggian yang kontras
dengan daerah di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmodjo,Warsito.2016.Jurnal Kelautan Tropis.Semarang:Universitas Diponegoro
Tim Asisten Geomorfologi & Geologi Foto 2017.2017.Geomorfologi dan
Geomorfologi Foto.Semarang
http://bappeda.kepriprov.go.id/index.php/data-informasi/potensi-daerah/47-potensi-
daerah/197-profil-geologi
https://www.scribd.com/doc/36099255/jurnaL-geoMorfologi
http://jogja.tribunnews.com/2015/10/23/ini-penjelasan-gempa-langka-di-semenanjung-muria.
http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-ramayoland-31001-3-2008ta-2.pdf
http://atmantokukuh.blogspot.co.id/2017/03/keadaan-geologi-dan-stratigrafi-pulau.html
https://www.karimunjawa.com/geografis-dan-iklim