Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS GEOMORFOLOGI KABUPATEN JEPARA

PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Permukaan bumi selalu mengalami perubahan bentuk dari waktu ke waktu
sebagai akibat proses geomorfologi, baik tenaga endogen maupun tenaga
eksogen. Proses endogen termasuk kegiatan kegunungapian dan proses-proses
pembentukan perbukitan dan pegunungan, yang akan mengakibatkan
perubahan bentuk permukaan bumi karena aktivitas gunung api, tektonik,
maupun gempa bumi sehingga menghasilkan struktur geologi maupun
geomorfologi.Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan di
dalam evolusi bentuk lahan dan sturktur geologi dicerminkan oleh bentuk
lahannya.
II. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk lahan yang ada di Kabupaten Jepara?
2. Bagaimana proses terjadinya bentuk lahan yang ada di Kabupaten Jepara?

III. Tujuan
1. Mengetahui bentuk-bentuk lahan yang ada di Kabupaten Jepara
2. Mengetahui proses terjadinya bentuk-bentuk lahan yang ada di Kabupaten
Jepara
PEMBAHASAN
I. Dasar Teori
Geomorfologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang membicarakan
tentang bentuk lahan yang mengukir permukaan bumi baik di atas maupun di
bawah permukaanair laut, menekankan cara pembentukannya serta konteks ke
lingkungannya.Adapun geomorfologi adalah studi yang mendeskripsi bentuk
lahan dan proses serta mencari antar hubungan antara bentuklahan dan proses
dalam susunan keruangannya (Van Zuidam at al., 1978).Struktur,proses,dan
stadia merupakan faktor-faktor penting dalam pembahasan
geomorfologi.Pembahasan sesuatu daerah tidaklah lengkap kalau salah satu
diantaranya tidak dikemukakan (diabaikan).
a. Struktur
Untuk mempelajai bentuk-bentuk lahan suatu daerah, maka hal yang
pertama harus diketahui adalah sruktur geolologi dari daerah tersebut.
b. Proses
Yang dimaksud proses di sini adalah adalah proses yang berasal dari dalam
dan luar bumi (proses endogenik dan proses eksogenik), adapula yang
beranggapan proses di sini adalah energy yang berasal dari luar bumi saja
(eksogen) saja.

c. Stadia
Stadia atau tingkatan dinyatakan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat
kerusakan yang telah terjadi dan dalam tahapa/stadia apa kondisi bentuk
lahan saat ini. (Tim Asisten Geomorfologi,2017)
Di dalam memmepelajari geomorfologi bentuk lahan yang sangat penting
adalah aspek geomorfologi, antara lain :
1. Aspek Morfologi
Mencakup morfometri yaitu aspek ukuran dan bentuk unsur-unsur
penyusun bentuk lahan serta morfografi yang merupakan susunan dan
objek alami yang ada di permukaan bumi sesuai dengan proses
pembentukannya.
2. Aspek Morfogenesa
Yaitu asal usul pembentukan bentuk lahan dan perkembangannya
sehinggamenghasilkan konfigurasi permukaan bumi yang berbeda-beda
3. Aspek Morfokronologi
Merupakan urutan bentuk lahan yang ada di permukaan bumi sebagai hasil
prosesgeomorfologis sehingga menyebabkan terjadinya perbedan urutan
umur bentuk lahan.
4. Aspek Morfo-Asosiasi
merupakan kaitan antara bentuk lahan satu dengan yang lain dalam
susunankeruangan/sebarannya di permukaan bumi. Ini sangat penting karena
pembentukan lahan di permukaan bumi ditentukan oleh berbagai faktor
seperti topografi, bahan, iklim,organisme, vegatasi, dan waktu.

Klasifikasi bentuk lahan yang didasarkan pada genesis, proses, dan


batuan,dikemukakan oleh Versteppen (1985) terdapat 9 bentuk lahan, antara
lain :

 Bentuk Lahan Vulkanik


 Bentuk Lahan Struktural
 Bentuk Lahan Denudasional
 Bentuk Lahan Fluvial
 Bentuk Lahan Karst
 Bentuk Lahan Eolian
 Bentuk Lahan Glasial
 Bentuk Lahan Delta dan Pantai

II. Pembahasan
- Letak Geografis
Kabupaten Jepara merupakan salah satu wilayah yang terletak di
Provinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah sepanjang Pantai Utara
Jawa. Letak Geografisnya yaitu 3°23’20” BT- 4°09’35” BT dan
5°43’30”LS-6°48’44”LS dengan luas wilayah sebesar 100.4143,19 ha.
Kabupaten Jepara memiliki garis pantai sepanjang 68 km. Jepara
memiliki persebaran ekosistem mangrove seluas 3.721 ha dengan
hutan pantai seluas 6.672 ha. Dipandang dari ketinggian permukaan
tanah dari permukaan air laut, wilayah Kabupaten Jepara terletak
mulai dari 0 m sampai dengan 1.301 m.Dengan batas-batas wilayah
sebagai berikut:
Utara : Laut Jawa
Selatan : Kabupaten Demak

Timur : Kabupaten Kudus dan Pati

Barat : Laut Jawa


- Kondisi Fisiografis dan Topografi

- Kondisi Geologi

- Bentuk Lahan Kabupaten Jepara

A. Semenanjung Muria
Semenanjung Muria merupakan suatu kumpulan/kompleks kegiatan
vulkanik. Semenanjung Muria terletak di sebelah timur laut kota
Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah Kabupaten, yaitu
Kabupaten Jepara di bagian barat - utara, Kabupaten Pati di bagian
timur - tenggara, dan Kabupaten Kudus di bagian selatan.Di
tengah-tengah Semenanjung Muria terdapat Gunung api Muria
Bentang alam Semenanjung Muria terdiri atas dataran, perbukitan,
dan pegunungan, yang proses geomorfologinya dikontrol oleh
kegiatan gunung api.

Terbentuknya Semenanjung Muria


Gunung Api Muria terletak di bagian tengah Semenanjung
Muria, sedangkan Gunung Api Genuk berada di sebelah
timur laut Gunung Api Muria. Dengan demikian bentang
alam Semenanjung Muria dibangun oleh hasil kegiatan
atau erupsi Gunung Api Muria dan Gunung Api Genuk
beserta gunung api parasitnya pada masa lampau. Aktivitas
vulkanisme tersebut kemudian diikuti oleh proses eksogen,
mulai dari pelapukan, erosi, transportasi, dan sedimentasi
di sekeliling gunung api tersebut berlanjut ke sampai ke
lepas pantai, sehingga membentuk endapan rombakan.

Geokimia Kompleks Muria


Analisis geokimia batuan gunungapi Muria (Sukhyar drr,
1998), memperlihatkan tatanan kimia yang bervariasi dari
batuan yang mengandung kalk-alkali yang normal hingga
potasium tinggi. Banyak ragam batuan volkanik di kawasan
gunungapi Muria yang berbeda umur pembentukannya.
Batuan yang mengandung potasium tinggi memiliki umur
yang lebih muda jika dibandingkan dengan batuan yang
kandungan potasiumnya rendah. Walupun saat ini
gunungapi Muria sedang dalam kondisi tidak aktif dan
sangat jarang ditemukan rembesan gas, akan tetapi data bor
yang dilakukan di kawasan gunungapi Muria, kubah lava
Genuk, tinggian Patiayam, dan Lemahabang, gas dapat
diidentifikasi sebagai gas H2S, CH4, CO, O2, dan di
beberapa tempat dijumpai CO2 (Sukyar drr, 1998). Analisis
kimia dari elemen utama dari gas di gunungapi Muria
didominasi oleh CO2 mencapai 72 % tanpa air, sementara
komposisi gas lainnya adalah N2, O2, CH4 dan sedikit H2
dan He.
Struktur Geologi
Pengamatan struktur geologi pada kawasan semenanjung
Muria dilakukan dengan menggunakan analisis
penginderaan jauh citra Landsat 7 ETM+ multi band.
Didalam penafsiran struktur geologi dengan menggunakan
metode pendekatan penginderaan jauh perlu di lakukan
berbagai macam teknik pengolahan data citra dengan
menggunakan perangkat lunak ER Mapper dan Global
Mapper. Setidaknya ada empat kelompok struktur yang
memiliki arah berbeda, antara lain :

1. kelompok struktur berarah timurlaut – baratdaya


2. kelompok struktur berarah barat – timur
3. kelompok struktur berarah baratlaut - tenggara
4. kelompok struktur berarah hampir utara – selatan.
Struktur geologi yang ada di Semenanjung Muria berupa
kekar dan sesar yang mempunyai pola umum timur laut –
barat daya dan barat laut – tenggara.
Tataan Tektonik
Zona semenanjung Muria dan sekitarnya secara tektonik
cukup kompleks. Di zona ini terdapat beberapa sesar yang
diduga cukup aktif.Antara lain Sesar Lasem, Sesar Muria,
serta sebaran sesar mikro lainnya yang tersebar di daratan
dan di lepas pantai Laut Jawa.Sesar Lasem sebagai sesar
dengan kelurusan paling panjang, menempati suatu depresi
dengan sumbu yang berarah baratdaya-timurlaut.Ciri
morfologi lain yang mengindikasikan keberadaan sesar ini
adalah sebuah pola kelurusan/lineament dari selatan
Semarang ke arah timurlaut melewati Lasem dan menerus
ke Laut Jawa.Sementara itu, Sesar Muria terletak membujur
dari Gunung Muria ke arah utara hingga mencapai pesisir
pantai utara. Selain Sesar Lasem dan Sesar Muria, masih ada
lagi sekitar 7 (tujuh) sesar mikro lainnya yang tersebar di
lepas pantai Laut Jawa di sekitar zona Semenanjung Muria.
Gempa Bumi di Semenanjung Muria
Kawasan Semenjung Muria, Pati, Jepara dan sekitarnya
diguncang gempa bumi tektonik.Gempa bumi berkekuatan
M 5,0 ini berpusat di koordinat 6,39 Lintang Selatan dan
110,91 Bujur Timur, tepatnya pada jarak 26 kilometer arah
timur laut kota Jepara pada kedalaman 14
kilometer.Guncangan gempabumi ini dilaporkan dirasakan
di Kota Jepara dan Pati pada II-III MMI (Modified Mercally
Intensity).
B. Gunung Api Genuk
Gunung Genuk dikenal juga dengan nama Gunung Donorojo disebut
juga dengan nama Gunung Clering adalah sebuah gunungyang
terletak di ujung utara Pulau Jawa atau tepatnya di
Semenanjung Gunung Muria.Penemuan gunung api monogenik di
bagian baratdaya yang dicirikan dengan kenampakan bentang alam
landai di antara bentang alam dataran yang umumnya dimanfaatkan
oleh masyarakat sekitar sebagai sawah, atau bukit soliter atau terisolir
di luar kaldera kecil Gunung Genuk.

Secara umum, singkapan aliran lava bantal ini serupa atau mirip
dengan breksi autoklastika, warna bagian luar abu-abu kecoklatan
dan bagian dalam berwarna abu-abu agak gelap hingga gelap,
keadaan batuannya bertekstur afanitik hingga porfiritik halus
hipokristalin, membentuk struktur bantal kurang sempurna, tersebar
setempat, bagian luarnya memperlihatkan struktur breksi, aliran,
terkekarkan dan beberapa memperlihatkan kekar pendinginan
berbentuk radier, komposisi andesit hingga andesit basal. Lokasi
ditemukannya lava bantal ini di dasar sungai atau di belakang
tempat pertapaan Ratu Kalinyamat atau sering disebut sebagai lokasi
pariwisata karena kepercayaan mandi di kucuran air di sungai
tersebut akan awet muda.
Stratigrafi
Secara stratigrafi gunung api, keberadaan aliran lava bantal
ini di luar komplek Gunung Genuk dan tersingkap di antara
endapan piroklastika berupa batutuf, batu lapili dan breksi
gunung api yang dihasilkan Gunung Genuk, sehingga ada
kemungkinan batuan beku luar ini berumur lebih tua atau
dapat disebut Genuk tua. Lava andesit basal ini merupakan
fase awal pembangunan Gunung Genuk tua yang kemudian
mati dan dilanjutkan oleh tumbuhnya Gunung Genuk di
bagian utaranya seperti yang sekarang kita kenal yang
berada di terletak di Desa Clering,
Kecamatan Donorojo Kabupaten Jepara.

Volkanostratigrafi
Gunung Genuk terletak ± 19 km sebelah utara Gunung
Muria, merupakan salah satu bentuk morfologi kawah lava
hasil dari erupsi samping, berdiameter 15-20 km dengan
puncak tertinggi mencapai ± 717 m. Gunung Genuk
menunjukan empat kawah (G2, G3, G4, G5) dan satu kawah
tua yang tidak jelas (G1). Kawah II Genuk (G2)
menghasilkan endapan piroklastik aliran (G2pf1) dan kubah
lava (G2k) dengan komposisi batuan andesit piroksen,
tekstur porfiritik, fenokris k-felspar dan augite yang
tertanam dalam masa dasar holokristalin. Kawah III Genuk
(G3) menghasilkan endapan piroklastik aliran (G3pf1) dan
kubah lava (G3k) yang muncul di bagian dalam kawah,
dengan komposisi batuan andesit.Setelah membentuk kubah
lava, kegiatan volkanisme bergeser dari erupsi pusat ke
erupsi samping, membentuk beberapa kubah lava (GP1) di
bagian luar kawah, seperti Gunung Ragas, Tempur, Bako,
Tileng, Djogo, dan Guamanik. Kubah-kubah ini
berkomposisi andesit dengan umur Gunung Ragas 1,65 ±
0,10 juta tahun (NEWJEC, 1999 dalam NTT,2000).Kawah
IV Genuk (G4) kegiatan erupsinya terjadi melalui erupsi
pusat dan erupsi samping. Erupsi pusat menghasilkan 5 seri
aliran lava (G4I1-G4I5), 2 piroklastik aliran {G4pf(1-2)}
dan 2 kubah lava. Erupsi samping (G4k) menghasilkan 2 seri
parasitic kubah lava.Kawah V Genuk (G5) menghasilkan
endapan piroklastik jatuhan (G5j) yang terdiri dari lapisan
basaltik, litik dan scoria dengan tebal 0,5-3 m. Pada akhir
aktivitas Kawah V dihasilkan kubah lava (G5k), yang
mempunyai umur 0,69 ± 0,03 juta tahun (NEWJEC, 1999,
dalam NTT, 2000).
Proses Terbentuknya
Proses terbentuknya Gunung genuk bermula dari
prosesintrusi dan ekstrusi magma dari lapisan kulit bumi.
Selanjutnya permukaan magma pijar yang keluar membeku
dan membentuk timbunan. Timbunan inilah yang kemudian
menjadi Gunung Genuk.
Karakteristik Gunung Genuk
Gunung Genuk memiliki bangunan gunungapi yang lebih
kecil dari Gunung Muria. Selama masa hidupnya, Gunung
Genuk dimanifestasikan oleh suatu seri lima kawah yang
bergeser dari titik pertama ke yang berikutnya (Gambar 2.3).
Seri kawah ini menghasilkan aliran piroklastik yang
terstratifikasi, jatuhan piroklastik, dan aliran lava yang
menunjukkan suatu sistem stratovolcano (Gambar 2.4).
Gunung Genuk kemungkinan juga merupakan sistem
kaldera seperti yang ditunjukkan oleh kehadiran endapan
klastik volkanik pumice dan kubah lava parasitik yang
menyebar di kaki gunung Genuk. Gunung Genuk memiliki
tiga episode erupsi yang disebut sebagai Volkanisme Genuk
Sangat Tua, Genuk Tua, dan Genuk Muda. Sekitar 3.29 Ma,
terjadi erupsi Vulkanisme Genuk Sangat Tua yang diakhiri
dengan pembentukan kaldera (kaldera pertama). Aktifitas
Kaldera Genuk kemudian diikuti oleh pembentukan kedua
stratovolcano Genuk Tua yang bererupsi sekitar 1.65 Ma.
Tidak terdapat informasi yang memadai apakah Genuk Tua
diakhiri dengan kaldera kedua atau tidak, sebelum
pembangunan Volkanisme Genuk Muda dari umur 840.000
hingga 490.000 tahun yang lalu (NTT, 2000).

C. Gunung Muria
Gunung Api Muria terletak di bagian tengah Semenanjung Muria,
sedangkan Gunung Api Genuk berada di sebelah timur laut Gunung Api
Muria. Dengan demikian bentang alam Semenanjung Muria dibangun
oleh hasil kegiatan atau erupsi Gunung Api Muria dan Gunung Api Genuk
beserta gunung api parasitnya pada masa lampau. Aktivitas vulkanisme
tersebut kemudian diikuti oleh proses eksogen, mulai dari pelapukan, erosi,
transportasi, dan sedimentasi di sekeliling gunung api tersebut yang
berlanjut sampai ke lepas pantai, sehingga membentuk endapan rombakan.
Volkanostratigrafi
Gunung Muria menempati sebagian besar Semenanjung
Muria, berdiameter ± 50 km dengan puncak tertinggi
mencapai ± 1602 m. Berdasarkan interpretasi analisis foto
udara terlihat topografi daerah puncak Gunung Muria sangat
kasar dan terdapat 4 daerah depresi yang mencerminkan
adanya bentuk kawah-kawah gunungapi, yang diduga
merupakan sisa-sisa kawah gunungapi masa lalu dari
aktivitas Gunung Muria. Kawah- kawah tersebut
membentuk arah memanjang dengan arah N 150E sejajar
dengan system rekahan (fracture) utama. Dimensi dari
kawah-kawah tersebut bervariasi dari 2 sampai km,
mempunyai 1 atau 2 kubah lava yang terbentuk di bagian
dalam kawah. Kawah-kawah tersebut, dari tua ke muda
adalah sebagai berikut Kawah I (M1), Kawah II
(M2),Kawah III (M3) dan kawah IV (M4). Kawah-kawah ini
berasal dari erupsi pusat yang menghasilkan endapan
piroklastik dan lava. Erupsi sisi, kerucut parasitik dan maar
terdiri dari Gundil,Alaskrasak, Kukusan, Argojembangan,
Joglo, Silamuk, Gunungrowo, Bambang, Gembong, dll.,
yang tersebar di sekitar Gunung Muria. Produk-produk
sekunder tersebar sekitar kaki Gunung Muria yang terdiri
dari lahar dan endapan fluvial. Semua material
gunungapi ditentukan berdasarkan pemetaan geologi detil
yang dilakukan pada tahun 1997-2000 (NTT-1). Pemetaan
geologi bawah permukaan dilakukan melalui beberapa
pemboran intibor di daerah Ujung Lemah Abang dan Ujung
Grenggengan. Pengukuran penampang stratigrafi yang
dikombinasikan dengan interpretasi foto udara,
memperlihatkan daerah sepanjang Sungai Gelis Utara dan
Selatan disusun oleh endapan piroklastik aliran, aliran lava
dan kubah lava yang berasal dari Kawah I, II, III dan IV.
Pada daerah yang lebih rendah, endapan lahar terdistribusi
pada daerah yang luas.

Karakterisik Gunung Muria


Gunung Muria adalah gunungapi poligenetis yang memiliki
aktifitas erupsi siklis yang bergantian antara fase dengan
dominasi erupsi samping dan fase dengan dominasi erupsi
pusat Erusi samping kemungkinan menyertai erupsi pusat.
Dalam hal ini, perubahan titik erupsi dari erupsi pusat
menjadi erupsi samping biasa terjadi. Pemetaan geologi dan
analisis stratigrafi telah menyimpulkan bahwa aktifitas
kegunungapian dari Gunung Muria didominasi oleh lubang
(vent) erupsi pusat yang diperlihatkan oleh lebih dari 70%
total produk gunungapi yang terpetakan selama periode
aktifitasnya (NTT, 2000). Material gunungapi produk erupsi
pusat memiliki volume yang lebih besar dan jarak perjalanan
yang lebih jauh daripada erupsi samping (flank). Keadaan
ini menyarankan bahwa perubahan suplai magma dan energi
yang melalui lubang pusat lebih besar daripada erupsi
samping. Erupsi pusat Gunung Muria berasal dari satu
kawah yang tidak dapat dikenali danempat kawah yang
dapat dikenali yang muncul dan bergeser dalam zona
dangkal dengan arah N 150E paralel terhadap sistem
rekahan utama di daerah puncak tertinggi Kawah - kawah
tersebut menghasilkan material volkanik secara bergantian
yang berupa aliran piroklastik, jatuhan piroklastik, dan lava
seperti yang ditunjukkan dalam sistem stratovolcano.
Reworked dari material volkanik ini menghasilkan endapan
laharUTARA SELATAN yang tersebar di kaki Gunung
Muria. Sedangkan titik erupsi samping menghasilkan kubah
lava dan aliran lava.

D. Dataran Alluvial Jepara


Kabupaten Jepara merupakan dataran alluvial (tanah yang terbentuk akibat
endapan) yang tersusun oleh endapan lumpur yang berasal dari sungai-
sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa oleh arus sepanjang
pantai. Sebaran jenis tanah pada wilayah ini yaitu berupa aluvial hidromorf,
regosol coklat, asosiasi mediteran coklat tua dan mediteran coklat,
grumosol kelabu tua, asosiasi hidromorf kelabu, dan planosol coklat
keabuan.

Litologi penyusun daerah dataran adalah bahan rombakan berupa endapan


lahar dan aluvium; secara setempat dijumpai pula endapan piroklastika
dan lava. Daerah perbukitan merupakan kaki dan lereng bawah Gunung
Api Muria, Gunung Api Genuk dan sekitarnya, serta perbukitan
yang terletak di kompleks Gunung Api Patiayam. Litologi penyusun
daerah perbukitan adalah lava, endapan piroklastika, dan lahar.
E. ULA (Ujung Lembah Abang)
Secara pengertian,perombakan adalah proses penyusunan kembali
dengan mengubah atau membongkar material yang sudah ada.
Perombakan di wilayah semenanjung muria dapat dilihat di daerah
Bangsri sampai dengan Ujung Lemah Abang (ULA). Dimana bahan
rombakan gunung api sudah lapuk lanjut membentuk tubuh tanah
lempung merah dengan ketebalan antara 3 – 5 m.
Proses Terbentuknya
Jenis gerakan tanah yang terdapat di daerah penelitan
berupa jatuhan rombakan, luncuran rombakan , aliran
material tanah , jatuhan batuan, luncuran batuan dan
nendatan. Hasil kajian potensi gerakantanah yang terdapat
di daerah penelitian disebabkan oleh faktor internal berupa
variasi jenis batuan, struktur geologi, kelerengan, kerapatan
sungai, tutupan lahan serta faktor eksternal berupa curah
hujan (hidrologi), seismisitas, dan aktifitas manusia.
Berdasarkan hasil analisis dari faktor-faktor yang
mempengaruhi gerakan tanah di daerah penelitian dapat
dikelompokan menjadi 3 wilayah yang berpotensi terjadi
gerakan tanah, yaitu wilayah dengan potensi longsoran
tanah rendah, wilayah dengan potensi longsoran tanah
sedang dan wilayah dengan potensi longsoran tanah tinggi.
F. Pantai Benteng Portugis
Wilayah tersebut secara administrasi pemerintahan Kecamatan Donorojo,
Kabupaten Jepara, Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis merupakan
pantai yang didepannya terdapat Pulau Mondoliko. Pesisir pantai Benteng
Portugis terdapat beberapa bangunan pantai berupa turap muara sungai,
turup pantai terjal dan ada bangunan groin serta pelabuhan nelayan semi
alami. Secara astronomis letak lokasi penelitian terletak pada koordinat
110°53’59,927” E hingga 110°55’57,601” E dan 6°23’0,891” S hingga
6°24’30,57” S.
Proses
Proses dinamis pantai sangat dipengaruhi oleh littoral
transport. Littoral transport dapat dibedakan menjadi
dua macam yaitu transpor sepanjang pantai (longshore
transport) dan transpor tegak lurus pantai (onshore-
offshore transport). Material pasir yang ditranspor
disebut dengan littoral drift. Pada saat gelombang pecah
sedimen di dasar pantai terangkat yang selanjutnya
terangkut oleh dua macam gaya penggerak, yaitu
komponen energi gelombang dalam arah sepanjang
pantai dan arus sepanjang pantai yang dibangkitkan
oleh gelombang pecah (Triatmodjo, 1999). Proses erosi
yang terjadi di pantai akan menimbulkan sedimentasi
pada tempat lain karena materi yang tergerus oleh
gelombang akan diangkut oleh aliran litoral dan
didepositkan di tempat lain, arti aliran litoral tersebut
adalah gerakan pasir atau sedimen yang berada di
daerah litoral (kawasan pantai yang dipengaruhi oleh
pasang surut). Bambang Triatmodjo,1999, menyatakan
bahwa gerakan sedimen di daerah pantai yang
disebabkan oleh gelombang dan arus yang
dibangkitkannya. Dinamika geomorfologi pesisir pantai
yang sangat tergantung oleh stabilitas batuan pesisir
dan perairan pantai serta proses hidrooseanografi yang
bekerja di wilayah tersebut.
Geomorfologi
Kondisi geomorfologi di wilayah pesisir pantai Benteng
Portugis, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara
dibedakan menjadi geomorfologi semenjanjung pantai
bukit terjal Tererosi dengan ciri-ciri morfologi berupa
morfologi semenjang pantai dengan bukit terjal tersusun
oleh material volkanik pasir tufaan dan batugamping
batugamping klastik maupun non klastik ; pesisir
landai/datar mempnyai kelerengan landai permukaan halus
dan tersusun oleh sedimen lepas pasir lanauan
menunjukkan gejala erosi ; pesisir pantai muara
sungaiditandai dengan kenampakan geomorfologi adanya
muara sungai di pesisir pantai dan pesisir pantai erosi
ditandai dengan adanya gejala geomorfologi pesisir terjadi
bekas erosi berm. Gelombang yang datang dari arah timur
akan pecah dengan tinggi gelombang pecah sebesar 0,81
meter dengan kedalaman gelombang pecah dengan dengan
tinggi sebesar 0,78 meter. Gelombang pecah dengan sudut
datang sebesar 19,22 derajat terhadap garis pantai,
sehingga akan mengakibatkan terjadinya kecepatan arus
sepanjang pantai kea rah barat dengan kecepatan sebesar
0.98 m/detik.Selama periode sepuluh tahun pesisir.dari
periode tahun 2000 sampai tahun 2013 pantai daerah
penelitian dominan mengalami abrasi dibandingkan akresi.

G. Pulau Karimun Jawa


Pulau Karimun secara geologi terletak pada zona busur Kepulauan
(Sunda Platform), yang merupakan penerusan arah tenggara lempeng
benua Eurasia dan hasil dari proses tektonik mesozoikum. Secara umum,
bentuk topografi yang ada di wilayah Pulau Karimun adalah dataran
rendah bergelombang dengan permukaan yang tertutup oleh tanah
pelapukan yang cukup tebal , wilayah Pulau Karimun mempunyai kondisi
Geomofologi yang dapat dibagi dua yaitu Satuan Morfologi Dataran dan
Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Lemah-Terjal.

Pembentuk
Pulau Karimun dibentuk oleh berbagai jenis batuan beku,
sedimen, dan metamorf yang berumur pra tersier, ditutupi
oleh sedimen lepas sampai agak padu dari satuan
alluvium tua dan alluvium muda yang berumur kuarter.
Sementara granit didaerah pulau Karimun berumur trias
tengah-akhir, terdiri atas granit biotit, turmalin aplit,
pegmatite dan greisens.
Morfologi
Satuan Morfologi Dataran (0-25 m) merupakan daerah
dataran pantai dan dataran rendah sedikit bergelombang.
Morfologi seperti ini menempati daerah pinggiran pantai,
rawa-rawa serta pada beberapa daerah di sekitar sungai. Dari
permukaan laut, satuan morfologi dataran memiliki elevasi
berkisar dari 0-25 m. Di Pulau Karimun Besar, satuan ini
menempati pada bagian Selatan, terdapat lahan yang
bergambut (daerah Sei Raya dan sekitarnya), di bagian Barat
dan Timur, yang dicirikan dengan terdapatnya aliran sungai
yang relatif pendek dengan kemiringan dasar sungai yang
landai, dan sungai-sungai bersifat musiman. Satuan
Morfologi ini terdiri dari endapan-endapan Alluvium muda
dan tua, berupa pasir kuarsa dan material terumbu koral.
Satuan Morfologi Perbukitan Bergelombang Lemah-Terjal
(25-437 m) merupakan bentang alam perbukitan
bergelombang lemah - sedang yang memiliki pelamparan
cukup luas, yaitu pada bagian Barat dan Timur pulau. Batuan
penyusun Morfologi ini terutama material-material hasil
lapukan dan rombakan dari granit yang terakumulasi pada
lembah antar bukit dan dataran pantai. Sedangkan morfologi
bergelombang sedang - terjal umumnya dijumpai pada
bagian utara pulau. Kenampakannya dicirikan dengan
tonjolan-tonjolan yang memiliki ketinggian yang kontras
dengan daerah di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
Atmodjo,Warsito.2016.Jurnal Kelautan Tropis.Semarang:Universitas Diponegoro
Tim Asisten Geomorfologi & Geologi Foto 2017.2017.Geomorfologi dan
Geomorfologi Foto.Semarang
http://bappeda.kepriprov.go.id/index.php/data-informasi/potensi-daerah/47-potensi-
daerah/197-profil-geologi
https://www.scribd.com/doc/36099255/jurnaL-geoMorfologi
http://jogja.tribunnews.com/2015/10/23/ini-penjelasan-gempa-langka-di-semenanjung-muria.

http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/621/jbptitbpp-gdl-ramayoland-31001-3-2008ta-2.pdf

http://atmantokukuh.blogspot.co.id/2017/03/keadaan-geologi-dan-stratigrafi-pulau.html
https://www.karimunjawa.com/geografis-dan-iklim

Anda mungkin juga menyukai