Anda di halaman 1dari 22

TUGAS ANALISIS URBAN HEAT ISLAND (UHI)

KOTA TASIKMALAYA
(Disusun untuk memenuhi tugas Pengolahan Citra Digital)

Disusun oleh :
Bella Riskyta Arinda 2111011712012

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS DIPONEGORO
Jl. Prof. Sudarto SH, Tembalang Semarang Telp.(024) 76480785, 76480788
e-mail : jurusan@geodesi.ft.undip.ac.id
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................3
I.1 Latar Belakang.............................................................................................................3
I.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................3
I.3 Tujuan..........................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................5
II.1 Kota Tasikmalaya........................................................................................................5
II.2 Urban Heat Island (UHI)............................................................................................5
II. 3 Tutupan Lahan.............................................................................................................5
II.4 Land Surface Temperature (LST)...............................................................................6
II.5 Normalized Difference Vegetation Index (NDVI).......................................................6
BAB III METODE PELAKSANAAN......................................................................................8
III.1 Diagram Alir...............................................................................................................8
III.2 Tahap Pelaksanaan......................................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................................15
IV.1 Hasil.........................................................................................................................15
IV.1.1 Urban Heat Island (UHI).....................................................................................15
IV.1.2 NDVI.....................................................................................................................15
IV.1.3 NDBI...................................................................................................................16
IV.2 Pembahasan..............................................................................................................17
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................................21
V.1 Kesimpulan................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Meningkatnya jumlah penduduk berpengaruh terhadap kebutuhan tempat tinggal. Hal
ini yang menjadi salah satu penyebab beralihnya penggunaan lahan non pemukiman berubah
menjadi lahan pemukiman. Lahan yang awalnya dimanfaatkan untuk pertanian dan
peternakan dapat dibeli atau dialihkan penggunaannya menjadi kegiatan nonpertanian atau
peternakan seperti permukiman dan industri [ CITATION Bak15 \l 1041 ]. Selain itu adanya
peningkatan jumlah penduduk ini juga berpengaruh terhadap tingkat aktivitas dan
peningkatan pembangunan,
Pembangungan dan aktivitas perkotaan yang tinggi ini memicu panas dan peningkatan
suhu udara. Vegetasi alami digantikan oleh permukaan yang sulit berevaporasi dan
bertranspirasi seperti logam, aspal, dan beton. Keadaan ini mempengaruhi redistribusi
radiasi matahari dan memicu kontrasnya radiansi permukaan dan suhu udara antara daerah
perkotaan dengan daerah sekitarnya yang sering disebut dengan Urban Heat Island (UHI)
[ CITATION QWe03 \l 1041 ].
Fenomena UHI ini dapat dianalisis dengan metode pendekatan data penginderaan jauh
melalui beberapa proses yaitu pemanfaatan klasifikasi NDVI (Normalized Difference
Vegetation Index) untuk mengetahui kerapatan vegetasi, NDBI (Normalized Difference Built
Index) untuk mengetahui kerapatan bangunan, dan metode LST (Land Surface
Temperature) untuk mengetahui suhu Kota Tasikmalaya [ CITATION Meg18 \l 1041 ].
Menurut hasil analisis Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tasikmalaya
(DISDUKCAPIL) tahun 2017 yang dilansir dari web pemerintahan Kota Tasikmalaya
(https://portal.tasikmalayakota.go.id.) , setiap tahun jumlah penduduk di Kota Tasikmalaya
terus mengalami peningkatan. Penduduk Kota Tasikmalaya berdasarkan proyeksi penduduk
tahun 2016 sebanyak 659.606 jiwa. Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun
2015, penduduk Kota Tasikmalaya mengalami pertumbuhan sebesar 0,32 persen dengan
rasio jenis kelamin 101,27[ CITATION MGi \l 1041 ].
Berdasarkan informasi di atas pengamtan ini dilakukan untuk mengetahui prediksi
sebaran fenomena UHI yang ada di Kota Tasikmalaya dan menganalisis keterkaitan
fenomena ini dengan tutupan lahan yang ada di Kota Tasikmalaya.
I.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana keberadaan Urban Heat Island (UHI) di Kota Tasikmalaya tahun 2019?

3
2. Bagaimana hasil analisis keterkaitan fenomena UHI di Kota Tasikmalaya tahun 2019
dengan tutupan lahan yang ada ?
I.3 Tujuan
Tujuan dari pengamatan ini berdasarkan perumusan masalah di atas:
1. Mengetahui sebaran keberadaan Urban Heat Island (UHI) di Kota Tasikmalaya tahun
2019.
2. Mengetahui hasil analisi keterkaitan fenomena UHI dengan tutupan lahan di Kota
Tasikmalaya tahun 2019.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Kota Tasikmalaya
Kota Tasikmalaya terletak antara 70010’- 70026’32” Lintang Selatan dan antara
108008’32”-108024’02” Bujur Timur. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
56 Tahun 2012 tentang Batas Daerah Kota Tasikmalaya dengan Kabupaten Ciamis Provinsi
Jawa Barat dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 58 Tahun 2012 tentang Batas
Daerah Kota Tasikmalaya dengan Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat serta
Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota Tasikmalaya Tahun 2011 – 2031, luas wilayah administrasi Kota
Tasikmalaya adalah 18.385,07 Ha (183,85 Km2), terdiri dari 10 Kecamatan dengan 69
Kelurahan.
II.2 Urban Heat Island (UHI)
Urban Heat Island terbentuk jika sebagian tumbuh-tumbuhan (vegetasi) digantikan
oleh aspal dan beton untuk jalan, bangunan, dan struktur lain. Permukaan tanah yang
tergantikan tersebut lebih banyak menyerap panas matahari dan juga lebih banyak
memantulkannya, sehingga menyebabkan temperatur permukaan dan suhu lingkungan naik.
Perubahan vegetasi menjadi lahan beton, aspal, maupun lahan terbuka akan menyebabkan
peningkatan suhu diurnal, yang akhirnya juga akan mempengaruhi suhu klimatologinya
[ CITATION Kho04 \l 1041 ].
UHI terjadi karena terdapat dominasi material buatan yang menampung panas (heat
storage) di wilayah kota. Dominasi material buatan tersebut menyebabkan terperangkap
radiasi matahari sehingga suhu di sekitarnya semakin tinggi. Kenaikan temperatur pada
wilayah kota juga dipicu oleh pelepasan panas antropogenik dari aktivitas perkotaan seperti
aktivitas industri dan transportasi [ CITATION Ais13 \l 1041 ]
II. 3 Tutupan Lahan
Lahan merupakan material dasar dari suatu lingkungan yang berkaitan dengan
sejumlah karakteristik alami yaitu iklim, geologi, tanah, topograpi, hidrologi, dan biologi.
Penggunaan lahan berhubungan dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan, sedangkan
penutup lahan adalah perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan. Klasifikasi
tutupan lahan dan klasifikasi penggunaan lahan adalah upaya pengelompokkan berbagai
jenis tutupan lahan atau penggunaan lahan kedalam suatu kesamaan sesuai dengan sistem
tertentu. Klasifikasi tutupan lahan dan klasifikasi penggunaan lahan digunakan sebagai

5
pedoman atau acuan dalam proses interpretasi citra penginderaan jauh untuk tujuan
pembuatan peta tutupan lahan maupun peta penggunaan lahan [ CITATION AYo11 \l 1041
].
II.4 Land Surface Temperature (LST)
Land surface temperature (LST) atau suhu permukaan dapat didefinisikan sebagai
suhu permukaan rata-rata dari suatu permukaan yang digambarkan dalam satuan piksel
dengan berbagai tipe permukaan. Besarnya suhu permukaan dipengaruhi oleh panjang
gelombang [ CITATION INF14 \l 1041 ].
Untuk Landsat 8 sendiri untuk memperoleh besarnya suhu radian (Trad) dapat
menggunakan rumus :
K2
T=
K1
¿( +1)
CVR 2
Keterangan :
T = Suhu kecerahan / brightness temperature (K)
K1 = Konstanta kalibrasi radian spektral
K2 = Konstanta kalibrasi suhu absolut (K)
CVR2 = Radian spektral
II.5 Normalized Difference Vegetation Index (NDVI)
Indeks Vegetasi merupakan suatu algoritma yang diterapkan pada citra multisaluran
untuk menonjolkan aspek kerapatan vegetasi ataupun aspek yang berkaitan dengan
biomass, Leaf Area Index, konsentrasi klorofil, jumlah tajuk dan lain sebagainya
[ CITATION INH13 \l 1041 ].

Nilai indeks vegetasi ini dihitung sebagai rasio antara pantulan yang terukur dari band
merah (R) dan band infra-merah (didekati oleh band NIR). Hasil penisbahan antara band
merah dan infa-merah menghasilkan perbedaan yang maksimum antara vegetasi dan tanah.
Nilai-nilai asli yang dihasilkan NDVI selalu berkisar antara -1 hingga +1 [ CITATION
PDa121 \l 1041 ].

Perhitungan nilai indeks vegetasi menggunakan metode NDVI dapat dilihat pada rumus:
(NIR−¿)
( NIR+ ¿)
Keterangan :
NIR = band near infrared
RED = band red

6
Adapun klasifikasi NDVI berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.12/Menhut-II/2012 Tata
Cara Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai.

Tabel II-1 Klasifikasi NDVI


Kelas Nilai Keterangan
Kelas 1 -1 s.d. -0.03 Lahan Tidak Bervegetasi
Kelas 2 -0.03 s.d. 0.15 Kerapatan Sangat Rendah
Kelas 3 0.15 s.d. 0.25 Kerapatan Rendah
Kelas 4 0.25 s.d. 0.35 Kerapatan Sedang
Kelas 5 0.35 s.d. 1.00 Kerapatan Tinggi
II.6 Normalized Difference Built Index (NDBI)
Normalized Difference Built Index (NDBI) atau indeks lahan terbangun merupakan
suatu algoritma untuk menunjukkan kerapatan lahan terbangun/bare soil (Guo et al., 2015).
NDBI sangat sensitif terhadap lahan terbangun atau lahan terbuka. Algoritma ini dipilih
karena merupakan transformasi yang paling sering digunakan untuk mengkaji indeks lahan
terbangun. Ektraksi NDBI pada citra Landsat menggunakan saluran SWIR[ CITATION
Guo151 \l 1041 ].
NDBI merupakan salah satu metode algoritma yang menggunakan gelombang
Inframerah tengah dan Inframerah dekat (NIR) yaitu dengan menggunakan band 5 dan
band 6. Nilai rentang spectral NDBI berkisar 0,1 – 0,3.
Persamaan NDBI:
SWIR−NIR
NDBI =
SWIR + NIR
Keterangan:
SWIR = Shortwave Infrared (Band 6)
NIR = Near Infrared (Band 5)
Tabel II-2 Klasifikasi NDBI [ CITATION Meg18 \l 1041 ]

Kelas Nilai Keterangan


Kelas 1 -1 – 0 Non Bangunan
Kelas 2 0 – 0.1 Kerapatan Bangunan Rendah
Kelas 3 0.1 – 0.2 Kerapatan Bangunan Sedang
Kelas 4 0.2 – 0.3 Kerapatan Bangunan Tinggi

7
BAB III
METODE PELAKSANAAN
III.1 Diagram Alir

Citra Landsat 8 Batas SHP

Pemotongan Citra

Kalibrasi Radiometrik

Algoritma NDVI Algoritma LST Algoritma NDBI

Analisis UHI

Penarikan Kesimpulan

III.2 Tahap Pelaksanaan


Data yang digunakan adalah citra Landsat 8 Kota Tasikmalaya bulan November 2019
dan batas administrasi Kota Tasikmalaya. Perangkat lunak pengolahan yang digunakan
adalah ENVI dan ArcGIS untuk melakukan analisis.
1. Melakukan preprocessing data citra Landsat 8 dengan melakukan kalibrasi
radiometrik. Band 10 dilakukan proses kalibrasi radiometrik dengan mengkonversi
nilai DN ke Radian. Pengoperasian disesuaikan dengan metadata yang tersedia.

8
Gambar III-1 Proses DN to Radian

Gambar III-2 Proses Operasi Algoritma


2. Melakukan running algoritma LST dengan Basic Tools > Bandmath. Saat
pendefinisian band, yang digunakan adalah data Band 10 Radian.

Gambar III-3 Running Algoritma LST

9
3. Melakukan pemotongan citra yang disesuaikan dengan batas shp Kota Tasikmalaya.

Gambar III-4 Proses Pemotongan Citra

Gambar III-5 Hasil Pemotongan Citra sesuai SHP


4. Melakukan penentuan daerah rural/sub urban Kota Tasikmalaya dengan melakukan
digitasi pada daerah rural/sub urban.

10
Gambar III-6 Digitasi Daerah Rural Tasikmalaya
5. Melakukan penentuan suhu rata-rata LST daerah rural dengan mengecek stat ROI.

.
Gambar III-7 Rata-rata Suhu LST Rural

11
6. Penentuan area UHI dengan hasil identifikasi rata-rata suhu LST di daerah Rural.
Kemudian membuat ROI dengan Band Treshold dengan batas bawah adalah suhu
rata-rata LST ditambah 30 C dan batas atas adalah suhu rata-rata LST ditambah 100C.

Gambar III-8 UHI Kota Tasikmalaya

Kemudian melakukan klasifikasi dari pembentukan RO


Classification >> Create Class Image from ROIs

Gambar III-9 Pembentukan kelas

12
Pembentukan vektor dari kelas yang telah dibuat.
Vector >> Create Vectot ftom Classification.

Gambar III-10 Pembentukan vektor

Selanjutnya pembuatan shapefile agar dapat dianalisis di ArcGIS.

Gambar III-11 Pembentukan Shapefile

Melakukan visualisai di ArcGIS dan melakukan analisis.


7. Mengolah NDVI melalui Basic Tools >> Band Math menggunakan band 4 dan band
5 yang sudah dilakukan pengubahan nilai ke reflektan.

13
Gambar III-12 Proses NDVI

Kemudian hasil dari pengolahan algoritma dilakukan klasifikasi dengan Band


Treshold.
8. Mengolah NDBI
Mengolah NDVI melalui Basic Tools >> Band Math menggunakan band 5 dan band
6 yang sudah dilakukan pengubahan nilai ke reflektan.

Gambar III-13 Proses NDBI

Kemudian hasil dari pengolahan algoritma dilakukan klasifikasi dengan Band


Treshold.
9. Kemudian melakukan analisis melalui ArcGIS dari hasil UHI, NDVI, dan NDBI.

14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Urban Heat Island (UHI)
Pengolahan dilakukan pada data citra di bulan November tahun 2019 Kota
Tasikmalaya. Pengolahan utama adalah pengolahan LST untuk mencari UHI di Kota
Tasikmalaya dengan membandingkan suhu rata-rata daerah Rural di Kota Tasikmalaya.

Gambar IV-14 Perkiraan Wilayah UHI Kota Tasikmalaya 2019


Keterangan :
: Wilayah Kota Tasikmalaya
: Urban Heat Island (UHI)

IV.1.2 NDVI
Proses pengolahan NDVI menggunakan band 5 dan band 4 yang sudah bernilai
radiance. Setelah dilakukan proses ekstraksi algoritma NDVI kemudian dilakukan klasifikasi
sesuai dengan yang ada di Bab II.

15
Gambar IV-15 Hasil NDVI

Keterangan:
Lahan Tidak Bervegetasi
Kerapatan Sangat Rendah
Kerapatan Rendah
Kerapatan Sedang
Kerapatan Tinggi

IV.1.3 NDBI
Proses pengolahan NDBI menggunakan band 5 dan band 6 yang sudah bernilai radiance.
Setelah dilakukan proses ekstraksi algoritma NDBI kemudian dilakukan klasifikasi sesuai
dengan yang ada di Bab II.

16
Keterangan:
Non Bangunan
Kerapatan Bangunan Rendah
Kerapatan Bangunan Sedang
Kerapatan Bangunan Tinggi

IV.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan LST dan pengamatan suhu rata-rata di daerah rural
menunjukkan adanya bagian Kota Tasikmalaya yang mengalami fenomena UHI. Suhu rata-
rata daerah rural Kota Tasikmalaya berkisar pada 29.89 0C. Sedangkan untuk daerah yang
mengalami UHI berada pada kisaran 31.890C - 39.890C. Penyebarannya dominan berada
pada pusat kota dan pemerintahann.
Kemudian membandingkan denga NDVI yang dapat menunjukkan kerapatan
vegetasi, daerah yang pada hasil analisis termsuk daerah UHI sebelumnya memiliki
tutupan lahan berupa non vegetasi sampai dengan vegetasi dengan kerapata yang
rendah. Suatu daerah dengan kerapatan vegetasi yang rendah akan cenderung memiliki suhu

17
permukaan yang tinggi karena minimnya vegetasi dapat mengurangi penyerapan emisi
kendaran C02 , mengakibatkan peningkatan konsentrasi C2 di udara. 

Gambar IV-16 Analisis NDVI

Kemudian apabila dikaitkan dengan hasil pengolahan ekstraksi NDBI yang dapat
menunjukkan tingkat kerapatan bangunan, daerah yang mengalami fenomena UHI memiliki
kerapatan bangunan yang sedang sampai tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ada kaitannya
kerapatan suatu bangunan terhadap fenomena UHI.

Gambar IV-17 Hasil Analisis NDBI

18
Sebagai pembanding, penulis juga melakukan perbandingan menggunakan komposit
citra band 7, band 6, dan band 4 yang dapat mengidentifikasi daerah terbangun dengan
mudah.

Warna hijau mewakili daerah non terbangun dan warna ungu mewakili daerah
terbangun. Hal ini dapat mendukung bahwa tutupan lahan berupa non vegetasi dapat
mempengaruhi adanya fenomena UHI.
Material keras menyerap panas banyak, namun pada saatnya dipancarkan kembali.
Warna permukaan juga menentukan jumlah penyerapan panas, warna gelas lebih banyak
menyerap sementara warna terang lebih banyak memantulkan panas radiasi tersebut. Akibat
tertutupnya permukaan tanah oleh beton berupa bangunan, parkir dan jalan, pada kawasan
kota, radiasi matahari yang jatuh pada kawasan itu, sebagian diserap dan kemudian
dilepaskan kembali ke udara di sekitarnya. Karena sebagian besar kota tertutup material
keras, suhu udara kota menjadi lebih tinggi dibanding kawasan rural di sekelilingnya.

19
20
BAB V
KESIMPULAN
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisis dari pengamatan yang dilakukan dapat disimpulkan:
1. Kota Tasikmalaya mengalami fenomena Urban Heat Island di sebagian daerah.
Fenomena ini dominan terjadi pada pusat Kota Tasikmalaya dengan suhu berkisar
31.890C – 39,890C.
2. Fenomena UHI ini dipengaruhi oleh tutupan lahan yang ada. Wilayah dengan tutupan
lahan dengan kerapatan vegetasi yang rendah dan dengan kerapatan bangunan yang
tinggi dapat memicu terjadinya fenomena UHI ini.

21
DAFTAR PUSTAKA
Adianti, M., & Harits, M. C. (2018). Analisis Spasial Kerapatan Bangunan dan Pengaruhnya
terhadap Suhu . Seminar Nasional Geomatika, 529.
Aisha, I. N. (2013). Adaptasi Penerapan Bentuk Mitigasi Urban Heat Island (UHI) pada
Kawasan Pusat Kota Bandung. Bandung: SAPPK ITB.
Bakker, M. M. (2015). Land-Use Change Arising from Rural Land Exchange: An Agent-
Based Simulation Model. Landscape Ecol, 30, 273-286.
Danoedoro, P. (2012). Teknik Penginderaan Jauh Digital. Yogyakarta: Andi Offset.
Fawzi, I. N. (2014). Pemetaan Emisivitas Permukaan Menggunakan Indeks Vegetasi.
Majalah Ilmia , 133.
Gumilar, M. (2019). ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN PENGEMBANGAN
WILAYAH UNTUK MENDORONG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH
DI KOTA TASIKMALAYA.
Guo, G., & Wu, Z. (2015). Landscape and Urban Planning. 1.
Hidiyati, I. N. (2013). Ekstraksi Data Indeks Vegetasi untuk Evaluasi Ruang Terbuka Hijau
berdasarkan Citra ALOS di Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta.
Agroekoteknologi, 27-34.
Khomarudin, M. R. (2004). Mendekati Pulau Panas (Heat Island) dengan Data Satelit
Weng, Q. (2003). Fractal Analysis of Satellite-Detected Urban Heat Island Effect .
Photogrammetric Engineering and Remote Sensing , 69.
Yollanda, A. (2011). Kajian Perubahan Penutupan Lahan Dengan Menggunakan Teknik
Penginderaan Jauh Multi-Temporal di Daerah Aliran Sungai Bodri. Semarang.
Skripsi Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial UNNES.

22

Anda mungkin juga menyukai