KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadira Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
kuasanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan berjudul “Analisa Kemampuan Lahan
Kabupaten Gresik” dengan baik.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ummi Fadlilah Kurniawati,
ST. M.Sc dan Bapak Cahyono Susetyo, ST. M.Sc selaku dosen mata kuliah Sistem Informasi
Perencanaan dan dosen pembimbing dalam tugas ini, serta kepada seluruh pihak yang membantu
dalam proses penyusunan laporan ini.
Dalam laporan ini akan dibahas mengenai analisa kemampuan lahan di Kabupaten Gresik,
analisis ini dilakukan dengan mendapatkan dari beberapa data pendukung yang kemudian diolah
menjadi satuan kemampuan lahan yang akan diproses menjadi analisis kemampuan lahan.
Dalam proses penyusunan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Sehingga, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan untuk membangun dan
menjadi pelajaran bagi penulisan laporan selanjutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
4
b. Membuat dan Menganalisis peta Analisis Kemampuan Lahan yang ada di
Kabupaten Gresik
5
BAB II TEORI, LANDASAN HUKUM, DAN METODOLOGI
6
Permen PU No 21//PRT//M//2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan
Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi : Sebagai
masukan langkah untuk analisis aspek fisik dan lingkungan di kawasan
bencana gunung berapi dan gempa.
Permen PU No 22//PRT//M//2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana Longsor : Sebagai masukan langkah untuk analisis aspek fisik
dan lingkungan di kawasan rawan longsor.
Permen PU No 41//PRT//M//2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan
Budi Daya sebagai masukan langkah dalam menentukan fungsi kawasan budi
daya sesuai dengan kondisi fisik lahan yang ada.
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional: Sebagai acuan bagi pengaturan dan strategi penataan ruang
wilayah skala nasional. Pendekatan penataan ruang dilakukan melalui
pertimbangan--pertimbangan pada aspek- aspek penggunaan ruang yang
didasarkan pada perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem dan jaminan
terhadap kesejahteraan masyarakat yang dilakukan secara harmonis,, yaitu:
a) Penilaian pada struktur ruang dan pola ruang pada kawasan//wilayah
perencanaan.
b) Menjaga kesesuaian antara kegiatan pelaksanaan pemanfaatan ruang dengan
fungsi dan daya dukung kawasan berdasarkan hasil analisis aspek fisik
lingkungan
2.2 Metodologi
PERMEN PU NO.20 Tahun 2007
7
tentang analisis fisik dan lingkungan serta peraturan
penyusunan SKL sehingga menjadi sebuah arahan
dalam penyusunan rencana tata ruang.
8
2.2.1 SPATIAL ANALYSIS TOOLS
Weighted Sum
Overlay Tools ini digunakan untuk menganalisis peta-peta tematik untuk menjadi satuan
kemampuan lahan. Pada proses ini, data-data atribut diklasifikasikan berdasarkan kriteria
yang sudah ada dengan nilai 1 sampai 5. Data yang bisa diproses hanya data peta tematik
yang sudah dikonversi kedalam polygon. Setiap satuan kemampuan lahan tediri dari
beberapa peta tematik terkait data yang diperlukan untuk analisis satuan kemampuan lahan
yang dicari. Pada weighted sum overlay ini terdapat pilihan weighted overlay dan weighted
sum. Untuk menganalisis satuan kemampuan lahan, menggunakan weighed overlay.
Weighted sum bisa digunakan sebagai alternatif untuk mencari analisis kemampuan lahan.
9
2.2.2 CONVERTION TOOL
To Raster
polygon raster
10
From Raster
raster polygon
11
BAB III GAMBARAN UMUM
Kabupaten Gresik adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia dengan
ibukotanya adalah Gresik. Kabupaten Gresik memiliki luas 1.191,25 km². Kabupaten
Gresik mempunyai posisi yang strategis berada antara 1' LS - 8' LS dan 112' BT - 133' BT.
Wilayah Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km
lepas pantai Laut Jawa. Gresik dikenal sebagai kota tempat berdirinya pabrik semen
pertama dan perusahaan semen terbesar di Indonesia, yaitu Semen Gresik. Bersama
dengan Sidoarjo, Gresik merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya, dan
termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila.
12
3.2. Topografi
Topografi merupakan kondisi tinggi-rendahnya muka bumi. Kondisi topografi
merupakan aspek penting yang berguna dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam penggunaan lahan, penempatan fasilitas dan utilitas perkotaan. Pada umumnya
Ketinggian tempat di Wilayah Kabupaten Gresik berada pada 0-25 meter, dengan rata-rata
yaitu 6,126,00 meter diatas permukaan laut (dpl) pada elevasi terendah terdapat di daerah
sekitar muara Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong dan sebagian kecil di bagian utara
(Kecamatan Panceng) mempunyai ketinggian sampai 25 meter di atas permukaan laut.
Kelerengan Kabupaten Gresik mayoritas berada pada kelerengan 0-2% dengan luas
wilayah sebesar 94.613 Ha (80.59%) sedangkan presentase terkecil berada pada
kelerengan lebih dari 40% dengan luas 1072 Ha.
3.3. Klimatologi
Klimatologi adalah studi mengenai iklim, secara ilmiah didefinisikan sebagai kondisi
cuaca yang dirata-ratakan selama periode waktu yang panjang. Di wilayah Kabupaten
Gresik mempunyai kondisi iklim yang hampir sama dengan daerah daerah di Jawa Timur
. Iklim Kabupaten Gresik termasuk tropis dengan temperatur rata-rata 28,5°C dan
kelembaban udara rata-rata 2.245 mm per tahun. klim Gresik adalah diklasifikasikan
sebagai tropis. Saat dibandingkan dengan musim dingin, musim panas memiliki lebih
banyak curah hujan. Lokasi ini diklasifikasikan sebagai Aw berdasarkan Köppen dan
Geiger. Suhu di sini rata-rata 27.5 °C. Curah hujan di sini rata-rata 1686 mm.
3.4. Hidrologi
Keadaan permukaan air tanah di Wilayah Kabupaten Gresik pada umumnya relatif
dalam, hanya daerah-daerah tertentu di sekitar sungai atau rawa-rawa saja yang
mempunyai pemukaan air tanah agak dangkal. Pola aliran sungai di Kabupaten Gresik
memperlihatkan wilayah Gresik merupakan daerah muara Sungai Bengawan Solo dan Kali
Lamong dan juga dilalui oleh Kali Surabaya di Wilayah Selatan. Sungai-sungai ini
memiliki sifat aliran dan kandungan unsur hara yang berbeda. Sungai Bengawan Solo
mempunyai debit air yang cukup tinggi dengan membawa sedimen lebih banyak
dibandingkan dengan Kali Lamong, sehingga pendangkalan di Sungai Bengawan Solo
lebih cepat. Dengan adanya peristiwa tersebut mengakibatkan timbulnya tanah-tanah
oloran yang seringkali oleh penduduk dimanfaatkan untuk lahan perikanan. Selain dialiri
oleh sungai-sungai tersebut diatas keadaan hidrologi Kabupaten Gresik juga ditentukan
oleh adanya waduk, embung, mata air, pompa air dan sumur bor.
13
BAB IV ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN
Dalam analisis satuan kemampuan lahan morfologi memiliki tujuan untuk memilih
bentuk atau morfologi bentang alam wilayah studi yang mampu untuk dikembangkan
sesuai dengan fungsinya, pada laporan ini adalah Kabupaten Gresik. Dalam analisis satuan
kemampuan lahan morfologi ini diperlukan data-data berupa peta:
1. Peta Morfologi
2. Peta Kelerengan
Hasil Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi yang didapat adalah:
Hasil Analisis:
Setelah melakukan teknik overlay pada peta dengan memasukkan data peta morfologi
dan peta kelerengan untuk mendapatkan SKL Peta Morfologi Kabupaten Gresik, maka
didapatkan hasil dengan peta sebagai berikut:
14
d. Kemampuan lahan dari morfologi kurang
15
Berikut adalah hasil analisis dari SKL Kemudahan Dikerjakan :
Hasil Analisis:
Setelah melakukan teknik overlay pada peta dengan memasukkan peta morfologi,
peta ketinggian atau topografi, peta kelerengan, dan peta jenis tanah untuk mendapatkan
SKL Peta Kemudahan Dikerjakan Kabupaten Gresik, maka didapatkan hasil dengan
peta sebagai berikut:
16
Gambar 4.2. Peta SKL Kemudahan Dikerjakan
1. Peta Morfologi
2. Peta Kelerengan
3. Peta Ketinggian
4. Peta Jenis Tanah
5. Peta Curah Hujan
17
6. Peta Kerentanan Gerakan Tanah
Hasil Analisis:
Setelah melakukan teknik overlay pada peta dengan memasukkan data peta
morfologi, peta kelerengan, peta ketinggian, peta jenis tanah, peta curah hujan, dan peta
kerentanan gerakan tanah untuk mendapatkan SKL Kestabilan Lereng Kabupaten
Gresik, maka didapatkan hasil dengan peta sebagai berikut:
18
Gambar 4.3 Peta SKL Kestabilan Lereng
19
Hasil Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi yang
didapat adalah:
Hasil Analisis:
Setelah melakukan teknik overlay pada peta dengan memasukkan data peta
SKL Kestabilan Lereng dan peta jenis tanah untuk mendapatkan SKL Kestabilan
Pondasi Kabupaten Gresik, maka didapatkan hasil dengan peta sebagai berikut:
20
Gambar 4.4. Peta SKL Kestabilan Pondasi
Tujuan analisis SKL ketersediaan air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan air
dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna perkembangan
kawasan. Data yang dibutuhkan dalam analisis ini adalah :
1. Peta kelereangan
2. Peta curah hujan
3. Peta morfologi
4. Peta jenis tanah
21
Berikut adalah hasil analisis dari SKL Ketersediaan Air:
Hasil Analisis :
22
Gambar 4.5. Peta SKL Ketersediaan Air
Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik
bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari. Peta yang dibutuhkan sebagai data masukan
dalam analisis SKL untuk Drainase adalah:
1. Peta morfologi
2. Peta ketinggian atau topografi
3. Peta kelerengan
4. Peta jenis tanah
5. Peta curah hujan
23
Tabel 4.6. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) untuk Drainase
SKL drainase digunakan untuk menentukan aliran air, mudah tidaknya aliran air.
Berdasarkan hasill analisis overlay yang telah dilakukan pada Kabupaten Gresik, diketahui
bahwa drainase dikategorikan sebagai berikut :
a. Drainase cukup
b. Drainase kurang
24
Gambar 4.6. Peta SKL Drainase
Tujuan analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap erosi adalah untuk
mengetahui daerah-daerah yang mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui
tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih
hilir. Data yang dibutuhkan :
1. Peta morfologi
2. Peta curah hujan
3. Peta kelerengan
4. Peta jenis tanah
25
Tabel 4.7. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Erosi
Hasil Analisis :
Erosi berarti mudah atau tidaknya
lapisan tanah terbawa air atau angin. Lahan
yang dapat dikembangkan sebagai
peruntukan kawasan pelabuhan terminal
khusus adalah kawasan yang aman dan/atau
kawasan yang memiliki tingkat erosi sangat
rendah.
a. Erosi sedang
26
b. Erosi sangat rendah
Gambar 4.7. Peta SKL Erosi
1. Peta morfologi
2. Peta ketinggian atau topografi
3. Peta kelerengan
27
4. Peta jenis tanah
5. Peta curah hujan
Hasil Analisis :
Berdasarkan Teknik overlay yang diterapkan terhadap semua masukan peta yang
diperlukan di atas, maka didapatkan hasil SKL Pembuangan Limbah. Pada peta SKL
tersebut kemampuan lahan untuk pembuangan limbah dibagi menjadi :
28
4.9 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Bencana Alam
Tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurangi kerugian dari korban akibat bencana tersebut. Peta yang
dibutuhkan sebagai data masukan dalam analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah:
1. Peta morfologi
2. Peta curah hujan
3. Peta ketinggian atau topografi
4. Peta bencana alam
5. Peta kelerengan
6. Peta jenis tanah
No Peta Kelere Keting Jenis Curah Rawan Rawan Kerentana SKL terhadap Nila
Morfologi ngan gian Tanah Hujan Banjir Gunun n Gerakan Bencana i
g Tanah Alam
Berapi
1 Perbukita >45% 2500 – Andosol >3000 Zona I Zona I Zona I 5
n Terjal 3672 mm/tahun (sangat (sangat (sangat
Potensi
m rawan) rawan) rawan)
bencana alam
2 Perbukita 25 – 1500 – Aluvial, 2000 – Zona II Zona II Zona II 4
tinggi
n Sedang 45% 2500 Gleisol 3000 (rawan) (rawan) (rawan)
m mm/tahun
3 Perbukita 15 – 500 – Non Cal, 1000 – Zona III Zona Zona III Potensi 3
n Landai 25% 1500 Grumosol 2000 (agak III (agak bencana alam
m , mm/tahun rawan) (agak rawan) cukup
Mediteran rawan)
4 Dataran 2– 100 – Litosol <1000 Zona IV Zona Zona IV Potensi 2
Bergelom 15% 500 m mm/tahun (Aman) IV (Aman) bencana alam
bang (Aman) kurang
29
5 Dataran 0–2% 0 – Latosol 1
Landai 100 m
Sumber : Hasil analisis tahun 2015
Hasil Analisis :
Berdasarkan teknik Overlay yang telah diterapkan dengan memasukkan data Peta
morfologi, peta curah hujan, peta ketinggian atau topografi, peta bencana alam (rawan
banjir, rawan gunung berapi, kerentanan gerakan tanah), peta kelerengan, peta jenis tanah,
maka didapatkan Peta SKL terhadap Bencana Alam Kabupaten Gresik. Di dalam Peta SKL
terhadap Bencana Alam Kabupaten Gresik berisi tentang tingkatan potensi rawan bencana
alam di Kabupaten Gresik, sebagai berikut :
Pada peta terlihat bahwa di selatan wilayah studi terdapat beberapa kawasan yang
memiliki potensi bencana alam tinggi. Hal tersebut disebabkan kawasan tersebut berada
disekitar DAS Bengawan Solo, sungai anak kali Lamong dan sungai Brantas. Karena itu,
kawasan tersebut memiliki potensi terkena banjir dari luapan sungai apabila terjadi hujan
deras.
30
Gambar 4.9. Peta SKL Bencana Alam
31
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan di Kabupaten Gresik didapatkan beberapa
kesimpulan, yaitu :
5.2 Rekomendasi
Melihat hasil analisis yang ada, sebaiknya dalam setiap pembangunan harus benar -
benar memperhatikan kemampuan lahan yang ada, agar pembangunan yang dilaksanakan
dapat mencapai hasil maksimal dan tidak terjadi bencana yang diinginkan ke depannya.
32
intip.in/PetaKabupatenGresik
33