Anda di halaman 1dari 33

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadira Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
kuasanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan berjudul “Analisa Kemampuan Lahan
Kabupaten Gresik” dengan baik.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Ummi Fadlilah Kurniawati,
ST. M.Sc dan Bapak Cahyono Susetyo, ST. M.Sc selaku dosen mata kuliah Sistem Informasi
Perencanaan dan dosen pembimbing dalam tugas ini, serta kepada seluruh pihak yang membantu
dalam proses penyusunan laporan ini.

Dalam laporan ini akan dibahas mengenai analisa kemampuan lahan di Kabupaten Gresik,
analisis ini dilakukan dengan mendapatkan dari beberapa data pendukung yang kemudian diolah
menjadi satuan kemampuan lahan yang akan diproses menjadi analisis kemampuan lahan.

Dalam proses penyusunan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
makalah ini. Sehingga, kritik dan saran pembaca sangat diharapkan untuk membangun dan
menjadi pelajaran bagi penulisan laporan selanjutnya.

Surabaya, Desember 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii


DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 4
1.3 Sistematika Penulisan ......................................................................................................... 5
BAB II TEORI, LANDASAN HUKUM, DAN METODOLOGI ............................................. 6
2.1 Teori dan Landasan Hukum .............................................................................................. 6
2.2 Metodologi............................................................................................................................ 7
BAB III GAMBARAN UMUM ................................................................................................. 12
3.1. Letak Geografis ................................................................................................................ 12
3.2. Topografi ........................................................................................................................... 13
3.3. Klimatologi ........................................................................................................................ 13
3.4. Hidrologi ........................................................................................................................... 13
BAB IV ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN ......................................................................... 14
4.1 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi ................................................. 14
4.2 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan ......................... 15
4.3 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng ................................... 17
4.4 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi ................................. 19
4.5 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air ..................................... 21
4.6 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Drainase ................................................... 23
4.7 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Erosi ......................................... 25
4.8 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Pembuangan Limbah ............. 27
4.9 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Bencana Alam ......................... 29
BAB V PENUTUP....................................................................................................................... 32
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 32
5.2 Rekomendasi ...................................................................................................................... 32

iii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rencana tata ruang merupakan produk perencanaan yang memiliki peran
untukmemberikan arahan terutama dalam proses pembangunan suatu wilayah, yang
berguna untuk membantu dalam pencapaian tujuan-tujuan yang diinginkan dari suatu
wilayah. Hasil analisa tersebut nantinya menjadi sebuah acuan dalam mengenali
karakteristik wilayah, dari sumber daya misalnya, dengan menentukan kemampuan lahan
yang ada agar pengembangan wilayah bisa dilakukan dengan optimal dengan
mempeprhatikan kondisi yang ada. Dengan adanya analisis fisik pengembangan dari
wilayah tersebut dapat memberikan gambaran kerangka fisik pengembangan wilayah yang
sapat menjadi masukan dalam penyusunan rencana tata ruang dan pengembangan suatu
wilayah.
Dalam menata ruang suatu wilayah membutuhkan dukungan data-data dan informasi,
baik spasial maupun non-spasial, data yang dibutuhkan terutama adalah data dan informasi
tematik yang mengilustrasikan kondsi dari suatu wilayah. Dengan perkembangan teknologi
informasi yang semakin pesat sekarang ini, sebagian data dan informasi spasial yang
diperlukan dapat dibangun dalam sebuah sistem informasi yang dapat dibangun dalam
sebuah sstem informasi yang berbasis geografis, atau biasa disebut dengan SIG (Sistem
Informasi Geografis). Dalam SIG dapat menggabungkan berbagai basis data dan informasi
yang dikumpulkan melalui peta, citra satelit, dan juga survey lapangan yang kemudian
diaplikasikan kepada peta-peta.
Dalam laporan ini, akan membahas tentang analisis kemampuan lahan yang berada di
Kabupaten Gresik dengan mengggunakan kemampuan spatial analysis tools. Hasil dari
makalah ini adalah mengetahui evaluasi kemampuan lahan yang dapat menjadi masukan
dan rekomendasi dalam peruntukan penyediaan lahan di Kabupaten Gresik dalam
penyusunan rencana tata ruang dan pengembangan kabupaten tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut.
a. Membuat dan Menganalisis peta Satuan Kemampuan Lahan yang ada di Kabupaten
Gresik

4
b. Membuat dan Menganalisis peta Analisis Kemampuan Lahan yang ada di
Kabupaten Gresik

1.3 Sistematika Penulisan


Penulisan laporan ini menggunakan sistematika sebagai berikut.
a. Bab 1 Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Sistematika Penulisan
b. Bab 2 Teori, Landasan Hukum, dan Metodologi, berisi Teori dan Landasan Hukum
serta Metodologi
c. Bab 3 Gambaran Umum, berisi Letak Geografis, Topografi, Klimatologi, dan
Hidrologi
d. Bab 4 Analisis Kemampuan Lahan, berisi sembilan analisis kemampuan lahan
e. Bab 5 Penutup, berisi Kesimpulan dan Rekomendasi

5
BAB II TEORI, LANDASAN HUKUM, DAN METODOLOGI

2.1 Teori dan Landasan Hukum

Landasan hukum dan metode yang digunakan dalam penyusunan laporan


berikut ini menggunakan seperti apa yang dimaksud Glenmore dan Kalibaru
memperhatikan berbagai norma dan pengaturan dalam aspek-aspek perencanaan.
Beberapa acuan normative yang digunakan dalam hal ini antara lain disebutkan
dibawah ini :
 Undang--undang No.23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup :
Sebagai acuan utama bagi pengelolaan aspek fisik dan lingkungan hidup.
 Undang--Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 3 :
Payung utama sebagai acuan penyusunan berbagai dokumen penataan ruang.
 Peraturan Pemerintah RI No. 10 Tahun 2000 tentang Tingkat Ketelitian Peta
Untuk Penataan Ruang dan Wilayah : Sebagai acuan hukum bagi tampilan
peta.
 Peraturan Pemerintah No.69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan
Kewajiban serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat Dalam
Penataan Ruang : Sebagai acuan bagi pelibatan masyakarat dalam penataan
ruang.
 Peraturan Pemerintah RI No.26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional : Sebagai dasar hukum bagi pengaturan dan strategi
penataan ruang.
 Peraturan Pemerintah RI No.38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah,, Pemerintah Daerah Provinsi,, dan
Pemerintah Daerah Kabupaten//Kota : Sebagai dasar hukum bagi pemerintah
daerah untuk menyusun penataan ruang di daerahnya.
 Keputusan Presiden No.32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung: Sebagai acuan bagi pengelolaan aspek fisik dan lingkungan hidup di
kawasan lindunga; pedoman Bidang Penataan Ruang : Acuan bagi penyusunan
RTRW Provinsi,, RTRW Kabupaten,, dan RTRW Kota.
 SNI 13--4691--1998 tentang Penyusunan Peta Geologi : Sebagai acuan
pembuatan peta geologi (warna,, simbol,, dll).

6
 Permen PU No 21//PRT//M//2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan
Rawan Letusan Gunung Berapi dan Kawasan Rawan Gempa Bumi : Sebagai
masukan langkah untuk analisis aspek fisik dan lingkungan di kawasan
bencana gunung berapi dan gempa.
 Permen PU No 22//PRT//M//2007 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan
Rawan Bencana Longsor : Sebagai masukan langkah untuk analisis aspek fisik
dan lingkungan di kawasan rawan longsor.
 Permen PU No 41//PRT//M//2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan
Budi Daya sebagai masukan langkah dalam menentukan fungsi kawasan budi
daya sesuai dengan kondisi fisik lahan yang ada.
 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional: Sebagai acuan bagi pengaturan dan strategi penataan ruang
wilayah skala nasional. Pendekatan penataan ruang dilakukan melalui
pertimbangan--pertimbangan pada aspek- aspek penggunaan ruang yang
didasarkan pada perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem dan jaminan
terhadap kesejahteraan masyarakat yang dilakukan secara harmonis,, yaitu:
a) Penilaian pada struktur ruang dan pola ruang pada kawasan//wilayah
perencanaan.
b) Menjaga kesesuaian antara kegiatan pelaksanaan pemanfaatan ruang dengan
fungsi dan daya dukung kawasan berdasarkan hasil analisis aspek fisik
lingkungan

2.2 Metodologi
PERMEN PU NO.20 Tahun 2007

Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007


tentang Penataan Ruang, pemerintah dan
pemerintah daerah berkepentingan dalam
penyusunan rencana tata ruang sebagai arahan
pelaksanaan pembangunan. Dalam penyusunan
makalah ini kami menggunakan peraturan panduan
dalam proses analisa. Peraturan tersebut berisi

7
tentang analisis fisik dan lingkungan serta peraturan
penyusunan SKL sehingga menjadi sebuah arahan
dalam penyusunan rencana tata ruang.

Cara mencari Output

8
2.2.1 SPATIAL ANALYSIS TOOLS

Weighted Sum

Overlay Tools ini digunakan untuk menganalisis peta-peta tematik untuk menjadi satuan
kemampuan lahan. Pada proses ini, data-data atribut diklasifikasikan berdasarkan kriteria
yang sudah ada dengan nilai 1 sampai 5. Data yang bisa diproses hanya data peta tematik
yang sudah dikonversi kedalam polygon. Setiap satuan kemampuan lahan tediri dari
beberapa peta tematik terkait data yang diperlukan untuk analisis satuan kemampuan lahan
yang dicari. Pada weighted sum overlay ini terdapat pilihan weighted overlay dan weighted
sum. Untuk menganalisis satuan kemampuan lahan, menggunakan weighed overlay.
Weighted sum bisa digunakan sebagai alternatif untuk mencari analisis kemampuan lahan.

9
2.2.2 CONVERTION TOOL

 To Raster

Menggunakan perintah “Polygon to Raster” pada “To Raster”


untuk mengubah file shp berbentuk polygon ke file raster agar bisa
di Overlay pada Spatial Analysis Tools. Metode ini digunakan pada
saat proses analisis dan pembuatan peta satuan kemampuan lahan
(SKL). Tiap peta tematik seperti morfologi, kelerengan, ketinggian
dan lainlain yang masih dalam bentuk polygon diconvert menjadi
raster yang kemudian tiap raster yang dihasilkan dianalisis dengan
weighted overlay sesuai dengan satuan kemampuan lahan masing-
masing

polygon raster

10
From Raster

Menggunakan perintah “Raster to Polygon” pada “From Raster”


untuk mengubah file raster ke dalam polygon agar bisa di Intersect.
Penggunaan perintah ini adalah pada saat proses analisa kesesuaian
permukiman. Dalam menganalisa kesesuaian lahan permukiman
dibutuhkan peta penggunaan lahan eksisting dan SKL bencana
alam dalam bentuk polygon. Sedangkan peta SKL bencana alam
masih dalam bentuk raster, dan harus dikonversi menjadi polygon
terlebih dahulu.

raster polygon

11
BAB III GAMBARAN UMUM

3.1. Letak Geografis

Kabupaten Gresik adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia dengan
ibukotanya adalah Gresik. Kabupaten Gresik memiliki luas 1.191,25 km². Kabupaten
Gresik mempunyai posisi yang strategis berada antara 1' LS - 8' LS dan 112' BT - 133' BT.
Wilayah Kabupaten Gresik juga mencakup Pulau Bawean, yang berada 150 km
lepas pantai Laut Jawa. Gresik dikenal sebagai kota tempat berdirinya pabrik semen
pertama dan perusahaan semen terbesar di Indonesia, yaitu Semen Gresik. Bersama
dengan Sidoarjo, Gresik merupakan salah satu penyangga utama Kota Surabaya, dan
termasuk dalam kawasan Gerbangkertosusila.

Sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian


antara 0-12 meter diatas permukaan laut Batas Wilayah Kabupaten Gresik

Sebelah Utara : Laut Jawa


Sebelah Timur : Selat Madura dan Kota Surabaya
Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Mojokerto
Sebelah Barat : Kabupaten Lamongan

Berikut ditampilkan peta administrasi Kabupaten Gresik.

12
3.2. Topografi
Topografi merupakan kondisi tinggi-rendahnya muka bumi. Kondisi topografi
merupakan aspek penting yang berguna dan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam penggunaan lahan, penempatan fasilitas dan utilitas perkotaan. Pada umumnya
Ketinggian tempat di Wilayah Kabupaten Gresik berada pada 0-25 meter, dengan rata-rata
yaitu 6,126,00 meter diatas permukaan laut (dpl) pada elevasi terendah terdapat di daerah
sekitar muara Sungai Bengawan Solo dan Kali Lamong dan sebagian kecil di bagian utara
(Kecamatan Panceng) mempunyai ketinggian sampai 25 meter di atas permukaan laut.
Kelerengan Kabupaten Gresik mayoritas berada pada kelerengan 0-2% dengan luas
wilayah sebesar 94.613 Ha (80.59%) sedangkan presentase terkecil berada pada
kelerengan lebih dari 40% dengan luas 1072 Ha.

3.3. Klimatologi
Klimatologi adalah studi mengenai iklim, secara ilmiah didefinisikan sebagai kondisi
cuaca yang dirata-ratakan selama periode waktu yang panjang. Di wilayah Kabupaten
Gresik mempunyai kondisi iklim yang hampir sama dengan daerah daerah di Jawa Timur
. Iklim Kabupaten Gresik termasuk tropis dengan temperatur rata-rata 28,5°C dan
kelembaban udara rata-rata 2.245 mm per tahun. klim Gresik adalah diklasifikasikan
sebagai tropis. Saat dibandingkan dengan musim dingin, musim panas memiliki lebih
banyak curah hujan. Lokasi ini diklasifikasikan sebagai Aw berdasarkan Köppen dan
Geiger. Suhu di sini rata-rata 27.5 °C. Curah hujan di sini rata-rata 1686 mm.

3.4. Hidrologi
Keadaan permukaan air tanah di Wilayah Kabupaten Gresik pada umumnya relatif
dalam, hanya daerah-daerah tertentu di sekitar sungai atau rawa-rawa saja yang
mempunyai pemukaan air tanah agak dangkal. Pola aliran sungai di Kabupaten Gresik
memperlihatkan wilayah Gresik merupakan daerah muara Sungai Bengawan Solo dan Kali
Lamong dan juga dilalui oleh Kali Surabaya di Wilayah Selatan. Sungai-sungai ini
memiliki sifat aliran dan kandungan unsur hara yang berbeda. Sungai Bengawan Solo
mempunyai debit air yang cukup tinggi dengan membawa sedimen lebih banyak
dibandingkan dengan Kali Lamong, sehingga pendangkalan di Sungai Bengawan Solo
lebih cepat. Dengan adanya peristiwa tersebut mengakibatkan timbulnya tanah-tanah
oloran yang seringkali oleh penduduk dimanfaatkan untuk lahan perikanan. Selain dialiri
oleh sungai-sungai tersebut diatas keadaan hidrologi Kabupaten Gresik juga ditentukan
oleh adanya waduk, embung, mata air, pompa air dan sumur bor.

13
BAB IV ANALISIS KEMAMPUAN LAHAN

4.1 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi

Dalam analisis satuan kemampuan lahan morfologi memiliki tujuan untuk memilih
bentuk atau morfologi bentang alam wilayah studi yang mampu untuk dikembangkan
sesuai dengan fungsinya, pada laporan ini adalah Kabupaten Gresik. Dalam analisis satuan
kemampuan lahan morfologi ini diperlukan data-data berupa peta:

1. Peta Morfologi
2. Peta Kelerengan

Hasil Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Morfologi yang didapat adalah:

Tabel 4.1 Tabel SKL Morfologi

No Peta Morfologi Kelerengan SKL Morfologi Nilai


1 Perbukitan Terjal >45% Kemampuan lahan dari 1
morfologi tinggi
2 Perbukitan Sedang 25 – 45% Kemampuan lahan dari 2
morfologi cukup
3 Perbukitan Landai 15 – 25% Kemampuan lahan dari 3
morfologi sedang
4 Dataran 2 – 15% Kemampuan lahan dari 4
Bergelombang morfologi kurang
5 Dataran Landai 0–2% Kemampuan lahan dari 5
morfologi rendah
Sumber: Hasil Analisis 2015

Hasil Analisis:

Setelah melakukan teknik overlay pada peta dengan memasukkan data peta morfologi
dan peta kelerengan untuk mendapatkan SKL Peta Morfologi Kabupaten Gresik, maka
didapatkan hasil dengan peta sebagai berikut:

a. Kemampuan lahan dari morfologi cukup


b. Kemampuan lahan dari morfologi sedang
c. Kemampuan lahan dari morfologi rendah

14
d. Kemampuan lahan dari morfologi kurang

Gambar 4.1 Peta SKL Morfologi

Sumber : RTRW Jawa Timur

4.2 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kemudahan Dikerjakan


Analsisi satuan kemampuan lahan kemudahan dikerjakan memiliki tujuan untuk
mengetahui tingkat kemudahan lahan pada suatu kawasan untuk digali/dimatangkan
dalam proses pembangunan atau pengembangan.Dalam analisis satuan kemampuan lahan
kemudahan dikerjakan ini diperlukan data-data berupa peta:

1. Peta Jenis Morfologi


2. Peta Kelerengan
3. Pets Ketinggian
4. Peta Jenis Tanah

15
Berikut adalah hasil analisis dari SKL Kemudahan Dikerjakan :

Tabel 4.2 Tabel SKL Kemudahan Dikerjakan

No Peta Morfologi Kelerengan Ketinggian Jenis SKL Kemudahan Nilai


Tanah dikerjakan
1 Perbukitan >45% 2500 – 3672 m Mediteran Kemudahan dikerjakan 1
Terjal rendah
2 Perbukitan 25 – 45% 1500 – 2500 m Grumosol, Kemudahan dikerjakan 2
Sedang Latosol kurang
3 Perbukitan 15 – 25% 500 – 1500 m Non Cal, Kemudahan dikerjakan 3
Landai Landosol sedang
4 Dataran 2 – 15% 100 – 500 m Gleisol, Kemudahan dikerjakan 4
Bergelombang Litosol, cukup
Regosol
5 Dataran Landai 0–2% 0 – 100 m Aluvial Kemudahan dikerjakan 5
tinggi
Sumber: Hasil Analisis 2015

Hasil Analisis:

Setelah melakukan teknik overlay pada peta dengan memasukkan peta morfologi,
peta ketinggian atau topografi, peta kelerengan, dan peta jenis tanah untuk mendapatkan
SKL Peta Kemudahan Dikerjakan Kabupaten Gresik, maka didapatkan hasil dengan
peta sebagai berikut:

a. Kemudahan Dikerjakan Tinggi


b. Kemudahan Dikerjakan Sedang
c. Kemudahan DIkerjakan Cukup

16
Gambar 4.2. Peta SKL Kemudahan Dikerjakan

Sumber : RTRW Jawa Timur

4.3 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng


Dalam analisis satuan kemampuan lahan kestabilan lereng, terdapat tujuan untuk
mengetahui tingkat kemantapan lereng di wilayah pengembangan dalam menerima beban
di wilayah Kabupaten Gresik. Dalam analisis satuan kemampuan lahan kestabilan lereng
ini diperlukan data-data berupa peta:

1. Peta Morfologi
2. Peta Kelerengan
3. Peta Ketinggian
4. Peta Jenis Tanah
5. Peta Curah Hujan

17
6. Peta Kerentanan Gerakan Tanah

Hasil Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Lereng yang


didapat adalah:

Tabel 4.3. Tabel SKL Kestabilan Lereng

No Peta Morfologi Kelerengan Ketinggian Jenis Curah Kerentanan SKL Nilai


Tanah Hujan Gerakan Kestabilan
Tanah Lereng
1 Perbukitan >45% 2500 - 3672 Andosol >3000 Zona I Kestabilan 1
Terjal m mm / (sangat Lereng
th rawan) Rendah
2 Perbukitan 25 – 45% 1500 – Alluvial, 2000 – Zona II Kestabilan 2
Sedang 2500 m Gleisol, 3000 (rawan) Lereng
dan mm / Kurang
Regosol th
3 Perbukitan 15 – 25% 500 – 1500 Grumosol, 1000 – Zona III Kestabilan 3
Landai m Mediteran, 2000 (agak Lereng
dan Non mm / rawan) Sedang
Cal th
4 Dataran 2 – 15% 100 – 500 Litosol <1000 Zona IV Kestabilan 4
Bergelombang m mm / (aman) Lereng
th Tinggi
5 Dataran Landai 0–2% 0 – 100 m Latosol 5

Sumber: Hasil Analisis 2015

Hasil Analisis:

Setelah melakukan teknik overlay pada peta dengan memasukkan data peta
morfologi, peta kelerengan, peta ketinggian, peta jenis tanah, peta curah hujan, dan peta
kerentanan gerakan tanah untuk mendapatkan SKL Kestabilan Lereng Kabupaten
Gresik, maka didapatkan hasil dengan peta sebagai berikut:

e. Kestabilan lereng kurang


f. Kestabilan lereng sedang
g. Kestabilan lereng tinggi

18
Gambar 4.3 Peta SKL Kestabilan Lereng

Sumber : RTRW Jawa Timur

4.4 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi

Dalam analisis satuan kemampuan lahan kestabilan pondasi, terdapattujuan untuk


mengetahui tingkat kemampuan lahan untuk mendukung bangunan berat dalam
pengembangan perkotaan, serta jenis-jenis pondasi yang sesuai untuk masing-masing
tingkatan di wilayah Kabupaten Gresik. Dalam analisis satuan kemampuan lahan
kestabilan pondasi ini diperlukan data-data berupa peta:

1. Peta SKL Kestabilan Lereng


2. Peta Jenis Tanah

19
Hasil Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Kestabilan Pondasi yang
didapat adalah:

Tabel 4.4. Tabel SKL Kestabilan Pondasi

No SKL Kestabilan Jenis Tanah SKL Kestabilan Pondasi Nilai


Lereng
1 Kestabilan lereng Alluvial Daya dukung dan kestabilan 1
rendah pondasi rendah
2 Kestabilan lereng Andosol, Daya dukung dan kestabilan 2
kurang Gleisol, dan pondasi kurang
Regosol
3 Kestabilan lereng Grumosol, 3
sedang Mediteran, dan
Non Cal
4 Kestabilan lereng Litosol Daya dukung dan kestabilan 4
5 tinggi Latosol pondasi tinggi 5
Sumber: Hasil Analisis 2015

Hasil Analisis:

Setelah melakukan teknik overlay pada peta dengan memasukkan data peta
SKL Kestabilan Lereng dan peta jenis tanah untuk mendapatkan SKL Kestabilan
Pondasi Kabupaten Gresik, maka didapatkan hasil dengan peta sebagai berikut:

a. Daya dukung dan pondasi kurang


b. Daya dukung dan pondasi tinggi

20
Gambar 4.4. Peta SKL Kestabilan Pondasi

Sumber : RTRW Jawa Timur

4.5 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air

Tujuan analisis SKL ketersediaan air adalah untuk mengetahui tingkat ketersediaan air
dan kemampuan penyediaan air pada masing-masing tingkatan, guna perkembangan
kawasan. Data yang dibutuhkan dalam analisis ini adalah :

1. Peta kelereangan
2. Peta curah hujan
3. Peta morfologi
4. Peta jenis tanah

21
Berikut adalah hasil analisis dari SKL Ketersediaan Air:

Tabel 4.5. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Ketersediaan Air

No Peta Morfologi Kelerengan Jenis Curah SKL Nilai


Tanah Hujan Ketersediaan Air
1 Perbukitan >45% Latosol Ketersediaan air 1
Terjal sangat rendah
2 Perbukitan 25 – 45% Aluvial, <1000 Ketersediaan air 2
Sedang Grumosol, mm/tahun rendah
Non Cal
3 Perbukitan 15 – 25% Litosol, 1000 – 2000 Ketersediaan air 3
Landai Mediteran mm/tahun sedang
4 Dataran 2 – 15% Gleisol 2000 – 3000 Kestabilan lereng 4
Bergelombang mm/tahun tinggi
5 Dataran Landai 0–2% Andosol >3000 5
mm/tahun
Sumber : Hasil analisis tahun 2015

Hasil Analisis :

SKL ketersediaan air digunakan untuk memperkirakan jenis ketersediaan air


pada wikayah terbangun. Hasil analisis overlay yang telah dilakukan pada
Kabupaten Gresik, diketahui bahwa ketersediaan air dibagi dalam beberapa bagian,
sebagai berikut :

a. Ketersediaan air rendah


b. Ketersediaan air sedang
c. Ketersediaan air tinggi

22
Gambar 4.5. Peta SKL Ketersediaan Air

4.6 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) Drainase

Tujuan analisis SKL untuk Drainase adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan
lahan dalam mengalirkan air hujan secara alami, sehingga kemungkinan genangan baik
bersifat lokal maupun meluas dapat dihindari. Peta yang dibutuhkan sebagai data masukan
dalam analisis SKL untuk Drainase adalah:

1. Peta morfologi
2. Peta ketinggian atau topografi
3. Peta kelerengan
4. Peta jenis tanah
5. Peta curah hujan

Berikut adalah hasil analisis dari SKL untuk Drainase :

23
Tabel 4.6. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) untuk Drainase

No Peta Kelereng Ketinggian Jenis Curah SKL untuk Nilai


Morfologi an Tanah Hujan Drainase
1 Perbukitan >45% 2500 – 3672 m Latosol, Drainase tinggi 5
Terjal Mediteran
2 Perbukitan 25 – 45% 1500 – 2500 m Andosol <1000 4
Sedang mm/tahun
3 Perbukitan 15 – 25% 500 – 1500 m Litosol 1000 – Drainase cukup 3
Landai 2000
mm/tahun
4 Dataran 2 – 15% 100 – 500 m Non Cal, 2000 – Drainase kurang 2
Bergelom Gleisol 3000
bang mm/tahun
5 Dataran 0–2% 0 – 100 m Aluvial, >3000 1
Landai Grumosol mm/tahun
Sumber : Hasil analisis tahun 2015
Hasil Analisis :

SKL drainase digunakan untuk menentukan aliran air, mudah tidaknya aliran air.
Berdasarkan hasill analisis overlay yang telah dilakukan pada Kabupaten Gresik, diketahui
bahwa drainase dikategorikan sebagai berikut :

a. Drainase cukup
b. Drainase kurang

24
Gambar 4.6. Peta SKL Drainase

4.7 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Erosi

Tujuan analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap erosi adalah untuk
mengetahui daerah-daerah yang mengalami keterkikisan tanah, sehingga dapat diketahui
tingkat ketahanan lahan terhadap erosi serta antisipasi dampaknya pada daerah yang lebih
hilir. Data yang dibutuhkan :

1. Peta morfologi
2. Peta curah hujan
3. Peta kelerengan
4. Peta jenis tanah

Berikut adalah hasil analisis dari SKL terhadap Erosi :

25
Tabel 4.7. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Erosi

No Peta Morfologi Kelereng Jenis Curah SKL terhadap Nilai


an Tanah Hujan Erosi
1 Perbukitan Terjal >45% Litosol, >3000 Erosi cukup tinggi 1
Regosol mm/tahun
2 Perbukitan Sedang 25 – 45% Grumosol 2000 – Erosi cukup tinggi 2
3000
mm/tahun
3 Perbukitan Landai 15 – 25% Mediteran, 1000 – Erosi sedang 3
Non Cal 2000
mm/tahun
4 Dataran Bergelombang 2 – 15% Latosol <1000 Erosi sangat 4
mm/tahun rendah
5 Dataran Landai 0–2% Gleisol, Erosi tidak ada 5
Aluvial
Sumber : Hasil analisis tahun 2015

Hasil Analisis :
Erosi berarti mudah atau tidaknya
lapisan tanah terbawa air atau angin. Lahan
yang dapat dikembangkan sebagai
peruntukan kawasan pelabuhan terminal
khusus adalah kawasan yang aman dan/atau
kawasan yang memiliki tingkat erosi sangat
rendah.

Berdasarkan Teknik overlay yang


diterapkan terhadap semua masukan peta
yang diperlukan di atas, maka didapatkan
hasil SKL Terhadap Erosi. Pada peta SKL
tersebut terdapat 2 tipe erosi, sebagai berikut:

a. Erosi sedang

26
b. Erosi sangat rendah
Gambar 4.7. Peta SKL Erosi

Sumber : RTRW Jawa Timur

4.8 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Pembuangan Limbah

Tujuan analisis SKL Pembuangan Limbah adalah untuk mengetahui daerah-


daerah yang mampu untuk dialokasikan sebagai lokasi pembuangan akhir dan
pengelolaan limbah, baik limbah padat maupun cair.

Data yang dibutuhkan :

1. Peta morfologi
2. Peta ketinggian atau topografi
3. Peta kelerengan

27
4. Peta jenis tanah
5. Peta curah hujan

Hasil Analisis :

Berdasarkan Teknik overlay yang diterapkan terhadap semua masukan peta yang
diperlukan di atas, maka didapatkan hasil SKL Pembuangan Limbah. Pada peta SKL
tersebut kemampuan lahan untuk pembuangan limbah dibagi menjadi :

a. Kemampuan lahan untuk pembuangan limbah sedang


b. Kemampuan lahan Untuk pembuangan limbah cukup

Gambar 4.8. Peta SKL Pembuangan Limbah

28
4.9 Analisis Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Bencana Alam

Tujuan analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah untuk mengetahui tingkat
kemampuan lahan dalam menerima bencana alam khususnya dari sisi geologi, untuk
menghindari/mengurangi kerugian dari korban akibat bencana tersebut. Peta yang
dibutuhkan sebagai data masukan dalam analisis SKL terhadap Bencana Alam adalah:

1. Peta morfologi
2. Peta curah hujan
3. Peta ketinggian atau topografi
4. Peta bencana alam
5. Peta kelerengan
6. Peta jenis tanah

Berikut adalah hasil analisis dari SKL terhadap Bencana Alam :

Tabel 4.9. Satuan Kemampuan Lahan (SKL) terhadap Bencana Alam

No Peta Kelere Keting Jenis Curah Rawan Rawan Kerentana SKL terhadap Nila
Morfologi ngan gian Tanah Hujan Banjir Gunun n Gerakan Bencana i
g Tanah Alam
Berapi
1 Perbukita >45% 2500 – Andosol >3000 Zona I Zona I Zona I 5
n Terjal 3672 mm/tahun (sangat (sangat (sangat
Potensi
m rawan) rawan) rawan)
bencana alam
2 Perbukita 25 – 1500 – Aluvial, 2000 – Zona II Zona II Zona II 4
tinggi
n Sedang 45% 2500 Gleisol 3000 (rawan) (rawan) (rawan)
m mm/tahun
3 Perbukita 15 – 500 – Non Cal, 1000 – Zona III Zona Zona III Potensi 3
n Landai 25% 1500 Grumosol 2000 (agak III (agak bencana alam
m , mm/tahun rawan) (agak rawan) cukup
Mediteran rawan)
4 Dataran 2– 100 – Litosol <1000 Zona IV Zona Zona IV Potensi 2
Bergelom 15% 500 m mm/tahun (Aman) IV (Aman) bencana alam
bang (Aman) kurang

29
5 Dataran 0–2% 0 – Latosol 1
Landai 100 m
Sumber : Hasil analisis tahun 2015

Hasil Analisis :

Berdasarkan teknik Overlay yang telah diterapkan dengan memasukkan data Peta
morfologi, peta curah hujan, peta ketinggian atau topografi, peta bencana alam (rawan
banjir, rawan gunung berapi, kerentanan gerakan tanah), peta kelerengan, peta jenis tanah,
maka didapatkan Peta SKL terhadap Bencana Alam Kabupaten Gresik. Di dalam Peta SKL
terhadap Bencana Alam Kabupaten Gresik berisi tentang tingkatan potensi rawan bencana
alam di Kabupaten Gresik, sebagai berikut :

a. Potensi bencana alam kurang


b. Potensi bencana alam cukup
c. Potensi bencana alam tinggi

Pada peta terlihat bahwa di selatan wilayah studi terdapat beberapa kawasan yang
memiliki potensi bencana alam tinggi. Hal tersebut disebabkan kawasan tersebut berada
disekitar DAS Bengawan Solo, sungai anak kali Lamong dan sungai Brantas. Karena itu,
kawasan tersebut memiliki potensi terkena banjir dari luapan sungai apabila terjadi hujan
deras.

30
Gambar 4.9. Peta SKL Bencana Alam

31
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis kemampuan lahan di Kabupaten Gresik didapatkan beberapa
kesimpulan, yaitu :

a. Dalam menganalisa kemampuan lahan suatu wilayah dibutuhkan analisis untuk


mendapatkan 9 (Sembilan) Satuan Kemampuan Lahan (SKL) yang kemudian SKL
tersebut digabung dan dianalisis sebagai pertimbangan mengklasifikasikan
kemampuan lahan.
b. Kabupaten Gresik memiliki dua kelas kemampuan lahan, yaitu kemampuan
pengembangan sedang dan kemampuan pengembagan agak tinggi.
c. Dengan meilihat dua kelas kemampuan lahan, Kabupaten Gresik cocok untuk
pengembangan kegiatan dalam hal memenuhi kebutuhan penduduknya.
d. Untuk arah pengembangannya yang lebih baik, diarahkan menuju utara, dimana
kemampuan pengembangan agak tinggi berada di utara.

5.2 Rekomendasi
Melihat hasil analisis yang ada, sebaiknya dalam setiap pembangunan harus benar -
benar memperhatikan kemampuan lahan yang ada, agar pembangunan yang dilaksanakan
dapat mencapai hasil maksimal dan tidak terjadi bencana yang diinginkan ke depannya.

32
intip.in/PetaKabupatenGresik

33

Anda mungkin juga menyukai