PENDAHULUAN
Geologi fisik adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan segala isinya,
dan penelitian dilapangan yang artinya untuk lebih jelas mengetahui tentang ilmu
teori juga tidaklah selalu sama. Mahasiswa geologi harus dapat mengerti dan
untuk memiliki mental sebagai seorang geologist. Oleh karena itu, kegiatan
Fieldtrip yang merupakan bagian dari kuliah lapangan ini dianggap perlu untuk
Maksud dari praktik lapangan ini untuk mengajarkan praktikan agar dapat
Field trip geologi fisik dilaksanakan pada hari sabtu 4 november 2017. Lokasi
Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan sekitar 152 km arah barat daya Kab. Gowa.
Lokasi Field trip geologi fisik dan sekitarnya dapat dicapai dengan menggunakan
jenis kendaraan roda empat, dengan jarak tempuh perjalanan dari kampus Unhas
hari.
1.4 Alat dan Bahan
Palu geologi
Kompas geologi
Kamera
Rol meter 50 m
Alat tulis menulis
Busur derajat
Senter
Peta A0
Penggaris 30 cm
Pensil warna
Loop
Papan clipboard
Pita meter
Kertas A4 secukupnya
Buku lapangan
Kantong sampel
HCl 0.01M
Sampel batuan
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
Di daerah Lembar Pangkajene dan Watampone Bagian Barat terdapat dua baris
pegunungan yang memanjang hampir sejajar pada arah utara-barat laut dan
hampir setengah luas daerah, melebar di bagian selatan (50 km) dan menyempit di
bagian utara (22 km). Puncak tertingginya 1694 m, sedangkan ketinggian rata-
dibatasi oleh dataran Pangkaiene-Maros yang luas sebagai lanjutan dari dataran di
selatannya. Pegunungan yang di timur relatif lebih sempit dan lebih rerdah,
dengan puncaknya rata-rata setinggi 700 m, dan yang tertinggi 787 m. Juga
20 km dan lebih tinggi, tetapi ke utara meyempit dan merendah, dan akhirnya
menunjam ke bawah batas antara Lembah Walanae dan dataran Bone. Bagian
Batasnya di timurlaut adalah dataran Bone yang sangat luas, yang menempati
selebar 35 Km. tetapi di bagian selatan hanya 10 km. Di tengah tendapat Sungai
Walanae yang mengalir ke utara Bagian selatan berupa perbukitan rendah dan di
bagian utara terdapat dataran aluvium yang sangat luas mengelilingi Danau
Tempe.
Kelompok batuan tua yang umurnya belum diketahui terdiri dari batuan
111 juta tanun Kemungkinan menunjukkan peristiwa malihan akhir pada tektonik
Zaman Kapur. Batuan tua ini tertindih tak selaras oleh endapan flysch Formasi
Balangbaru dan Formasi Marada yang tebalnya lebih dari 2000 m dan berumur
Kapur Akhir. Kegiatan magma sudah mulai pada waktu itu dengan bukti adanya
sisipan lava dalam flysch. Batuan gunungapi berumur Paleosen (58,5- 63,0 it),
dan diendapkan dalam lingkungan laut, menindih tak selaras batuan flysch yang
berumur Kapur Akhir. Batuan sedimen Formasi Malawa yang sebagian besar
dicirikan oleh endapan darat dengan sisipan batubara, menindih tak selaras batuan
gunangai Paleosen dan batuan flysch Kapur Akhir. Ke atas Formasi Malawa ini
secara menerus dari Eosen Awal sampai bagian bawah Miosen Tengah. Tebal
Formasi Tonasa lebih kurang 3000 m, dan melampar cukup luas mengalasi batuan
lereng timur bagian utara pegunungan yang barat, terdapat batuan Gunungapi
Soppeng yang diduga juga berumur Miosen Awal. batuan sedimen berumur
Miosen Tengah sampai Pliosen Awal berselingan dengan batuan gunungapi yang
berumur antara 8,93-9,29 juta tahun. Secara bersama batuan itu menyusun
Formasi Camba yang tebalnya sekitar 5000 m. Sebagian besar pegunungan yang
barat terbentuk dari Formasi Camba ini yang menindih tak selaras Formasi
Tonasa.
Selama Miosen akhir sampai Pliosen, di daerah yang sekarang jadi Lembah
dengan bagian atas Formasi Camba. Kegiatan gunungapi selama Miosen Akhir
sampai Pliosen Awal merupakan sumber bahan bagi Formasi Walanae. Kegiatan
Terobosan batuan beku yang terjadi di daerah itu semuanya berkaitan erat dengan
kegiatan gunungapi tersebut. Bentuknya berupa stok, sill dan retas, bersusunan
beraneka dari basal, andesit, trakit, diorit dan granodiorit. dan berumur berkisar
daerah ini, dan juga tidak ada kegiatan gunungapi. Endapan undak di utara
selama Pliosen. Endapan Holosen yang luas berupa aluvium terdapat di sekitar D.
A. Endapan Permukaan :
sebelah utara Pangkajene. Terutama berasal dari batua pra-tersier di sebelah timur
Pangkajene. Satuan ini dapat dibedakan secara morfologi dari endapan aluvium
yang lebih muda. Satuan ini barangkali dapat dinasabahkan dengan endapan
undak di dekat sungai Walanae yang mengandung tulang gajah purba yang
berumur Plistosen, tidak terpetakan. Lempung, pasir dan kerikil yang tidak
2. Terumbu Koral Qc
mengandung sisa kerang dan batugamping koral (Qc). Sisipan lempung laut yang
mengandung moluska (Arca,. Trocbus dan Cypraea) dan buncak besi terdapat di
sekitar Danau Tempe (t’Hoen & Ziegler, 1915). Undak sungai yang berumur
(Hooijer, 1949).
konglomerat dengan susunan basal, andesit, diorit. serpih, tufa terkersikkan, sekis,
kuarsa, dan bersemen batupasir; pada umumnya padat dan sebagian serpih
batupasir dan ke arah tenggara, lebih banyak batulempung dan serpih. Baru-baru
ini Labaratorium Total CTF mengenali Globotruncana pada serpih -lanauan dari
sebelah timur Bantimala, dan pada grewake dari jalan antara Padaelo Tanetteriaja
yang berumur Kapur Akhir (P.F Burollet, hubungan tertulis, 1979). Formasi ini
tebalnya sekitar 2000 m, tertindih tak selaras batuan Formasi Mallawa dan Batuan
Bantimala.
serpih dan konglomerat; bersisipan batupasir dan batulanau gampingan, tufa. lava
berwarna kelabu tua sampai coklat tua: konglomerat tersusun oleh kerikil andesit
dan basal: lava dan breksi terpropilitkan kuat dengan mineral sekunder berupa
karbonat, silikat, serisit, klorit dan epidot. Fosil Globotruncana dari batupasir
gampingan yang dikenali oleh PT Shell menunjukkan umur Kapur Akhir dan
gunungapi, breksi dan tufa bersisipan lava, batugamping dan napal, batulempung.
serpih dan batupasir di beberara tempat tercirikan oleh warna merah, coklat,
kelabu dan hitam; setempat mengandung fosil moluska dan foraminifera, terutama
di dalam lapisan batugamping dan napal pada umumnya gampingan. padat dan
terlipat kuat dengan kemiringan antara 20° - 57°. penampang di Salo Kalupang
Fosil foraminifera yang dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis, 1971 dan
1974). dan lokasi A.29.b. Tc.239.b dan Tc.239.d yang, di antaranya Discocyclina
Awal - Oligosen Akhir. Tebal satuan ini diperkirakan tidak kurang dari 4500 m.
batupasir kuarsa, ada pula yang arkosa, grewake. dan tufaan, umumnya berwarna
kelabu muda dan coklat muda; pada umumnya bersifat rapuh, kurang padat;
muda sampai kelabu tua; batubara berupa lensa setebal beberapa sentimeter dan
Penelitian palinologi terhadap sisipan batubara telah dilakukan oleh Asrar Khan
(M.E - Scrutton, Robertson Research, hubungan tertulis, 1974) dan oleh Robert H.
Tschudy (Don E. Wolcort, USGS, hubungan tertulis, 1973). Sepuluh buah contoh
dari singkapan B.32 (a-f) dan B.54 (a-c, dan RR.10), daerah Tanetteriaja, dan
sebuah dari dekat galian lempung di Tonasa mengandung fosil mikroflora sbb.:
Acritarchs sp., Anacolosidites sp., Anno daceae sp. Barringtonia sp, Betulaceae
Traciryleberis sp,. Dan xestoberis sp,.Tebal formasi ini tidak kurang dari 400 m;
tertindih selaras oleh batugamping Temt. dan menindih tak Selaras batuan
muda. batugamping bioklastika dan kalkarenit. Berwarna putih coklat muda dan
kelabu muda sebagian berlapis baik, berselingan dengan napal globigerina tufaan;
daerah Ralla ditemukan batugamping yang mengandung banyak sepaian sekis dan
daerah Tanetteriaja terdapat tiga jalur napal yang berselingan dengan jalur
barugamping berlapis.
Fosil dari batuan Formasi Tonasa telah dikenali oleh D. Kadar (Hubungan
tertulis 1971, 1973), Reed & Malicoat (M.W. Konts, hubungan tertulis, 1972),
tertulis, : 1973). Fosil yang dikenali termasuk: Dictyoconus sp., Asterocydina sp.,
Cycloclypeus sp. Gabungan fosil ini menunjukkan kisaran umur dari Eosen Awal
(Ta.2) sampai Miosen Tengah (Tf), dan lingkungan neritik dangkal hingga dalam
Tebal formasi ini diperkirakan tidak kurang dari 3000 m; menindih selaras
batuan Formasi Malawa, dan tertindih tak selaras batuan Formasi Camba;
diterobos oleh sill, retas, ban stok batuan beku yang bensusunan basal, trakit, dan
diorit.
dengan tebal antara 4 cm dan 100 cm. Tufanya berbutir halus hingga lapili; tufa
breksinya terutama berkomponen andesit dan basal dengan ukuran antan 2 cm dan
dan moluska: batulempung gampingan kelabu tua dan napal mengandung foram
Fosil dari Formasi Camba telah dikenali oleh D. Kadar (hubungan tertulis.
1971, 1973, 1974). A.F Malicoat (M.W. Kontz, hubungan tertulis, 1972), dan oleh
Gabungan fosil ini menunjukkan umur berkisar dari Miosen Tengah sampai
Miosen Akhir (N.9—N.15), dan lingkungan neritik. Lagi pula ditemukan fosil-
fosil foraminifera yang lain, ganggang dan koral dalam formasi ini. Kemungkinan
sebagian dari Formasi Camba diendapkan dekat daerah pantai. Secara setempat
ditemukan pula fosil berumur Pliosen Awal, seperti yang di sebelah utara Ujung
Pandang.
Satuan ini tebalnya sekitar 5000 m, menindih tak selaras batugamping dari
Formasi Tonasa (Temt) dan batuan dari Formasi Malawa (Tem), mendatar
berangsur berubah jadi bagian bawah dari pada Formasi Walanae (Tmpw);
diterobos oleh retas, Sil dan stok bersusunan basal piroksen, andesit dan diorit.
laut; breksi gunungapi, lava, konglomerat gunungapi, dan tufa berbutir halus
amigdaloidal dan berlubang-lubang diterobos oleh retas, sill dan stok bersusunan
basal dan diorit; berwarna kelabu muda, kelabu tua dan coklat.
diabas hipersten, tufa batuan basa andesit, andesit, andesit trakit dan basal leusit
(Subroto dan Saefuddin, hubungan tertulis, 1972): dan tefrit leusit basanit leusit,
juta tahun (Indonesia Gulf Oil, hubungan tertulis, 1972), dasit dan andesit dari
lokasi 1 dan 2 masing-masing menghasilkan umur 8,93 dan 9,29 juta tahun (ET.D.
Obradovich, hubungan tertulis, 1974), dan basal dari Birru menghasilkan 6,2 juta
tahun (T.M. vaan Leeuwen, hubungan tertulis, 1978). Beberapa lapisan batupasir
dan batugamping pasiran mengandung moluska dan sepaian koral. Sisipan tufa
1973, 1974) dari lokasi Td.7 dan Td.338 adalah Globigerina venezuelana
Tonasa dan batuan Formasi Malawa; sebagian terbentuk dalam lingkungan darat,
kaldera, dan juga di beberapa tempat yang lain, tercirikan oleh limpahan
kandungan leusit.
batugamping pasiran, setempat dengan sisipan tufa; sebagian kalkarenit, pejal dan
sarang, berbutir halus sampat kasar; putih, kelabu, kelabu kecoklatan, coklat muda
Fosil yang dikenali oleh D. Radar (hubungan tertulis, 1973) dan contoh batuan
Ta.37, Ta.52, Ta.58.a, Td.104 dan Td.105, adalah: Lepidocyclina sp., L. cf)
sp., dan ganggang. Gabungan fosil tersebut menunjukkan umur Miosen Tengah
berwarna muda, putih keabuan, kecoklatan dan kelabu muda. Batupasir berbutir
halus sampai kasar, umumnya tufaan dan gampingan, terdiri terutama dari sepaian
terdiri dari butiran abu hingga lapili, tufa kristal, setempat mengandung banyak
batuapung dan biotit. Konglomerat ditemukan lebih banyak di bagian selatan dan
barat, tersusun terutama dari kerikil dan kerakal andesit, trakit dan basal. Ke arah
utara dan timur jumlah karbonat dan klastika bertambah; di sekitar Tacipi
1974), oleh Pumarnaningsih dan M. Karmini (hubungan tertulis, 1974) dan contoh
batuan Ta.150. Ta.157, Ta.168. Ta.192. Ta.219. Ta. 24O Ta.389, Tc.296.a, Td.43,
(BRADY), Gl. acostaensis BLOW. Gl. crassula CUSHMAN & STEWART, Gl.
(PARKER & JONES), Amphistegina sp., dan Operculina sp. Gabungan fosil
ditemukan fosil-fosil foraminifera yang lain, moluska, ganggang dan koral dalam
formasi ini.
kemiringan lapisan kurang dan 15°, pelipatan kuat terjadi di sepanjang lajur sesar,
dengan kemiringan sampai 60°. Bagian bawah formasi ini diperkirakan menjemari
dengan Formasi Camba, dan bagian atasnya menjemari dengan Batuan Gunungapi
berlapis, napal, batulempung, batupasir, dan tufa: putih, kelabu muda, dan kelabu
kecoklatan; sebagian sarang dan sebagian pejal. setempat berstruktur breksi dan
E.755 dan Ta. 157 adalah : Amphistegina sp., Operculina sp., Orbulina sp.,
Rotalia sp., dan Gastropoda. Satuan ini di banyak tempat membentuk pebukitan
kerucut, dan beberapa membentuk punggungan yang sejajar dengan pantai timur,
tektoniknya adalah sedimen Flysch formasi balang baru dan formasi malada.
Bagian bawah tidak selaras menindih batuan yang lebih tua dan bagian utaranya
ditindih tidak selaras oleh batuan yang lebih muda. Batuan yang lebih tua
himpunan batuannya diduga formasi balang baru dan marada merupakan endapan
lereng dalam sistem busur palung pada zaman kapur akhir.Gejala ini menunjukka
Kegiatan gunung api bawah laut,dimulai pada kala paleosen yang hasil
erupsinya terlihat di timur bantimala dan di daerah barru pada kala iosen
awal,rupanya daerah barat merupakan tepi daratan yang dicirikan oleh endapan
darat serta batu bara didalam formasi mallawa,sedangkan didaerah timur berupa
selama awal eosen akhir sampai milosen awal.Gejala ini menandakan bahwa
selama itu terjadi paparan laut dangkal yang luas,yang berangsur-angsur menurun
sudah mulai lagi selama miosen awal yang diwakili oleh batuan gunung api
Akhir kegiatan miosen awal itu diikuti oleh tektonik yang menyababkan
berlangsung sejak awal miosen tengah dan menurunya terban walanae yang
hanya dibagian selatan sedangkan di bagian barat terjadi kegiatan gunung api
yang hampir merata dari selatan ke utara,berlangsung dari miosen tengah sampai
plioesen.Bentuk kerucut gunung api masih dapat diamati di daerah sebelah barat
sustu kaldera.
Sesar utama yang utama barat laut yang terjadi sejak miosen tengah sampai
ini mengakibatkan pula adanya sesar sungkup lokal yang menyesarkan batuan
sesar besar.
BAB III
PETA TOPOGRAFI
Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti
kontur (countur line) yaitu garis khayal yang menghubungkan titik-titik yang
permukaan bumi yang dapat diidentifikasi, apakah alamiah atau buatan, yang
permukaan dari pandangan datar (relief), juga meliputi pola saluran, parit, sungai,
lembah, danau, rawa, tepi‐laut dan adakalanya pada beberapa jenis peta,
ditunjukkan juga, vegetasi dan objek hasil aktifitas manusia. Pada peta topografi
3.2.1 Teori
batuan,struktur dan proses yang mungkin terjadi pada daerah di peta tersebut, baik
topografi, prosedur umum yangbiasa dilakukan dan cukup efektif adalah: Menarik
Dalam interpretasi batuan dari peta topografi, hal terpenting yang perlu
a. Pola kontur rapat menunjukan batuan keras, dan pola kontur jarang
batuan keras.
Dalam interpretasi struktur geologi dari peta topografi, hal terpenting adalah
a. Sesar, umumnya ditunjukan oleh adanya pola kontur rapat yang menerus
b. Perlipatan, umumnya ditunjukan oleh pola aliran sungai trellis atau parallel,
d. Intrusi, umumnya dicirikan oleh pola kontur yang melingkar dan rapat,
e. Lapisan mendatar, dicirikan oleh adanya areal dengan pola kontur yang
secara tiba-tiba oleh polakontur jarang yang mempunyai elevasi sama atau
lebih tinggi.
g. Daerah mélange, umumnya dicirikan oleh pola-pola kontur melingkar
berkesan acak – acakan. Pola kontur rapat juga tidak menunjukan kelurusan
i. Gunungapi, dicirikan umumnya oleh bentuk kerucut dan pola aliran radial,
gunung api tua dan sudahtidak aktif, dicirikan oleh pola aliran anular serta
j. Karst, dicirikan oleh pola kontur melingkar yang khas dalam penyebaran
multibasinal.
k. Pola karst ini mirip dengan pola perbukitan seribu yang biasanya terjadi
pada kaki gunungapi. Walaupun dengan pola kontur yang melingkar dengan
a. Lereng
Memiliki pola jarak antar garis kontur membulat dengan yang agak
renggang.
b. Cekungan (Depresi)
Pada pola kontur cekungan, terlihat garis konturnya yang menyudut diikuti
c. Bukit
Pola kontur pada perbukitan terlihat dengan adanya garis kontur yang
mengelilingi garis kontur lain dengan agak rapat namun nilai titik
3.2.2 Aplikasi
2. Tandai kedudukan tanda medan tersebut di peta dengan membuat salib sumbu
pada pusat tanda-tanda medan yang sudah dikenali di peta dan di lapangan.
(Azimuth).
6. Tarik garis sudut peta dari tanda medan yang sudah kita bidik sesuai dengan
1. titik ketinggian,
2. 1 titik ketinggian dengan sungai,
4. Bergerak ke posisi lain, dan pastikan posisi tersebut di peta, lakukan langkah b
dan c.
5. Tarik garis sudut peta dari posisi kita di peta sesuai dengan hasil perhitungan,
hingga garisnya berpotongan. Perpotongan garis dari dua sudut yang didapat
3.3.1 Teori
menggunakan dua atau lebih tanda medan yang dikenali. Teknik resection
membutuhkan bentang alam yang terbuka untuk dapat membidik tanda medan.
Tidak selalu tanda medan yang harus selalu dibidik, jika kita berada di tepi
sungai, sepanjang jalan, atau sepanjang suatu punggungan, maka hanya perlu satu
digunakan untuk mengetahui atau memastikan posisi suatu benda yang terlihat
dilapangan, tetapi sukar untuk dicapai. Pada intersection, kita sudah yakin pada
posisi kita di peta dan kondisikan agar objek tetap dapat terlihat saat kita
Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan yang terbentuk
secara alami yang tersusun oleh butiran mineral, gelas, material organik yang
terubah, dan kombinasi semua komponen tersebut. Secara umum, batuan terbagi
Merupakan batuan yang berasal dari suatu batuan asal yang mengalami
perubahan tekstur dan komposisi mineral pada fase padat sebagai akibat
Siklus batuan dimulai dari magma yang mengalami pendinginan dan menjadi
Batuan Beku, setelah itu Batuan Beku mengalami pelapukan dan berubah menjadi
menjadi Batuan Sedimen, sementara itu jika Batuan Beku dan Batuan sedimen
jika mendapatkan tekanan dan suhu yang tinggi akan berubah menjadi Batuan
Metamorf. Batuan Metamorf dan Batuan Sedimen akan berubah menjadi material
sedimen jika mengalami pelapukan, dan khusus untuk batuan metamorf akan
4.2.1 Teori
Batuan beku atau batuan igneus (dari Bahasa Latin: ignis, "api") adalah
jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif
ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di
mantel ataupun kerak bumi. Umumnya, proses pelelehan terjadi oleh salah satu
perubahan komposisi. Lebih dari 700 tipe batuan beku telah berhasil
beku extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan
pada tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang
tersingkap merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah
berlangsung dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang
memiliki berbagia struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi
pada saat pembekuan lava tersebut (Djauhari Noor, 2012). Struktur ini
diantaranya:
a. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat
seragam.
b. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan.
beku. Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.
f. Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain
perlapisan batuan yang diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi
1.Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis
a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan disekitarnya.
meter.
diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan
2.Diskordan
b. Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu >
c. Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih
kecil
yang berbeda. Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan
tekanan yang tinggi di bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama
tidak memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran
relatif kecil (Djauhari Noor, 2012). Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku
1. Tingkat kristalisasi
a) Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal
b) Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas
c) Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas
2. Ukuran butir
berukuran halus.
3. Bentuk kristal
mengisi ruang yang ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang
1. Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi.
2. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari
permukaan bumi.
3. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi
mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan
1. Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit, Ryolit.
3. Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya Gabbro,
Basalt.
4. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 30%.
4.2.2 Aplikasi
A. Sampel 3.A
Pada sampel dengan nomor 3.A mempunyai warna segar abu-abu dan warna
lapuk kecoklatan. Tekstur pada batuan ini yaitu holohyalin dengan granularitas
afanitik. Fabrik pada batuan beku yaitu anhedral dan relasi inequigranular.
Komposisi mineral terdiri dari horblene dengan warna hitam. Struktur batuan
masif. Dari deskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa batuan tersebut bernama
batu andesit.
4.3.1 Teori
mineral karbonat yaitu aragonit, kalsit, dan dolomit. Selain mineral utama tersebut
beberapa mineral sering pula dijumpai dalam batuan karbonat yaitu magnesit
Menurut Boggs : batuan sedimen adalah susunan semua jenis organisme kecil
berfungsi bakteri dan alga membentuk microboring dalam fragmen skeletal dan
butiran karbonat lainnya yang berukuran besar. Boring dan presipitasi mikrin
dapat intensif di lingkungan yang berair hangat dimana butiran karbonat menjadi
berkurang dan terubah menjadi mikrit, proses pada kondisi ini dikenal sebagai
bagian atas lapisan, sebelum lapisan atau endapan yang lebih muda atau endapan
baru di endapkan. Struktur sedimen ini merupakan hasil kikisan, scour marks,
flutes, grooves, tool marking dan sebagainnya (Djauhari Noor, 2012). Strukturnya
a. Mudcraks
b. load casts
c. sole marks
d. dinosaur tracks
perlapisan mendatar, perlapisan silang silir, laminasi sejajar dan laminasi eipple
A. Gradeo Bedding
Struktur ini terbentuk selepas sedimen terendap ini termasuklah struktur beban
dimana sebahagian lapisan pasir jatuh dan masuk kedalam lapisan lumpur
mendatar sedimen yang membentuk lipatan juga termasuk dalam struktur selepas
A. Sedimen Silangsiur
B. Sedimen Liquafaction
Layer
A. Besar butir adalah ukuran butir dari material penyusun batuan sedimen diukur
B. Bentuk butir pada sedimen klastik dibagi menjadi rounded, sub rounded, sub
angular, angular
C. Kemas adalah hubungan antara masa dasar dengan fragmen batuan/mineralnya.
E. Sementri adalah bahan pengikat antar butir dari fragmen penyusun batuan
F. Porositas adalah ruang yang terdapat diantara fragmen butiran yang ada pada
batuan
G. Permeabilitas adalah sifat yang dimiliki oleh batuan untuk dapat meloloskan air
atas dasar ukuran butirnya. Batulempung adalah batuan sedimen klastik yang
ukuran butirnya ukuran lempung; batulanau adalah batuan sedimen klastik yang
berukuran lanau; batupasir adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya
pasir, sedangkan konglomerat dan breksi adalah batuan sedimen klastik yang
ukuran butirnya mulai dari lempung hingga bongkah. Konglomerat dan breksi
SKALA WENTWORD
4 – 64 Pebble Kerikil
proseskimiawi, seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan
rijang sebagai proses kimiawi. Batuan sedimen non-klastik dapat juga terbentuk
sebagai hasil proses organik, seperti batugamping terumbu yang berasal dari
organisme yang telah mati atau batubara yang berasal dari sisa tumbuhan yang
terubah. Batuan ini terbentuk sebagai proses kimiawi, yaitu material kimiawi yang
larut dalam air (terutamanya air laut). Material ini terendapkan karena proses
kimiawi seperti proses penguapan membentuk kristal garam, atau dengan bantuan
proses biologi (seperti membesarnya cangkang oleh organisme yang mengambil
A. Batuan sedimen kimiawi adalah jenis batuan sedimen yang terbentuk karena
proses pengendapan yang berasal dari pelapukan batuan beku yang disebabkan
oleh unsur kimia tertentu (Djauhari Noor, 2012). Hal ini terjadi karena
terjadinya perubahan sifat kimia yang diakibatkan oleh pelarut bahan kimia.
Contohnya :
a) Dolit
b) Limestone
c) Chalk
d) Mergel
e) Batuan Anhidrit
B. Batuan sedimen organik adalah batuan yang terbentuk dari pengendapan sisa-
a) Batu Karang
b) Batubara
e) Batu Guano
C. Batuan sedimen mekanik adalah jenis batuan yang terbentuk dialam melalui
suatu proses pengendapan dan material yang bervariasi, mulai dari ukuran
lempeng sampai dengan bongkah batuan. Batuan ini disebabkan suatu
Contohnya :
a) Konglomerat
b) Batubreksi
c) Batupasir
d) Batu Kuarsa
e) Batu Arkose
g) Batu Serpih
h) Batulempung
i) Anglomera
A. Pelapukan
bumi karena pengaruh cuaca (suhu, curah hujan, kelembaban, atau angin). Karena
itu pelapukan adalah penghancuran batuan dari bentuk gumpalan menjadi butiran
yang lebih kecil bahkan menjadi hancur atau larut dalam air (Djauhari Noor,
Pelapukan fisika, adalah proses dimana batuan hancur menjadi bentuk yang
lebih kecil oleh berbagai sebab, tetapi tanpa adanya perubahan komposisi
tumbuhan dan manusia, binatang yang dapat melakukan pelapukan antara lain
B. Erosi
Erosi adalah suatu pengikisan dan perubahan bentuk batuan, tanah atau lumpur
yang disebabkan oleh kekuatan air, angin, es, pengaruh gaya berat dan organisme
hidup. Erosi tidak sama dengan pelapukan, yang mana merupakan proses
C. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pengendapan sedimen oleh media air, angin, atau es
pada suatu cekungan pengendapan pada kondisi P dan T tertentu. Pettijohn (1975)
asalnya pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa
sungai, muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.
D. Litifikasi
Proses perubahan sedimen lepas menjadi batuan disebut litifikasi. Salah satu
proses litifikasi adalah kompaksi atau pemadatan. Pada waktu material sedimen
diendapkan terus– menerus pada suatu cekungan. Berat endapan yang berada di
atas akan membebani endapan yang ada di bawahnya. Akibatnya, butiran sedimen
akan semakin rapat dan rongga antara butiran akan semakin kecil.
Proses lain yang merubah sedimen lepas menjadi batuan sedimen adalah
sementasi. Material yang menjadi semen diangkut sebagai larutan oleh air yang
meresap melalui rongga antar butiran, kemudia larutan tersebut akan mengalami
presipitasi di dalam rongga antar butir dan mengikat butiran – butiran sedimen.
Material yang umum menjadi semen adalah kalsit, silika dan oksida besi
4.3.2 Aplikasi
A. Sampel 2.A
Pada sampel no 2.A mempunyai warna segar berwarna putih dengan warna
lapuk kecoklatan. Struktur dari batu ini yaitu berlapis. Tekstur batuan ini yaitu
klastik. Komposisi kimia pada batuan ini yaitu karbonat. Dari deskripsi batuan
Pada sampel no 2.B mempunyai warna segar kuning dan warna lapuk
berwarna coklat. Tekstur pada batuan ini non klastik. Komposisi kimia yaitu
karbonat. Strukturnya pada batuan ini yaitu berlapis. Terdapat fosil foraminifera
pada batuan ini. Matriks pada material organisme dan semen yaitu sparit (kalsit).
C. Sampel 3.B
Pada sampel no 3.B mempunyai warna segar putih dan warna lapuk
kecoklatan. Struktur batuan ini yaitu berlapis. Tekstur pada batuan ini yaitu
klastik. Komposisi kimia pada batuan ini yaitu karbonat. Dari deskripsi ini maka
Fosil adalah jejak atau sisa kehidupan (flora & fauna) masa lampau yang
terawetkan dalam lapisan kulit bumi, terjadi secara alami dan mempunyai umur
geologi di atas 10.000 tahun (kala Holosen). Diambil dari kata latin Fodere yang
berarti menggali. Cabang ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau disebut
Paleontologi dan Mikropaleontologi, yang diambil dari bahasa yunani kuno yaitu
paleo: kuno, onthos: kehidupan, dan logos: ilmu. (Djauhari Noor, 2012).
berikut :
4. Organisme terhindar dari kehancuran setelah mati. Apabila bagian tubuh dari
proses pembentukannya batuan, akan sangat sulit bagi fosil untuk dapat
jatuh. Lalu kemudian secara perlahan membusuk pada bagian yang lunak.
Semakin lama hewan tersebut tertimbun semakin dalam dalam pada lapisan
permukaan bumi. Lapisan material sedimen akan terlitifikasi menjadi batu. Begitu
pun dengan organisme yang tadi tertimbun juga menjadi batu. Pada fosil di lautan,
organisme yang mati akan tenggelam pada dasar laut, secara bertahap menjadi
1. Karbonisasi
bisa lebih cepat terkubur. selain itu, material yang memiliki sifat mudah menguap
akan terpansakan secara alamiah oleh pasnas bumi lalu untuk melakukan proses
mengubah makhluk hidup yang sudah menjadi batu. sebuah zat yang bisa
membatu harus diawali tanpa adanya mineral yang keras. Organisme yang
mengalami proses fosilisasi ini biasanya adalah organisme yang memiliki tubuh
yang lunak. intinya, proses ini adalah mengubah bagian lunak dari suatu
organisme dengan mineral yang tertentu, Contohnya adalah mineral silika dengan
3. Replacement
digantikan oleh mineral lainnya. Proses ini disebut dengan replacement atau
penggantian. Selama proses tersebut volume dan bentuk organisme yang asli tetap
binatang yang tadinya tersusun oleh kalsium karbonat, pada waktu menjadi fosil
cangkang tersebut sudah mengalami perubahan disusun oleh silika atau pirit
4. Rekristalisasi
yang masih hidup menyerap kalsium karbonat untuk membuat rangkanya dengan
aragonit akan berubah menjadi mineral kalsit yang lebih stabil. Perubahan ini
terjadi karena atom-atom penyusun mineral aragonit akan menyesuaikan diri dan
membentuk kristal yang lebih solid. Fosil yang telah mengalami proses
rekristalisasi akan mempunyai bentuk dan struktur dalam yang tetap hanya
ketika organisme yang mati jatuh dan menekan sedimen di dasar laut , kemudian
bagian yang jatuh (keras) membentuk cetakan pada sedimen. Ketika bagian keras
organisme itu hilang, maka cetakan yang tertinggal disebut Mold. Ketika Mold
terisi oleh material-material tertentu, akan terbentuk cetakan yang serupa dengan
organisme yang membentuk Mold. Cetakan dari Mold inilah yang disebut Cast.
Dengan kata lain Cast adalah cetakan positifnya. Cast terbagi menjadi dua yaitu
external cast yang memperlihatkan kenampakan bagian luar cangkang dan internal
2012).
6. Fosil Jejak
Beberapa fosil tidak terdiri dari sisa tubuh organismenya, tetapi organisme
tersebut meninggalkan jejak, lubang atau sarang atau tanda-tanda lain yang
dibuatnya. Apabila jejak-jejak tersebut terawetkan, maka disebut fosil ejak (trace
fossils). Jejak-jejak binatang telah banyak dijumpai pada batuan sedimen. Fosil
7. Kaprolit
Sisa organisme yang berupa kotoran hewan. Erat kaitannya dengan bentuk
anatomi dari pencernaan serta jenis makanan yang sering dimakan (Djauhari
Noor, 2012).
A. Sampel F1
kecoklatan dan warna segar yaitu putih ke abu-abuan. Bentuk fosil F1 yaitu
berbentuk conical. Conical adalah bentuk fosil yang salah satu ujungnya
mengkerucut. Proses pemfosilan F1 yaitu prosesnya mineralisasi. Taksonomi pada
fosil ini meliputi kingdom animalia , filum molusca , kelas gastropoda , ordo
tonnoidea , famili tonnoidae , genus tonna , spesies tonna galea. Pada fosil F1
diketahui berumur dizaman jura. Lingkungan pengendapan pada fosil ini yaitu di
secara perlahan membusuk pada bagian yang lunak. Cangkang atau tubuh hewan
tersebut akan terisi oleh mineral melalu pori-pori setiap cangkang. Lalu mineral
yang telah terisi akan mengeras dan akan menjadi batu. Proses ini tidak akan
Manfaat dalam mempelajari fosil ini sendiri yaitu mengetahui lokasi tersebut
pada zaman dahulu, mengetahui umur setiap lapisan tanah, dan mengetahui
C. Sampel F2
kecoklatan dan warna segar yaitu abu-abu kehitaman. Bentuk fosil F2 yaitu
berbentuk conical. Conical adalah bentuk fosil yang salah satu ujungnya
mengkerucut. Proses pemfosilan F2 yaitu prosesnya mineralisasi. Taksonomi pada
fosil ini meliputi kingdom animalia , filum molusca , kelas gastropoda , ordo
tonnoidea , famili tonnoidae , genus tonna , spesies tonna sp. Pada fosil F2
diketahui berumur dizaman jura. Lingkungan pengendapan pada fosil ini yaitu di
secara perlahan membusuk pada bagian yang lunak. Cangkang atau tubuh hewan
tersebut akan terisi oleh mineral melalu pori-pori setiap cangkang. Lalu mineral
yang telah terisi akan mengeras dan akan menjadi batu. Proses ini tidak akan
Manfaat dalam mempelajari fosil ini sendiri yaitu mengetahui lokasi tersebut
pada zaman dahulu, mengetahui umur setiap lapisan tanah, dan mengetahui
D. Sampel F3
kecoklatan dan warna segar yaitu abu-abu. Bentuk fosil F3 yaitu berbentuk
biconvex. Biconvex adalah bentuk fosil yang kedua sisinya cembung. Proses
pemfosilan F2 yaitu prosesnya mineralisasi. Taksonomi pada fosil ini meliputi
F3 diketahui berumur dizaman jura. Lingkungan pengendapan pada fosil ini yaitu
secara perlahan membusuk pada bagian yang lunak. Cangkang atau tubuh hewan
tersebut akan terisi oleh mineral melalu pori-pori setiap cangkang. Lalu mineral
yang telah terisi akan mengeras dan akan menjadi batu. Proses ini tidak akan
Manfaat dalam mempelajari fosil ini sendiri yaitu mengetahui lokasi tersebut
pada zaman dahulu, mengetahui umur setiap lapisan tanah, dan mengetahui
E. Sampel F4
dan warna segar yaitu abu-abu coklat. Bentuk fosil F4 yaitu berbentuk biconvex.
Biconvex adalah bentuk fosil yang kedua sisinya cembung. Proses pemfosilan F4
yaitu prosesnya mineralisasi. Taksonomi pada fosil ini meliputi kingdom animalia
, filum molusca , kelas bivalvia , ordo pterioida , famili pteriidae , genus pinctada
secara perlahan membusuk pada bagian yang lunak. Cangkang atau tubuh hewan
tersebut akan terisi oleh mineral melalu pori-pori setiap cangkang. Lalu mineral
yang telah terisi akan mengeras dan akan menjadi batu. Proses ini tidak akan
Manfaat dalam mempelajari fosil ini sendiri yaitu mengetahui lokasi tersebut
pada zaman dahulu, mengetahui umur setiap lapisan tanah, dan mengetahui
F. Sampel F5
kecoklatan dan warna segar yaitu putih keabu-abuan. Bentuk fosil F5 yaitu
berbentuk biconvex. Biconvex adalah bentuk fosil yang kedua sisinya cembung.
famili ostreidae , genus ostrea , spesies ostrea lurida. Pada fosil F5 diketahui
berumur dizaman jura. Lingkungan pengendapan pada fosil ini yaitu di laut
dangkal (neritik).
secara perlahan membusuk pada bagian yang lunak. Cangkang atau tubuh hewan
tersebut akan terisi oleh mineral melalu pori-pori setiap cangkang. Lalu mineral
yang telah terisi akan mengeras dan akan menjadi batu. Proses ini tidak akan
Manfaat dalam mempelajari fosil ini sendiri yaitu mengetahui lokasi tersebut
pada zaman dahulu, mengetahui umur setiap lapisan tanah, dan mengetahui
G. Sampel F6
kecoklatan dan warna segar yaitu abu-abuan. Bentuk fosil F6 yaitu berbentuk
conical. Conical adalah bentuk fosil yang diujung sisinya mengkerucut. Proses
berumur dizaman jura. Lingkungan pengendapan pada fosil ini yaitu di laut
dangkal (neritik).
secara perlahan membusuk pada bagian yang lunak. Cangkang atau tubuh hewan
tersebut akan terisi oleh mineral melalu pori-pori setiap cangkang. Lalu mineral
yang telah terisi akan mengeras dan akan menjadi batu. Proses ini tidak akan
Manfaat dalam mempelajari fosil ini sendiri yaitu mengetahui lokasi tersebut
pada zaman dahulu, mengetahui umur setiap lapisan tanah, dan mengetahui
H. Sampel F7
dan warna segar yaitu abu-abu. Bentuk fosil F7 yaitu berbentuk radiate. Radiate
berumur dizaman jura. Lingkungan pengendapan pada fosil ini yaitu di laut
dangkal (neritik).
secara perlahan membusuk pada bagian yang lunak. Cangkang atau tubuh hewan
tersebut akan terisi oleh mineral melalu pori-pori setiap cangkang. Lalu mineral
yang telah terisi akan mengeras dan akan menjadi batu. Proses ini tidak akan
Manfaat dalam mempelajari fosil ini sendiri yaitu mengetahui lokasi tersebut
pada zaman dahulu, mengetahui umur setiap lapisan tanah, dan mengetahui
I. Sampul F8
kecoklatan dan warna segar yaitu crem. Bentuk fosil F8 yaitu berbentuk radiate.
dizaman jura. Lingkungan pengendapan pada fosil ini yaitu di laut dangkal
(neritik).
secara perlahan membusuk pada bagian yang lunak. Cangkang atau tubuh hewan
tersebut akan terisi oleh mineral melalu pori-pori setiap cangkang. Lalu mineral
yang telah terisi akan mengeras dan akan menjadi batu. Proses ini tidak akan
Manfaat dalam mempelajari fosil ini sendiri yaitu mengetahui lokasi tersebut
pada zaman dahulu, mengetahui umur setiap lapisan tanah, dan mengetahui
J. Sampel F9
dan warna segar yaitu abu-abu. Bentuk fosil F9 yaitu berbentuk globular.
prosesnya mineralisasi. Taksonomi pada fosil ini meliputi kingdom protista , filum
sarcodina , kelas granuloreticulosea , ordo foraminifera . Pada fosil F9 diketahui
berumur dizaman jura. Lingkungan pengendapan pada fosil ini yaitu di laut
dangkal (neritik).
secara perlahan membusuk pada bagian yang lunak. Cangkang atau tubuh hewan
tersebut akan terisi oleh mineral melalu pori-pori setiap cangkang. Lalu mineral
yang telah terisi akan mengeras dan akan menjadi batu. Proses ini tidak akan
Manfaat dalam mempelajari fosil ini sendiri yaitu mengetahui lokasi tersebut
pada zaman dahulu, mengetahui umur setiap lapisan tanah, dan mengetahui
K. Sampel F10
Pada sampel fosil 10 dengan no sampel F10 mempunyai warna lapuk abu-abu
kecoklatan dan warna segar yaitu putih keabu-abuan. Bentuk fosil F10 yaitu
berbentuk biconvex. biconvex adalah bentuk fosil yang kedua sisinya cembung.
Proses pemfosilan F10 yaitu prosesnya mineralisasi. Taksonomi pada fosil ini
meliputi kingdom animalia , filum molusca , kelas bivalvia , ordo ostreoida ,
famili ostreidae , genus ostrea , spesies ostrea edulis. Pada fosil F10 diketahui
berumur dizaman jura. Lingkungan pengendapan pada fosil ini yaitu di laut
dangkal (neritik).
secara perlahan membusuk pada bagian yang lunak. Cangkang atau tubuh hewan
tersebut akan terisi oleh mineral melalu pori-pori setiap cangkang. Lalu mineral
yang telah terisi akan mengeras dan akan menjadi batu. Proses ini tidak akan
Manfaat dalam mempelajari fosil ini sendiri yaitu mengetahui lokasi tersebut
pada zaman dahulu, mengetahui umur setiap lapisan tanah, dan mengetahui
5.4.2 Pembahasan
BAB VI
GEOMORFOLOGI
Berdasarkan suku katanya, Geomorfologi berasal dari tiga kata yaitu Geo
yang berarti bumi, Morfo yang berarti bentuk, dan Logos yang berarti ilmu atau
alam, dan khususnya mengenai sifat, asal usul, proses perkembangan, dan
komposisi materialnya”.
tersebut”.
proses-proses pembentukannya
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan daripada kegiatan field trip kali ini adalah sebagai
berikut:
yang ada di lapangan dapat memberikan informasi yang lebih banyak, contoh
seperti bentang alam yang ada di kabupaten Barru dan sekitarnya memberikan
untuk dilakukan karena dari deskripsi batuan tersebut kita dapat mengtahui
kemampuan dilapangan.
7.2 Saran
7.2.1 Saran Untuk Daerah Penelitian
1.Sebaiknya untuk daerah penelitian lebih diperluas jangkauannya setiap stasiun.
2.Sebaiknya saat perjalanan jauh digunakan bis.
7.2.2 Saran Untuk FIELD TRIP
1.Sebaiknya jenis batuan yang akan di ambil lebih banyak lagi.
2. sebaiknya ukuran batuan yang di bawa diperkecil.
DAFTAR PUSTAKA