Anda di halaman 1dari 33

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM PETROLOGI
ACARA V : BATUAN SEDIMEN I

LAPORAN

OLEH
YOUNDREE RUDY MANGALUK
D061171507

GOWA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Batuan Sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan

bumi, kurang lebih 75 % dari luas permukaan bumi, sedangkan batuan beku dan

metamorf hanya tersingkapsekitar 25 % dari luas permukaan bumi. Oleh karena

itu, batuan sediment mempunyai arti yang sangat penting, karena sebagian besar

aktivitas manusia terdapat di permukaan bumi. Fosil dapat pula dijumpai pada

batua sediment dan mempunyai arti penting dalam menentukan umur batuan dan

lingkungan pengendapan. Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena

proses diagnesis dari material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi.

Sedimentasi ini meliputi proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi.

Proses pelapukan yang terjadi dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses

erosidan transportasi dilakukan oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat

terjadi jika energi transport sudah tidak mampu mengangkut partikel tersebut.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum ini yaitu untuk melakukan pengolahan data

dari deskripsi batuan kemudian menyusun dalam bentuk laporan.

Tujuan dalam praktikum ini antara lain :

1. Praktikan dapat mengetahui struktur batuan sedimen.

2. Praktikan dapat mengetahui nama batuan berdasarkan ukuran butir.

3. Praktikan mampu mengetahui kegunaan dari batuan tersebut.


1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai

berikut:

1. Sampel

2. Komperator

3. Lab Kasar

4. Lab Halus

5. Koin Logam

6. LKP

7. Klasifikasi wenthworth

8. Kamera

9. ATK

10. HCL

11. Buku Penuntun


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Batuan Sedimen

Batuan sedimen atau sering disebut sedimentary rocks adalah batuan yang

terbentuk dari aktivitas kimia dan mekanik yaitu material asal yang mengalami

proses pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan terendapkan

(sedimen) selanjutnya mengalami proses pembatuan (lithification) dari endapan-

endapan tersebut. Menurut Tucker (1991), 70% batuan di permukaan bumi berupa

batuan sedimen, tetapi batuan itu hanya 2% dari volume seluruh kerak bumi. Ini

berarti batuan sedimen tersebar sangat luas di permukaan bumi, tetapi

ketebalannya relatif tipis. Beberapa ahli memberikan pengertian batuan sedimen

yang berbeda, seperti:

1. Pettijohn, 1995

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari akumulasi material

hasil perombakan batuan yang sedah ada sebelumnya atau hasil aktivitas

kimia maupun organisme, yang diendapkan lapis demi lapis pada

permukaan bumi kemudian mengalami pembatuan.

2. Hutton, 1875 (dalam Sanders, 1981)

Sedimentary rocks are rocks which are formed by the “turning to stone” of

sediments and that sediments, in turn, are formed by the breakdown of yet-

older rocks.
3. O’Dunn & Sill, 1986

Sedimentary rocks are formed by the consolidation of sediment: loose

materials delivered to depositional sites by water, wind, glaciers, and

landslides. They may also be created by the precipitation of CaCO3, silica,

salts, and other materials from solution. (Batuan sedimen adalah batuan

yang terbentuk oleh konsolidasi sedimen, sebagai material lepas, yang

terangkut ke lokasi pengendapan oleh air, angin, es dan longsoran

gravitasi, gerakan tanah atau tanah longsor. Batuan sedimen juga dapat

terbentuk oleh penguapan larutan kalsium karbonat, silika, garam dan

material lain).

Gambar 2.1 Contoh-Contoh Batuan Sedimen


2.2 Proses Pembentukan Batuan Sedimen

Pembentukan batuan sedimen diawali dengan adanya proses pelapukan,

transportasi, deposisi dan kemudian mengalami proses diagenesa yang meliputi

kompaksi, sementasi, rekristalisasi, autigenesis, dan metasomatis.

2.2.1 Pelapukan (Weathering)

Pelapukan adalah proses disintegrasi dan dekomposisi material atau batuan

(batuan beku maupun batuan metamorf). Pelapukan dapat juga diartikan sebagai

proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah pada dan/atau dekat

permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia dan/atau biologi.

Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan sedimen dan tanah.

Proses pelapukan akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian

dari mineral untuk kemudian menjadi tanah kemudian diangkut dan diendapkan

sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara

menyeluruh dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau

batuan klastika mempunyai komposisi yang sangat berbeda dengan batuan

asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induk, tetapi juga

dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama pelapukan serta proses jenis

pembentukan tanah itu sendiri (Boggs, 1995). Pelapukan disebabkan oleh:

1. Pelapukan Secara Fisika

Perubahan suhu dari panas ke dingin akan membuat batuan mengalami

perubahan. Hujan pun juga dapat membuat rekahan-rekahan yang ada di batuan

menjadi berkembang sehingga proses-proses fisika tersebut dapat membuat

batuan pecah menjadi bagian yang lebih kecil lagi.


2. Pelapukan Secara Kimia

Pelapukan kimia membuat komposisi kimia dan mineralogi suatu batuan dapat

berubah. Mineral dalam batuan yang dirusak oleh air kemudian bereaksi dengan

udara (O2 ataupun CO2), menyebabkan sebagian dari mineral itu menjadi larutan.

Selain itu, bagian unsur mineral yang lain dapat bergabung dengan unsur setempat

membentuk kristal mineral baru. Kecepatan pelapukan kimia tergantung dari

iklim, komposisi mineral dan ukuran butir dari batuan yang mengalami

pelapukan. Pelapukan akan berjalan cepat pada daerah yang lembab atau panas

dari pada di daerah kering atau sangat dingin. Pelapukan secara kimia dapat

disebabkan oleh :

a. Hidrolisis, adalah reaksi antara mineral silikat dan asam (larutan mengandung

ion (H+) dimana memungkinkan pelarut mineral silikat dan membebaskan

kation logam dan silika. Mineral lempung seperti kaolin, ilit dan smektit

besar kemungkinan hasil dari proses pelapukan kimia jenis ini (Boggs, 1995).

Pelapukan jenis ini memegang peran terpenting dalam pelapukan kimia.

b. Hidrasi, adalah proses penambahan air pada suatu mineral sehingga

membentuk mineral baru. Lawan dari hidrasi adalah dehidrasi, dimana

mineral kehilangan air sehingga berbentuk anhydrous. Proses terakhir ini

sangat jarang terjadi pada pelapukan, karena pada proses pelapukan selalu ada

air. Contoh yang umum dari proses ini adalah penambahan air pada mineral

hematit sehingga membentuk gutit.


c. Oksidasi, berlangsung pada besi atau mangan yang pada umumnya terbentuk

pada mineral silikat seperti biotit dan piroksen. Elemen lain yang mudah

teroksidasi pada proses pelapukan adalah sulfur, contohnya pada pirit (Fe2S).

d. Reduksi, terjadi dimana kebutuhan oksigen (umumnya oleh jasad hidup) lebih

banyak dari pada oksigen yang tersedia. Kondisi seperti ini membuat besi

menambah elektron dari Fe3+ menjadi Fe2+ yang lebih mudah larut sehingga

lebih mobil, sedangkan Fe3+ mungkin hilang pada sistem pelapukan dalam

pelarutan.

e. Pelarutan mineral yang mudah larut seperti kalsit, dolomit dan gipsum oleh

air hujan selama pelapukan akan cenderung terbentuk komposisi yang baru.

f. Pergantian ion adalah proses dalam pelapukan dimana ion dalam larutan

seperti pergantian Na oleh Ca. Umumnya terjadi pada mineral lempung.

3. Pelapukan Secara Biologis

Selain pelapukan yang terjadi akibat proses fisika dan kimia, salah satu

pelapukan yang dapat terjadi adalah pelapukan secara biologi. Salah satu

contohnya adalah pelapukan yang disebabkan oleh gangguan dari akar tanaman

yang cukup besar. Akar-akar tanaman yang besar ini mampu membuat rekahan-

rekahan di batuan dan akhirnya dapat memecah batuan menjadi bagian yang lebih

kecil lagi.
Gambar 3.2 Skema Proses Pelapukan Batuan

2.2.2 Transportasi (Transportation)

Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah

menjadi bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat.

Inilah yang disebut dengan proses transportasi. Transportasi dapat terjadi melalui

media air, udara, es, ataupun oleh pengaruh gravitasi.

1. Akibat Air

Air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat mengangkut

pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Pada transportasi partikel

oleh air, partikel dan air akan bergerak secara bersama-sama. Sifat fisik fluida

yang berpengaruh terutama adalah densitas dan viskositas atau kekentalan.


Transportasi partikel di dalam air sejauh ini merupakan mekanisme transportasi

yang paling signifikan. Air mengalir di permukaan lahan di dalam channel dan

sebagai aliran permukaan (overland flow). Arus-arus di laut digerakkan oleh

angin, tidal dan sirkulasi samudra. Aliran-aliran ini mungkin cukup kuat untuk

membawa material kasar di sepanjang dasarnya dan material yang lebih halus

dalam suspensi. Material dapat terbawa di dalam air sejauh ratusan atau ribuan

kilometer sebelum terendapkan sebagai sedimen.

2. Akibat Udara

Selain air, anginpun dapat mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil

ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah gurun. Kapasitas angin

untuk mentransportasikan material dibatasi oleh densitas rendah dari udara.

Mekanisme pengangkutan sedimen oleh air dan angin sangatlah berbeda.

Pertama, karena berat jenis angin relatif lebih kecil dari air maka angin sangat

susah mengangkut sedimen yang ukurannya sangat besar. Besar maksimum dari

ukuran sedimen yang mampu terangkut oleh angin umumnya sebesar ukuran

pasir. Kedua, karena sistem yang ada pada angin bukanlah sistem yang terbatasi

(confined) seperti layaknya channel atau sungai maka sedimen cenderung tersebar

di daerah yang sangat luas bahkan sampai menuju atmosfer.

3. Akibat Es

Air dan udara adalah media fluida yang jelas, tapi kita juga dapat

mempertimbangkan es sebagai media fluida karena selama periode yang panjang

es bergerak melintasi permukaan bumi, meskipun sangat lambat. Es adalah fluida

berviskositas tinggi yang mampu mentransportasikan sejumlah besar debris


klastik. Pergerakan detritus oleh es penting pada daerah didalam dan disekitar

tudung es kutub dan daerah pegunungan dengan gletser semipermanen atau

permanen. Volume material yang digerakkan es sangat besar ketika meluasnya es

(glaciation).

4. Akibat Gravitasi (Sediment Gravity Flow)

Pada transportasi ini partikel sedimen tertranspor langsung oleh pengaruh

grafitasi, disini material akan bergerak lebih dulu kemudian medianya. Yang

termasuk dalam sistem sedimen gravity flow antara lain adalah debris flow, grain

flow dan arus turbid. Karena pengaruh gravitasi bumi tersebut maka pecahan

batuan yang ada bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding

melalui tebing sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.

Sedimen yang di angkut oleh media di atas dapat diangkut dengan cara sebagai

berikut:

1. Suspension, umumnya terjadi pada sedimen-sedimen yang sangat kecil

ukurannya (seperti lempung) sehingga mampu diangkut oleh aliran air atau

angin yang ada.

2. Bed load, terjadi pada sedimen yang relatif lebih besar (seperti pasir, kerikil,

kerakal, dan bongkah) sehingga gaya yang ada pada aliran yang bergerak

dapat berfungsi memindahkan pertikel-partikel yang besar di dasar.

Pergerakan dari butiran pasir dimulai pada saat kekuatan gaya aliran melebihi

kekuatan inertia butiran pasir tersebut pada saat diam. Gerakan-gerakan


sedimen tersebut bisa menggelundung, menggeser, atau bahkan bisa

mendorong sedimen yang satu dengan lainnya.

3. Saltation, yang dalam bahasa latin artinya meloncat, umumnya terjadi pada

sedimen berukuran pasir dimana aliran fluida yang ada mampu menghisap

dan mengangkut sedimen pasir sampai akhirnya karena gaya grafitasi yang

ada mampu mengembalikan sedimen pasir tersebut ke dasar.

2.2.3 Pengendapan (Deposition)

Pecahan-pecahan batuan tidak dapat tertransportasikan selamanya. Seperti

halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya, dan juga

glasier akan meleleh. Akibatnya, pecahan batuan yang terbawa akan terendapkan.

Proses ini yang sering disebut proses pengendapan. Selama proses pengendapan,

pecahan batuan akan diendapkan secara berlapis dimana pecahan yang berat akan

diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan yang lebih ringan dan

seterusnya. Proses pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada batuan yang

sering kita lihat di batuan sedimen saat ini. Deposisi sedimen oleh gravity flow

akan menghasilkan produk yang berbeda dengan deposisi sedimen oleh fluida

flow karena pada gravity flow transportasi dan deposisi terjadi sangat cepat sekali

akibat gravitasi.

2.2.4 Litifikasi (Lithification)

Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan

sediment yang kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir.


2.2.5 Diagenesis

Seluruh proses yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama

terpendam dan terlitifikasi disebut sebagai diagenesis. Diagenesis terjadi pada

temperatur dan tekanan yang lebih tinggi daripada kondisi selama proses

pelapukan, namun lebih rendah daripada proses metamorfisme. Proses diagenesis

dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses yang mengontrolnya,

yaitu proses fisik, kimia, dan biologi. Proses diagenesis sangat berperan dalam

menentukan bentuk dan karakter akhir batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses

diagenesis akan menyebabkan perubahan material sedimen. Perubahan yang

terjadi adalah perubahan fisik, mineralogi dan kimia. Proses diagenesis dapat

terjadi pada suhu 300oC dan tekanan atmosferik 1–2 kilobar, berlangsung mulai

sedimen mengalami penguburan hingga terangkat dan tersingkap kembali di

permukaan. Berdasarkan hal tersebut, ada 3 macam diagenesa yaitu :

1. Diagenesa eogenik, yaitu diagenesa awal pada sedimen di bawah muka air.

2. Diagenesa mesogenik, yaitu diagenesa pada waktu sedimen mengalami

penguburan semakin dalam.

3. Diagenesa telogenik, yaitu diagenesis pada saat batuan sedimen tersingkap

kembali di permukaan oleh karena pengangkatan dan erosi.

Proses diagenesis terdiri dari 4 tahapan yaitu:

1 Kompaksi, adalah proses termampatnya butiran sedimen yang satu

terhadap sedimen yang lain. Pada waktu material sedimen diendapkan terus

menerus pada suatu cekungan, berat endapan yang berada di atas akan
membebani endapan yang berada di bawahnya. Akibatnya butiran sedimen akan

semakin rapat, dan rongga antara butiran akan semakin kecil. Akibat pertambahan

tekanan ini, air yang ada dalam lapisan-lapisan batuan akan tertekan sehingga

keluar dari lapisan batuan yang ada. Sebagai contoh lempung yang tertimbun

dibawah material sedimen lain beberapa ribu meter tablanya, volume dari

lempung tersebut akan mengalami penyusutan sebanyak 40%. Karena pasir dan

sedimen lain yang berbutir kasar dapat mengalami pemadatan, maka proses

kompaksi merupakan proses yang signifikan untuk proses litifikasi batuan

sedimen yang berbutir halus seperti shale.

2 Sementasi, adalah proses pengisian rongga yang semula ditempati oleh

cairan pori oleh kristal-kristal baru. Sementasi dapat juga diartikan turunnya

material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi mengikat butir-

butir sedimen dengan yang lain. Material yang menjadi semen diangkut sebagai

larutan oleh air yang meresap melalui rongga antar butiran kemudian larutan

tersebut akan mengalami presipitasi di dalam rongga antar butir, dan akan

mengikat butiran-butiran sedimen. Material yang umum menjadi semen adalah

kalsit, silika dan oksida besi. Untuk mengetahui macam semen pada batuan

sedimen relatif cukup sederhana. Kalsit dapat diketahui dengan larutan HCl.

Silika merupakan semen yang sangat keras dan akan menghasilkan batuan

sedimen yang sangat keras. Apabila batuan sedimen berwarna orange atau merah

gelap, maka batuan sedimen tersebut tersemenkan oleh oksida besi. Kadang-

kadang semen pada batuan sedimen dapat memberi nilai ekonomis batuan

tersebut. Sebagai contoh batupasir yang tersemenkan oleh oksida besi dapat
menjadikan batupasir menjadi bijih besi (iron ore). Sementasi makin efektif bila

derajat kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.

Gambar 3.3 Contoh Kompaksi dan Semntasi

Gambar 3.4 Skema Proses Kompaksi Pada Lempung

4. Rekristalisasi, adalah proses pengkristalan kembali suatu mineral dari

suatu larutan, contoh rekristalisasi pada batuan karbonat yaitu pengkristalan

kembali kristal-kristal kalsit yang telah ada sebelumnya.

5. Autigenesis, adalah terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenetik,

dan mineral tersebut merupakan partikel baru dalam suatu sedimen.

6. Metasomatisme, adalah proses pergantian mineral sedimen oleh berbagai

mineral autigenik tanpa pengurangan volume asal.


Gambar 3.5 Siklus batuan

2.3 Sifat Batuan Sedimen

Sifat-sifat utama batuan sedimen yaitu:

1. Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan adanya

proses sedimentasi.

2. Sifat klastik yang menandakan bahwa butir-butir pernah lepas, terutama pada

golongan detritus.

3. Sifat jejak adanya bekas-bekas tanda kehidupan (fosil).

4. Jika bersifat hablur dan selalu monomineralik, misalnya gipsum, kalsit,

dolomit dan rijang.


2.4 Klasifikasi Batuan Sedimen

2.4.1 Penggolongan Secara Genetik

Berbagai penggolongan dan penamaan batuan sedimen telah dikemukakan

oleh para ahli, baik berdasarkan genetis maupun deskriptif. Secara genetik

disimpulkan dua golongan batuan sedimen (Pettjohn, 1975 dan W.T. Huang,

1962), yaitu:

1. 1. Sedimen Klastik

Kata klastik berasal dari bahasa Yunani yaitu clatos yang artinya pecahan. Batuan

sedimen klastik yaitu batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan kembali

detritus atau pecahan batuan asal. Fragmentasi batuan asal dimulai dari pelapukan

secara mekanik maupun secara kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi

menuju cekungan pengendapan. Setelah itu mengalami diagenesa, yaitu proses

perubahan yang berlangsung pada temperatur rendah dalam suatu sedimen selama

dan sesudah lithifikasi terjadi 2 Klastik.

Batuan sedimen non-klastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari

hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan organisme. Reaksi kimia yang

dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik. sebagai contoh

pembentukan rumah binatang laut (karang),terkumpulnya cangkang binatang

(fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai akibat penurunan daratan menjadi

laut.
Penggolongan Lain

Beberapa ahli menggolongkan batuan sedimen ke dalam golongan tertentu,

diantaranya:

1. Menurut R.P. Koesoemadinata (1980)

Batuan sedimen dibedakan menjadi enam golongan yaitu:

a. Golongan Detritus Kasar

Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan

ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat

pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.

b. Golongan Detritus Halus

Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut

dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu

lanau, serpih, batu lempung dan napal.

c. Golongan Karbonat

Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae dan

foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan rombakan dari

batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses

pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses

kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan

karbonat ini banyak sekali macamnya tergantung pada material penyusunnya.

d. Golongan Silika

Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi
untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert),

radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan

terbatas sekali.

Golongan Evaporit

Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan

kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau

atau laut yang tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsur-

unsur tertentu. Dan faktor yang penting juga adalah tingginya penguapan maka

akan terbentuk suatu endapan dari larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk

kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.

Golongan Batubara

Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-

tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh

suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya

pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara adalah khusus sekali, ia harus

memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk

menjadi satu di tempat tersebut.

1. Menurut Sanders (1981) dan Tucker (1991)

Batuan sedimen dibedakan menjadi 4 golongan yaitu:

a. Batuan sedimen detritus (klastika)

b. Batuan sedimen kimia

c. Batuan sedimen organik, dan


d. Batuan sedimen klastika gunungapi (bertekstur klastika dengan bahan

penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunungapi).

2. Menurut Graha (1987)

Batuan sedimen dibedakan menjadi 4 golongan yaitu:

a. Batuan sedimen detritus (klastika/mekanis)

b. Batuan sedimen batubara (organik atau tumbuh-tumbuhan dan bertekstur non-

klastika)

c. Batuan sedimen silika

d. Batuan sedimen karbonat

Berdasarkan komposisi penyusun utamanya, batuan sedimen klastika

(bertekstur klastika) dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu:

a. Batuan sedimen silisiklastika, adalah batuan sedimen klastika dengan mineral

penyusun utamanya adalah kuarsa dan felspar.

b. Batuan sedimen klastika gunungapi adalah batuan sedimen dengan material

penyusun utamanya berasal dari hasil kegiatan gunung api (kaca, kristal

dan/atau litik)

c. Batuan sedimen klastika karbonat, atau batugamping klastika adalah batuan

sedimen klastika dengan mineral penyusun utamanya adalah material karbonat

(kalsit).

.
2.5 Warna

Pada umumnya, batuan sedimen berwarna terang atau cerah, putih, kuning

atau abu-abu terang. Namun demikian, ada pula yang berwarna gelap, abu-abu

gelap sampai hitam, serta merah dan coklat. Secara umum warna pada batuan

sedimen akan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Warna mineral pembentukkan batuan sedimen. Contoh jika mineral

pembentukkan batuan sedimen didominasi oleh kuarsa maka batuan akan

berwarna putih.

2. Warna massa dasar atau matrik atau warna semen.

3. Warna material yang menyelubungi (coating material). Contoh batupasir

kuarsa yang diselubungi oleh glaukonit akan berwarna hijau.

4. Derajat kehalusan butir penyusunnya. Pada batuan dengan komposisi yang

sama jika makin halus ukuran butir maka warnanya cenderung akan lebih

gelap.

Dengan demikian warna batuan sedimen sangat bervariasi, terutama

sangat tergantung pada komposisi bahan penyusunnya. Warna batuan juga

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan pengendapan, jika kondisi lingkungannya

reduksi maka warna batuan menjadi lebih gelap dibandingkan pada lingkungan

oksidasi. Batuan sedimen yang banyak kandungan material organic (organic

matter) mempunyai warna yang lebih gelap.


2.6 Tekstur

Seperti telah diuraikan di atas, batuan sedimen dapat bertekstur klastik atau non

klastika. Namun demikian apabila batuannya sudah sangat kompak dan telah

terjadi rekristalisasi (pengkristalan kembali), maka batuan sedimen itu bertekstur

kristalin. Jika kristalnya sangat halus sehingga tidak dapat dibedakan disebut

mikrokristalin. Batuan sedimen kristalin umumnya terjadi pada batu gamping dan

batuan sedimen kaya silika yang sangat kompak dan keras.

Tekstur Sedimen Klastik

Tekstur sedimen klastik dicirikan dengan adanya fragmen, matrik (masa

dasar) serta semen.

1. Fragmen

Batuan yang ukurannya lebih besar daripada pasir. Fragmen juga diartikan

sebagai klastika butiran lebih besar yang tertanam di dalam butiran yang lebih

kecil atau matriks. Matriks mungkin berbutir lempung sampai dengan pasir,

atau bahkan granule. Sedangkan fragmen berbutir pebble sampai boulder.

Mineral utama penyusun batuan silisiklastika adalah mineral silika (kuarsa,

opal dan kalsedon), felspar serta mineral lempung. Sebagai mineral tambahan

adalah mineral berat (turmalin, zirkon), mineral karbonat, klorit, dan mika.

Untuk batuan klastika gunungapi biasanya ditemukan gelas atau kaca

gunungapi. Selain mineral, maka di dalam batuan sedimen juga dijumpai

fragmen batuan, serta fosil binatang dan fosil tumbuh-tumbuhan.


2. Matrik

Butiran yang berukuran lebih kecil daripada fragmen dan diendapkan

bersama-sama dengan fragmen.

3. Semen

Material halus yang menjadi pengikat dan diendapkan setelah fragmen

dan matrik. Semen umumnya berupa silika, karbonat, sulfat atau oksida besi.

Semen karbonat dicirikan oleh bereaksinya dengan cairan HCl. Semen oksida

besi, selain tidak bereaksi dengan HCl secara khas berwarna coklat, Semen silika

umumnya tidak berwarna, tidak bereaksi dengan HCl dan batuan yang terbentuk

sangat keras. Semen itu tidak selalu dapat diamati secara megaskopik.

2.7 Ukuran Butir (Grain Size)

Pemerian ukuran butir (grain size) pada batuan sedimen klastik didasarkan

pada Wentworth (1992):

Besar butir dipengaruhi oleh :

 Jenis Pelapukan

 Jenis Transportasi

 Waktu atau jarak transport dan

 Resistensi
Gambar 3.7 Perbedaan Konglomerat dan Breksi

Ukuran butir batuan sedimen dapat juga dihubungkan dengan energi dari

media transportasinya. Kecepatan aliran air atau angin akan menyeleksi ukuran

butir partikel yang diangkut. Apabila energinya berkurang, maka material yang

diangkut semakin kecil. Seperti misalnya pada aliran sungai, di hulu sungai yang

energinya besar diendapkan material yang berukuran kasar, sedang semakin ke

arah hilir, material yang diendapkan berukuran pasir. Material yang berukuran

lempung dan lanau akan diendapkan dengan energi yang sangat rendah, sehingga

akumulasi material ini biasanya terdapat di danau, rawa atau di laut yang tenang.

Gambar 3.7 Hubungan Ukuran Butir Dengan Arus dan Energi


2.8 Bentuk Butir

Tingkat kebundaran butir dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir,

jenis proses transportasi dan jarak transport (Boggs,1987). Butiran dari mineral

yang resisten seperti kuarsa dan zircon akan berbentuk kurang bundar

dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti feldspar dan piroksin.

Butiran berukuran lebih besar daripada yang berukuran pasir. Jarak transport akan

mempengaruhi tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh

jarak transport butiran akan makin bundar. Pembagian kebundaran:

1. Well rounded (membundar baik)

2. Rounded (membundar)

3. Subrounded (membundar tanggung)

4. Subangular (menyudut tanggung)

5. Angular (menyudut)

Gambar 3.8 Kategori kebundaran dan keruncingan butiran sedimen (Pettijohn, dkk., 1987) .
2.9 Pemilahan (Sorting)

Pemilahan adalah keseragaman dariukuran besar butir penyusun batuan

sediment, artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka,

pemilahan semakin baik. Pemilahan yaitu kesergaman butir didalam batuan

sedimen klastik.bebrapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan,

yaitu :

1. Sortasi baik : bila ukuran butir di dalam batuan sedimen tersebut seragam.

Hal ini biasanya terjadi pada batuan sedimen dengan kemas tertutup

2. Sortasi sedang : bila ukuran besar butir didalam batuan sedimen ada yang

seragam dan ada yang tidak seragam

3. Sortasi buruk : bila ukuran butir di dalam batuan sedimen sangat beragam,

dari halus hingga kasar. Hal ini biasanya terdapat pada batuan sedimen

dengan kemas terbuka.

Gambar 3.9 Pemilahan ukuran butir didalam batuan sedimen


2.10 Kemas atau Fabric

Didalam batuan sedimen klastik dikenal dua macam kemas, yaitu :

1. Kemas terbuka

Bila butiran fragmen di dalam batuan sedimen saling bersentuhan atau

bersinggungan atau berhimpitan, satu sama lain (grain/clast supported). Apabila

ukuran butir fragmen ada dua macam (besar dan kecil), maka disebut bimodal

clast supported. Tetapi bila ukuran butir fragmen ada tiga macam atau lebih maka

disebut polymodal clast supported.

2. Kemas tertutup

Bila butiran fragmen tidak saling bersentuhan, karena di antaranya terdapat

material yang lebih halus yang disebut matrik (matrix supported).

2.11 Struktur

Struktur sedimen merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan

sedimen yang diakibatkan oleh proses pengendapan dan energi pembentuknya.

Berbeda dengan tekstur yang sebaiknya diamati pada sampel genggam atau

sayatan tipis, struktur sedimen merupakan gejala yang sebaiknya diamati atau

dipelajari pada singkapan. Tekstur berkaitan dengan hubungan antar butir dan

akan terlihat dengan jelas di bawah mikroskop sedangkan struktur berkaitan

dengan satuan-satuan yang lebih besar dan lebih jelas terlihat di lapangan.

Pembentukkannya dapat terjadi pada waktu pengendapan maupun segera setelah

proses pengendapan (Pettijohn & Potter, 1964 ; Koesomadinata , 1981), yaitu :


1. Syngenetic : terbentuk bersamaan dengan terjadinya batuan sedimen,

disebut juga sebagai struktur primer.

2. Epygenetic : terbentuk setelah batuan tersebut terbentuk seperti kekar,

sesar, dan lipatan.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sampel Pengenalan Batuan Beku

Pada praktikum ini sampel berupa batuan batupasir, batulempung dan

batubara. Batuan tersebut merupakan batuan sedimen yang terdiri dari batuan

sedimen klastik dan batuan sedimen non klastik.

3.1.1 Sampel 1

Foto 1 Batupasir

Pada no urut pertama dengan no peraga BS 6 merupakan jenis batuan

sedimen klastik dengan warna segar abu-abu dan warna lapuk kecoklatan. Tekstur

yaitu klastik dengan permeabilitas baik, porositas buruk, kemas terbuka dan

sortasi buruk. Ukuran butir pada sampel ini yaitu pasir sedang dengan ukuran 1/4

sampai 1/2. Struktur yang dijumpai yaitu berlapis. Struktur sedimen yaitu struktur

aliran. Komposisi kimia yaitu CaCO3. Berdasarkan deskripsi di atas maka

disimpulkan nama batuannya adalah batupasir.

Ganesa dibentuknya batupasir dari butiran-butiran yang terbawa oleh

pergerakan air seperti ombak pada suatu pantai atau saluran disuatu sungai.

Butirannya secara khas disemen bersama-sama oleh tanah kerikil dan kalsit untuk

membentuk batupasir tersebut.


Kegunaan batu granite dijadikan sebagai ornamen dinding maupun lantai

bangunan gedung , sebagai pondasi suatu bangunan atau jalan dan sebagai

material pembuatan gelas atau kaca dan juga sebagai penentu lingkungan

pengendapan suatu daerah.

3.1.2 Sampel 2

Foto 2 Batulempung

Pada no urut kedua dengan no peraga BS 18 merupakan jenis batuan

sedimen klastik dengan warna segar abu-abu dan warna lapuk kuning kecoklatan.

Tekstur yaitu klastik dengan permeabilitas buruk, porositas baik, kemas tertutup

dan sortasi baik. Ukuran butir pada sampel ini yaitu lempung dengan ukuran <

256. Struktur yang dijumpai yaitu tidak berlapis. Struktur sedimen yaitu mud

cracks. Komposisi kimia yaitu CaCO3. Berdasarkan deskripsi di atas maka

disimpulkan nama batuannya adalah batulempung .

Ganesa pembentukan batuan ini dari butiran-butiran yang terbawa oleh

pergerakan air seperti ombak pada suatu pantai atau saluran disuatu sungai.

Butirannya yang sangat kecil yang berkumpul dan membentuk rekahan rekahan

akibat ada nya musim kering yang membuat permukaan retak dan terisi oleh

material sedimen lainnya sehingga terbentuk batulempung.


Kegunaan batuan ini dapat digunakan untuk penentu cadangan minyak

bumi, sebagai indikator tempat pembangunan gedung tinggi, dan sebagai

cadangan gas alam.

3.1.3 Sampel 3

Foto 3 Batubara

Pada no urut ketiga dengan no peraga BS 19 merupakan jenis batuan

sedimen klastik . Pada batuan ini terlihat warna lapuk kecoklatan dan warna segar

hitam. Struktur yang di jumpai tidak berlapis. Komposisi kimia batuan ini yaitu

unsur C atau karbon. Berdasarkan deskripsi di atas maka disimpulkan bahwa jenis

batuannya yaitu batubara

Ganesa pembentukan batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang

terakumulasi menjadi gambut yang kemudian tertimbun oleh sedimen dan

mengalami tekanan dan suhu tinggi sehingga terbentuk batu bara

Kegunaan batubara sebagai bahan bakar, energi terbarukan, bahan energi

pabrik, sebagai penentu lingkungan pengendapan dan sebagai penentu zona

lapisan kerakbumi.
BAB IV
PENUTUP

1.1 Kesimpulan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. Struktur pada sampel tersebut terdiri dari struktur aliran, mud cracks

dan struktur berlapis

2. Nama batuan pada sampel terdiri dari batupasir, batubara dan

batulempung.

3. Kegunaan batuan sedimen digunakan sebagai penentu lingkungan

pengendapan dan sebagai penentu cadangan minyak bumi.

4.2 Saran :

Sebaiknya saat praktikum dilaksanakan batuan yang digunakan sebaiknya

batuan yang bagus untuk di deskripsi.


DAFTAR PUSTAKA

Amijaya, Hendra. 2007. Pengantar Ilmu Kebumian. Yogyakarta : Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan

Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Ilmu Geologi. Bogor : Universitas Pakuan

Sinkankas, John. 1964. Minerology. New York : Van Nostrand Reinhold


Company

Anda mungkin juga menyukai