Anda di halaman 1dari 5

Penggunaan Data Topografi dalam Memprediksi Pola Infiltrasi Tanah yang

Potensial: Studi Kasus di Kecamatan Cipanas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak,


Provinsi Banten

Nadia Agustin Syahputri 1*


1 Program Studi Teknik Geologi, Universitas Sriwijaya, Indralaya

* 03071281924021@student.unsri.ac.id

SARI

Siklus hidrologi merupakan daur air dimulai dari evaporasi hingga turunnya air hujan ke bumi.
Air hujan yang turun dapat menjadi runoff atau air permukaan dan ada pula yang mengalami
infiltrasi. Infiltrasi memiliki arti yaitu proses masuknya air ke dalam tanah. Air yang mengalami
infiltrasi dapat bergerak ke bawah sebagai drainase gravitasi atau perkolasi untuk mengisi ulang
air tanah. Lokasi penelitian terletak di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan data DEM yang diolah menjadi peta LoF dan peta
Drainage Density menggunakan ArcMap 10.3 untuk menghasilkan potensi spasial variabilitas
permeabilitas permukaan menggunakan data topografi dikarenakan konsentrasi aliran
tergantung pada posisi topografi yang meningkat menuju ke arah hilir. Penelitian ini tidak
dimaksudkan untuk menggantikan pengukuran in situ, tetapi untuk mengurangi jumlah
pengukuran infiltrasi yang harus dilakukan untuk mereproduksi variabilitas spasial pola
infiltrasi di daerah tangkapan (Catchment Area).

Kata kunci: DEM, Infiltrasi, SIG, Topografi

Sedangkan variabilitas temporal disebabkan


PENDAHULUAN oleh perubahan kelembaban tanah terhadap
waktu.
Infiltrasi merupakan proses berpindahnya air Variabilitas spasial infiltrasi tanah
permukaan masuk ke dalam tanah, yang pada bidang hidrologi dapat digunakan untuk
disebabkan dari drainase gravitasi atau penentuan daerah penghasil limpasan
perkolasi untuk mengisi ulang air tanah. Air terutama di daerah yang agak kering. Pola-
tersebut telah melalui siklus hidrologi. Air pola ini juga menunjukkan zona pengisian air
yang telah turun ke bumi setelah hujan dapat tanah potensial jika beberapa faktor lain
bergerak secara lateral di dalam tanah seperti redistribusi lateral melalui interflow,
melalui pori-pori berukuran makro, yang evapotranspirasi dll dipertimbangkan.
kemudian air tersebut dapat mengalir Berdasarkan Berndtston (1987), variabilitas
kembali ke sungai, diambil oleh vegetasi dan spasial infiltrasi biasanya ditangkap dengan
ditranspirasikan kembali ke atmosfer, atau pengukuran titik in-situ menggunakan tes
mengalami evaporasi atau penguapan ke infiltrometer tanah di lokasi yang dipilih di
atmosfer melalui permukaan tanah. daerah tangkapan air. Namun, hal ini waktu
karena jaringan titik pengamatan yang padat
Menurut William (1988), infiltrasi tanah diperlukan untuk menghasilkan pola yang
bervariasi secara spasial dan temporal. mendekati variabilitas sebenarnya, terutama
Variabilitas spasial infiltrasi disebabkan dari jika daerah tangkapan luas, sehingga
variabilitas spasial sifat tanah seperti dibutuhkan metode lain yang dapat
tekstur, struktur, bahan organik, serta memudahkan, yaitu dengan menggunakan
penggunaan lahan, dan posisi topografi. pola variabel spasial, yang mewakili

1
variabilitas infiltrasi potensial, yang berasal 4. Tmbc (Anggota batulempung Formasi
dari sumber yang berbeda, digunakan sebagai Bojongmanik): Batulempung, batulempung
proxy untuk memandu interpolasi pasiran dan lignit
pengukuran infiltrasi in-situ yang jarang.
Pola spasial proxy yang berasal dari data
topografi digital disajikan untuk memandu
interpolasi pengukuran titik infiltrasi in-situ
yang diperoleh dari uji infiltrometer tanah.

DAERAH PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Kecamatan Cipanas,


Kabupaten Lebak, Provinsi Banten,
Kabupaten Lebak terletak pada Secara
geografi, Kabupaten Lebak berada pada
koordinat 105.25' - 106.30 BT dan 6.18' – 7.00'
LS. Pada bagian utara Kabupaten Lebak,
terdapat morfologi berupa dataran rendah,
sedangkan pada bagian selatan terdapat Gambar 1. Formasi pada Daerah Telitian
morfologi pergunungan. Secara fisiografi, (Sujatmiko dan S. Santosa, 1992)
berdasarkan van Bemmelen (1949), lokasi
penelitian masuk ke dalam Zona Potensi sumber daya air pada wilayah Banten
Pengunungan Bayah. Zona ini tersusun oleh banyak ditemui di Kabupaten Lebak. Hal ini
batuan yang berumur Tersier, endapan dikarenakan sebagian besar wilayahnya
gunung api muda dan endapan sungai merupakan kawasan hutan lindung dan
(fluvial). Daerah ini umumnya mempunyai hutan produksi terbatas. Berdasarkan
bentuk kubah, pematang dan beberapa pembagian Daerah Aliran Sungai (DAS),
gunungapi strato. Morfologi daerah ini dapat Provinsi Banten dibagi menjadi enam DAS,
dibedakan dalam tiga satuan, yaitu yaitu :
pegunungan, perbukitan, dan dataran
rendah. Sungai dan alurnya ada yang bersifat 1. DAS Ujung Kulon, meliputi wilayah
tetap sementara dan berkala. Nilai elevasi bagian Barat Kabupaten Pandeglang
pada daerah telitian berada pada 150m-550m. (Taman Naional Ujung Kulon dan
sekitarnya);
Menurut Sujatmiko dan Santosa (1992),
daerah telitian masuk ke dalam empa 2. DAS Cibaliung-Cibareno, meliputi
formasi, yaitu: bagian Selatan wilayah Kabupaten
Pandeglang dan bagian selatan
1. Qpv (Batuan gunungapi Endut): Breksi wilayah Kabupaten Lebak;
gunungapi, lava, tuf
3. DAS Ciujung-Cidurian, meliputi
2. Tmbs (Anggota batupasir Formasi bagian Barat wilayah Kabupaten
Bojongmanik): Batupasir, batulempung Pandeglang;
bituminen, aspal berfosil, batupasir tufan, tuf
batugamping dan sisipan lignit 4. DAS Rawadano, meliputi sebagian
besar wilayah Kabupaten Serang dan
3. Tmbl (Anggota batugamping Formasi Kabupaten Pandeglang;
Bojongmanik): Batugamping, batugamping
pasiran 5. DAS Teluklada, meliputi bagian
Barat wilayah Kabupaten Serang dan
Kota Cilegon;

2
6. DAS Cisadane-Ciliwung, meliputi Kelerengan pada daerah telitian dapat dilihat
bagian Timur wilayah Kabupaten pada gambar 3. Ditunjukkan bahwa pada
Tangerang dan Kota Tangerang daerah telitian memiliki tingkat lereng dari
landai (warna hijau) hingga tegak (warna
Secara geografis, tipe tanah di Provinsi
merah)
Banten terbagi menjadi dua kelompok, yakni
kelompok tipe tanah sisa (residu) dan
kelompok tipe tanah hasil angkutan. Secara
umum distribusi dari masing-masing tipe
tanah ini di wilayah Provinsi Banten,
terdapat di Kabupaten Serang, Kabupaten
Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten
Tangerang, Kota Tangerang dan Kota
Cilegon. Masing-masing tipe tanah yang
terdapat di wilayah tersebut antara lain:

1. Aluvial pantai dan sungai


(a)
2. Latosol
3. Podsolik merah kuning
4. Regoso
5. Andosol
6. Brown forest
7. Glei

Bila dilihat melalui Google Earth, daerah


telitian memiliki cukup banyak vegetasi, (b)
sehingga hal ini mengindikasikan bahwa Gambar 3. (a) Slope Map Daerah Telitian; (b)
tanah pada daerah tersebut adalah tanah Keterangan pada Peta
yang potensial untuk mengalami infiltrasi
(gambar 2)
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian kali


ini adalah dengan menggunakan data
topografi yang diolah menjadi peta LoF
(Length of Overland Flow). dan peta Drainage
Density melalui aplikasi ArcMap 10.3 dengan
kode DEMNAS_1109-34_v1.0

Penggunaan data topografi dikarenakan


konsentrasi aliran tergantung pada posisi
topografi yang meningkat menuju ke arah
hilir. Penurunan pola spasial infiltrasi tanah
potensial didasarkan pada pernyataan bahwa
Gambar 2. Penampakan Daerah Telitian perbedaan dalam jaringan drainase daerah
melalui Citra Google Earth tangkapan yang disurvei dan disimulasikan
mewakili anomali permeabilitas tanah.

3
HASIL PENELITIAN kekasaran permukaan dan menurunkan
kecepatan aliran
Jaringan drainase di daerah fluvial, yang
menyatukan sedimen dan air ke outlet
tangkapan, berkembang sebagai respons
terhadap konsentrasi aliran, gradien
permukaan, dan permeabilitas tanah.
Konsentrasi aliran menyebabkan
peningkatan limpasan permukaan sehingga
meningkatkan tegangan geser yang ada
untuk mengikis saluran baru. Gradien
permukaan cenderung meningkatkan
tegangan geser di dasar aliran pula.

Permeabilitas tanah cenderung mengontrol


limpasan permukaan dengan mengendalikan
infiltrasi. Oleh karena itu, tanah yang
bersifat permeabel menekan pembentukan
limpasan dan mengurangi kedalaman aliran
permukaan, menyebabkan lebih sedikit
tegangan geser dan penekanan inisiasi
saluran. -Low (0)

Saat mengekstraksi jaringan drainase dari


data DEM, ambang batas inisiasi saluran
mempertimbangkan konsentrasi aliran (area
lereng atas) dan gradien permukaan (lereng),
namun tidak mempertimbangkan tanah
permeabilitas.
-High (1850,9)
Peta LoF pada daerah yang telitian Gambar 4. Peta LoF yang diperoleh dari
ditunjukkan pada Gambar 4. Warna hijau jaringan drainase ekstrasi data DEM
menunjukkan nilai jarak ooverland flow yang
lebih tinggi ke saluran terdekat karena Faktor-faktor yang mempengaruhi LoF
memiliki jarak terjauh dari segmen saluran adalah iklim (presipitasi), kelerengan
mana pun, sedangkan warna merah mewakili (kemiringan, panjang lereng), geologi
nilai jarak overland flow yang rendah dan (permeabilitas, akuifer, struktur), tanah
lokasi ini dekat dengan segmen saluran. LoF (struktur, tekstur), vegetasi, dan drainase
berhubungan dengan hillslope. Hillslope (kerapatan).
adalah unit komponen dasar DAS, dan
hidraulik aliran daratnya memiliki efek Penggunaan grid pada prta drainage density
penting pada proses runoff. Ketika curah digunakan untuk menurunkan perbedaan
hujan turun di lereng bukit, batu, batang grid yang dinormalisasi (gambar 5), yang
vegetasi maupun kotoran akan meningkatkan mewakili potensi variasi permeabilitas tanah
di daerah tangkapan. Grid ini dibandingkan penelitian ini tidak dilakukan tes
dengan variabilitas spasial. Variabilitas infiltrometer secara langsung di lapangan.
infiltrasi tanah yang diperoleh dari tes
infiltrometer di lapangan. Namun, pada

4
metode infiltrometer. Namun, pada penelitian
ini tidak dilakukan hal tersebut, sehingga
pada penelitian ini hanya menunjukkan
penggunaan data DEM untuk memprediksi
pola infiltrasi pada tanah potensial.

Pendekatan ini dimaksudkan untuk


digunakan bersama dengan beberapa
pengukuran infiltrasi. Penelitian ini tidak
dimaksudkan untuk menggantikan
pengukuran in situ, tetapi untuk mengurangi
jumlah pengukuran infiltrasi yang harus
dilakukan untuk mereproduksi variabilitas
spasial pola infiltrasi di daerah tangkapan.

UCAPAN TERIMA KASIH


-Low (0)
Penulis mengucapkan terimakasih kepada
Ugi Kurnia Gusti, S.T., M.Sc. selaku dosen
matakuliah Pemodelan Geologi Program
Studi Teknik Geologi Universitas Sriwijaya,
yang telah membimbing dalam
penulisanpaper ini, serta rekan-rekan yang
-High (1833,9)
telah membantu dalam pengerjaan paper ini.
Gambar 5. Peta Drainage Density yang
diperoleh dari jaringan drainase ekstrasi data PUSTAKA
DEM
Bemmelen, R.W., van, 1949.The Geology of
Indonesia. Vol. I-A, Gov. Printed Office,
KESIMPULAN
The Hague, Martinus Nijhoff, vol. 1A,
Netherlands
Penelitian ini bermaksud untuk menyajikan
Berndtsson, R., Larson, M., (1987). Spatial
metode yang lebih efisien untuk memetakan
Variability of Infiltration in a Semi Arid
infiltrasi dengan variabel spasial
Environment. Journal of Hydrology, 90,
menggunakan data topografi digital (DEM).
117-133.
Pendekatan praktis untuk pemetaan
Sujatmiko dan Santosa. 1992. Peta Geologi
variabilitas infiltrasi adalah dengan
Lembar Leuwidamar, Jawa, Skala
menggunakan pola proxy yang diperoleh
1:100.000.Bandung: Peta Geologi
dengan memanfaatkan drainase yang
Bersistem Indonesia. Pusat Penelitian
diperoleh dari DEM. Pola proxy permeabilitas
dan Pengembangan Geologi.
tanah potensial ini dapat digunakan sebagai
Williams, J. and Bonell, M. (1988) The
penyimpangan eksternal atau pemaksaan
Influence of Scale of Measurement of the
dalam interpolasi geostatistik dari nilai-nilai
Spatial and Temporal Variability of the
infiltrasi yang diukur di lapangan di lokasi-
Philip Infiltration Parameters—An
lokasi terpilih. Data lapangan yang
Experimental Study in an Australian
diperlukan dalam menggunakan pendekatan
Savannah Woodland. Journal of
ini adalah pengukuran infiltrasi di beberapa
Hydrology, 104, 33-51.
titik di daerah tangkapan menggunakan

Anda mungkin juga menyukai