Anda di halaman 1dari 12

TINGKAT LAJU INFILTRASI TANAH PADA DAS KRUENG MANE

KABUPATEN ACEH UTARA


Delima1, Halim Akbar1, Muhammad Rafli1
Email Author: hakbar86@gmail.com

ABSTRAK
Infiltrasi merupakan peristiwa masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah
akibat perbedaan potensial matrik, potensial gravitasi dan potensial tekanan. Infiltrasi
merupakan komponen penting di bidang konservasi tanah, hal ini dikarenakan upaya
konservasi tanah merupakan hal yang mendasar dalam pengaturan hubungan antara
intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi, serta pengaturan aliran permukaan (run off).
Besaran aliran permukaan akibat terganggunya karakteristik dan potensi lahan akan
mengubah ekosistem yang dapat menurunkan fungsi daerah alisan sungai (DAS).
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur laju infiltrasi pada DAS Krueng Mane
Kabupaten Aceh Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survei, dimana untuk pengukuran laju infiltrasi menggunakan metode infiltrometer. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa laju infiltrasi tertinggi sebesar 8,20 cm/jam (agak cepat)
dijumpai pada tutupan lahan kebun campuran, lereng 0-3% dan jenis tanah Latosol. Laju
infiltrasi terendah sebesar 1,906 cm/jam (agak lambat) dijumpai pada tutupan lahan
tanaman kelapa sawit, kemiringan lereng 3-8% dan jenis tanah podsolik merah kuning
(PMK). Tekstur tanah didominasi fraksi liat, nilai porositas berkisar 43,23-45,56%, kadar
air berkisar antara 1,01-4,38%, kadar C-organik berkisar 0,32-2,93%, permeabilitas tanah
berkisar 0,28-11,12 cm/jam dan bulk density berkisar 1,13-1,35 gr/cm³. Hasil analisis
statistik menunjukkan fraksi debu berkorelasi positif sangat nyata dengan kadar C-
organik (r = 0,851**). Porositas tanah berkorelasi positif sangat nyata dengan
permeabilitas (r = 0,844**).
Kata kunci: Infiltrasi, penggunaan lahan, daerah aliran sungai, agrotekhnologi
ABSTRACT
Infiltration is the inclusion of water into the soil through the soil surface due to differences
in matrix potential, gravitational potential and pressure potential Infiltration is an
important component in soil conservation. It is because the efforts are fundamental in
managing the relationship between rainfall intensity and infiltration capacity, as well as
run off. The magnitude of surface flows due to disruption of characteristics and potential
land will change the ecosystem which can reduce the function of river basin (DAS). This
study aims to measure the infiltration rate in the Krueng Mane watershed in North Aceh
District. The method used in this research was survey method where to measure
infiltration rate using infiltrometer method. The results revealed that the highest
infiltration rate was 8.20 cm / h. It was found in mixed plantation land cover, 0-3% slope
and latosol soil type. The lowest infiltration rate was 1.906 cm/h, found in oil palm
plantation cover, slope of 3-8% and yellow podzolic soil type (PMK). Soil texture is
dominated by clay fraction, porosity value is 43,23-45,56%, moisture content is between

1
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh, Reuleut, Aceh Utara,
Indonesia

17
1.01-4,38%, C-organic content is 0,32-2,93%, soil permeability is 0, 28-11.12 cm / hour
and bulk density ranged from 1.13 to 1.35 gr / cm³. The result of statistical analysis
indicated that the fraction of dust had a positive correlation with the C-organic content (r
= 0.851 **). The porosity of the soil is positively correlated with the permeability (r =
0.844 **).
Keywords: Infiltration, land use, watershed, agro technology

PENDAHULUAN Merah Kuning seluas 11.819,48 ha


(32,65%). DAS Krueng Mane
Air dan tanah memiliki didominasi oleh kemiringan lereng datar
keterkaitan yang sangat erat. Saat air (0-3%) seluas 33.687,69 ha (93,07%),
hujan yang jatuh ke permukaan bumi sementara penggunaan lahan lahan
sebagian akan terinfiltrasi untuk menjadi kering mendominasi DAS Krung Mane
bagian dari air tanah (ground water), seluas 26.089,59 ha (72,08%). Ini
sedangkan air hujan yang tidak mengindikasikan bahwa aktivitas
terinfiltrasi akan menjadi aliran penggunaan lahan pertanian pada DAS
permukaan (run-off). Air yang Krueng Mane sangatlah besar (BPDAS
terinfiltrasi tidak semua mengalir ke Provinsi Aceh, 2015).
sungai atau tampungan air lainnya,
melainkan sebagianya tetap berada Jika sebagian besar air hujan
dalam lapisan tanah bagian atas (top soil) yang jatuh di permukaan tanah masuk ke
untuk kemudian diuapkan kembali ke dalam tanah dan menjadi air bawah tanah
atmosfer melalui permukaan tanah, air (ground water) maka tidak akan
dan vegetasi (evapo-transpirasi). berpotensi menimbulkan banjir.
Sebaliknya bila laju infiltrasi pada suatu
Infiltrasi merupakan peristiwa penggunaan lahan rendah, maka potensi
masuknya air ke dalam tanah melalui air hujan yang masuk ke dalam tanah
permukaan tanah secara vertikal akan rendah. Hal ini menyebabkan
(Arsyad, 2010). Lebih lanjut Asdak terjadinya aliran permukaan yang
(2010), menjelaskan bahwa laju infiltrasi berpotensi menimbulkan banjir. Selain
merupakan banyaknya jumlah air itu, air hujan yang hanya sedikit masuk
persatuan waktu yang masuk melalui ke dalam tanah menyebabkan
permukaan tanah, dinyatakan dalam berkurangnya cadangan air tanah,
mm/jam. Laju infiltrasi dipengaruhi oleh sehingga dalam pemanfaatannya
beberapa hal antara lain tutupan lahan, terutama pada saat musim kemarau akan
jenis tanah dan kemiringan lereng. berkurang (Saragih, 2010). Oleh karena
Beberapa faktor lain yang juga itu, perlu adanya kajian terhadap laju
mempengaruhi laju infiltrasi seperti infiltrasi untuk mengetahui tingkat laju
tekstur, kadar air, porositas, C-organik, infiltrasi di DAS Krueng Mane
permeabilitas dan bulk density. Kabupaten Aceh Utara. Penelitian ini
Daerah aliran sungai Krueng bertujuan untuk mengetahui tingkat laju
Mane merupakan suatu DAS dengan infiltrasi di DAS Krueng Mane
luas 36.195,75 ha yang terdapat di Kabupaten Aceh Utara.
Kabupaten Aceh Utara terdiri atas jenis
tanah Hidromorf Kelabu seluas
10.674,35 ha (29,49%), Latosol seluas
11.661,66 ha (32,22%), Organosol
seluas 2.040,26 ha (5, 64%) dan Podsolik

18
METODE PENELITIAN 1:50.000 serta data curah hujan. Alat-
alat yang digunakan adalah double ring
Tempat dan waktu infiltrometer, GPS, water pass,
Penelitian dilakukan pada DAS penggaris besi, ember, stop watch,
Krueng Mane Kabupaten Aceh Utara parang, abney level, pisau, ring sampel,
yang secara administratif terletak di bor tanah, kantung plastik, kayu
sepuluh kecamatan yaitu kecamatan penekan, kertas label dan alat tulis
Banda Baro, Blang Mangat, Dewantara, menulis.
Kuta Makmur, Muara Dua, Muara Satu, Metode Penelitian
Nisam, Nisam Antara, Simpang
Keuramat dan Syamtalira Bayu. Untuk Penelitian ini menggunakan
pengukuran laju infiltrasi dan metode survei yang terdiri atas empat
pengambilan titik ampel dilakukan pada tahap, yaitu : (1) tahap persiapan (2)
setiap Satuan Peta Lahan ( SPL). tahap survai pendahuluan, (3) tahap
Analisis tanah dilakukan di survai utama dan (4) tahap analisis data
Laboratorium Penelitian Tanah dan dan penyajian hasil. Sedangkan
Tanaman, Laboratorium Fisika Tanah persamaan yang digunakan untuk
dan Lingkungan Universitas Syiah menghitung infiltrasi adalah
Kuala. Penelitian dilakukan pada bulan menggunakan persamaan Horton.
Juli-Agustus 2017.
Persamaan Horton secara matematis
Bahan dan Alat adalah sebagai berikut:
Bahan yang digunakan pada f = fc + (f0 - fc). e–kt
penelitian ini berupa peta dasar (peta
hasil overlay) peta jenis tanah, peta dimana: f = laju infiltrasi nyata (cm/h),
kemiringan lahan dan peta penggunaan f0 = laju infiltrasi awal (cm/h), fc = laju
lahan masing-masing dengan skala infiltrasi tetap (cm/h), k = konstanta, t =
waktu dan e = bilangan alami (2,718)

19
HASIL DAN PEMBAHASAN
Satuan Peta Lahan
Tabel 1. Satuan Peta Lahan di DAS Krueng Mane Kabupaten Aceh Utara
SPL Lereng Jenis Tanah Tutupan Lahan Luas (Ha)
1 0-3% Latosol Perkebunan 431,54
2 0-3% Podsolik Merah Kuning Perkebunan 267,05
3 0-3% Hidromorf Kelabu Pemukiman 1.529,09
4 0-3% Organosol Lahan Terbuka 125,27
5 0-3% Hidromorf Kelabu Pertanian Lahan Kering 5.908,00
6 0-3% Latosol Pertanian Lahan Kering 9.526,82
7 0-3% Organosol Pertanian Lahan Kering 359,06
8 0-3% Podsolik Merah Kuning Pertanian Lahan Kering 6.941,20
9 0-3% Hidromorf Kelabu Sawah 2.608,83
10 0-3% Podsolik Merah Kuning Sawah 3.065,02
11 0-3% Organosol Tambak 681,87
12 3-8% Hidromorf Kelabu Perkebunan 750,91
13 3-8% Podsolik Merah Kuning Perkebunan 590,18
14 3-8% Latosol Pertanian Lahan Kering 670,90
15 3-8% Podsolik Merah Kuning Pertanian Lahan Kering 741,26
16 3-8% Podsolik Merah Kuning Sawah 239,50
17 8-15% Hidromorf Kelabu Pertanian Lahan Kering 751,50
18 8-15% Latosol Pertanian Lahan Kering 1.007,75
Jumlah 36.195,75

Laju Infiltrasi Hasil pengukuran laju infiltrasi


tanah di 13 SPL berkisar antara 1.906-
Hasil penelitian menunjukkan 8.202 cm/jam. Laju infiltrasi tertinggi
bahwa laju infiltrasi akan berkurang dijumpai pada SPL 6 yaitu sebesar 8.202
sejalan dengan bertambahnya waktu cm/jam dan laju infiltrasi terendah
(Ginting, 2009), hal ini disebabkan terdapat pada SPL 13 yaitu sebesar 1.906
karena pada saat awal dimana tanah tidak cm/jam. Hal ini disebabkan oleh jenis
jenuh, infiltrasi terjadi akibat tarikan tutupan lahan (vegetasi) yang lebih baik
hisapan matriks dan gravitasi, maka pada SPL 6 berupa kebun campuran
masuknya air yang lebih dalam sedangkan pada SPL 13 vegetasinya
mengakibatkan tanah akan basah berupa tanaman kelapa sawit. Pengaruh
sehingga makin lemah tarikan hisapan dari perbedaan vegetasi pada lahan
matriks. Tarikan hisapan matrik menjadi kebun campuran yang memiliki lebih
sangat kecil sampai kedalaman tertentu dari satu jenis tanaman yang tajuknya
sehingga gerakan air yang tinggal tumpang tindih (over laping) dapat
disebabkan oleh adanya gaya gravitasi. menghalangi daya tumbuk (energi
kinetik) air hujan yang jatuh, sehingga
memicu tingginya kesempatan air

20
terinfiltrasi dengan baik kedalam tanah tanah yang baik dapat menurunkan bulk
dan jenis vegetasi dan kerapatan yang density dan menghancurkan struktur
tinggi seperti pada kebun campuran tetapi pengolahan tanah yang buruk
dapat memberikan bahan organik lebih dapat menaikkan bulk density
banyak. Arsyad (2010) menyatakan (Andayani, 2009).
ketebalan serasah tanaman akan
meningkatkan aktifitas mikroorganisme Terjadinya infiltrasi pada SPL
di dalam tanah yang secara langsung atau 13 dengan vegetasi tunggal kelapa sawit
tidak langsung akan mempengaruhi memiliki tekstur liat, porositas 45,44%,
besarnya laju infiltrasi akibat permeabilitas 9,25 cm/jam, bulk density
meningkatnya porositas tanah. 1,15 gr/cm³, bahan organik 1,46% dan
kadar air 1,01%. Hal ini menunjukkan
Lahan sawit yang ditanam bahwa sifat-sifat tanah tersebut
dengan tanaman sawit secara tunggal mempengaruhi rendahnya laju infiltrasi
memberi ruang terbuka membuat daya dari tutupan lahan yang lain. Persentase
tumbuk air hujan yang tinggi. Kanopi kadar air yang rendah tidak
daun tanaman sawit walaupun lebar mempengaruhi dalam memperbesar laju
tidak membantu mengurangi energi infiltrasi karena adanya sifat tanah yang
kinetik air hujan, karena daun tanaman lain yang mempengaruhi. Tanah dengan
kelapa sawit saat hujan justru akan kandungan fraksi pasir dan porositas
menjadi jalur tetetas air yang berpotensi tanah yang lebih tinggi akan mudah
meningkatkan energi kinetik air hujan meloloskan air sehingga laju infiltrasi
sehingga air tidak dapat terinfiltrasi lebih tinggi. Tekstur lempung berpasir
dengan baik dan akan menjadi aliran memiliki laju infiltrasi lebih tinggi
permukaan (run off). dibandingkan dengan tanah bertekstur
lempung berliat (Arsyad, 2010).
Hasil analisis terhadap faktor
infiltrasi menunjukkan pada SPL 6 Selain tutupan lahan dan sifat-
dengan vegetasi kebun campuran sifat tanah, kemiringan lereng juga
memiliki tekstur debu, bulk density 1,24 mempengaruhi laju infiltrasi. Lahan
gr/cm³, porositas 44,46%, permeabilitas yang datar akan meningkatkan laju
3,58 cm/jam, kadar air 2,46% dan bahan infiltrasi seperti pada SPL 6 dengan
organik 2,93%. Hal ini mengindikasikan kemiringan lereng datar (0-3%)
bahwa sifat-sifat tanah tersebut sangat memiliki laju infiltrasi sebesar 8,202
mempengaruhi laju infiltrasi di SPL 6 cm/jam termasuk agak cepat. Pada
dengan vegetasi kebun campur yang kemiringan lereng agak landai (8-15%)
lebih tinggi dengan vegetasi lainya. Hal di SPL 17 dan 18 laju infiltrasi yang
ini disebabkan oleh tingginya kandungan dimiliki sebesar 2,818 cm/jam dan 3,916
bahan organik tanah yang memicu cm/jam termasuk sedang. Hal ini dapat
aktivitas mikroorganisme tanah yang dikatakan bahwa perbedaan lereng akan
dapat menggemburkan tanah dan mempengaruhi laju infiltrasi yang
menciptakan biopori tanah terjadi, kemiringan yang datar akan lebih
(Kusumawardani, 2011). Selain itu mudah air terinfiltrasi sedangkan
vegertasi lahan kebun campuran juga kemiringan yang landai akan sulit air
memiliki aktivitas pengolahan tanah terinfiltrasi dan cenderung menjadi
yang lebih tinggi sehingga dapat aliran permukaan (Asdak, 2010).
mempengaruhi sifat fisik tanah tersebut.
Nilai bulk density sangat sensitif
terhadap pengolahan tanah, pengolahan

21
Analisis Korelasi dengan Sifat-Sifat SPL 12, 15 dan 17 memiliki laju infiltrasi
Tanah sebesar 4,079 cm/jam, 4,810 cm/jam dan
2,818 cm/jam termasuk sedang. Tekstur
Tekstur tanah terlihat mempengaruhi tingkat laju
Hasil analisis tekstur tanah pada infiltrasi dikarenakan semakin halus
13 SPL terdapat 5 kriteria kelas tekstur tekstur tanah maka tekstur tanah akan
yaitu tekstur liat pada SPL 2, 7, 8 dan 13. didominan oleh liat oleh karena itu pori-
Tekstur lempung berliat pada SPL 5. pori tanah menjadi rapat sehingga
membuat air sulit untuk terinfiltrasi
Tekstur lempung berdebu pada sedangkan hal sebaliknya untuk tekstur
SPL 1, 12, 15 dan 17. Tekstur debu pada tanah kasar contohnya pasir akan lebih
SPL 6, 14 dan 18. Tekstur pasir mudah air terinfiltrasi (Arsyad, 2010).
berlempung pada SPL 4. Dari kelima
kelas tekstur tersebut tekstur lempung Pada SPL 13 dengan tekstur liat
memberikan kapasitas infiltrasi yang memiliki laju infiltrasi sebesar 1,906
lebih besar dari pada tekstur liat, hal ini cm/jam yang termasuk kategori yang
terjadi akibat dari persentase pori-pori agak lambat. Tingginya kandungan liat
tanah lempung lebih banyak pori makro (42%) dapat memperlambat pergerakan
dari pada pori mikro (Asdak, 2010). air. Hal ini terjadi karena tanah-tanah
Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa yang bertekstur liat mempunyai luas
tekstur lempung berdebu yang permukaan spesifik yang besar sehingga
didominan oleh fraksi debu pada SPL 1 memiliki kemampuan menahan air yang
memiliki laju infiltrasi sebesar 6,363 lebih tinggi (Hardjowigeno, 2010).
cm/jam (agak cepat) sedangkan pada

Tabel 8. Koefisien korelasi (r) antara fraksi debu dengan beberapa sifat-sifat tanah
Fraksi Sifat-sifat tanah Koefisien Korelasi
Debu Porositas -0,365
*
Permeabilitas -0,621
Bulk density 0,202
C-organik 0,851**
Kadar air 0,526
Keterangan : (*) berbeda nyata; (**) berbeda sangat nyata

Tabel 8 menunjukkan fraksi debu air. Fraksi debu berkorelasi positif


berkorelasi positif sangat nyata dengan meskipun tidak nyata dengan bulk
C-organik (r = 0,851**), hal ini density dan kadar air (r = 0,202) dan (r =
mengindikasikan bahwa peningkatan 0,526) hal ini menunjukkan bahwa
persentase debu pada batas-batas semakin tinggi debu maka bulk density
tertentu akan meningkatkan jumlah dan kadar air akan meningkat. Kemudian
bahan organik yang terkandung di dalam fraksi debu berkorelasi negatif nyata
tanah tersebut. Fraksi debu berkorelasi dengan permeabilitas (r = -0,621*) yang
negatif meskipun tidak nyata dengan mengindikasikan bahwa dengan
porositas (r = -0,365) yang meningkatnya debu pada tanah akan
mengindikasikan tanah yang menurunkan permebilitas tanah tersebut.
mengandung debu memiliki porositas Hal ini senada dengan pernyataan Rahmi
rendah sehingga agak sulit meloloskan (2014) bahwa perbedaan fraksi partikel

22
tanah (pasir, debu dan liat ) akan pergerakan air menjadi lambat sehingga
mempengaruhi sifat-sifat tanah yang lain laju infiltrasi menjadi rendah (Winarni,
seperti tanah yang padat dikarenakan 2007). Korelasi yang terjadi juga
tingginya kandungan liat maka porositas menegaskan bahwa bulk density
tanah menjadi rendah, hal ini berkorelasi negatif meskipun tidak nyata
dikarenakan pori tanah dipenuhi pori dengan laju infiltrasi (r = -0,084). Hal ini
mikro sehingga menghambat pergerakan mengindikasikan bahwa semakin rendah
air di dalam tanah. kepadatan tanah maka akan semakin
tinggi laju infiltrasi yang terjadi.
Bulk Density
Porositas
Data analisis bulk density tanah
pada SPL 13 berkisar antara 1,13 gr/cm³ Hasil analisis porositas tanah
- 1,35 gr/cm³. Nilai bulk density tertinggi pada 13 SPL berkisar antara 43,23%
terdapat pada SPL 2 yaitu 1,35 gr/cm³ sampai 45,56%. Nilai tertinggi terdapat
dan terendah pada SPL 7 yaitu 1,13 pada SPL 7 yaitu 45,56% dengan tutupan
gr/cm³. Nilai bulk density yang tinggi lahan tanaman kelapa sawit dan terendah
pada SPL 2 dikarenakan vegetasi berupa pada SPL 5 yaitu 43,23% dengan tutupan
tanaman karet. Tingginya nilai bulk lahan kebun campuran. Hal ini
density mengindikasikan bahwa menyatakan bahwa dengan tingginya
kandungan bahan organik rendah. Lebih nilai porositas maka semakin meningkat
lanjut Darmayanti (2012) menyatakan laju infiltrasi (Darmayanti, 2012). Pori
bahwa bahan organik dapat menurunkan makro berpengaruh besar terhadap laju
bulk density tanah dan tanah yang infiltrasi karena pori makro merupakan
memiliki nilai bulk density kurang dari pori yang berukuran besar berisi udara
satu merupakan tanah yang memiliki atau air gravitasi dan mudah meloloskan
bahan organik tanah sedang sampai air ke lapisan yang lebih dalam. Pori
tinggi. tanah yang berukuran makro lebih
berperan dalam proses pertukaran air dan
Rata-rata nilai bulk density udara di dalam tanah dibandingkan
sebesar 1,23 gr/cm³ (tinggi). Semakin dengan pori tanah berukuran mikro
tinggi nilai bulk density maka semakin (Sofyan, 2006).
padat suatu tanah tertentu sehingga
semakin sulit air masuk ke dalamnya Pada SPL 5 memiliki vegetasi
atau disebut infiltrasi rendah (Haery, kebun campuran dan adanya pengolahan
2016). Pengaruh kandungan bahan tanah menyebabkan hancurnya agregat
organik dan pengolahan tanah hanya tanah, meningkatkan kepadatan tanah
bersifat sementara dalam proses dan terdekomposisinya bahan organik,
penggemburan tanah yang selanjutnya sehingga unsur hara yang dibutuhkan
akan berubah sesuai dengan kondisi tanaman lebih cepat tersedia. Bahan
lingkungan (Arsyad, 2010). Pemadatan organik yang terdekomposisi
tanah akibat erosi dan penyumbatan pori mendominasi sifat kimia tanah sehingga
dapat menyebabkan tanah menjadi lebih berpotensi menurunkan jumlah pori
padat diikuti dengan kadar air tanah juga makro dan mempengaruhi laju infiltrasi
rendah. Hal ini karena tanah yang yang terjadi. Kandungan fraksi pasir
mempunyai bobot isi tinggi akan 45% pada SPL 5 juga mempengaruhi
memiliki ruang pori tanah yang rendah pori tanah karena semakin kasar suatu
sehingga tanah mengalami pemadatan, tanah maka luas permukaan tanah
pemadatan yang terjadi mempengaruhi

23
semakin kecil dan mengindikasikan pori pasir sebesar 85%. Tingginya fraksi pasir
makro meningkat (Rahmi, 2014). mengindikasikan bahwa tanah tersebut
lebih mudah meloloskan air karena tanah
Porositas berkorelasi negatif bertekstur berpasir memiliki pori makro
sangat nyata dengan bulk density tanah yang lebih tinggi dibandingkan tanah
yaitu (r=-0,937**). Hal ini bertekstur liat. Tingginya fraksi pasir
mengindikasikan bahwa dengan pada tanah mengindikasikan rendahnya
meningkatnya nilai porositas pada batas- C-organik tanah.
batas tertentu maka kepadatan tanah
rendah. Serasah vegetasi terdekomposisi Hasil korelasi menunjukkan
menjadi bahan organik dalam tanah oleh permeabilitas berkorelasi negatif
mikroorganisme sehingga membantu meskipun tidak nyata dengan kadar air (r
terbentuknya total pori makro yang = -0,417). Hal ini mengindikasikan
tinggi dan diikuti dengan porositas yang bahwa peningkatan permeabilitas pada
tinggi pula namun jika kepadatan tanah batas-batas tertentu maka kadar air
tinggi maka ruang pori akan sedikit rendah. Kemampuan tanah meloloskan
sehingga sulit udara dan air bergerak di air tinggi juga dipengaruhi oleh kadar air
dalam tanah dan porositas tanah yang rendah karena ruang pori tidak
menurun sehingga laju infiltrasi menjadi jenuh dengan air sehingga air dapat
rendah (Darmayanti, 2012). Tanah masuk kedalam tanah sedangkan tanah
dengan nilai bulk density (kepadatan yang jenuh air tidak akan memberi
tanah) yang rendah sehingga nilai kesempatan untuk air masuk kedalam
porositas yang cenderung tinggi akan tanah (Arsyad, 2010).
meningkatkan laju infiltrasi (Arsyad,
2010). Hal ini sesuai dengan hasil Permeabilitas berkorelasi positif
korelasi yang dimana porositas meskipun tidak nyata dengan laju
berkorelasi positif tidak nyata dengan infiltrasi (r = 0,141). Hal ini
laju infiltrasi (r = 0,025). Hal ini mengindikasikan peningkatan
mengindikasikan bahwa peningkatan permeabilitas pada batas-batas tertentu
porositas pada batas-batas tertentu akan maka laju infiltrasi meningkat. Nilai
meningkatkan laju infiltrasi. permeabilitas tanah semakin tinggi maka
laju infiltrasinya akan semakin tinggi
Permeabilitas pula, hal ini akan lebih dipengaruhi
apabila besarnya permabilitas tanah pada
Hasil analisis permeabilitas tanah lapisan teratas (Arsyad, 2010).
pada 13 SPL berkisar antara 0,28 cm/jam
sampai 11,12 cm/jam. Nilai tertinggi C-organik
terdapat pada SPL 4 dengan tutupan
lahan semak belukar dan terendah Hasil analisis C-organik tanah
terdapat pada SPL 18 dengan tutupan pada 13 SPL berkisar antara 0,32%
lahan perkebunan kelapa sawit. Tinggi sampai 2,93%. Nilai C-organik tinggi
rendahnya permeabilitas tanah dapat pada SPL 6 dengan vegetasi kebun
disebabkan oleh persentase fraksi campuran yaitu 2,93% dan terendah pada
partikel tanah, total pori dan penetrasi SPL 4 dengan vegetasi semak belukar
akar karena penetrasi akar dapat 0,32%. Tingginya kadar C-organik tanah
membentuk pori makro lebih banyak pada SPL 6 dikarenakan adanya aktivitas
(Imani, 2016). Nilai permeabilitas yang pengolahan tanah yang diperuntukkan
tinggi pada SPL 4 dapat terjadi karena sebagai kebun campuran. Serasah
fraksi tanah yang didominan oleh fraksi tanaman menjadi menyuplai bahan
organik secara langsung dan tidak

24
langsung. Aktivitas pengolahan tanah remah struktur tanahnya sehingga lebih
yang dilakukan juga diikuti dengan mudah dalam meloloskan air. Bahan
penambahan pupuk organik berupa organik erat kaitanya terhadap vegetasi
pupuk kandang sapi sehingga yang menutupi tanah. Fungsi vegetasi
mikroorganisme melakukan penguraian secara efektif dapat mencerminkan
bahan organik tanah yang akan kemampuan tanah dalam mengabsorpsi
meningkatkan bahan organik pada tanah air hujan, mempertahankan atau
(Darmayanti, 2012). meningkatkan laju infiltrasi dan
menunjukkan kemampuan dalam
Data menunjukkan bahwa C- menahan air (Imani, 2016). Adapun
organik berkorelasi positif meskipun pengaruh vegetasi di atas permukaan
tidak nyata dengan kadar air (r = 0,483). tanah terdapat dua hal, yaitu berfungsi
Hal ini megindikasikan bahwa menghambat aliran air di permukaan
peningkatan persentase C-organik dapat sehingga kesempatan infiltrasi lebih
meningkatkan persentase kadar air besar sedangkan yang kedua sistem
tanah. Penyebabnya dapat diasumsikan perakaran akan mengemburkan struktur
bahwa bahan organik juga dapat tanah sehingga makin banyak tanaman
membantu dalam penciptaan biopori yang ada maka laju infiltrasi cenderung
tanah sehingga memiliki ruang untuk lebih tinggi (Nurmegawati, 2011).
kadar air tanah meningkat (Wibowo,
2014). Bahan organik juga merupakan Kadar air
koloid tanah, maka dari itu dengan
memiliki luas permukaan yang tinggi Hasil analisis kadar air pada 13
maka dapat dengan mudah memegang SPL berkisar antara 1,01% sampai
air di dalam tanah. Kedalaman tanah 4,38%. Nilai tertinggi terdapat pada SPL
juga menentukan kadar bahan organik 18 dengan tutupan lahan tanaman kelapa
karena semakin ke dalam maka semakin sawit yaitu 4,38% dan terendah terdapat
rendah kandungan bahan organik pada SPL 13 dengan vegetasi tunggal
sehingga diikuti dengan persentase kadar kelapa sawit yaitu 1,01%. Tinggi-
air karena tanah yang memiliki rendahnya kadar air pada SPL 18 dan
kandungan bahan organik yang tinggi SPL 13 terkait dengan serasah yang
lebih mampu mempengaruhi sifat fisik dimiliki dari masing-masing SPL. Pada
dan kimia tanah (Widiarto, 2008). SPL 18 tanaman sawit masih berumur 5
tahun-an sehingga aliran permukaan
Bahan organik salah satu faktor yang memicu erosi rendah karena kanopi
dalam mempengaruhi laju infiltrasi. daun menghalangi daya tumbuk air
Hasil korelasi menunjukkan bahwa C- hujan yang jatuh serta air hujan masuk
organik berkorelasi positif meskipun kedalam tanah sedangkan pada SPL 13
tidak nyata dengan laju infiltrasi (r = tanaman kelapa sawit yang sudah sangat
0,132). Hal ini mengindikasikan bahwa tua dengan pelepah daunnya sudah
peningkatan C-organik pada batas-batas jarang memungkinkan terjadinya erosi
tertentu akan meningkatkan laju yang tinggi dan air cenderung menjadi
infiltrasi. C-organik akan mempengaruhi run off. Ginting (2009) menyatakan
besarnya laju infiltrasi tanah hal ini bahwa serasah berfungsi sebagai tempat
dikarenakan kandungan bahan organik penyimpanan air untuk sementara dan
di dalam tanah akan meningkatkan atau secara berangsur-angsur melepaskannya
menurunkan laju infiltrasi pada suatu ke dalam tanah bersama dengan bahan
tanah (Winarni, 2007). Kadar bahan organik yang larut dan akan menaikkan
organik semakin tinggi berarti semakin kapasitas resapan.

25
Hal ini menunjukkan bahwa meskipun tidak nyata dengan C-organik
kadar air berkorelasi positif meskipun (r = 0,132), porositas (r = 0,025),
tidak nyata terhadap C-organik (r = permeabilitas (r = 0,141), kadar air (r =
0,483). Dengan kata lain semakin 0,322) dan berkorelasi negatif meskipun
meningkatnya bahan organik maka tidak nyata dengan bulk density (r = -
kadar air juga akan meningkat. Tanah 0,084).
yang padat menyebabkan pergerakan air
lambat sedangkan tanah yang Saran
mengandung bahan organik dapat Tinggi dan rendahnya laju
menurunkan bobot isi tanah kemudian infiltrasi dapat dikendalikan dengan
meningkatkan volume ruang pori tanah kaedah-kaedah konservasi tanah dan air.
(Soepardi, 1983). Hasil penelitian Yatno Hal lain yang dapat dilakukan dengan
(2011) menunjukkan pemberian bahan meminimalkan ruang terbuka. Karena
organik dapat memperbaiki sifat fisik semakin tinggi kerapatan tanaman akan
tanah seperti kadar air dan menurunkan meningkatkan kesempatan bagi air untuk
bobot isi tanah sehingga kandungan masuk ke dalam tanah.
bahan organik yang tinggi akan
meningkatkan kadar air tanah. Semakin DAFTAR PUSTAKA
rendah kadar air di dalam tanah maka Andayani, W. S. 2009. Laju Infiltrasi
akan meningkatkan laju infiltrasi. Kadar Tanah Pada Tegakan Jati
air tanah awal yang rendah dapat (Tectona grandis linn F) Di
menyebabkan hisapan matriks yang BKPH Subah KPH Kendal Unit I
menyebabkan air akan masuk ke dalam Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas
tanah lebih cepat atau lebih banyak, Kehutanan Institut Pertanian
sehingga tanah-tanah yang lebih kering Bogor. Bogor. 66 p.
memiliki kemampuan menarik dan
memasukkan air lebih besar (Arsyad, Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan
2010). Air. IPB. Bogor. 475 p.
SIMPULAN DAN SARAN Asdak, C. 2010. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran
Simpulan Sungai. Edisi kelima. Gadjah
Berdasarkan hasil dan Mada University Press.
pembahasan dapat dibuat beberapa Yogyakarta.
kesimpulan sebagai berikut: Banuwa, I. S. 2013. Erosi. Kencana
Laju infiltrasi tertinggi yaitu Prenada Media Grup. Jakarta.
8.202 cm/jam (agak cepat), terdapat pada 204 p.
SPL 6 dengan tutupan lahan kebun [BMKG] Badan Meteorologi dan
campuran, kemiringan lereng 0-3 (datar) Geofisika Malikussaleh
dan jenis tanah Latosol. Laju infiltrasi Kabupaten Aceh Utara. 2016.
terendah 1.906 cm/jam (agak lambat) Data Curah Hujan tahun 2007-
terdapat pada SPL 13 dengan tutupan 2016.
lahan tanaman kelapa sawit, kemiringan
lereng 3-8% dan jenis tanah Podsolik [BPDAS] Badan Pengelolaan Daerah
Merah Kuning. Aliran Sungai Provinsi Aceh.
2015. Data Hidrologi DAS
Hubungan korelasi menunjukkan Krueng Mane.
bahwa laju infiltrasi berkorelasi positif

26
Darmayanti, A. S. 2012. Beberapa Sifat Skripsi. Fakultas Pertanian
Fisika Kimia Tanah yang Universitas Malikussaleh. Aceh
Berpengaruh Terhadap Model Utara. 64 p.
Kecepatan Infiltrasi pada
Tegakan Mahoni, Jabon dan Imani, R. A. 2016. Laju Infiltrasi di
Trembesi di Kebun Raya Berbagai Penggunaan Lahan di
Purwodadi. Jurnal Penelitian Desa Cibuluh Kecamatan
Hayati. 17(1):185-191. Tanjungsiang Kabupaten
Subang. Skripsi. Fakultas
Emilia, F. 2013. Pengelolaan Sumber Pertanian Institut Pertanian
Daya Alam Berbasis Masyarakat Bogor. Bogor. 81 p.
Dalam Upaya Konservasi Daerah
Aliran Sungai. Tesis. Program Irawan, T. 2016. Infiltrasi Pada Berbagai
Pasca Sarjana Universitas Tegakan Hutan Di Arboretum
Diponegoro. Semarang. Universitas Lampung. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas
Febriyanti, D. P. 2016. Potensi Laju Lampung. Bandar Lampung. 55
Infiltrasi Di Saluran Baku Kali p.
Curah Taman dan Saluran Baku
Kali Clangap DAS Sampean Isnaini, R. 2012. Kajian Laju Infiltrasi
Baru Kabupaten Bondowoso. Tanah Pada Berbagai
Skripsi. Fakultas Teknik Penggunaan Lahan Di Desa
Universitas Jember. Jember. 47 Sempajaya Kecamatan Berastagi
p. Kabupaten Karo. Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas
Ginting, D. A. 2009. Pendugaan Laju Sumatera Utara. Medan. 32 p.
Infiltrasi menggunakan
Parameter Sifat Tanah pada Januardin. 2008. Pengukuran Laju
Kawasan Berlereng. Skripsi. Infiltrasi Pada Tata Guna Lahan
Fakultas Pertanian Universitas yang berbeda Di Desa Tanjung
Sumatera Utara. Medan. 73 p. Selamat Kecamatan Medan
Tuntungan Medan. Skripsi.
Haery, R.P. 2016. Analisis Laju dan Fakultas Pertanian Universitas
Sebaran Vertikal Infiltrasi Tanah Sumatera Utara. Medan. 43 p.
Pada Penggunaan Lahan Berbeda
di Jampang Tengah Sukabumi. Kusumawardani, M. 2011. Karakteristik
Skripsi. Fakultas Pertanian Infiltrasi Tanah Pada
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Penggunaan Lahan Pertanian dan
34 p. Pemukiman di Desa Sukaresmi
Kecamatan Megamendung
Hanafiah, A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Kabupaten Bogor. Skripsi.
Tanah. PT. Raja Grafindo Departemen Ilmu Tanah Dan
Persada. Jakarta. 371 p. Sumberdaya Lahan Fakultas
Pertanian Institut Pertanian
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Bogor. Bogor. 51 p.
Akademika Presindo. Jakarta.
288 p. Maharani, P. H, Sunarminto, B. H, dan
Hanudin, E. 2015. Penggunaan
Hasanah, H. 2016. Kajian Laju Infiltrasi Fungsi Pedotransfer untuk
di Daerah Aliran Sungai Krueng Memperkirakan Permeabilitas
Pase Kabupaten Aceh Utata. Tanah di Sumatera Selatan dan

27
Riau. Jurnal Ilmu Pertanian. (18) Skripsi. Departemen Geofisika
1 : 37-43. dan Meteorologi Fakultas
Matematika dan Ilmu
Nurmegawati. 2011. Infiltrasi pada Pengetahuan Alam Institut
Hutan di Sub DAS Sumani Pertanian Bogor. Bogor. 62 p.
Bagian Hulu Kayu Aro
Kabupaten Solok. Jurnal Wibowo, C. A. 2014. Pengaruh
Hidrolitan. 2(2):87-95. Kelembaban Tanah Terhadap
Waktu Pencapaian Kapasitas
Rahmi, L. 2014. Keragaan Infiltrasi Infiltrasi di Berbagai Penggunaan
Tanah Latosol pada beberapa Lahan. Skripsi. Departemen Ilmu
Penggunaan Lahan di DAS Tanah Dan Sumberdaya Lahan
Ciujung. Skripsi. Fakultas Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Institut Pertanian Pertanian Bogor. Bogor. 44 p.
Bogor. Bogor. 48 p.
Wibowo, H. 2010. Laju infiltrasi pada
Saragih, Y. 2010. Tingkat Infiltrasi Pada lahan gambut yang dipengaruhi
Beberapa Tipe Penggunaan air tanah (study kasus Sei Raya
Lahan Di DAS Sei Wampu dalam Kecamatan Sei Raya
Bagian Hilir. Skripsi. Fakultas Kabupaten Kubu Raya).
Pertanian Universitas Sumatera Jurnal Belian. 9 (1): 90-103.
Utara. Medan. 30 p.
Winarni, M. 2007. Karakteristik
Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Infiltrasi dan Hantaran Hidrolik
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tanah di Sub DAS Ciliwung
591 p. Hulu. Skripsi. Fakultas Pertanian
Sofyan, M. 2006. Pengaruh berbagai Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Penggunaan Lahan terhadap Laju 49 p.
Infiltrasi Tanah. Skripsi. Fakultas Yatno, E. 2011. Peranan Bahan Organik
pertanian Institut Pertanian dalam memperbaiki Kualitas
Bogor. Bogor. 49 p. Fisik Tanah dan Produksi
Sudarman, G. G. 2007. Laju Infiltrasi Tanaman. Jurnal Sumberdaya
Pada Lahan Sawah Di Makro Lahan. 5(1) : 11-18.
DAS Cibojang Sukabumi.

28

Anda mungkin juga menyukai