http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/geoimage
SEBARAN SPASIAL LAJU INFILTRASI SEBAGAI UPAYA MENGURANGI
DEGRADASI LINGKUNGAN DI DAS BERINGIN
Abstract
___________________________________________________________________
Use change of forest land into agriculture will affect the quantity and quality of the water in the
watershed layout that will be felt by the people in downstream areas. In normal conditions, groundwater flow
directly into the nearest river (Asdak, 1995). As a whole watershed hydrology particularly influenced by the
condition of the upstream catchment biophysical conditions and area of water diffusion in many places prone
to the threat of human interference.Purpose of this research is: ( 1) knowing fast condition infiltrate in Beringin
drainage basin. ( 2) knowing factor having an effect on to accelerateing to infiltrate in Beringin drainage basin.
(3) analysing swampy forest of spasial infiltrate as effort lessen environmental degradation in Beringin
drainage basin. This Research variable such as: topography data, rainfall, ground type, and land usage.
Intake of data conducted with documentation method, field observation and measuring sample. Analysis
technique the used is joining with others to compile ( overlay), and compare result of analysis of spasial with
test of sampel field ( komparasi). Result of research show factors influencing level infiltrate such as: level
inclination of bevel, rainfall, ground type and type land usage, where is usage of farm represent biggest factor
which influence level infiltrate in Beringin drainage basin, from research data show there [is] still 43,2% usage
of forest. From wide of entirety Basin Beringin 3.035 hectare. Spasial spread level infiltrate which is obtained
through Geographical Information systems analysis and sample experiment that is: level infiltrate tardy
category 610 ha, rather tardy 446 ha, in a rage is 145 ha, rather quickly 334 ha, and quickly 1.499 ha.
Alamat korespondensi: ISSN 2252-6285
Gedung C1 Lantai 1 FIS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: geografiunnes@gmail.com
1
Muhammad Nawawi / Geo Image 3 (1) (2014)
PENDAHULUAN
Infiltrasi adalah proses aliran air Mengurangi erosi. (3) Meningkatkan persediaan
(umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke air untuk vegetasi dan tanaman. (4) Mengisi
dalam tanah. Perkolasi merupakan proses kembali cadangan air. (5) Menyediakan aliran
kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang untuk sungai pada musim kemarau. Montarcih
lebih dalam. Dengan kata lain, infiltrasi adalah (2010:15) menjelaskan infiltrasi merupakan
aliran air masuk ke dalam tanah sebagai akibat bagian dari air hujan (limpasan) yang
gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan dipengaruhi oleh (1) kodisi tanah, (2) tumbuh –
gravitasi (gerakan air ke arah vertikal). Setelah tumbuhan, (3) pengerjaan tanah, (4) besar
lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air kecilnya kadar air, (5) pemempatan karena
tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam hujan.
sebagai akibat gaya gravitasi bumi dan dikenal Degradasi lingkungan yang terjadi di
sebagai perkolasi (Asdak, 2007:228). DAS Beringin sangat kompleks seperti
Salah satu fungsi utama dari DAS berkurangnya kualitas lingkungan, banjir, dan
adalah sebagai pemasok air dengan kuantitas erosi. Dinas PSDA menyatakan banjir terjadi di
dan kualitas yang baik terutama bagi orang di kawasan Semarang barat termasuk penyebabnya
daerah hilir. Alih guna lahan hutan menjadi adalah DAS Beringin. Adapun Suryanto (2007)
lahan pertanian akan mempengaruhi kuantitas mengemukakan erosi yang terjadi pada DAS
dan kualitas pada tata air pada DAS yang akan Beringin mencapai 61,94 ton/Ha/thn sampai
lebih dirasakan oleh masyarakat di daerah hilir. 81,47 ton/Ha/tahun yang tergolong sedang.
Pada keadaan normal, aliran air tanah langsung Penelitian oleh Susilo dan Bambang (2012),
masuk ke sungai yang terdekat (Asdak, 1995). menjelaskan telah terjadi Perubahan tata guna
Sebagai suatu kesatuan tata air DAS lahan dari yang tadinya lahan pertanian dan
dipengaruhi kondisi bagian hulu khususnya lahan hijau menjadi pemukiman di DAS
kondisi biofisik daerah tangkapan dan daerah Beringin yaitu; Sub Das Dondong (26,258m²),
resapan air yang di banyak tempat rawan Sub DAS Duwet (1.133,243 m²), Sub DAS
terhadap ancaman gangguan manusia. Tikung (1.190,296 m²), Sub DAS Demangan
Banyak faktor yang dapat menjadi (1.160,880 m²). Besaran perubahan debit yaitu:
penyebab tingkat infiltrasi dalam suatu DAS, Sub Das Dondong (0,12m²/dt), Sub DAS
seperti teori atau penelitian yang telah dilakukan Duwet (5,48 m²/dt), Sub DAS Tikung (19,08
sebelumnya. Berikut teori yang menjadi m²/dt), Sub DAS Demangan (2,05 m²/dt).
landasan pertimbangan dalam melakukan Melihat kondisi DAS Beringin saat ini,
penelitian ini Asdak (1995:231) menjelaskan perlu dilakukan adanya suatu kajian yang
faktor – faktor yang menentukan infiltrasi yaitu: mengaitkan berbagai informasi tentang letak,
(1) jumlah air yang tersedia dipermukaan tanah, kondisi lokasi, pola, dan kecenderungannya
karena itu menentukan besarnya tekanan yang akan terjadi dimasa yang akan datang
potensial pada permukaan tanah menyebabkan secara bersama – sama atau sebagian. Dalam
semakin besar atau kecil infiltrasi, (2) sifat sebuah pemodelan dibentuk sebuah formulasi
permukaan tanah seperti tekstur tanah, struktur, yang memungkinkan dilakukan manipulasi data
unsur organik, dan tajuk penutup lainnya, (3) input. Hasil keluaran dari pemodelan
kemampuan tanah untuk mengosongkan air di merupakan gambaran fenomena yang akan
atas permukaan tanah. Menurut Triatmodjo terjadi, Sehingga perencanaan rehabilitasi dan
(2008: 92-94) faktor yang mempengaruhi pencegahan degradasi dapat dilakukan dengan
infiltrasi yaitu: (1) kedalaman genangan dan melihat model spasial tingkat infiltrasi eksisting.
tebal tipis lapis jenuh, (2) kelembaban tanah, (3) Adapun tujuan yang akan dicapai dari
pemampatan oleh hujan, (4) penyumbatan oleh penelitian ini adalah 1) Mengetahui kondisi
butir halus, (5) tanaman Penutup, (6) topografi, faktor yang berpengaruh terhadap tingkat
(7) intensitas hujan. Menurut Sudarmanto infiltrasi di DAS Beringin dengan teknik
(2013:178) Penggunaan lahan merupakan faktor Penginderaan Jauh (PJ) dan Sistem Informasi
kontrol, dimana meskipun lahan memiliki Geografis (SIG). 2) Membuat model spasial
kemampuan infiltrasi yang besar, namun akan tingkat infiltrasi di DAS Beringin dengan teknik
memiliki kondisi resapan air yang rendah PJ dan SIG. Manfaat penelitian ini adalah:
apabila penggunaan lahannya tidak sesuai. (1) Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan
Liesnoor (2012) menyebutkan beberapa dapat menambah wawasan keilmuan dan
kegunaan praktis adanya peningkatan infiltrasi pengetahuan tentang infiltrasi, sehingga dimasa
yaitu: (1) Mencegah atau mengurangi banjir. (2) mendatang dapat dilakukan upaya untuk
2
Muhammad Nawawi / Geo Image 3 (1) (2014)
menjaga agar siklus hidrologi di DAS Beringin spasial, deskriptif, spasial infiltrasi, dan
tetap terjaga kealamiannya. (2) Manfaat praktis, komparasi. Analisis spasial dilakukan dengan
Dinas terkait seperti Balai Pengelolaan Daerah meng-overlay beberapa variabel yang
Aliran Sungai (BPDAS) dan Badan berpengaruh terhadap laju infiltrasi, sehingga
Perencanaan dan Pembangunan Daerah diperoleh model spasial berupa sebaran spasial
(Bappeda), Penelitian ini dapat menjadi tingkat infiltrasi. Analisis deskripsi untuk
masukan dan bahan pertimbangan untuk penjabaran hasil agar lebih jelas. Pada
mengambil suatu kebijakan, terkait pengukuran tingkat infiltrasi, dilakukan
pembangunan maupun rehabilitasi lahan dan menggunakan metode Horton. Sedangkan
lingkungan di kawasan DAS Beringin. metode analisis komparasi dalam penelitian ini
yang dibandingkan adalah hasil overlay (analisis
METODE PENELITIAN SIG) dan pengukuran sampel laju infiltrasi
dilapangan dengan tabel klasifikasi laju infiltrasi
Penelitian ini dilakukan di DAS menurut Kohnke.
Beringin, yang termasuk didalamnya secara Terdapat beberapa aspek dan termasuk
administratif Kecamatan Mijen, Ngaliyan, dan variabel yang mempengaruhi tingkat peresapan
Tugu. Obyek penelitian ini meliputi seluruh atau infiltrasi, dan proses pengolahan datanya
daerah penelitian. Data yang digunakan dalam adalah dengan terlebih dahulu disajikan dalam
penelitian ini, dikelompokkan menjadi dua jenis bentuk peta - peta yaitu:
menurut sumbernya (Tika, 2005:44) yaitu data a. Peta Persebaran hujan
primer dan sekunder. Adapun data yang b. Peta Jenis tanah
merupakan variabel yang menjadi faktor c. Peta Kemiringan lereng
pengaruh tingkat infiltrasi adalah; kemiringan d. Peta penggunaan lahan
lereng, jenis tanah, curah hujan, Penggunaan Peta persebaran hujan, jenis tanah atau
lahan, data tingkat infiltrasi. Metode batuan, dan peta kemiringan lereng masing –
pengumpulan data dilakukan dengan; 1) masing ditransform dalam bentuk peta potensi
Metode dokumen dilakukan guna infiltrasi. Ketiga aspek ini memberikan indeks
mengumpulkan data sekunder dari instansi tingkat infiltrasi potensial alami. Bentuk
terkait untuk mendapatkan data yang relevan. 2) penggunaan lahan merupakan aspek di bawah
Metode observasi lapangan, adalah cara dan pengaruh kegiatan manusia, mempunyai
teknik pengumpulan data dengan melakukan implikasi yang berbeda terhadap infiltrasi. Jika
pengamatan dan pencatatan secara sistematis aspek alami mencerminkan kondisi “potensial”,
terhadap gejala atau fenomena yang ada pada maka aspek penggunaan lahan mencerminkan
obyek penelitian. 3) Metode penentuan titik kondisi “aktual “. Dengan cara menumpang-
sampel pada penelitian ini berupa sampel tindihkan resultante (yang sudah ditransformasi
infiltrasi dengan menggunakan metode dalam bentuk nilai tingkat infiltrasi) aspek alami
Purposive Sampling. 4) Metode pengukuran dan aspek aktual (pengaruh manusia), maka
sampel infiltrasi, diukur secara langsung di dapat dibuat peta hasil overlay yang baru.
lapangan dengan menggunakan alat double ring Berikut ini Pendekatan Penyusunan Model
infiltrometer. Teknik analisis yang Pengkajian Daerah resapan dengan teknik
digunakan dalam penelitian ini meliputi analisi tumpang susun(overlay):
3
Muhammad Nawawi / Geo Image 3 (1) (2014)
Dengan penggunaan lahan hutan merupakan jumlah harian selama setahun dibagi
sebesar 43,2% dan kebun campuran dan dengan jumlah hari hujan dalam tahun tersebut.
tanaman keras sebesar 15% maka kondisi DAS Beringin mempunyai intensitas curah
resapan air dapat diperbaiki dan tanah yang hujan rata-rata antara 19,29 sampai 20,16
terikat oleh akar akan semakin banyak sehingga mm/hari. Dari tahun 1990- 2005. Sehingga
erosi dan sedimentasi bisa berkurang. kecenderungannya sudah konsisten. Berikut ini
b. Kondisi Iklim adalah data curah hujan di 3 Stasiun DAS
Intensitas hujan harian rata-rata Beringin tahun 2013.
Jumlah CH
No. Nama Bujur Lintang
(mm)
4
Muhammad Nawawi / Geo Image 3 (1) (2014)
1. 874,867 1 0-8% 50
2. 972,566 2 8-15% 40
3. 745,130 3 15-25% 30
4. 331,993 4 25-40% 20
d. Jenis Tanah >50% dari luas DAS beringin bagian hulu dan
Dalam Penelitian ini Jenis tanah di hilir di Kecamatan Ngaliyan dan Tugu.
DAS Beringin didominasi oleh Mediteran Dominasi kedua yang juga luas adalah
Merah Tua dan Regosol yang tersebar hampir Kompleks Grumosol Kelabu dan litosol dengan
disebagian besar selatan DAS beringin bagian luas 1.437,9 ha. Selebihnya adalah jenis tanah
hulu, yakni Kecamatan Mijen dan Ngaliyan Aluvial hidromorf seluas 20,2 ha, Aluvial kelabu
dengan total luas dari hasil analisis perhitungan dan aluial cokelat kekelabuan seluas 10,74 dan
SIG seluas 1.550,9 ha. Jenis tanah Mediteran Asosiasi mediteran coklat litosol 7,10 ha. Jadi
tua dan regosol lebih mendominasi hampir terdapat 5 jenis tanah di DAS Beringin.
5
Muhammad Nawawi / Geo Image 3 (1) (2014)
Hasil analisis spasial dengan SIG Tingkat infiltrasi agak cepat seluas 334 ha,
memperoleh hasil tingkat infiltrasi dalam 5 kelas dengan 2 titik uji sampel infiltrasi sesuai.
dengan rincian ; tingkat infiltrasi lambat 610 ha, Tingkat infiltrasi cepat dari hasil analisis SIG
dalam uji sampel ditentukan 3 sampel yang diwakili oleh 8 titik uji sampel infiltrasi, 6 titik
mewakili hasil analisis spasial 2 titik sesuai dan sesuai dan 2 titik tidak sesuai. Komparasi kelas
1 tidak. Tingkat infiltrasi agak lambat, 446 ha cepat yang tidak sesuai maksudnya adalah jika
dengan 2 titik uji sampel sesuai. tingkat infiltrasi dikelaskan dengan teori Kohnke sebelum
sedang, 145 ha dengan 1 titik uji sampel sesuai. dimodifikasi dalam penelitian. Yaitu klasifikasi
6
Muhammad Nawawi / Geo Image 3 (1) (2014)
sangat cepat adalah diatas 250 cm/jam. Berikut hasil komparasi ditampilkan dalam tabel.
Tabel 3.4 Komparasi Laju Infiltrasi olah SIG dan Uji sampel infiltrasi
F (cm/h) Luasan No. Laju Infiltrasi F (cm/h)
Tingkat infiltrasi check
(ha) Uji
4. Lambat 3,543 √
Lambat 0–5 610 12. Lambat 2,879 √
14. Agak Lambat 9,691 -
1. Agak Lambat 12,644 √
Agak Lambat >5 – 20 446 15. Agak Lambat √
15,718
Sedang >20 – 65 145 7. Sedang 60,746 √
2. Agak Cepat 120,063 √
Agak Cepat >65 – 125 334 16. Agak Cepat √
123,063
3. Cepat 138,040 √
5. Sangat Cepat 600,319 -
6. Cepat 210,066 √
9. Cepat 144,094 √
Cepat 125 > 1.499
19. Cepat 180,227 √
10. Sangat Cepat 300,097 -
11. Cepat 180,692 √
13. Cepat 150,041 √
Sumber: Data Primer, 2014