Anda di halaman 1dari 7

J.Hidrosfir Vol.1 No.1 Hal.

1 - 7 Jakarta, April 2006 ISSN 1704-1043

MODEL PENENTUAN KAWASAN RESAPAN AIR


UNTUK PERENCANAAN TATA RUANG BERWAWASAN
LINGKUNGAN

Mardi Wibowo
Peneliti Geologi Lingkungan
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Abstract
Regional spatial planning is done for anticipate increasing and developping
social-economic activity. Generally, spatial planning tend to spatial value
and economic value, on the other hand environmental value is ignored. For
example : in saptial planning is no space for conservation area for recharge
area. For determine (mapping) suitability a zone for recharge area need
requirements or a model for guidelines to determine recharge area. Generally
requirements or parameter are used for mapping recharge area are material
permeability, rain intensity, soil, slope and depth of groundwater surface.

Key words : Recharge area, sustainable spatial planning

1. PENDAHULUAN kawasan tertentu. Hal ini dimaksudkan


agar perubahan yang terjadi menjadi lebih
Perencanaan Tata Ruang adalah baik, sehingga dapat mencirikan sifat-sifat
perencanaan suatu wujud struktural dan kehidupan kawasan yang mantap dan
pola pemanfaatan ruang, baik dinamis. Rencana tata ruang merupakan
direncanakan maupun tidak (PP No. 47 suatu rencana yang tak terpisahkan dari
Th. 1997). Saat ini hampir semua daerah rencana pembangunan itu sendiri, yang
baik propinsi, kabupaten/kota telah tentunya harus dipadukan sesuai dengan
membuat rencana tata ruang. Rencana tahap perencanaan, pelaksanaan maupun
tata ruang adalah bersifat umum dan pengendaliannya. Suatu pembangunan
merupakan ‘potret diri’ dari suatu daerah yang berkesinambungan haruslah
untuk menggambarkan dan mewujudkan direncanakan bagaimana cara maupun
keterkaitan antar kegiatan yang sistemnya agar sumberdaya dan
memanfaatkan ruang dan kebijaksanaan lingkungan yang dikembangkan dapat
mengenai kawasan, yang pada dasarnya tetap lesatri. Pembangunan yang kurang
terbagi tiga, yaitu kawasan budidaya, memperhatikan hal tersebut akan
penyangga dan lindung. berakibat fatal dalam waktu singkat.

Perencanaan tata ruang kawasan Saat ini pada umumnya rencana tata
merupakan usaha yang dilakukan untuk ruang lebih cenderung mengacu pada segi
mengantisipasi pertumbuhan dan kebutuhan ruang serta nilai ekonomis
perkembangan kegiatan pembangunan di sedangkan nilai-nilai lingkungan masih

Model Penentuan Kawasan....J. Hidrosfir. Vol.1(1):1 - 7 1


sering diabaikan. Akibat dari bawah permukaan tanah. Sedangkan air
kecenderungan itu umumnya daerah telah tanah adalah air yang menempati rongga
membuat rencana tata ruang kawasan (pori) dalam lapisan tanah, batuan atau
budidaya (misalnya untuk kawasan formasi geologi yang ada di bawah tanah.
wisata, kawasan industri, dll), sedangkan
rencana tata ruang kawasan lindung Air tanah merupakan sumberdaya
(contoh: kawasan resapan air) seringkali yang sangat penting dalam penyediaann
terlupakan. air di Indonesia. Penggunaan air tanah
sangat luas dan memenuhi sekitar 60%
2. PERMASALAHAN dari kebutuhan penduduk akan air baik
untuk irigasi, industri, air minum, MCK,
dll.(1)
Pada umumnya rencana tata ruang
suatu daerah lebih cenderung Beberapa pengetahuan yang sangat
mempertimbangkan nilai-nilai ekonomis berkaitan dengan air tanah adalah
dibandingkan nilai-nilai lingkunga. Akibat geologi, hidrologi, meteorologi, mekanika
dari kecenderungan tersebut banyak fluida dan ilmu tanah. Kesemua ilmu
lahan yang seharusnya merupakan memberikan kontribusi yang penting
kawasan lindung (termasuk kawasan dalam pengkajian potensi air tanah suatu
resapan air), tidak difungsikan daerah.
sebagaimana mestinya. Bahkan kadang
dialihkan fungsinya menjadi kawasan 3.2. Resapan Air
industri, pemukiman, perdagangan,
perkantoran, dan lain-lain. Secara umum proses resapan air
tanah ini terjadi melalui 2 proses
Sampai saat ini kriteria untuk berurutan, yaitu infiltrasi (pergerakan air
penentuan kawasan resapan air masih dari atas ke dalam permukaan tanah) dan
belum jelas (belum ada yang baku) dan perkolasi yaitu gerakan air ke bawah dari
pada umumnya diserahkan pada masing- zona tidak jenuh ke dalam zona jenuh air.
masing pemerintah daerah. Seharusnya Daya infiltrasi adalah laju infiltrasi
kriteria baku perlu ditetapkan, paling tidak maksimum yang mungkin, yang
sebagai acuan pemerintah daerah untuk ditentukan oleh kondisi permukaan tanah.
melakukan zonasi kawasan-kawasan Daya perkolasi adalah laju perkolasi
yang berpotensi untuk meresapkan air ke maksimum yang mungkin, yang besarnya
dalam tanah. Karena fungsi kawasan ditentukan oleh kondisi tanah di zona tidak
resapan air selain sebagai penambah jenuh. Laju infiltrasi akan sama dengan
cadangan air tanah juga berfungsi untuk intensitas hujan jika laju infiltrasi masih
mengurangi potensi kemungkinan lebih kecil dari daya infiltrasinya.
terjadinya banjir. Perkolasi tidak akan terjadi jika porositas
dalam zona tidak jenuh belum
3. TINJAUAN PUSTAKA mengandung air secara maksimum.

3.1. Hidrologi Air Tanah Proses infiltrasi berperan penting


dalam pengisian kembali lengas tanah
Hidrologi air tanah atau sering dan air tanah. Pengisian kembali lengas
disebut geohidrologi adalah pengetahuan tanah sama dengan selisih antara infiltrasi
terjadinya distribusi dan gerakan air di dan perkolasi (jika ada).

2 Wibowo, M. 2006
Pengisian kembali air tanah sama Untuk menentukan daerah resapan
dengan perkolasi dikurangi kenaikan air sebaiknya dibuat panduan yang
kapiler (jika ada). Resapan air tanah akan sederhana dengan kriteria-kriteria yang
menentukan besarnya aliran dasar yang mudah dipahami serta dapat diolah atau
merupakan debit minimum sungai di dilaksanakan dengan manual maupun
musim kemarau. dengan komputer (dengan teknologi
SIG). Tujuan utama dari penentuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi daerah resapan air ini adalah agar aliran
daya infiltrasi air adalah(2): dasar dalam tanah dapat optimal, tingkat
peresapan ini tergantung pada curah
a. Dalamnya genangan di permukaan
hujan, tipe tanah dan batuan, kemiringan
tanah, semakin tinggi genangan
tanah, tipe penggunaan lahan dan
maka tekanan air untuk meresap ke
vegetasi.
dalam tanah semakin besar pula.
b. Kadar air dalam tanah, semakin Untuk keperluan praktis aspek-aspek
kering tanah infiltrasi semakin besar. yang harus diperhatikan dalam
c. Pemampatan tanah, akan menentukan daerah resapan air adalah(3):
memperkecil porositas, pemampatan
o Kondisi hidrogeologi yang serasi,
dapat terjadi karena pukulan butir-
meliputi : arah aliran air tanah,
butir hujan, penyumbatan pori oleh
adanya lapisan pembawa air, kondisi
butir halus, karena injakan manusia,
tanah penutup, curah hujan.
binatang dan lain sebagainya.
o Kondisi morfologi/ medan/ topografi,
d. Tumbuh-tumbuhan, jika tertutup oleh semakin tinggi dan datar lahan
tumbuhan akan semakin besar. semakin baik sebagai daerah
e. Struktur tanah, yaitu ada rekahan resapan air.
daya infiltrasi akan memperbesar. o Tataguna lahan, lahan yang tertutup
f. Kemiringan lahan dan temperatur air tumbuhan lebih baik.
(mempengaruhi kekentalan). Menurut Freeze & Cherry. 1979
(4)
4. MODEL PENENTUAN DAERAH (dalam Salama, dkk. 1993) untuk
RESAPAN AIR (RECHARGE AREA) menentukan zona resapan dan pelepasan
air perlu diperhatikan :
Daerah resapan air adalah daerah
o Aliran air permukaan dan air tanah.
tempat meresapnya air hujan ke dalam
tanah yang selanjutnya menjadi air tanah. o Iklim, terutama curah hujan.
Kenyataannya semua daratan di muka o Karakteristik hidrogeologi.
bumi dapat meresapkan air hujan. Dalam o Topografi, daerah resapan air
penelitian ini pengertian daerah resapan umumnya bertopografi tinggi dengan
air ditekankan dalam kaitannya dengan kemiringan lahan relatif besar karena
aliran air tanah secara regional. Daerah tinggi muka air tanah relatif dalam
resapan regional berarti daerah tersebut akibat drainase ke bawah,
meresapkan air hujan dan akan mensuplai sedangkan daerah rendah muka air
air tanah ke seluruh cekungan, tidak tanah menjadi dangkal dan
hanya mensuplai secara lokal dimana air pelepasan air tanah menjadi
tersebut meresap.(3) dominan.

Model Penentuan Kawasan....J. Hidrosfir. Vol.1(1):1 - 7 3


Secara umum kawasan resapan pengkelasan dan pemberian skor dari tiap
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:(5) kelas parameter dijelaskan sebagai
berikut:
o Mempunyai arah umum aliran air
tanah secara vertikal
Tabel-1.Nilai Bobot Parameter Resa-
o Air meresap ke dalam tanah sampai
pan Air
muka air tanah
No. Parameter Bobot Keterangan
o Kedudukan muka preatik relatif
dalam Nilai

o Kedudukan muka preatik lebih dalam 1. Kelulusan Batuan 5 Sangat Tinggi


dari muka pisometrik pada kondisi 2. Curah Hujan 4 Tinggi
alamiah 3. Tanah Penutup 3 Cukup
o Daerah singkapan batuan lolos air 4. Kemiringan Lereng 2 Sedang
tidak jenuh air
5. Muka Air Tanah 1 Rendah
o Daerah perbukitan atau pegunungan
o Kandungan kimia air tanah relative
rendah a. Jenis Batuan Penyusun
o Umur air tanah relatif muda
Pengkelasannya berdasarkan
Sedangkan cirri-ciri khusus dari permeabilitas dimana hal tersebut
kawasan resapan air adalah : (5) sangat dipengaruhi oleh tekstur dan
struktur dari tiap jenis batuan.
o Daerah tubuh dan puncak kerucut Semakin besar permeabilitas &
gunung api
koefisien resapan semakin besar
o Daerah karst yang mempunyai skornya (Tabel-2)
retakan dan lubang pelarutan
o Daerah singkapan batuan pembentuk Tabel-2.Kelas dan Skor Kelulusan
akuifer tertekan bagian hulu Batuan
Berdasarkan pembahasan di atas No Permeabili- Contoh Skor Ket
tas(m/hari) Batuan
maka dapat dikatakan bahwa parameter- 1 > 103 Endapan Aluvial 5 sgt Ting
parameter yang perlu diperhatikan untuk 2 101 – 10 3 Endapan Kuarter 4 Tinggi
penentuan daerah resapan air adalah muda
3 10-2 – 101 Endapan Kuarter 3 Cukup
curah hujan, jenis tanah permukaan, tua
batuan penyusun, kemiringan lahan, dan 4 10-4 – 10-2 Endapan Tersier 2 Sedang
muka air tanah. Masing-masing 5 < 10-4 Batuan Intrusi 1 Rendah
parameter mempunyai pengaruh Sumber : Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan
terhadap resapan air ke dalam tanah yang Kawasan Pertambangan, 2004
dibedakan dengan nilai bobot (Tabel-1).
Parameter yang mempunyai nilai bobot b. Curah Hujan
paling tinggi merupakan parameter yang
paling menentukan kemampuan Dari segi daya dukung lingkungan,
peresapan untuk menambah air tanah dengan curah hujan yang sama
secara alamiah pada suatu cekungan air resapan air akan semakin besar jika
tanah. Sebagai salah satu model hujan terjadi dalam waktu yang

4 Wibowo, M. 2006
panjang. Sehubungan dengan hal Tabel-4. Kelas dan skor tiap jenis
tersebut dikembangkan faktor hujan tanah
infiltrasi yang dihitung : No Permeabilitas Contoh Skor Ktr
-5
(10 m/dt) Batuan
RD = 0,01 . P . Hh 1 lambat ( < 2) Kerikil 1 Rendah
2 agak lambat Pasir 2 Sedang
(2-7) Kerikil
Dimana : 3 sedang - cepat Lempung 3 Cukup
RD = faktor hujan infiltrasi (7-15) Pasiran
4 agak cepat Lanau 4 Tinggi
P = curah hujan tahunan (15-30) Lempungan
5 cepat ( > 30 ) Lempung 5 Sgt Ting
Hh = jumlah hari hujan tiap tahun Lanauan
Sumber : (dengan modifikasi), dengan
Semakin tinggi dan lama curah pengolahan(7)
hujan, semakin besar skornya karena
pada dasarnya semakin tinggi dan konservasi. Tetapi pengaruhnya
lama curah hujan semakin besar air berbeda terhadap 2 kepentingan
yang dapat meresap ke dalam tanah tersebut. Untuk kepentingan resapan
(lihat Tabel-3). air semakin besar kemiringan semakin
kecil jumlah air yang meresap tetapi
akan semakin penting atau perlu untuk
Tabel-3.Kelas dan skor data curah dikonservasi. Dalam penelitian ini
hujan
penskorannya lebih ditekankan pada
No. Curah Faktor Skor Ktr
Hujan Hujan
kepentingan resapan air daripada
(mm/ th) Infiltrasi *) untuk kepentingan konservasi secara
1 < 1.500 < 2.775 1 Rendah
2 1.500 - 2.000 2.775 - 3.700 2 Sedang
umum meskipun biasanya daerah
3 2.000 - 2.500 3.700 - 4.625 3 Cukup resapan berada di daerah dengan
4 2.500 - 3.000 4.625 - 5.550 4 Tinggi kemiringan yang relatif besar. Kelas
5 > 3.000 > 5.550 5 Sgt Ting
Sumber : *)Faktor hujan infiltrasi dihitung
dan skor kemiringan lahan terlihat
berdasarkan rata-rata hari hujan pada Tabel-5.
di Cekungan Bandung 185 hari/ th.
e. Kedalaman Muka Air Tanah
c. Jenis Tanah Permukaan
Semakin dalam kedalaman muka
Karakteristik tanah yang harus air tanah bebas maka potensi air untuk
diperhatikan adalah permeabilitas meresapkan air semakin besar
dan nilai faktor infiltrasi (lihat Tabel-
dibandingkan dengan daerah yang
4). muka air tanahnya relatif dangkal
(Tabel-6).
d. Kemiringan Lahan Kemudian untuk menentukan
tingkat kesesuaian sebagai kawasan
Merupakan variabel yang sangat resapan air dilakukan dengan
berpengaruh terhadap proses resapan menjumlahkan hasil perkalian antara
air dan penentuan kawasan nilai bobot dan skor pada tiap kelas

Model Penentuan Kawasan....J. Hidrosfir. Vol.1(1):1 - 7 5


parameter, dengan menggunakan parameter yang dipakai untuk
rumus : menentukan daerah resapan air
dibuat dalam bentuk peta-peta. Selain
Nilai Total = Kb*Kp + Pb*Pp + Sb*Sp itu dibuat tabel-tabel untuk
+ Lb*Lp + Mb*Mp menjelaskan peta-peta tersebut.
Keterangan : Dalam sistem informasi geografi
K = Kelulusan batuan kesemuanya itu dibangun dalam
P = Curah hujan rata-rata tahunan suatu database sehingga akan sangat
S = Tanah penutup mudah untuk memanipulasi,
L = Kemiringan lereng mengupdate dan menganalisis.
M = Muka air tanah bebas
b = Nilai bobot Tabel-6.Kelas dan skor kedalaman
p = Skor klas parameter muka air tanah
No. Kedalam muka Skor Keterangan
air tanah (m)
Tabel-5. Kelas dan skor kemiringan 1 > 30 5 Sangat Tinggi
lahan 2 20 – 30 4 Tinggi
3 10 – 20 3 Cukup
No. Kemiringan Koefisien Skor Ket 4 5 – 10 2 Sedang
Lahan (%) Infiltrasi 5 <5 1 Rendah
1 <8 > 0,95 5 Sgt Tinggi
2 15-Aug 0,8 4 Tinggi Sumber : Direktorat Tata Lingkungan Geologi
3 15 - 25 0,7 3 Cukup dan Kawasan Pertambangan, 2004
4 25 - 45 0,5 2 Sedang
5 > 45 0,2 1 Rendah
Sumber : Chow, 1964 dalam Dinas 5. PENUTUP
Pertambangan Dati I Jabar, 1997:
dengan pengolahan a. Pada umumnya RTRW suatu
Beradasarkan rumus tersebut daerah lebih cenderung
maka akan diperoleh nilai total dari mempertimbangkan faktor
setiap tempat dalam suatu cekungan. kebutuhan ruang dan nilai
Semakin besar nilai totalnya maka ekonomis dibandingkan dengan
semakin besar potensinya untuk faktor lingkungan.
meresapkan air ke dalam tanah b. Dalam penyusunan RTRW perlu
dengan kata lain semakin sesuai adanya daerah yang ditetapkan
sebagai daerah resapan air. Untuk sebagai kawasan konservasi
mengklasifikasinya (membuat zonasi sebagai kawasan resapan air
tingkat kesesuaian sebagai daerah tanah.
resapan) perlu dibuat kelas-kelas c. Perlu adanya kajian potensi
berdasarkan nilai total yang ada di resapan air tanah dengan model-
seluruh daerah penelitian. model penentuan resapan air
tanah yang sudah ada, yang
Untuk proses analisis dengan nantinya dipakai sebagai salah
menggunakan teknologi Sistem satu dasar dalam penyusunan
Informasi Geografi (SIG) maka semua RTRW suatu daerah.

6 Wibowo, M. 2006
d. Perlu adanya kriteria-kriteria 4. Salama, R.B. dkk. 1993.
(model) yang baku untuk Distribution of Recharge and
menentukan suatu kawasan Discharge Areas in A First Order
resapan air tanah. Catchment as Interpreted from
e. Secara umum kriteria-kriteria atau Watter Level Pattern, Journal of
parameter yang dipakai sebagai Hydrology v. 143, Elseiver,
dasar penentuan kawasan resapan Amsterdam.
air adalah : kelulusan batuan, 5. Anonim. 2004. Kumpulan
curah hujan, tanah penutup, Panduan Teknis Pengelolaan Air
kemiringan lahan dengan bobot Tanah, Direktorat Tata Lingkungan
dan pengklasifikasian tertentu Geologi dan Kawasan
Pertambangan, Departemen
DAFTAR PUSTAKA Energi dan Sumberdaya Mineral,
Jakarta.
1. Harnandi, D., dkk. 1997. 6. Wibowo. 1998. Pengkajian
Konservasi Air Tanah di Daerah Potensi Resapan Air
Bandung dan Sekitarnya, Buletin Menggunakan Sistem Informasi
Geologi Tata Lingkungan No. 20, Geografi – Studi Kasus Cekungan
Sept 1997, Dit. GTL, Dept. Bandung, Tesis Magister di ITB-
Pertambangan dan Energi, Bandung, tidak diterbitkan
Bandung, 10 – 2.
7. Supriyo, A. 1992. Penyusunan
2. Soemarto, C.D. 1987. Hidrologi Model Pengkajian dan Rencana
Teknik, Usaha Nasional, Pengelolaan Daerah Resapan
Surabaya. (Makalah pada Penyusunan
3. Anonim. 1995. Kesesuaian Lahan Rencana Pengelolaan Daerah
Untuk Kegiatan Perkotaan di Resapan Air di Jawa Tengah, di
Bandung, MBUDP, Pemerintah Semarang).
Daerah Propinsi Jawa Barat.

Model Penentuan Kawasan....J. Hidrosfir. Vol.1(1):1 - 7 7

Anda mungkin juga menyukai