Anda di halaman 1dari 12

Critical Review

Perencanaan Wilayah dan Kota


Fakultas Teknik Sipil,Perencanaan dan Kebumian
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
2021

"PEMETAAN DAERAH POTENSI RAWAN BANJIR DENGAN


SISTEM INFORMASI GEOGRAFI METODE WEIGHTED OVERLAY
DI KELURAHAN KETEGUHAN"

Disusun Oleh : Azelia Putri Suwardani (5015201102)

Dosen Pembimbing :
Fendy Firmansyah. ST,MT
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pembangunan yang dilakukan untuk perluasan kawasan perkotaan dan berkurangnya


kawasan hutan saat ini banyak terjadi di beberapa tempat wilayah di Indonesia. Peralihan
fungsi suatu kawasan yang mampu menyerap air (pervious) menjadi kawasan yang kedap air
(impervious) akan mengakibatkan ketidak seimbangan hidrologi dan berpengaruh negatif pada
kondisi daerah aliran sungai.Tingginya pembangunan sumber daya alam dan pembangunan yang
berjalan lurus dengan kenaikan pertumbuhan penduduk berpengaruh besar dalam perubahan tatanan
lingkungan seperti degradasi lingkungan dan perubahan tata guna lahan.Perubahan ini dapat
berdampak pada penutupan vegetasi suatu kawasan yang berimbas pada peningkatan volume
limpasan air yang nantinya mengakibatkan masalah banjir di hilir sungai..Salah satu indikatornya
adalah tingginya intensitas dan jumlah lokasi banjir dibandingkan dengan bencana alam lainnya
yaitu sekitar 40%.
Kelurahan Keteguhan merupakan salah satu daerah di Bandar Lampung yang termasuk
dalam kategori rawan banjir.Oleh karena itu Masyarakat Kelurahan Keteguhan harus dipersiapkan
dan disusun strategi serta manajemen yang tepat agar dapat tetap hidup layak di daerah rawan
banjir. Untuk mengantisipasi atau mereduksi kerugian akibat masalah banjir, dibutuhkan
penanganan seperti peringatan dini.Identifikasi wilayah rawan banjir merupakan salah satu
cara yang paling cocok digunakan untuk memperingatkan dan memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai daerah yang memiliki tingkat kerawanan banjir selain itu informasi terkait
daerah yang mempunyai kerawanan banjir juga berguna untuk pengambilan kebijakan
penanggulangan banjir oleh pemerintah.Untuk itu perlu dilakukan studi dalam melakukan pemetaan
daerah rawan banjir dengan metode Weighted Overlay terhadap parameter banjir, seperti: bentuk
lahan, kemiringan lereng, jenis tanah, infiltrasi tanah dan intensitas curah hujan menggunakan alat
Sistem Informasi Geografis (SIG).

PEMBAHASAN
Tinjauan Pustaka

1. Banjir

Menurut Ella , Y., (2008) banjir adalah meluapnya aliran sungai akibat air melebihi kapasitas
tampungan sungai sehingga meluap dan menggenani dataran atau daerah yang lebih rendah
disekitarnya. Menurut M. Syahril (2009), kategori atau jenis banjir terbagi berdasarkn lokasi
sumber aliran permukaan dan berdasarkan mekanisme terjadi banjir.

1. Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya:

a. Banjir kiriman (banjir bandang) : banjir yang diakibatkan oleh tingginya curah
hujan didaerah hulu sungai

b. Banjir lokal : banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang melebihi
kapasitas pembuangan disuatu wilayah

2. Berdasarkan mekanisme banjir terdiri atas 2 jenis, yaitu :

a. Regular Flood : banjir yang diakibatkan oleh hujan

b. Irregular Flood : banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti tsunami,
gelombang pasang,dan hancurnya bendungan.

Faktor-faktor penyebab terjadinya banjir disuatu wilayah

antara lain :

1. Hujan, terjadi dalam jangka waktu yang panjang atau besarnya hujan selama
berhari-hari.

2. Erosi tanah, menyisakan batuan yang menyebabkan air hujan mengalir deras
diatas permukaan tanah tanpa terjadi resapan.

3. Buruknya penanganan sampah yang menyumbat saluran- saluran air sehingga air
meluap dan membanjiri daerah sekitar.

4. Pembangunan tempat pemukiman, terjadi ketika tanah kosong diubah menjadi


jalan atau tempat tinggal yang menyebabkan hilangnya daya serap air hujan.
Pembangunan tempat pemukiman bisa menyebabkan meningkatnya risiko banjir
sampai 6 kali lipat dibanding tanah terbuka yang biasanya mempunyai daya serap
tinggi.

5. Bendungan dan saluran air yang rusak menyebabkan banjir terutama pada saat
hujan deras yang panjang.

6. Keadaan tanah dan tanaman, ketika tanah yang ditumbuhi banyak tanaman
mempunyai daya serap air lebih besar.

7. Di daerah bebatuan dimana daya serap air sangat kurang sehingga dapat

menyebabkan banjir kiriman atau banjir bandang. (IDEP, 2007)

2. Curah Hujan

Curah hujan merupakan salah satu komponen pengendali dalam sistem hidrologi.
Secara kuantitatif ada dua kharakteristik curah hujan yang penting, yaitu jeluk (depth) dan
distribusinya (distibution) menurut ruang (space) dan waktu (time). Pengukuran jeluk hujan
di lapangan umumnya dilakukan dengan memasang penakar dalam jumlah yang memadai
pada posisi yang mewakili (representatif) (Purnama,2008).
Curah hujan dibatasi sebagai tinggi air hujan (dalam mm) yang diterima di
permukaan sebelum mengalami aliran permukaan, evaporasi dan peresapan/perembesan ke
dalam tanah. Jumlah hari hujan umumnya dibatasi dengan jumlah hari dengan curah hujan
0,5 mm atau lebih. Jumlah hari hujan dapat dinyatakan per minggu, dekade, bulan, tahun
atau satu periode tanam (tahap pertumbuhan tanaman). Intensitas hujan adalah jumlah curah
hujan dibagi dengan selang waktu terjadinya hujan .Sifat hujan yang berpengaruh terhadap
aliran permukaan dan erosi adalah jumlah, intensitas, dan lamanya hujan. Dari hal-hal
tersebut yang paling erat hubungannya dengan energi kinetik adalah intensitas. Kekuatan
dan daya rusak hujan terhadap tanah ditentukan oleh besar kecilnya curah hujan. Bila jumlah
dan intensitas hujan tinggi maka aliran permukaan dan erosi yang akan terjadi lebih besar
dan demikian juga sebaliknya.
Hujan selain merupakan sumber air utama bagi wilayah suatu DAS (Daerah
Aliran Sungai), juga merupakan salah satu penyebab aliran permukaan bila kondisi tanah
telah jenuh, maka air yang merupakan presipitasi dari hujan akan dijadikan aliran
permukaan. Sedangkan karakteristik hujan yang mempengaruhi aliran permukaan dan
distribusi aliran DAS adalah intensitas hujan, lama hujan dan distribusi hujan di areal DAS
tersebut.

3. Jenis Tanah

Jenis tanah pada suatu daerah sangat berpengaruh dalam proses penyerapan air atau yang
biasa kita sebut sebagai proses infiltrasi. Infiltrasi adalah proses aliran air di dalam tanah
secara vertikal akibat adanya potensial gravitasi. Secara fisik terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi infiltrasi diantaranya jenis tanah, kepadatan tanah, kelembaban tanah dan
tanaman di atasnya, laju infiltrasi pada tanah semakin lama semakin kecil karena
kelembaban tanah juga mengalami peningkatan (Harto, 1993). Semakin besar daya serap
atau infiltrasinya terhadap air maka tingkat kerawanan banjirnya akan semakin kecil. Begitu
pula sebaliknya, semakin kecil daya serap atau infiltrasinya terhadap air maka semakin besar
potensi kerawanan banjirnya (Matondang, J.P., 2013).

4. Kemiringan Lereng

Kelerengan atau kemiringan lahan merupakan perbandingan persentase antara jarak


vertikal (tinggi lahan) dengan jarak horizontal (panjang lahan datar). Menurut Undang-
Undang Tata Ruang yang dibuat oleh Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
(Kimpraswil), kemiringan lereng dibagi menjadi beberapa kelas yaitu datar (0-8 %), landai
(8-15 %), agak curam (15-25 %), curam (25-45 %), dan sangat curam (≥ 45 %). Lahan yang
diperbolehkan untuk berdirinya kawasan permukiman adalah lahan yang memiliki topografi
datar sampai bergelombang yakni lahan yang memiliki kemiringan lereng 0-25 %.

Kelas kemiringan lereng yang dibagi menurut Undang- Undang Tata Ruang memiliki
ketidakpastian yang disebabkan oleh ketidaksempurnaan dalam pengambilan sumber data
atau interpretasi data.

5. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan adalah segala campur tangan manusia, baik secara permanen
maupun secara siklus terhadap suatu kelompok sumberdaya alam dan sumber daya buatan
secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhannya
baik secara kebendaan maupun spiritual ataupun dua-duanya (Malingreau,1977).Menurut
Luthfi Rayes (2007:162),penggunaan lahan adalah penggolongan penggunaan lahan secara
umum seperti pertanian tadah hujan,pertanian beririgasi, padang rumput, kehutanan atau
daerah rekreasi.

6. Ketinggian Lahan

Ketinggian (elevasi) lahan adalah ukuran ketinggian lokasi di atas permukaan laut.
Ketinggian mempunyai pengaruh terhadap terjadinya banjir. Semakin rendah suatu daerah
maka semakin berpotensi terjadi banjir, begitu pula sebaliknya. Semakin tinggi suatu daerah,
maka semakin aman akan bencana banjir.

7. Buffer Sungai

kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer
yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai,
dikembangkan sebagai area penghijauan yang selanjutnya meliputi data rupa bumi
Indonesia (RBI) dengan mengambil parameter jalur sungai. Buffer sungai sendiri
merupakan jarak sungai kearah daratan.

8. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Menurut ESRI (1999), Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu alat berbasis
komputer untuk memetakan dan meneliti hal-hal yang ada dan terjadi di muka bumi. Sistem
Informasi Geografis mengintegrasikan operasi database umum seperti query dan analisa
statistik dengan visualisasi yang unik dan manfaat analisa mengenai ilmu bumi yang
ditawarkan oleh peta. Kemampuan ini menjadi penciri Sistem Informasi Geografis dari
sistem informasi lainnya, dan sangat berguna bagi suatu cakupan luas perusahaan swasta
dan pemerintah untuk menjelaskan peristiwa, meramalkan hasil, dan strategi perencanaan
(Suhardiman, 2012).

9. Weighted Overlay

Weighted overlay adalah salah satu alat analisis ekstensi spatial analyst. Khususnya
tools overlay. Weighted overlay Umumnya digunakan untuk memecahkan masalah
multikriteria seperti pemilihan lokasi optimal atau pemodelan kesesuaian. Weighted overlay
merupakan teknik untuk menerapkan suatu skala umum dan nilai beragam maupun berbeda
yang diinput untuk membuat sebuah analisis yang terpadu.Weighted overlay hanya
menerima raster integrer sebagai masukan misalnya data mengenai penggunaan lahan dan
jenis tanah. Raster continue (floating raster) harus direklasifikasikan sebagai bilangan bulat
sebelum mereka dapat digunakan. Umumnya nilai-nilai raster kontinu dikelompokkan
menjadi kisaran. Misalnya kemiringan, atau output jarak euclidean. Setiap rentang harus

diberi nilai tunggal sebelum dapat digunakan dalam weighted overlay. Dalam weighted
overlay sendiri, ada beberapa mix antar tools dalam spatial analyst misalkan dengan
reclassify yang memang berfungsi sebagai alat untuk mengklasifikasikan hingga akhirnya
didapat bobot yang bisa dioverlaykan dengan data hasil klasifikasi lainnya.

Ringkasan Jurnal
Penentuan daerah potensi rawan banjir dilakukan melalui 7 tahap penilaian dengan
paramater penyusunan peta jenis tanah, peta kemiringan lahan, peta ketinggian lahan, peta
curah hujan, peta buffer sungai dan peta penggunaan lahan dengan masing-masing
dilakukan teknik pengklasifikasian dari tool dalam software ArcGIS yang berda beda sesuai
dengan hasil interpolasi yang sesuai dengan jenis data.Penilaian tahap pertama dilakukan
dengan metode slope untuk menentukan peta kemiringan lereng yang diambil dari data
DEM.Penilaian kedua dilakukan dengan mengklasifikasikan peta ketinggian lahan yang
terdapat pada data DEM.Penilaian ketiga dilakukan dengan metode overlay data RBI
menjadi peta penggunaan lahan.Penilaian keempat dilakukan dengan metode indeks distance
weighting untuk menginterpolasi data curah hujan.Penilaian kelima data jenis tanah dari
Food and Agriculture Organization of The United Nations diolah dengan proses cropping
lalu diklasifikasikan.Penilaian tahap enam dilakukan dengan multiple ring buffer untuk
menghasilkan peta buffer sungai.Jika penyusunan peta jenis tanah, peta kemiringan lahan,
peta ketinggian lahan, peta curah hujan, peta buffer sungai dan peta penggunaan lahan
sudah dilakukan maka dapat dilanjukan ke tahap penilaian akhir yaitu dengan metode
weighted overlay untuk mengiterpolasi peta potensi rawan banji,yang nantinta akan
diklasifikasikan menjadi 4 kategori yaitu aman, tidak rawan, rawan dan sangat rawan.

Pada penilaian tahap pertama (peta kemiringan lereng) dihasilkan daerah umbul
kunci lingkungan 3 (Berbukit Kecil 15% -30%),sedangkan pada kemiringan lereng rendah
terdapat pada daerah dataran rendah keteguhan pada lingkungan 1 (Berbukit Curam/Terjal
>45%) dan 2 (Berbukit 30% -45%).Pada penilaian tahap kedua (peta ketinggian lahan)
dihasilkan daerah keteguhan memiliki ketinggian dari 0 –12.5 m, 12.5 –25m, 25 –50m, 50 –
75m, 75 –100m dan >100m.Penilaian tahap ketiga (peta penggunaan lahan) dihasilkan
terdapat 4 pengklasifikasian parameter penggunaan lahan meliputi : non lahan,
pemukiman, semak belukar dan ladang/telaga/kebun.Dimana pada parameter yang paling
besar yaitu pada penggunaan lahan berupa pemukiman.Penilaian tahap keempat (peta curah
hujan) dihasilkan rata-rata data curah hujan tahunan yang terjadi pada daerah tersebut

kisaran >3000 mm/tahun dimana angka tersebut merupakan nilai yang sangat tinggi.Pada
penilaian tahap kelima (peta jenis tanah) dihasilkan bahwa daerah keteguhan memiliki jenis
tanah yaitu latosol.Penilaian tahap keenam (peta buffer sungai) dihasilkan rentang jarak
dari sungai kisaran : 0 –25m, 25 –100m dan 100 –250m.

Dari hasil enam peta yang terintrepolasi dapat disimpulkan bahwa hasil potensi
rawan banjir secara keseluruhan daerah keteguhan dengan kategori aman memiliki
luasan hingga 137.451 Ha (44.6%),kategori daerah tidak rawan memiliki luas area

hingga 92.5116 Ha (30.01%), kategori rawan memiliki luasan hingga 62.4992 Ha (20.27%)
dan pada daerah sangat rawan memiliki luas area hingga 15.7767 Ha (5.12%).

Kritisasi Jurnal
Pada penelitian ini peneliti menggunakan tipe analisis yaitu Sistem Informasi
Geografis (SIG) yaitu slope,overlay,multiple ring buffer,weighted overlay dan indeks
distance weighting dan juga melakukan Quality Control berupa kegiatan survei yang
nantinya hasil penelitian akan disosialisasikan.Penerapan SIG dalam penelitian
tersebut masih belum dijabarkan secara mendetail apa-apa saja yang akan dilakukan
dalam metode pelaksanaannya.Namun Peneliti menjelaskan darimana dan bagaimana
mendapatkan sumber datanya sekaligus menjelaskan metode-metode setiap jenis
datanya beserta klasifikasi dan skor dari masing-masing jenis data.

PENUTUPAN

Kesimpulan
Hal yang perlu diperhatikan pada pemetaan daerah potensi rawan banjir di Kelurahan
Keteguhan adalah adanya beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat rawan banjir di lokasi
tersebut,yaitu: faktor kemiringan lereng yang beragam lingkungan 3 (Berbukit Kecil 15%
-30%),sedangkan pada kemiringan lereng rendah terdapat pada daerah dataran rendah
keteguhan pada lingkungan 1 (Berbukit Curam/Terjal >45%) dan 2 (Berbukit 30% -45%);
ketinggian lahan yang cenderung rendah (0 –12.5m) ; Parameter penggunaan lahan yang dominan
berupa pemukiman ; Curah hujan yang cenderung memiliki intesitas hujan yang tinggi (>300 mm/
tahun) ; Memiliki jenis tanah latosol yang umumnya berada pada daerah yang memiliki jenis iklim
basah dan memiliki karakteristik tanah berstruktur remah ; dan jarak dari bibir sungai kearah
darat bidang horizontal dari sungai yang cenderung amam ( 0 –25m, 25 –100m dan 100 –
250m).Untuk itu, dalam aplikasi penentuan daerah potensi rawan banjir di lokasi tersebut perlu
dilakukan masukan teknologi,terutama dalam penentuan lokasi dan intesitas potensi banjir yang
akan terjadi.
Dengan memanfaatkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat ditentukan lokasi rawan
banjir di Kelurahan Keteguhan.Lokasi yang memiliki rata-rata potensi rawan bajir dengan kategori
tidak rawan dikarenakan daerah tersebut memiliki morfologi yang memiliki ketinggian yang besar
adalah daerah umbul Kunci sedangkan untuk lokasi yang memiliki rata-rata potensi rawan bajir
dengan kategori sedang-rawan berada di daerah terdekat sungai di arah jalan marthadinata.

Lesson Learned
Penentuan lokasi rawan banjir memang dapat dikatakan sulit karena harus menganalisis
dan mempertimbangan dari beberapa parameter data yang berkaitan terhadap bencana banjir
pada daerah tersebut.Oleh sebab itu, penggunaan SIG dalam menentukan lokasi rawan banjir
dapat memperkecil dampak negatif dari bencana banjir dan pemerintah maupun masyarakat dapat
mengambil langkah alternatif terhadapad pencegahan dan penanganan bencana banjir.

DAFTAR PUSTAKA

Didik Kuswadi, Iskandar Zulkarnain, Suprapto (2014) . Identifikasi Wilayah Rawan Banjir Kota
Bandar Lampung Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG).Jurnal Ilmiah Teknik
Pertanian,Volume 6 , Nomor 1 , April 2014 . 1-70.

Kurnia Darmawan,Han’ah, Andri Suprayogi (2017) . ANALISIS TINGKAT KERAWANAN BANJIR


DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN METODE OVERLAY DENGAN SCORING
BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS.Jurnal Geodesi Undip ISSN : 2337-845X ,
Volume 6, Nomor 1, 2017.

SARAH JEIHAN I P (2017). ANALISA DAERAH RAWAN BANJIR DI KABUPATEN SAMPANG


MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DENGAN METODE DATA MULTI
TEMPORAL.Tugas Akhir RG 141536.Departemen Teknik Geomatika,Fakultas Teknik Sipil
Dan Perencanaan,Institut Teknologi Sepuluh Nopember,Surabaya,2017

Lampiran
Jurnal

Anda mungkin juga menyukai