Anda di halaman 1dari 28

TUGAS

SANITASI DAN KESEHATAN LINGKUNGAN

RANCANGAN KEGIATAN PENGAWASAN


PERUMDA AIR MINUM TIRTA BINANGUN
KULON PROGO, D.I.YOGYAKARTA

DOSEN
Ir. Ni Nyoman Nepi Marleni, S.T., M.Sc., Ph.D.

PENYUSUN
Ir. Samuel Permana Tarigan, S.T., IPM., ASEAN Eng.
(23/512171/PTK/15014)
1. Pilih satu wilayah pemukiman di Lingkungan saudara. Deskripsikan lengkap secara kuantitatif kondisi
Lingkungan (abiotik & biotik) di wilayah tersebut, dan deskripsikan kondisi pelayanan sistem sanitasi yang
ada. Terapkan Audit Sistem & Pengelolaan Sanitasi secara terstruktur menggunakan kriteria pelayanan
pada konsep Integrated Sustainable Water Management (ISWM) serta berikan solusi yang aplikatif dan
menyelesaikan masalah.

2
Jawab:
Lokasi yang diamati/observasi adalah daerah tempat tinggal mahasiswa yaitu wilayah Kelurahan
Pandeyan, Kecamatan Umbulharjo, Kota Madya Yogyakarta, Provinsi D.I. Yogyakarta.

Gambar-1. Peta Kelurahan Pandeyan

3
Kelurahan Pandeyan merupakan salah satu dari 7 (tujuh) Kelurahan yang ada di wilayah Kecamatan
Umbulharjo dengan luas wilayah lebih kurang 118,499 Ha atau 1,2 km persegi dan terbagi dalam 13 RW,
52 RT serta terdiri atas 7 (tujuh) kampung yaitu Kampung Sidikan, Golo, Pakel, Kalangan, Kebrokan,
Pandeyan dan Gambiran.
Kondisi Umum Kelurahan Pandeyan merupakan salah satu wilayah yang termasuk kategori kawasan
aglomerasi. Perkembangan fisik Kawasan Aglomerasi Perkotaan ditandai dengan semakin luas wilayah
terbangunnya. Salah satu indikatornya adalah populasi penduduk yang berkembang pesat. Selain itu,
mobilitas manusia serta aktivitas ekonomi masuk dan keluar dari pusat Kota Yogyakarta telah bertambah
dengan terjadinya perubahan struktur pemanfaatan ruang menjadi wilayah yang berciri kekotaan. Aspek-
aspek yang terkait dari kelurahan Pandeyan adalah sebagai berikut:

4
Biotik
Daerah Kelurahan Pandeyan sesuai yang diketahui oleh Mahasiswa dalam rentan 30 tahun kebelakang
merupakan area pemukiman dan persawahan dengan adanya badan perairan berupa Sungai dan
saluran-saluran drainase alam lainnya serta saluran irigasi untuk pengairan area persawahan. Biota yang
ada mulai dari manusia, hewan-hewan air seperti ikan dan reptile, burung-burung endemic, serta biota
yang ada pada area persawahan pada umumnya seperti tikus, wereng, serangga. Tumbuhan mulai dari
tanaman terkait mata pencaharian seperti padi, jagung, kacang tanah, singkong, buah-buahan yang
umum ditanam oleh Masyarakat seperti mangga, rambutan, sawo, Nangka, belimbing, durian (ada yang
khas seperti kepel) dan tanaman keras seperti jati dan mentaok asli daerah tersebut karena dulu
merupakan daerah Alas Mentaok.
Saat ini seiring waktu perkembangan penduduk area persawahan,tanah pekarangan dan area terbuka
lainnya berkurang dan cenderung hilang sehingga biotik yang disebut di atas hilang menjadi area
pemukiman.

5
Abiotik
 Aspek Geografi Letak, Batas, dan Luas Wilayah Kelurahan Pandeyan
Terletak pada secara absolut (posisi astronomis) adalah di antara 110° 23’ 36” Bujur Timur - 110° 22’ 57”
Bujur Timur, dan 7° 49’ 08” Lintang Selatan - 7° 49’ 40” Lintang Selatan. Rentang jarak wilayahnya dari utara
ke selatan adalah sejauh kurang lebih 889 meter, sedangkan rentang jarak dari barat ke timur adalah kurang
lebih 1.258 meter.
Kelurahan Pandeyan memiliki luas 1,38 km2, dimana batas wilayah Kelurahan Pandeyan adalah:
Sebelah Utara : Kelurahan Tahunan
Sebelah Timur : Kelurahan Rejowinangun
Sebelah Selatan : Kelurahan Sorosutan
Sebelah Barat : kelurahan wirogunan
Secara administratif, Kelurahan Pandeyan terdiri atas 7 kampung yang terbagi menjadi 13 RW dan 52 RT.

6
 Kondisi Topografi Wilayah Kelurahan Pandeyan
Sebagian besar berada pada kemiringan 0-2 persen yakni dengan luas 1,38 km2. Wilayah dengan
kemiringan diatas 40% hanya terdapat di bantaran sungai.
Kondisi topografi tersebut menunjukkan bahwa secara umum kondisi wilayah Kelurahan Pandeyan
ada pada relief datar. Kondisi wilayah yang datar menjadi suatu potensi serta konsekuensi dalam
pengelolaan dan pengembangan wilayah, diantaranya dalam perkembangan perkotaan maupun
permukiman. Kondisi wilayah Kelurahan Pandeyan secara fisik juga dapat dianalisis berdasarkan
ketinggian wilayahnya. Wilayah Kelurahan Pandeyan memiliki ketinggian antara 83 sampai dengan
97-meter dpal.

7
 Kondisi Geologi Kelurahan Pandeyan
Terletak di daerah dataran aluvial Gunung api Merapi. Material utama penyusunnya adalah dari
material Gunung api Merapi yang tersedimentasi setelah melalui aliran Sungai Gajah Wong. Berasal
dari proses vulkanik (erupsi gunung berapi), sebagian besar wilayah Kelurahan Pandeyanmemiliki
jenis tanah berupa tanah Regosol, sementara formasi geologi berupa batuan sedimen old andesit.
Dalam klasifikasi tanah menurut sistem taksonomi tanah United States Department of Agriculture
(USDA, 1975), jenis tanah Regosol termasuk dalam ordo Entisol atau Inseptisol. Ciri-ciri jenis tanah
Regosol yaitu tanah muda, baik tingkat permulaan (Entisol) atau telah lebih berkembang (Inseptisol)
yang belum mengalami perkembangan lanjut, bertekstur kasar, cenderung gembur, peka terhadap
erosi, kemampuan menyerap air yang tinggi, dan bersifat cukup subur karena kaya akan unsur hara.
Formasi geologi berupa batuan sedimen old andesit (endapan volkanik tua) juga merupakan hasil
material volkanik yang terendapkan, dengan jenis andesit (batuan beku volkanik).

8
 Kondisi Hidrologi Kelurahan Pandeyan
Secara umum dipengaruhi oleh dua aliran sungai. Sungai tersebut antara lain Sungai Gajahwong yang
mengalir di bagian timur, dan sungai manunggal di wilayah barat. Sungai-sungai tersebut termasuk
dalam sungai permanen yang mengalir sepanjang tahun dengan debit aliran yang bervariasi. Kondisi
aliran tersebut dipengaruhi oleh tingginya curah hujan di bagian hulu, topografi, dan tanah yang
memiliki permeabilitas tinggi. Aliran dasar (baselow) dari air tanah cukup tinggi, sehingga dapat
mendukung aliran air sungai pada musim kemarau. Selain air permukaan, kondisi air tanah juga
mempengaruhi kondisi hidrologi di kelurahan Pandeyan. Air tanah adalah air yang berada di bawah
permukaan muka freatik, dimana permukaan freatik merupakan batas zona jenuh air dengan zona
tidak jenuh air. Akuifer lereng merapi dibagi menjadi empat zona, yakni (1) zona akuifer bagian utara,
(2) zona akuifer bagian tengah, (3) zona akuifer bagian selatan, serta (4) zona akuifer wates dan
gumuk pasir. Potensi air tanah tinggi karena terdapat pada daerah cekungan Yogyakarta.

9
 Kondisi Klimatologi Kelurahan Pandeyan
Dapat didasarkan pada komponen suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, curah hujan, dan
hari hujan. Secara umum, rata-rata curah hujan tertinggi di Kelurahan Pandeyan selama tahun 2017
terjadi pada bulan November, yaitu sebanyak 508,2 mm. Kelembaban udara rata-rata cukup tinggi,
tertinggi terjadi pada bulan Februari, Maret, November sebesar 89 % dan terendah pada bulan
Agustus sebesar 84 %. Tekanan udara rata-rata sebesar 1.014,03 mb dan suhu udara rata-rata 26,71
derajat Celsius (°C). Pada tahun 2012, rata-rata suhu udara tertinggi (27,1°C), serta rata-rata
kelembaban dan tekanan udara pada kondisi terendah, yaitu 80,18 persen dan 929,71 mb.
Sementara itu pada tahun 2013, rata-rata suhu udara terendah (26,8°C), serta rata-rata kelembaban
dan tekanan udara pada kondisi tinggi, yaitu 86,20 % dan 1.014,78 mb. Pada kondisi curah hujan,
rata-rata curah hujan tertinggi pada tahun 2016 yaitu 254,74 mm, sedangkan rata-rata curah hujan
terendah pada tahun 2014 sebesar 137,92 mm.

(Sumber data dari https://pandeyankel.jogjakota.go.id/page/index/gambaran-umum)

10
Kondisi Pelayanan Sanitasi
Kondisi pelayanan sanitasi di wilayah Kelurahan Pandeyan sesuai dari geografisnya yang diapit 2 sungai
dan punya jenih tanah yang permeable maka untuk resapan dan surface run off cukup cepat. Dari
sistem sanitas di masing-masing rumah untuk penanganan limbah rata-rata sudah menggunakan leher
angsa dan teknologi septic tank serta sumur resapan. Untuk air baku menggunakan sumur air tanah dan
belum mendapatkan fasilitas PDAM dikarenakan tidak termasuk area layan PDAM. Untuk drainase
wilayah sudah menggunakan saluran beton baik yang terbuka maupun tertutup.
Ada indikasi beberapa saluran irigasi yang berubah fungsi menjadi saluran drainase karena area
persawahan sudah tidak ada. Dan semua surface run off sudah ditampung pada saluran drainase kota
yang terintegrasi.

11
Penerapan Audit sistem pada kelurahan Pandeyan:

•Perbandingan Komponen SPAM antara PDAM dan Komunitas

Komponen PDAM Komunitas


Pendanaan Penyertaan modal daerah, Pemerintah (PNPM/P2KP), swadaya
pinjaman perbankan dll

Coverage Luas (Kelurahan Pandeyan) Kawasan sedang

Tenaga ahli Tersedia Tidak ada (Fasilitasi terbatas)

Managerial Terstruktur Kelompok Swadaya

Pemeliharaan Terjadwal Swadaya

Pengembangan (investasi lanjut) Terencana Tidak terencana

12
 Jenis Infrastruktur Terbangun

Komponen Jenis Infrastruktur


Sumber Air
Sumur Gali dan Pompa

Pola Distibusi Jaringan Pipa Primer


Kran Umum

Sanitasi
MCK Umum
SepticTank Komunal dan Jaringan Pipa
Sewerage

13
 Peranan Stakeholder SPAM Komunitas pada Tahap FS dan Perencanaan

Komponen ODF/Pre-ODF
Type Project Single Sector

Pendanaan APBD Prov. Yogyakarta

Seleksi dan penetapan lokasi Pemerintah Daerah


Kota Yogyakarta

Desain Servis Konsultan Perencana

14
Peranan Stakeholder SPAM Komunitas pada Tahap Konstruksi:

Komponen IDT ODF/Pre-ODF PNPM Mandiri


Konstruktor Kontraktor Swasta Kontraktor Swasta Swadaya Masyarakat

Kontribusi Masyarakat Tenaga Kerja Tenaga Kerja dan material Tenaga Kerja dan Material
(minimal 30%)

Pengawasan Konsultan Pengawas Konsultan Pengawas LKM/LPM Kelurahan


dan Fasilitator

15
• Peranan Stakeholder SPAM Komunitas pada Tahap Operasional

Komponen IDT ODF/Pre-ODF PNPM Mandiri


Operasional Desa Tim O&M KSM

Retribusi Tidak Ada Periodik Sewaktu-waktu diperlukan

Pemeliharaan Tidak Ada Periodik Sewaktu-waktu


Infrastruktur

Penguatan kelembagaan Tidak Ada Tim Fasilitasi Pelatihan KSM dan tim O&M

16
Berdasar dari table-tabel di atas dengan Analisa SWOT maka didapatkan:
Strength:
•Pendanaan tersedia: anggaran pembangunan infrastruktur sanitasi disediakan oleh APBD setempat
•Proses Konstruksi terjadwal: jadwal yang tepat waktu memudahkan fungsi pengawasan proyek
•Tenaga kerja profesional: pemerintah bekerjasama dengan pihak ke tiga selaku rekanan kontraktor sebagai
pelaksana dan konsultan pengawas
•Dokumentasi proyek: proyek terdokumentasi dengan baik, dokumen perencanaan (DED, KAK, SPMK) dan
dokumen pelaksanaan (As Built Drawing, Laporan akhir) menjadi kelengkapan administrasi proyek
•Kualitas terjamin: pengerjaan dan pengawasan yang baik menjamin kualitas hasil pekerjaan
•Adanya pendampingan dari tim fasilitator dalam proses pemberdayaan masyarakat

Weakness:
•Bangunan fisik merupakan bangunan typical dan tidak disesuaikan dengan kondisi lokasi proyek
•Tingkat partisipasi masyarakat rendah: pola pelaksanaan mengurangi kesempatan warga untuk bergabung
dalam penyelenggaraan proyek tersebut
•Harga tinggi: estimasi harga dibuat oleh kontraktor dan tidak ada swadaya masyarakat setempat
Dana untuk pemeliharaan terbatas pada donasi dari pengguna WC komunal saja

17
Opportunity:
• Pengelolaan dan pemeliharaan dilakukan oleh tim O&M masyarakat setempat
• Adanya pembinaan sanitasi dari tim fasilitator

Threat:
• Resistensi warga terhadap proyek cenderung tinggi, terutama karena terdapat keharusan
menghibahkan tanah kepemilikan untuk infrastruktur sanitasi
• Keharusan membayar air bersih meningkatkan kemungkinan adanya penyadapan jaringan air
yang pada akhirnya akan mengurangi jumlah pasokan
Supply vs Demand: tidak ada rencana pengembangan sarana menjadikan jumlah debit air yang
masuk tetap, sedangkan kebutuhan air masyarakat akan bertambah seiring pertambahan jumlah
penduduk.

18
Kesimpulan dan rekomendasi:
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hal – hal sebagai berikut:
1. Penerapan sistem manajemen pada SPAM berbasis komunitas belum berjalan dengan baik
sehingga dikhawatirkan infrastruktur yang telah terbangun menjadi terbengkalai dan tidak
berfungsi dengan baik.
2. Keberlanjutan Sistem Penyediaan Air Minum Berbasis Komunitas yang telah berjalan sangat
tergantung kepada kemampuan pengelola dan dukungan dari pihak – pihak yang
berkepentingan. Dukungan dapat berupa kebijakan, pendampingan teknis,
monitoring/evaluasi dan pendanaan.

Skor Total = 5
19
2. Wajah sanitasi suatu pemukiman tergambar antara lain dari sistem tata air
yang ada.
Sistem infrastruktur irigasi/drainasi dirancang pada umumnya untuk mengairi
lahan pertanian dan mengalirkan kelebihan air dari lahan pertanian dikala
musim kemarau. Sebaliknya sistem drainase air hujan dirancang untuk
pengendalian aliran permukaan, pengeringan air di lahan serta recharge air
tanah di saat musim hujan atau kemanfaatan air lainnya untuk musim kemarau.
Sebagaimana umum sering terjadi seiring berkembangnya tingkat
perekonomian dan urbanisasi, wilayah pertanian dengan sistem irigasi lambat
laun berkembang menjadi kawasan pemukiman dengan perubahan sistem
infrastruktur keairannya. Pertanyaan:

20
a. Apakah sistem saluran lrigasi yang ada pada wilayah pertanian tersebut bisa
dimanfaatkan/berfungsi untuk menampung limpasan air hujan dari lahan saat
musim hujan?
Jawab:
Secara desain dan perhitungan konsep drainase aliran permukaan dan irigasi
berbeda, parameter yang digunakan juga berbeda. Akan tetapi kenyataan di
lapangan/site kejadian saluran irigasi menjadi saluran drainase dapat terjadi,
sebagain contoh yang disebutkan mahasiswa pada poin nomor 1 di daerah
tempat tinggal mahasiswa.

21
b. Dengan cara berpikir yang sama, apakah sistem drainase konvensional yang ada bisa
digunakan untuk mengaliri/irigasi ke lahan pertanian saat musim tanam atau ke lahan
perikanan yang ada? Jelaskan dari konsep rumus rancang bangun masing-masing jenis saluran,
Jika menerapkan konsep ISWM.
Jawab:
Tidak dapat, karena parameter utama sistem irigasi adalah mengairi suatu area
persawahan/perkebunan sedang drainase merupakan pembuangan air dari suatu area tangkapan
hujan/catchment area menuju outfall tertentu seperti Sungai atau badan air lainnya.
Parameter utama dari perencanaan drainase adalah sebagai berikut:
• Luasan area/ catchment area
• Curah Hujan
• Debit dan kecepatan aliran berdasarkan data hujan yang tersedia
• Kemiringan area
• Kecepatan aliran rencana
• Material saluran drainase yang akan digunakan
• Panjang saluran menuju outfall terakhir (Sungai atau badan air lainnya)
22
Parameter utama dari perencanaan irigasi adalah sebagai berikut:
• Luasan area yang akan diairi
• Debit kebutuhan diperhitungkan terlebih dahulu
• Dimensi dan material saluran ditetapkan berdasarkan asumsi desain
• Pembagian saluran mulai dari primer, sekunder, tertier dan kuater
• Kemiringan area
• Kecepatan aliran rencana
• Titik ambil dari Sungai/bending
• Ada asumsi desain terhadap muka air rencana di masing-masing petak teraliri
• Menerapkan bangunan-bangunan air terkait parameter elevasi dari saluran irigasi

23
c. Kaji resiko lingkungan (dari sudut perspektif geografi dan topografi regional wilayah) kondisi
yang bakal terjadi jika sistem saluran bertukar fungsi tanpa konsep ISWM
Jawab:
Resiko yang akan terjadi dari pertukaran tersebut yaitu:
• Dari fungsi yang berbeda yaitu irigasi untuk mengairi area pertanian menjadi saluran drainase akan
mengurangi efektifitas area pertanian dengan penurunan hasil dari pertanian yang sangat berbahaya
bagi ketahanan pangan suatu wilayah.
• Fungsi tanggung jawab kelembagaan yang akan tumpang tindih yaitu dari bidang Sumber daya air tekait
pertanian menjadi ranah Sumber daya air bidang pemukiman termasuk fungsi pengawasan dan regulasi
yang akan diterapkan.
• Pembiayaan dari sisi operasi dan maintenance yang akan berbeda konsep, sehingga akan ada dispute
tanggung jawab.
• Partisipasi Masyarakat yang akan bias karena konsep yang sangat berbeda dari kedua sistem tersebut.
• Desain pengembangan dan pemeliharaan yang akan sangat berbeda sehingga akan menjadi
permasalahan baru di kemudian hari.
• Rusaknya biota atau ekosistem dari sekitar wilayah saluran-saluran tersebut karena pertukaran tersebut,
sebagai contoh jika area irigasi mengandung pestisida atau pupuk akan merusak/membahayakan biota
yang dulunya merupakan saluran drainase, atau sebaliknya. 24
3. Kaji methodologi riset lnovasi sistem sanitasi suatu wilayah/negara yang
diterbitkan suatu jurnal terakreditasi internasional. Kumpulkan/Lampirkan
dokumen publikasi yang saudara unduh.
Jawab:
Sumber Journal:
www.elsevier.com/locate/ijheh
Judul Jurnal:
Impact of an intervention to improve pit latrine emptying practices in low income urban neighbourhoods
of Maputo, Mozambique
Penulis:
Drew Capone, Helen Buxton, Oliver Cumming, Robert Dreibelbis, Jackie Knee, Rassul Nala, Ian Ross, Joe
Brown.

25
Kajian:
Journal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kondisi sanitasi dan FSM bagi warga yang tinggal
di 11 lingkungan berpendapatan rendah (bairros) di Distrik Nhlamankulu dan 5 lingkungan Distrik
KaMaxaquene di Maputo, Mozambik (Air dan Sanitasi untuk Perkotaan Buruk, 2018).
Proyek ini menggunakan pendekatan dengan tiga komponen:
1. Pembangunan swasta infrastruktur sanitasi bersama di lokasi.
2. Dukungan untuk organisasi berbasis masyarakat (CBO) dan usaha mikro komersial untuk
menyediakan layanan penyedotan lumpur.
3. Promosi sanitasi dan kebersihan di tingkat Masyarakat.
Komponen satu menyasar senyawa tertentu (klaster rumah tangga), sedangkan komponen dua
dan tiga lingkungan sasaran di Distrik Nlhamakulu dan KaMaxaquene. Program ini didanai oleh
Dana Pembangunan Sosial Jepang (JSDF)

26
Laman depan dari Journal (file terlampir pada PDF file)

27
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai