Anda di halaman 1dari 21

Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

BAB 2
KONDISI EKOSISTIM
DANAU MANINJAU

Pengukuran Bathimetry dan Zonasi


Danau Maninjau Kabupaten Agam

2.1. KONDISI UMUM

Danau Maninjau Terletak di Kabupaten Agam yang merupakan salah satu kabupaten di
Propinsi Sumatera Barat dengan ibukota kabupaten Lubuk Basung. Secara Astronomis
Kabupaten Agam terletak Antara 00o01'34'' - 00o28'43'' Lintang Selatan dan 99o46'39'' -
100o32'50'' Bujur Timur
Kondisi geografis Kabupaten Agam terbentang mulai dari ketinggian 0 hingga lebih dari
1000 meter di atas permukaan laut.

Batas - Batas Daerah / Boundaries


Utara : Kab. Pasaman dan Pasaman
Barat
Timur : Kabupaten Lima Puluh Kota
Selatan : Kab. Padang Pariaman dan
Kab. Tanah Datar
Barat : Samudera Indonesia

Danau Maninjau seluruhnya berada pada wilayah Kecamatan Tanjung Raya yang
beribukota di Nagari Maninjau dimana jarak tempuh ke ibukota kabupaten Agam yaitu
Lubuk Basung sejauh 29 km sedangkan jarak tempuh ke Ibukota Provinsi Sumatera
Barat yaitu Padang sejauh 143 km. Letak Geografis Kecamatan Tanjung Raya nya
sendiri adalah 100o05 – 10016 BT dan 0⁰12 – 0⁰25 LS
Danau maninjau merupakan danau tipe vulkano tektonik, yang diduga masih terdapat
aktivitas vulkanik di daerah tersebut dengan ditandai munculnya belerang pada saat
tertentu. Bentuk kaldera yang memanjang menunjukkan masa erupsi yang lama pada
waktu terjadi pergeseran lateral kanan pada jalur patahan utama Sumatera. Gunung
Maninjau tidak memperlihatkan sebuah gunung api sempurna, hanya berbentuk

PT. SATRIA BUMI STRATA 1


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

kerucut terpancung. Puncak-puncak gunung yang tinggi hampir mengelilingi kaldera


maninjau, terutama di utara dengan ketinggian mencapai 1.500 meter (Gn.Rangkian)
dan di selatan dengan ketinggian mencapai 1.252 meter (Gn.Tanjung Balit). Daerah
Danau Maninjau merupakan bagian dari sistem patahan besar Sumatera. Pada bagian
tengah merupakan patahan utama yang aktif.

Berdasarkan data yang ada saat ini Danau Maninjau yang berada dalam wilayah
Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Agam Sumatera Barat mempunyai luas
permukaan A = 97,63 km2 dengan luas daerah tangkapan air mencapai 13.2600 ha
dan kedalaman maksimum danau mencapai ± 178 m. Secara garis besar dapat
digabarkan sebagai berikut

2.1.1 Kondisi Debit


Kondisi hidrologi kawasan danau secara umum dipengaruhi oleh dua faktor utama,
yaitu air permukaan dan air tanah. Air permukaan di kawasan danau sebagian besar
mengalir melalui pola penyaluran aliran yang telah terbentuk. Sumber air Danau
Maninjau terutama berasal dari sungai-sungai yang mengalir sepanjang DAS yang
bermuara ke danau yang mengalir pada daerah tangkapan air (catchment area)
seluas 13.260 ha dan dari air hujan. Di kawasan danau terdapat 88 buah sungai
besar dan kecil dengan lebar maksimum 8 meter yang mengalir ke danau.
Kebanyakan dari sungai tersebut (61,4%) kering pada waktu musim kemarau,
sedangkan sungai-sungai yang berair sepanjang tahun hanya 34 buah sungai. Sungai-
sungai tersebut mengalir dengan debit yang relatif kecil. Sungai-sungai yang bermuara
ke Danau Maninjau memiliki pola linier (lurus atau tidak bercabang), sedangkan sungai
di sebelah barat danau pada umumnya berpola dendritik (bercabang). Dengan
demikian maka inflow air Danau Maninjau sebagian besar bersumber dari aliran sungai
dan dari dasar danau.

Dari data debit yang ada diketahui kondisi muka airnya dan dapat dilihat pada gambar
di bawah ini :

PT. SATRIA BUMI STRATA 2


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

Gambar .1 Kondisi Elevasi Muka Air Danau Maninjau

Dari grafik diatas diperoleh elevasi muka air terendah selama periode 6 tahun terakhir
berada pada elevasi 462.28 mdpl dan elevasi muka air terendah berada pda posisi
464.10 mdpl

2.1.2 Kondisi Sedimentasi


Dengan melihat pentingnya air permukaan dan air tanah sebagai pemasok air Danau
Maninjau, maka pengelolaan daerah tangkapan (catchment area) menjadi kunci dalam
pengelolaan dan pemanfaatan Danau Maninjau. Penggunaan tanah pada daerah
tangkapan, disamping berpengaruh terhadap neraca air (water balance) juga
berpengaruh terhadap kualitas air danau seperti penggunaan pupuk dan pestisida dari
kegiatan pertanian, dan sampah domestic yang berasal dari permukiman sekitar danau
serta pakan dari keramba apung. Pola pemanfaatan tanah di kawasan danaupun
mengalami perubahan yang cukuP signifikan selama 20 tahun terakhir. Tekanan
ekonomi menyebabkan migrasi petani ke lereng-lereng gunung sehingga
menyebabkan terjadinya erosi akibat kerusakan hutan, perubahan pola tata air. Spot
penyebaran pembukaan dan pemanfaatan lahan terlihat semakin meluas di daerah
sebelah utara dan timur danau. Berdasarkan kenampakan citra satelit, penggunaan
tanah existing didominasi oleh kegiatan lading, hutan, sawah dan semak belukar.
Kegiatan yang sifatnya produktif adalah lahan basah dan persawahan. Semak belukar
mengindikasikan adanya lahan terlantar di kawasan danau, penggunaan lahan juga
tersebar di dalam kawasan. Dampak dari penggunaan tanah diatas bahwa kalau pada
tahun 1929 kedalaman maksimum danau Maninjau 169 meter (Thienemann, 1957),
maka kedalaman maksimum pada tahun 2001 (Laporan LIPI, Nop 2001) adalah 165
meter. Berarti dalam jangka waktu 72 tahun terjadi perubahan kedalaman maksimum

PT. SATRIA BUMI STRATA 3


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

danau Maninjau sebesar 4 meter. Perubahan ini karena adanya endapan sediment
akibat erosi karena terbukanya lahan-lahan di sekitar danau Maninjau

2.1.3 Topografi dan Tata Guna Lahan


Secara umum, kawasan Danau Maninjau dapat dibedakan atas 2 tipologi berdasarkan
karakteristik wilayahnya:
a. Kawasan Danau Maninjau mempunyai bentuk lahan dari datar sampai dengan
perbukitan atau bergunung. Topografi kawasan danau terdiri dari berbagai kelas
kelerengan, yaitu lahan datar dengan kelas kelerangan (0 – 8%), landai (8– 15%),
agak curam (15–25%), curam (25–40% ) dan sangat curam > 40%.
b. Topografi wilayah di bagian Utara-Barat yang merupakan punggung dari danau
relatif datar (0-2% seluas 115,51 ha), sehingga cenderung menjadi daerah
orientasi pembangunan saat ini. Berbagai kegiatan, salah antara lain beberapa
obyek wisata serta sarana dan prasarana pendukungnya.
c. Topografi wilayah di bagian Timur-Selatan yang juga merupakan punggung dari
danau cenderung berbukit dan bergunung dengan kemiringan tanah >15% dengan
luas 95,79 ha.

2.1.4 Kondisi Biologi


Ada 3 jenis kehidupan biota yang ada di danau Maninjau dan dapat dijelaskan sebagai
berikut :

Jenis ikan ekonomis penting


Program pengelolaan perikanan berbasis budidaya (Culture Based Fisheries) adalah
pengelolaan perikanan tangkap di Danau Maninjau oleh kelompok masyarakat
setempat dengan dukungan kegiatan pembenihan dari kegiatan budidaya. Tujuan
dasar pengelolaan perikanan berbasis budaya adalah :
(1) penambahan atau mempertahankan satu atau sejumlah spesies ikan,
(2) peningkatan produksi total spesies yang diinginkan sampai tingkatan aman bagi
keberadaan stok.

PT. SATRIA BUMI STRATA 4


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

Tabel .1 Jenis Ikan Danau Maninjau Hasil Penelitian

Sumber : Hasil studi PSL Unand 1984 dan LPPM Bung Hatta 2005

Dari hasil penelitian Yang Diselenggarakan Oleh Limnologi LIPI seperti disajikan pada
Tabel diatas, ternyata jenis ikan lokal yang terdapat di Danau Maninjau sudah
berkurang dari 14 spesies menjadi 7 spesies. Penyebab berkurangnya ikan lokal
antara lain oleh penangkapan yang tidak terkendali, perubahan kualitas air, adanya
ikan pemakan telur dan terputusnya ruayanya ikan antara sungai dengan danau yang
disebabkan oleh weir PLTA. Jenis ikan yang terputus tersebut antara lain ikan eel/sidat
(ikan panjang), dan ikan garing. Ikan sidat dan ikan garing memiliki nilai ekonomis.
Tingkah laku ikan panjang (sidat) tergolong unik, pada stadia juvenil sampai dewasa,
ikan ini hidup di air tawar seperti pernah ditemukan di danau Maninjau. Proses
pematangan gonad dimulai di danau dan selama perjalanan di sungai menuju laut
dalam. Kemudian ikan ini akan memijah di laut dalam, setelah memijah induk ikan
panjang akan mati, sedangkan larva dananakannya akan kembali ke Danau Maninjau
melalui batang Antokan, akibat dari adanya weir ikan panjang tidak dapat
melaksanakan siklus hidupnya karena ruayanya terputus

Kelimpahan Fitoplankton

Jenis-jenis fitoplankton yang terdapat di Danau Maninjau berdasarkan hasil penelitian


yang telah dilakukan tahun 2005 terdiri dari 70 jenis yang tergolong kedalam 5 devisi
yaitu Cyanophyta, terdiri dari 20 jenis, Chlorophyta 35 jenis, Bacillariophyta terdiri dari
12 jenis, Eulenophyta 2 jenis dan Phyrophyta 1 jenis. Perairan Danau Maninjau
dinyatakan tergolong eutrof. Tingginya kelimpahan plankton disebabkan karena

PT. SATRIA BUMI STRATA 5


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

banyak terdapat budidaya ikan dengan keramba jarring apung, limbah pellet yang tidak
termakan oleh ikan hasil eksresi dapat meningkatkan kandungan hara berupat Nitrat
dan Fospat. Hasil dekomposisi selalu mengandung nutrient (N dan P) yang dapat
memacu pertumbuhan fitoplankton yang ada, dan jika suplai nutrient terjadi secara
continue bias terjadi blooming yang pada gilirannya akan merugikan kehidupan semua
organisme yang ada dalam badan air tersebut termasuk ikan yang dibudidayakan.
Menurut Michael (1984) nitrat dan fospat merupakan dua unsure hara yang dibutuhkan
oleh fitoplankton dan merupakan factor pembatas untuk pertumbuhan plankton.

Realitas Tumbuhan Air (Enceng Gondok) di Danau Maninjau


Enceng gondok (Eichornia crassipes) di Danau Maninjau mulai terjadi peningkatan
pertumbuhannya sejak tahun 1998. Dipicu oleh terjadi penyuburan perairan dari unsur
Fospor yang berasal dari limbah KJA, limbah pertanian dan limbah detergen yang
berasal dari penduduk sekitarnya. Manfaat enceng gondok di Danau Maninjau dari
segi pencegahan pencemaran dapat merubah nutrient anorganik menjadi bahan
organic, melalui aktifitas fotosintesa, enceng gondok memproduksi oksigen ke
lingkungan sekitarnya. Selain itu juga dapat menyediakan naungan bagi biota ikan
local dan sebagai sumber makanan bagi ikan herbivore.
Untuk menjaga tumbuhan air (enceng gondok) agar mempunyai nilai estetika yang
baik, maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Penebaran ikan Grass Carp untuk memanen secara biologis enceng gondok.
2. Pemanfaatan enceng gondok sebagai makanan ternak dalam bentuk kompos,
karena enceng gondok mempunyai nilai nutrisi yang baik.
3. Pembatasan pemasukan unsur Fosfor ke danau yang berasal dari budidaya ikan
dengan KJA, limbah pertanian dan limbah detergen.
4. Membuat perangkap/batas penyebaran enceng gondok pada kawasa

2.1.5 Kondisi Keramba Jaring Apung


Data diperoleh dari laporan akhir studi konservasi Danau Maninjau di Kabupaten
Agam Sumatera Barat tahun 2013 ditambah data yang diperoleh tahun 2014.
Masyarakat yang tinggal sekitar Danau Maninjau sangat memerlukan perairan danau
untuk usaha budidaya perikanan KJA, disamping perikanan tangkap. Pada umumnya
pembudidaya melakukan usahanya pada pantai danau yang berada di hadapan lahan
permukiman mereka.

PT. SATRIA BUMI STRATA 6


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

Jumlah keramba jaring apung (KJA) di perairan Danau Maninjau pada tahun 1997
adalah 2.854 petak, dan pada tahun 2001 meningkat menjadi 3.500 petak. Akan tetapi
pada tahun 2002 menyusut menjadi 2550 petak, dan tinggal 2.200 petak pada tahun
2004. Penurunan jumlah KJA ini disebabkan bencana kematian ikan, yang disebabkan
proses alami dari belerang yang ada pada lapisan bawah danau serta proses
pencemaran sisa pakan ikan serta penyakit virus ikan .
Namun demikian, sejak tahun 2005 sampai sekarang terjadi lagi peningkatan jumlah
KJA, yaitu sebagai berikut:
a) Jumlah KJA pada tahun 2005 telah meningkat menjadi 4.920 petak
b) Jumlah KJA pada tahun 2006 meningkat pesat menjadi 8.955 petak
c) Jumlah KJA pada tahun 2009 meningkat lagi menjadi 9.830 petak, yang
dikelola oleh 1330 pembudidaya.
d) Jumlah KJA pada tahun 2012 meningkat lagi menjadi 13.627 petak
e) Jumlah KJA pada tahun 2013 meningkat lagi menjadi 16.000 petak
f) Jumlah KJA pada tahun 2012 meningkat lagi menjadi 20.129 petak

Peningkatan KJA di danau Maninjau ini akan lebih jelas dengan melihat grafik di bawah
ini :

Gambar .2 Perkembangan Budidaya Ikan KJA di Danau Maninjau

PT. SATRIA BUMI STRATA 7


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

2.1.6 Tata Guna Lahan

Keadaan tutupan lahan di kawasan Danau Maninjau sangat beragam, hal ini terjadi
sebagai akibat proses geologi dan geomorfologi yang terjadi dan interaksi manusia
dengan lingkungannya. Tutupan lahan dibagian lereng kaldera Danau Maninjau yang
curam didominasi oleh tanaman keras tahunan. Sedangkan pada bagian lereng yang
lebih landai dijumpai tanaman tahunan alami dan tanaman kebun yang dibudidayakan
oleh masyarakat seperti cengkeh, lada, jeruk, pisang dan kayu manis. Pada kawasan
yang datar di bagian utara, tutupan lahan didominasi oleh padi sawah dan diselingi
oleh palawija seperti cabe.

Secara keseluruhan, penggunaan tanah hutan masih mendominasi (sekitar hampir


50%). Kemudian berturut-turut pemanfaatan untuk kegiatan perkebunan (termasuk
kebun campuran), dan sawah (perairan dan tadah hujan). Total ketiga penggunaan
tanah tadi masih mendominasi penggunaan tanah disekitar Danau Maninjau.
Sementara itu pengguna tanah lainnya cukup menonjol dan cukup signifikan
perkembangannya adalah kegiatan permukiman, pariwisata, dan perikanan. Perikanan
kelihatannya yang cukup progresif dan Danau Maninjau di bagian terbagi outlet Danau
Maninjau menempati lahan yang cukup luas. Penggunaan lahan di kawasan danau
Maninjau terbagi dalam bentuk tegalan, sawah, hutan dan pekarangan atau
permukiman seperti dijelaskan di bawah ini :

a. Permukiman
Penggunaan lahan permukiman di Danau Maninjau adalah seluas 159 Ha atau 1 %
dari luas lahan kawasan danau. Perkembangan permukiman menyebar di pusat
kota Maninjau bagian Timur dan Utara danau. Pemanfaatan lahan untuk
perumahan penduduk relatif kecil apabila dibandingkan dengan luas kawasan
danau. Penyebarannya mengikuti jaringan jalan yang mengelilingi daerah danau,
akan tetapi pembangunan perumahan tersebut tumbuh pada daerah sempadan
dan bantaran pantai danau secara tidak terkendali karena banyak yang menyalahi
ketentuan peraturan pemerintah tentang sempadan danau. Beberapa perumahan
dan hotel bahkan membangun serambi atau dermaga diatas perairan danau.

b. Hutan lahan kering

PT. SATRIA BUMI STRATA 8


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

Hutan lahan kering adalah daerah semak yang merupakan penggunaan lahan
terluas di danau Maninjau yakni 5.939 ha atau 42 % dari luas lahan kawasan
danau. Daerah tersebut berada di bagian Timur dan Utara Danau Maninjau.

c. Hutan alam
Hutan alam berada di bagian timur danau dengan luas 3.917 Ha atau 28 % dari
luas lahan kawasan daratan danau.

d. Sawah
Pertanian sawah merupakan salah satu sumber mata pencaharian penting bagi
masyarakat sekeliling Danau Maninjau karena memiliki potensi tanah yang baik
untuk budidaya pertanian. Penggunaan lahan sawah memiliki luas 2.431 Ha atau
17 % dari luas lahan kawasan danau. Selain itu lahan pertanian di musim hujan
kadang-kadang dimanfaatkan sebagai kolam ikan. Pada umumnya pengairan
pertanian yang ada adalah tadah hujan dan beberapa lokasi tertentu terdapat
irigasi setengah teknis. Kondisi penggunaan lahan pada kelerangan curam adalah
tanaman keras yang bersifat konservasi lahan.

e. Tegalan
Penggunaan lahan tegalan berada di sektiar bagian timur Danau Maninjau. Tegalan
biasanya dimanfaatkan juga untuk pertanian ladang atau palawija yang sifatnya
tidak banyak membutuhkan air seperti pertanian sawah. Luas lahan tegalan
sebesar 1685 Ha atau 12 % dari luas lahan kawasan danau.

2.1.7 Sempada Danau

Pembuatan zonasi ruang merupakan proses yang penting dalam perencanaan tata
ruang. Tahap ini merupakan proses pembagian batas pada suatu ruang berdasarkan
kenampakan geografis dan aktivitas sosial ekonomi penduduk. Adapun fungsi utama
dari zonasi ruang ini adalah sebagai instrumen pengendalian pembangunan, pedoman
penyusunan rencana operasional, pelengkap rencana rinci tata ruang, menjadi salah
satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang, dan sebagai panduan teknis
pengembangan/ pemanfaatan lahan. Data pengukuran topografi dan bathymetri pada
zonasi ruang ini digunakan sebagai gambaran wilayah yang akan dizonasi yang
diperkuat dengan validasi data. Berdasarkan hasil checklist lapangan dan analisis
kondisi lapangan dengan mempertimbangkan berbagai aspek dalam penentuan zonasi
ruang, maka dihasilkan Peta Pola Ruang di Kawasan Danau Maninjau.

PT. SATRIA BUMI STRATA 9


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

Terdapat beberapa hal yang membuat potensi Danau Maninjau sangat besar,
diantaranya adalah fenomena geografis yang tidak terlepas dari perubahan
penggunaan lahan dan juga karena pariwisata yang ada di daerah tersebut.
Terdapatnya beberapa lokasi potensi pariwisata yang bisa dikembangkan, maka
kawasan ini sangat membutuhkan perencanaan tata ruang untuk mengatur tata letak
penggunaan lahan yang ada agar tidak mengganggu kelangsungan penduduk yang
tinggal di sekitarnya. Namun, sebelum dibuat perencanaan tata ruang, harus terlebih
dahulu dibuat zonasi ruang.

2.2 FUNGSI DAN MANFAAT DANAU

Pemanfaatan sumber daya air Danau Maninjau hingga saat ini terutama adalah untuk
pembangkit listrik tenaga air (PLTA Maninjau) dengan kapasitas terpasang sebesar 66
MW. Selain sebagai penunjang utama sektor pariwisata di Kabupaten Agam, Danau
Maninjau juga dimanfaatkan oleh penduduk setempat sebagai lahan mata
pencaharian, berupa berupa kegiatan perikanan Kolam Jaring Apung (KJA) dan Kolam
Air Deras (KAD). Transek skematik kawah Maninjau, menunjukkan pola utama
penggunaan lahan di sekitar Danau Maninjau yang didominasi oleh hutan lindung dan
perkebunan.
Dari penelitian yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia bekerjasama dengan
Pemerintah Finlandia pada tahun 1992 - 1994 terhadap 19 buah danau alamiah di
Indonesia diperoleh hasil bahwa pada beberapa danau sudah mengalami masalah
antara lain terjadi sedimentasi, (berkurangnya kedalaman), berkurangnya volume,
berkurangnya luas, terjadinya pencemaran organik, berkurangnya populasi ikan
bahkan beberapa jenis ikan endemik hampir hilang
Data yang diperoleh dari laporan konservasi Danau Maninjau tahun 2013 untuk
pemanfaatan danau adalah sebagai berikut :

2.2.1 Air Baku Rumah Tangga Penduduk


Penduduk tidak menggunakan air danau secara langsung untuk air minum.Sebagian
besar sumber air baku penduduk di Kecamatan Tanjung Raya berasal dari mata air
dengan sistem pipa dan sebagian kecil dari sumur gali, sedangkan jumlah penduduk
yang dilayani air baku sistem pipa PDAM hanya 8.665 jiwa (Tabel 2.5 dan Tabel 2.6).

PT. SATRIA BUMI STRATA 10


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

Tabel .2 Jenis Sumber Air Baku Penduduk


Jumlah Jumlah Jumlah
No Jenis Sumber Air
Pengguna Pengguna Pengguna
(Pengelola Air Baku)
Jiwa KK Rumah
1 Sumur Gali 1.943 454 435
2 PDAM 8.765 2.208 2.034
3 PP Samsimas 2.569 638 587
4 PP Nagari 7.888 2.169 2.042
5 MA/PMA 4.422 1.111 1.003
6 PAH 161 45 43
7 Lain-lain 1.750 439 412
Jumlah 27.498 7.064 6.556
Sumber : Puskesmas kecamatan Tanjung Raya, 2013
Catatan: Semua sumber adalah mata air, kecuali sumur gali. Data 2012

Tabel .3 Penduduk Pelanggan PDAM


Jumlah Jumlah Jumlah
No Nagari Pengguna Pengguna Pengguna
Jiwa KK Rumah
1 Maninjau 1.144 333 326
2 Bayur 2.239 473 352
3 Sungai Batang 122 33 32
4 Duo Koto 1.566 385 341
5 Paninjauan 422 101 90
6 Koto Kaciak 2.292 583 513
7 Koto Gadang 880 199 180
Jumlah 8.665 2.107 1.834
Sumber : Puskesmas kecamatan Tanjung Raya, 2013
Catatan: semua sumber adalah PDAM. Data 2012

2.2.2 Irigasi Pertanian


Sebagian besar lahan di Kecamatan Tanjung Raya adalah lahan subur yang
digunakan untuk pertanian, yang terdiri dari pertanian padi sebesar 4500 Ha, jagung
60 Ha, kacang tanah 45 ha dan kedelai 30 Ha. Lahan sawah memperoleh air irigasi
pedesaan yang dikembangkan oleh penduduk (Tabel 2.7, Tabel 2.8 dan Tabel 2.9).
Sumber air irigasi adalah sungai dan mata air sekeliling danau.

Pemanfaatan lahan pertanian kadang-kadang berubah menjadi perikanan kolam ikan,


yaitu pada saat terjadi musim hujan. Pada umumnya pengairan pertanian yang ada
PT. SATRIA BUMI STRATA 11
Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

adalah tadah hujan dan beberapa lokasi tertentu terdapat irigasi setengah teknis.
Kondisi penggunaan lahan pada kelerangan curam adalah tanaman keras yang
bersifat konservasi lahan.

2.2.3 Perikanan
Penduduk mengembangkan perikanan kolam di lahan sekeliling danau dan keramba
jaring apung di badan air danau. Lahan pemukiman sekeliling danau banyak dihuni
petani ikan yang membangun KJA sejauh ±100 m kearah perairan danau. Kegiatan
perikanan danau begitu dominan sehingga keramba jaring apung (KJA) banyak
terlihat dari sisi bantaran danau. Pemanfaatan keramba (KJA pada tepi perairan danau
umumnya berdampingan dengan permukiman masyarakat pembudi daya yang
berada di bantaran danau tersebut, namun banyak juga yang berdada di daerah wisata
danau.

2.2.4 PLTA Maninjau

PLTA Maninjau dibangun pada tahun 1983 berlokasi pada Desa Lubuk Sao dekat
Sungai Batang Antokan yang merupakan keluaran air danau. Produksi listrik PLTA
Maninjau adalah 205 GW, dari hasil pembendungan danau dengan menaikkan tinggi
muka airnya dari ketinggian 462 meter dari permukaan air laut (ketinggian dasar
S.Antokan) menjadi 464 m. Aliran air keluar danau ini digunakan untuk pembangkit
tenaga listrik melalui bangunan pengambilan air PLTA, dengan debit rata-rata pada
tahun 1983 – 2001 sebesar 13,39 m3/detik. Debit PLTA hampir sama dengan debit
rata-rata Sungai Antokan sebelum dibangun PLTA (1930-1974) yaitu 13,37 m3/dt.

Tabel .4 Kondisi Umum PLTA Maninjau


No Kondisi Umum Keterangan
1 Nama PLTA PLTA Maninjau
2 Lokasi Operasi Sebelah Barat Daya Danau Maninjau
3 Tahun Operasi September 1983
4 Jumlah Unit 4 Unit Turbin dan Generator
5 Kapasitas Pembangkit 4 x 17 MW = 68 MW
6 Tipe PLTA Dam (Single function)
7 Reservoir Waduk Alami
8 Catchment Area 23.500 ha
9 Luas Genangan pd EL.Maks 9.400 ha (danau vulkanik)
10 Debit pembangkit (total) 4 x 8,7 m3/dt
11 Debit efektif 16,2 m3/dt

PT. SATRIA BUMI STRATA 12


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

No Kondisi Umum Keterangan


3
12 Debit maks 164 m /dt
13 Elevasi maks.operasi 464 masl
14 Elevasi normal operasi 464 – 463 masl
15 Elevasi darurat operasi 463 – 462,5 masl
16 Elevasi Intake operasi 458,5 masl
17 Bendungan Tinggi 2 meter, lebar 60 meter
18 Panjang terowongan utama 4.300 m
Sumber : PLN Sektor Bukit Tinggi

2.2.5 Pariwisata
Danau Maninjau merupakan salah satu kekayaan alam Sumatera Barat yang menjadi
tujuan wisata, termasuk dari luar provinsi. Pemandangan pada danau ini sangat indah,
yang dapat dinikmati hampir pada semua lokasi. Kota Maninjau sebagai ibu kota
kecamatan merupakan pusat wisata yang memiliki akses prasarana transportasi
dengan semua lokasi objek wisata dan pedesaan. Pada kota ini berkembang sarana
hotel dan berbagai kegiatan penunjang transportasi dan wisata. Disamping itu adat
istiadat masyarakat sekitar danau tersebut masih kental dengan unsur budaya yang
berlaku, ini dapat dilihat dari tatacara hidup yang masih berlaku.
Daya tarik Danau Maninjau adalah sebagai berikut (Gambar 2.21):
a. Wisata Panorama Alam. Pegunungan yang indah terlihat dari danau tersebut,
pemandangan dari dataran yang lebih tinggi kearah danau, dan perjalanan sekitar
danau dengan melihat panorama alam.
b. Wisata Air. Bisa dilakukan pada danau tersebut adalah menikmati perairan danau
dengan memanfaatkan perahu yang disewakan oleh masyarakat setempat pada
lokasi-lokasi tertentu. Dengan wisata air tersebut dapat melihat aktifitas nelayan
dan keramba jaring terapung yang menjadi daya tarik tersendiri

Selain itu penginapan sebagai sarana wisata tersedia dengan berbagai jenis,
diantaranya ada hotel-hotel berbintang satu, penginapan kelas melati, ataupun home
stay atau rumah yang disewakan oleh penduduk setempat. Umumnya hotel tersebut
terletak pada bantaran danau, sehingga wisatawan dapat menikmati keindahan alam
dari hotel tersebut namun tidak memenuhi persyaratan sempadan danau.

Lokasi pariwisata umum yang ada di Danau Maninjau antara lain adalah Muko-muko
dekat dari lokasi PLTA. Lokasi tersebut sangat ideal karena berada di pinggir danau
dan dapat dirasakan oleh masyarakat umum.

PT. SATRIA BUMI STRATA 13


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

2.2.6 Transportasi
Danau Maninjau dikelilingi jalan sepanjang garis pantainya, yang menghubungkan
desa-desa disepanjang keliling danau. Jalan penghubung kota Maninjau dengan Lubuk
Basung sebagai ibu kota Kabupaten Agam keluar dari lingkungan danau melalui
Desa Mukomuko dipantai barat danau. Sedangkan jalan menuju Kota Bukitinggi dari
Maninjau yang terletak pada pantai timur berbelok-belok yang dikenal dengan kelokan
44.
2.3 KARAKTERISTIK DANAU
2.3.1 Morfometri dan Barimetri Danau

Tata letak kawasan ini di dalam wilayah fisiografi pegunungan Bukit Barisan dan
karakteristik morfologi hasil erupsi Gunung Api purba mewujudkan morfologi strato
dengan bentang alam sekitar Danau Maninjau yang meliputi perairan danau, pantai
sekeliling danau, satuan dataran di beberapa bagian, tebing kaldera seputar danau
dan region tangkapan air bagi sistem sungai kecil yang mengalir ke dalam perairan
danau.

2.3.2 Keanekaragaman Hayati Danau


Vegetasi alami yang terdapat di daerah sekitar Danau maninjau adalah hutan hujan
tropika, saat ini masih menutupi 30% - 79% areal lahan pedesaan dan tetap sama
sekali tidak terusik, berada pada ketinggian 900 m sampai ke punggung kawah. Di atas
ketinggian 800m dpl tipe hutannya adalah hutan pegunungan dengan jenis-jenis
Fagaceae (Quercus sp. dan Castanopsis sp.), Lauraceae dan Myrtaceae sebagai
pohon kanopi, dan jenis Anacardiaceae (Mangifera sp. dan Swintonia sp.) atau Shorea
platyclados (Dipterocarpaceae) yang mencuat. Karena angin deras, hujan lebat, dan
seringnya tanah longsor hutan alam ini sangat terganggu. Tumbuhan menjalar sangat
banyak, antara lain rotan dan Ficus besar, yang dapat menjadi penstabil tanah yang
efisien karena memiliki banyak akar. Pada lereng-lereng yang paling terjal hutan
digantikan oleh formasi semak dengan Pandanus, pakis, dan herba.

Di bawah 800 m dpl yang masih tersisa dari hutan asli adalah spesies lapisan atas
seperti jenis-jenis Burseraceae (Canarium, Santiria, Dacryodes), Fagaceae
(Lithocarpus, Quercus), beberapa sisa Dipterocarpaceae (Shorea sumatrana, S.
sororia, Hopea mengarawan, Parashorea lucida), dan sejenis Mimosaceae khas
(Acrocarpus fraxinifolius). Vegetasi lapisan bawah terdiri dari Meliaceae (Aglaia

PT. SATRIA BUMI STRATA 14


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

argentea, A. gango, Chisocheton spp., Disoxylon macrocarpum, D. cauliforum, Toona


sinensis), Lauraceae (Cinnamomum parthenoxylon, Litsea spp., Actinodaphne sp.)
Annonaceae, Euphorbiaceae, dan Myristicaceae. Spesies pohon dari formasi yang
lebih awal dalam suksesi adalah Octomeles sumatrana (Datiscaceae), Alstonia
angustiloba (Apocynaceae), Terminalia spp (Combretaceae), Pisonia umbellifera
(Nyctaginaceae), Artocarpus spp. (Moraceae). Kebanyakan spesies hutan ini juga
sering ditemukan pada sistem agroforestri dan dipertahankan serta dikelola oleh petani
untuk berbagai tujuan.

2.3.3 Sosial, Ekonomi dan Budaya


Adat istiadat penduduk Maninjau khas seperti masyarakat Minangkabau umumnya.
Kepadatan penduduk desa bervariasi antara 150 sampai 350 orang per km2. Namun
selama dua dekade terakhir pertambahan penduduk hanya 10,5%, jika dibandingkan
dengan 52% untuk seluruh Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang rendah ini berkat
tradisi khusus orang Minang melakukan migrasi sukarela ke luar daerah (merantau)
terutama pemuda, yang pada zaman dahulu merupakan kebiasaan sementara tetapi
kini cenderung menjadi perpindahan tetap. Di Maninjau 40 % - 70% penduduk asli
hidup di luar propinsi dan kebanyakan migran muda beserta istri dan anaknya tidak
berniat pulang. Hal ini secara langsung menyebabkan kekurangan tenaga muda dan
kekurangan tenaga kerja untuk pertanian. Tetapi hal ini juga mengurangi tekanan
penduduk pada sumberdaya lahan.

Sifat masyarakat Minang adalah matrilinial, dengan satuan sosial keluarga luas. Tanah
dan pohon dimiliki secara bersama oleh suku, kerabat seketurunan yang masih
memiliki pertalian darah. Biasanya, tanah sawah dibagi di antara anak perempuan
yang sudah kawin, tetapi untuk tanah parak pembagian dapat hanya menyangkut
pohon atau hasilnya saja tergantung pada beberapa faktor seperti sifat pohon, pola
produksi, orang yang menanam, dan lain-lain. Pemeliharaan kebun bukan penguasaan
atas tanah atau hasil pepohonan dikerjakan oleh seseorang yang mempunyai hak
menanam pohon baru atau tanaman semusim dan memanen hasilnya untuk dirinya
sendiri (untuk pepohonan terutama kopi, kulit manis atau kayu). Tetapi hasil
pepohonan lain (buah-buahan dari pohon berusia panjang dan pala) dibagi di antara
anggota suku. Pengambilan keputusan mengenai penjualan atau penggadaian
sebidang tanah atau pohon harus dibuat bersama. Sistem kepemilikan tanah ini
merupakan pengaman dari pemecahan dan fragmentasi lahan produktif secara

PT. SATRIA BUMI STRATA 15


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

berlebihan serta penumpukan pemilikan tanah oleh orang-orang kaya saja. Hal ini juga
mengurangi kemungkinan perubahan mendadak sistem pertanian, karena tanah tidak
dapat dijual atau diubah peruntukkannya dan pohon tidak dapat ditebang atas dasar
keputusan perorangan (Ok Kung Pak, 1982).

2.4 PERMASALAHAN EKOSISTIM DANAU


Berbagai aktivitas penduduk yang ada di sempadan danau, seperti permukiman,
perhotelan, pertanian dan peternakan merupakan sumber bahan pencemar yang
masuk ke perairan danau. Kegiatan di badan perairan danau, berupa pembudidayaan
ikan dengan teknik keramba jaring apung (KJA) juga merupakan sumber limbah yang
potensial mencemari perairan danau. Penyebab utama penurunan kualitas perairan
Danau Maninjau adalah akibat dari kegiatan perikanan KJA yang sudah melampaui
daya dukung perairan danau. Fakta lain juga mengungkapkan bahwa kualitas perairan
Danau Maninjau cenderung terus menurun dari waktu ke waktu, akibat semakin
tingginya tingkat pencemaran karena buangan limbah domestik dan pertanian (LPP
UMJ, 2006).

Saat ini, kepedulian terhadap ekosistem perairan Danau Maninjau semakin kurang
diperhatikan oleh hampir seluruh pengguna ekosistem perairan danau tersebut.
Prinsip- prinsip ekologis bahwa perairan danau memiliki carrying capacity (daya
dukung) dan daya asimilasi terhadap limbah yang terbatas tidak dipahami oleh
sebagian besar masyarakat pengguna danau. Seperti contoh pemanfaatan danau
untuk kegiatan budidaya perikanan dengan teknik KJA selalu mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Sampai akhir tahun 2006, terdapat 8.955 unit KJA yang beroperasi di
perairan Danau Maninjau. Jumlah ini sudah sangat melebihi daya dukung perairan
danau untuk kegiatan KJA (Syandri, 2006). Bahkan pada tahun 2008 yang lalu jumlah
karamba sudah sangat melebihi kapasitas yaitu ± 15.000 unit KJA. Hal ini akan
memberikan tekanan terhadap perairan danau semakin meningkat berupa booming
fitoplankton.

1. Kerusakan Daerah Tangkapan Air (DTA)


a. Pencemaran Air Oleh Limbah Rumah Tangga/Penduduk
b. Pencemaran air danau yang disebabkan oleh aktifitas rumah tangga/penduduk
ini berupa limbah tinja, urine dan deterjen. Limbah urine dan tinja ini
mengandung zat nitrogen (N) dan fosfor (P). Berdasarkan penelitian yang
PT. SATRIA BUMI STRATA 16
Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

dilakukan oleh Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LPP-UM) Universitas


Muhammadiyah Sumatera Barat diperoleh bahwa tingkat pencemaran air
Danau Maninjau diperkirakan 25 % masuk ke danau yang terdiri atas T-N dari
tinja sebesar 119,85 kg/hari, T-P dari tinja sebesar 15,70 kg/hari, T-N dari urine
sebesar 57,87 % dan T-P dari urine sebesar 16,53 %. Total limbah penduduk
yang masuk ke dalam Danau Maninjau sebesar 209,93 kg/hari atau 75.574,8
kg/tahun.
c. Selain pencemaran air berupa urine dan tinja dari hasil kegiatan rumah tangga,
limbah lain yang juga mencemari sumberdaya air Danau Maninjau ini adalah
limbah deterjen.
d. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tingkat pencemaran limbah
deterjen di Danau Maninjau ini 9,02 ton per tahunnya. Nilai ini diperoleh dari
asumsi yang dilakukan sekiranya 25 % limbah masuk ke dalam air danau.
e. Tandusnya gunung-gunung di sekitar danau sebagai daerah tangkapan air
mengakibatkan debit air danau menurun di musim kemarau dan banjir di musim
hutan.
f. Tekanan ekonomi secara umum dan kurangnya pemahaman masyarakat lokal
terhadap pelestarian nilai dan potensi sumberdaya alamnya sejak lama
mengakibatkan pengurasan sumberdaya alam dan menurunnya populasi
keanekaragaman hayati endemik di kawasan sekitar danau.
g. Erosi dan Sedimentasi
h. Erosi dari pola pemanfaatan lahan di DTA menyebabkan terjadinya
pendangkalan danau. Sedimentasi akibat erosi lahan mencapai 2.410 ton/tahun
(PSDA Sumbar, 2005). Jenis dan ukuran sedimen yang masuk ke danau yaitu
berupa tanah liat, debu dan pasir. Sedimen dengan ukuran partikel halus
memiliki kandungan bahan organik.
i. Tidak jelasnya batas tata ruang pemanfaatan di kawasan danau yang
mengakibatkan kerusakan hutan, pendangkalan danau secara terus menerus.
j. Pengembangan daerah pemukiman, pariwisata, dan pembangunan sarana
publik di kawasan sekitar danau yang tidak memperhatikan aspek lingkungan
mengakibatkan perusakan ekosistem daerah aliran sungai (DAS) secara tidak
langsung.
2. Kerusakan Sempadan
a. Okupasi lahan untuk pemukiman, perhotelan, pertanian.

PT. SATRIA BUMI STRATA 17


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

b. Pencemaran Air Oleh Limbah Pertanian Pencemaran air dari limbah pertanian
ini berupa fosfor (P) dari tanah pertanian. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, tingkat pencemaran air oleh limbah pertanian di Danau Maninjau ini
sebesar 5,08 ton per tahunnya, dengan asumsi 0,9 kg/ha/tahun ; menurut
Moran et al, 1985.
c. Orientasi komersil masyarakat lokal di kawasan danau terhadap pertanian
mengakibatkan monokultur yang tidak ramah lingkungan.
d. Tingginya konsentrasi pospat pada air danau akibat limbah domestik. Limbah
pospat (P) dari deterjen yang masuk ke danau berjumlah 9,02 ton setiap
tahunnya. Masyarakat sekitar danau masih belum memiliki septic tank.
Diperkirakan 25 % (506.592 ton/th) sampah masuk ke perairan danau. Beban
pencemaran berupa fosfor (dari pemakaian pupuk dan pestisida pertanian)
sebesar 5.087,60 kg/th.

3. Pencemaran Perairan
a. Pencemaran Air dan eutrofikasi.
b. Sedimentasi.
c. Konflik pemanfaatan air.
d. Menurunnya populasi ikan endemik (Ikan Rinuak).
e. Keramba Jaring Apung.

Limbah dari KJA (Kolam Jaring Apung) merupakan pencemar air tertinggi terhadap
sumberdaya air Danau Maninjau ini. Berdasarkan hasil penelitian (tabel di atas)
tergambar bahwa total limbah yang masuk ke dalam air danau dari sisa kegiatan
perikanan ini mencapai 393,22 ton/tahunnya. Indikasi ini menunjukan bahwa tingkat
pencemaran air Danau Maninjau ini sudah memerlukan suatu penanganan dan
pengelolaan yang lebih baik. Apabila dibiarkan terus berlanjut maka akan sangat
mempengaruhi kualitas kawasan danau ini secara keseluruhan. Dari segi kualitas
airnya, telah terjadi peningkatan unsur pencemar Danau Maninjau yakni oleh Nitrogen
(N) dan Fosfat (P) yang muncul seiring dengan meningkatnya jumlah Kolam Jaring
Apung (KJA). Hal ini mempengaruhi peningkatan ketebalan sedimen dengan sebaran
yang makin meluas. Dilihat dari sisi elevasi air permukaannya, tidak terjadi perubahan
yang signifikan, dimana elevasi air permukaan danau ini rata-rata 463 m dpl.

Budidaya perairan danau dengan teknik karamba/floating net di danau yang tidak
teratur mengakibatkan pencemaran sampah dan meningkatnya proses penyuburan

PT. SATRIA BUMI STRATA 18


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

rumput danau (arakan) yang menyebabkan tekanan ekologis terhadap habitat


beberapa ikan dan biota danau endemik lainnya, yang terus berlangsung secara
intensif.

Menurunnya debit air danau mengancam suplai air untuk pembangkit listrik tenaga air
(PLTA), persawahan masyarakat dan PDAM setempat.

4. Resiko Bencana

Kematian Ikan (overturn) dalam dua tahun terakhir, Danau Maninjau telah mengalami
beberapa kali peristiwa bencana kematian ikan secara masal yang menimbulkan
kerugian yang cukup besar. Dalam perkembangannya berbagai aktivitas di Danau
Maninjau ini menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air danau, terutama akibat
aktivitas budidaya perikanan dengan menggunakan keramba jaring apung (KJA).

Area yang mempunyai aktifitas KJA perlu dicermati kondisi kualitas perairannya,
karena tekanan terhadap kualitas perairan akan semakin meningkat dengan
bertambahnya aktifitas KJA. Tingginya beban pencemar di Danau Maninjau akibat
tekanan KJA, telah berakibat pada terjadinya kematian ikan massal di Danau
Maninjau.

2.5 Aspirasi Masyarakat Salingka Danau Dan Instansi Terkait

Aspirasi masyarakat yang dijaring dalam Pertwmuan Konsultasi Masyarakat


menghasilkan hal-hal sebagai berikut :
 Secara Garis besar masyarakat menginginkan implemetasi dari hasil penelitian-
penelitian yang telah banyak dilakukan agar ini segera direalisasikan dan dibuat
rencana kedepan untuk yangakan dilaksanakan
 Diusulkan ada Badan Khusus yang menanggani Danau Maninjau misalnya
Otorita Danau Maninjau
 Diperlukan Satgas Danau untuk melakukan kegiatan pembersihan dan
bersama pemerintahan melakukan penertiban dan pengaturan
 Untuk menyelamatkan Danau Maninjau diperlukan regulasi dan inflementasi
yang tegas serta keikut sertaan segala lapisan memberikan kontribusi terhadap
upaya penyelamatan Danau Maninjau

PT. SATRIA BUMI STRATA 19


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

 Agar dilakukan pengawasan atau koordinasi untuk menjalankan rekomendasi


ini
 Kondisi perikanan dan pariwisata di normalkan kembali dengan membuat
zonasi sempadan danau.
 Sungai banyak yang tidak mengalir agar dilakukan kajian penyebabnya.
 Agar dicarikan solusi untuk pembersihan danau dari sampah dan zat lain yang
menggangu misalnya dengan menguaras danau tapi juga mempertimbangkan
kebutuhan PLN. Karena sudah 25 tahun air danau tidak dikuras.
 Hasil pengukuran Bathimetri dan Zonasi Danau Maninjau oleh konsultan ini
agar bisa dilanjuti dengan pekerjaan fisik yang dianggap perlu
 Harus ada Kontribusi dari PLN untuk masyarakat terkait pemanfaatan air danau
Maninjau.
 Agar dipertimbangkan dalam penelitian ini bahwa masyarakat mencari nafkah
dari perikanan KJA di Danau
 Agar dicarikan solusi pakan ikan yang tidak membahayakan
 Yang disalahkan selalu kerambah/dikambing hitamkan, mohon kejelasan
peraturan-peraturannya, masalah pajak bagaimana dengan PLTA
 Agar dilakukan kajian terhadap kandungan sedimen yang timbul akibat pakan
ikan karena sebelumya tidak dilakukan tindak lanjut.
 Agar rapat seperti ini dapat dilakukan pada tingkat yang lebih tinggi (provinsi
dan pusat) agar mendapatkan hasil yang lain
 Pengukuran zonasi Danau Mninjau dilihat dari paparan bagus, tetapi kalau
dilihat akibatnya masyarakat yang ditepi danau bagai mana nantinya
 Di UPP Agam untuk danau Maninjau sudah alat penyedot limbah pakan tetapi
butuh kapal sebagai alat untuk mengeluarkan lumpur hasil sedot
 Sebaiknya dalam pengelolaan keramba hendaknya dibatasi dan di gilir atau di
tentukan masa usahanya tidak monoton terus menerus, Jumlah kotak keramba
dibatasi untuk tiap peternak.
 Diadakan masa tenang atau tidak adanya aktifitas di danau maninjau, sehingga
air danau ada masa air jernih dan ada masa kotornya
 Perlu adanya sosialisasi dengan masyarakat disalingka Danau supaya
pembuangan sampah jangan masuk ke danau ini akan mengakibatkan
pencemaran danau

PT. SATRIA BUMI STRATA 20


Laporan Kriteria Pengelolaan Danau Pengukuran Bathimetry dan Zonasi Danau Maninjau Kabupaten Agam

 Untuk mengadakan pembebasan lahan sepadan di salingka Danau sangat sulit


sekali karena rumah penduduk di salingka danau sudah banyak bermukim di
bibir danau
 Menghentikan sementara kegiatan jaring apung dan memulai kegiatan keramba
jaring apung dengan aturan yang disepakati yang meliputi secara keseluruhan
proses KJA tersebut
 Agar dijelaskan zona-zona pada wilayah danau yang jelas sehingga kedepan
dapat diawasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakt
 Agar digambarkan cathmen area yang mana sudah hampir habis dan mana
yang harus diperbaiki
 Masyarakat tidak dibenarkan menanam kelapa sawit karna bisa menurunkan
debit air ke danau
 Diadakan sosialisasi kepada masyarakat dengan adanya dampak-dampak
negatif yang akan mengikat masyarakat bahkan danau ini dengan demikian
masyarakat dapat mengerti masalah yang dihadapi baru setelah itu diberikan
aturan-aturan yang berlaku atau disyahkan
 Perlunya menumbuhkan rasa kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian
danau maninjau dari seluruh pihak yang sangat berkaitan dengan danau
maninjau. Baik dari segi budaya, pemanfaatan langsung, adat istiadat,
lingkungan ataupun secara kekuasaan ninik mamak sebagai pemilik hak ulayat.
 Dalam pengaturan zonasi danau maninjau harus mengacu dan
simgkronisasikan dengan Ripda Pariwisata, RDTR Maninjau, dan Raperda
Pengelolaan Danau Maninjau.

PT. SATRIA BUMI STRATA 21

Anda mungkin juga menyukai