Anda di halaman 1dari 21

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO


DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
UJIAN AKHIR SEMESTER
Mata Ujian : Hidrologi DAS Sifat Ujian : Buku Terbuka
Hari/tanggal : Selasa, 8 juni 2021 Dosen Penguji : Narulita Santi ST M.Eng
Jam : 11.10-23.59 WIB

1. Pilihlah 3 Sungai yang ada di Indonesia serta jelaskan terkait :


a. Lokasi
b. Posisi dan karakternya
c. Litologi
d. Geomorfologi
e. Potensi Positif
f. Potensi Negatif
g. Sertakan peta sungai tsb
h. Apakah mengalami pencemaran
i. Sertakan foto/kenampakan permukaan Sungai tsb.
j. Bagaimana kondisi penggunaan lahan pada sungai tersebut?
k. Sertakan sumber materi baik dari paper/ web.

Cara Pengerjaan :
1. Kerjakan dalam File soal ini kemudian diunggah dalam bentuk PDF
2. Nama file yang diunggah : UASHIDROLOGIDAS/Nama/
3. Bila foto pecah dapat diupload terpisah sebagai lampiran.
JAWABAN
A. Sungai Bengawan Solo

Gambar 1. Peta Wilayah Sungai Bengawan Solo


Sungai Bengawan Solo merupakan sungai terbesar di Pulau Jawa, dan
mengalirkan air dari daerah aliran sungai (DAS) seluas ± 16,100 km2, mulai dari
Pegunungan Sewu di sebelah barat-selatan Surakarta, ke laut Jawa di utara Surabaya
melalui alur sepanjang ± 600 km. DAS ini terletak pada 12 propinsi dengan 12
kabupaten yaitu propinsi Jawa Tengah dengan 8 kabupaten dan Jawa Timur dengan 8
kabupaten. Wilayah Sungai Bengawan Solo terletak di Propinsi Jawa Tengah dan Jawa
Timur, pada 110°18′ BT sampai 112°45′ BT dan 6°49′ LS sampai 8°08′ LS, beriklim
tropis dengan suhu udara dan kelembaban yang tinggi. Sungai Bengawan Solo terdiri
dari 4 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Bengawan Solo, DAS Kali Grindulu
dan Kali Lorog di Pacitan, DAS Kecil di Kawasan Pantai Utara, dan DAS Kali Lamong.
DAS Bengawan Solo merupakan DAS terluas di wilayah Sungai Bengawan Solo yang
meliputi Sub DAS Bengawan Solo Hulu, Sub DAS Kali Madiun, Sub DAS Bengawan
Solo Hilir.
Gambar 2. Kenampakan Permukaan Wilayah Sungai Bengawan Solo

DAS Bengawan Solo memiliki karakteristik topografi yang relatif datar


Sebagian kecil dengan kemiringan 10 – <30% dan sebagian besar berada di daerah
dataran rendah sehingga terbentuk aliran sungai yang berkelok-kelok (meander). DAS
Bengawan Solo mempunyai ketinggian yang bervariasi mulai dari 0 m (selat Madura)
hingga 3265 m (puncak gunung Lawu). Dengan bervariasinya ketinggian tersebut
menyebabkan bervariasinya juga jumlah curah hujan yang jatuh dimasingmasing
ketinggian dalam cakupan DAS Bengawan Solo. DAS Bengawan Solo mempunyai luas
1.610.000 ha yang merupakan daerah datar sampai bergunung dengan topografi yang
landai, miring, dan curam. Secara garis besar bentuk wilayahnya dapat dibedakan
menjadi:

 Datar sampai bergelombang, yang membentang dari Randublatung


sampai pantai (Selat Madura), dari Balong (Ponorogo) sampai Ngawi
dan dari Baturetno (Wonogiri) samapi Stragen.
 Berbukit, yang terutama di perbukitan Rembang (dibagian utara),
pegunungan Kendeng (dibagian tengah), pegunungan Kidul (di bagian
selatan).
 Bergunung, yang terutama meliputi kompleks gunung Merapi Merbabu,
gunung Lawu, gunung Wilis dan bagian-bagian tertinggi pegunungan
Kidul.

Menurut Van Bemelen (1949) formasi geologi yang terdapat pada DAS
Bengawan Solo didominasi oleh kompleks gunung api Merapi-Merbabu dan Lawu.
Jenis batuan yang mendominasi adalah batu apung konglomerat, breksi, tufa, kuarsa
yang mengandung andesit dan formasi batuan vulkan. DAS Bengawan Solo bersumber
pada daerah pegunungan tersier yang meluas sepanjang pantai selatan pulau Jawa.
Daerah pegunungan ini terdiri dari formasi batuan induk dan batuan gamping yang
terbentuk pada zaman meosen. Lembah solo hulu dan tengah dikelilingi oleh tiga buah
gunung berapi atau bekas gunung berapi yang lereng-lerengnya tertutup oleh bahan-
bahan lepas seperti konglomerat, pasir dan debu vulkanis. Lembah Solo hilir
merupakan dataran alluvial yang dibatasi oleh pegunungan tersier yang terdiri dari batu
pasir tufa, batu lempung dan batu gamping yang terbentuk pada zaman meosen.
Disebelah selatan dibatasi oleh pegunungan Kendeng yang terbentuk dari batuan
tersier.

Tabel 1. Penggunaan lahan di wilayah sungai Bengawan Solo

Penggunaan Gambar
lahan
Persawahan
dan
perkebunan
Waduk

Saluran irigasi

Berdasarkan Tabel 1. dapat kita ketahui bahwa penggunaan lahan dominan di


DAS Bengawan Solo Hulu dan Tengah adalah kebun campur dan sawah, irigasi dan
waduk. Hal ini wajar karena sebagian besar penduduknya masih bekerja pada sektor
pertanian, baik pertanian pangan maupun non pangan dan perkebunan. Penggunaan
lahan berupa sawah dan permukiman memiliki potensi banjir yang tinggi apabila
dibandingan dengan jenis penggunaan lahan yang lain. Pengelolaan kawasan tepi
sungai sebagai sawah dan perkebunan pada DAS berdampak pada bencana yang terjadi
pada daerah tersebut. Dalam hal ini tingkat bahaya erosi yang tinggi, banjir, dan
kekeringan yang berdampak pada kawasan tersebut. Kawasan budidaya pertanian yang
sebenarnya dapat menjadi kawasan penyeimbang lingkungan, tetapi digunakan sebagai
lahan untuk pangan yang berdampak terhadap keseimbangan lingkungan di DAS.
Dalam menjaga kelestarian sumber daya air di DAS, diperlukan kebijakan dalam
pelarangan segala macam kegiatan budidaya yang mengganggu keseimbangan
lingkungan.

Adapun potensi positif dan negatif yang dapat diidentifikasi di wilayah sungai
Bengawan Solo. Potensi positifnya seperti tempat pembuatan tambak ikan, pembuatan
saluran irigasi, tempat wisata ketika musim kemarau. Sedangkan, potensi negatifnya
seperti dapat terjadinya banjir dan longsor pada musim penghujan serta penambangan
pasir liar.

Tabel 2. Potensi positif WS Bengawan Solo

Potensi Positif (+) Gambar

Tambak ikan

Saluran irigasi

Tempat wisata
Kracakan di WS
Bengawan Solo

Tabel 3. Potensi negatif WS Bengawan Solo


Potensi Negatif Gambar

Banjir

Longsor

Penambangan Pasir
Liar
Beberapa aktivitas yang menyebabkan penurunan kualitas air di aliran sungai
Bengawan Solo adalah aktivitas manusia, perubahan tata guna lahan dan beragamnya
pola hidup masyarakat perkotaan. Penurunan kualitas air terjadi sebagai akibat
pembuangan limbah yang tidak terkendali dari aktivitas pembangunan di sepanjang
sungai yang tidak sesuai dengan daya dukung sungai (Mawardi, 2010). Pullanikkatil et
al., (2015) menyatakan bahwa kegiatan di sepanjang bantaran sungai, seperti
pemukiman dan pertanian berpengaruh pada kualitas air, semakin ke hilir sungai
tekanan pencemaran semakin tinggi. Selain dua wilayah tersebut, area industri yang
menghasilkan logam dari aktivitasnya, memberikan pengaruh pada lingkungan
terutama kualitas air (Setyaningrum et al., 2014).
Gambar 3. Kondisi air tercemar limbah

Gambar 4. Kondisi air tercemar sampah

Gambar diatas merupakan kondisi air wilayah sungai bengawan solo yang tercemar
limbah. Sungai Bengawan Solo sering mengalami pencemaran seperti tercemar limbah,
dan sampah. Tercemarnya air dapat menyebabkan tidak seimbangnya ekosistem seperti
banyak ikan yang mati, kondisi air yang tidak layak untuk dimanfaatkan masyarakat,
air berwarna hitam pekat dan air menjadi bau. Salahsatu daerah yang pernah diberitakan
mengalami pencemaran yaitu di Kabupaten Blora dan Bojonegoro. Sepanjang aliran
Sungai Bengawan Solo mengalir hanya melihat hamparan tanaman eceng gondok dan
air berwarna hitam pekat. Aroma tidak sedap menyeruak ketika semakin dekat,
berbagai jenis ikan terlihat mati mengambang dan ada rasa gatal di kulit saat mencoba
membasahi tangan. Puluhan perahu nelayan hanya bersadar di dermaga sepanjang
Bengawan Solo, aktivitas ratusan nelayan mencari ikan yang sebelumnya cukup ramai
dari pagi hingga petang kini terhenti setelah sungai itu tercemar.

B. Sungai Mahakam

Gambar 5. Peta wilayah sungai Mahakam

Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam merupakan salah satu kawasan di


Kalimantan Timur yang memiliki luas 8,2 juta hektar atau sekitar 41% dari luas wilayah
Propinsi Kalimantan Timur. Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam dangan luas :
77.095.460 ha meliputi wilayah kabupaten Kutai Barat, Kutai Timur, Malinau, Kutai
Kertanegara dan kota Samarinda. Bahkan daerah tangkapan airnya tidak hanya di
propinsi Kalimantan Timur, namun juga di propinsi Kalimantan Tengah dan diduga
sebagian kecil di Serawak yang merupakan Negara Bagian Malaysia. (Mislan dan
Naniek, 2005). Sungai Mahakam ini terletak di daerah Samarinda Kalimantan timur .
Sungai Mahakam terletak pada garis lintang 0o 35’0”S 117o 17’0”E dan panjang sungai
ini mencapai 920 km dengan luasnya 149.227 km2 serta memiliki lebar antara 300-500
meter Sungai ini melewati wilayah kabupaten Kutai Barat bagian hulu hingga
kabupaten Kutai Kertanegara dan Samarinda dibagian hilirnya.
Gambar 6. Kenampakan sungai Mahakam

Topografi wilayah sebagian besar bergelombang sampai berbukit dengan


kelerengan landai sampai curam. Daerah dengan kemiringan datar sampai landai
terdapat dibeberapa bagian, yaitu berupa kawasan pantai dan sebagian besar Daerah
Aliran Sungai Mahakam. Berdasarkan ketinggian dan bentuk roman muka buminya,
daerah penyelidikan dapat dibedakan menjadi empat satuan gomorfologi, yakni :
Pedataran Aluvium, Perbukitan Karst dan Pegunungan.

Batuan tertua yang tersingkap adalah batuan Pra-Tersier dari Komplek Ofiolit dan
Ultramafik yang berumur Trias, keduanya saling berkontak struktur. Tidak selaras di
atasnya terdapat Bancuh Kelinjau dan Formasi Telen berumur Jura, keduanya juga
saling berkontak struktur. Tidak selaras di atasnya terdapat Bancuh Tabang dan
Komplek Embaluh yang berumur Kapur, masing-masing juga saling berkontak
struktur. Tidak selaras di atas batuan Pra-Tersier terdapat seri batuan sedimen yang
berumur dari Paleosen hingga Plistosen antara lain FormasiFormasi Tanjung, Toyu,
Pamaluan, Warukin, Wahau, Pulau Balang, Balikpapan, Marah, Mangkupa, Tabalar,
Kedango, Karangan, Maluwi, Lembak, Batu Kelau, Haloq, Batu Ayau, Sembakung,
Merangoh, Menumbar, Tendehhantu, Batugamping Ritan, Bebuluh, Berai, Latih,
Birang, Maau, Labanan, Golok, Domaring, BatuKutai Kartanegara and East Kutai
Kayan Niut, Dahor dan Kampung Baru. Kemudian diikuti oleh Batuan-Batuan
Gunungapi Komplek Embaluh, Mentulang, Jelai dan Nyaan yang berumur dari Eosen
hingga Pliosen. Pada beberapa tempat tertentu batuan-batuan tersebut di atas diterobos
oleh batuan intrusi Granit Kelay, Diorit Ritan, Granit-Granodiorit Sintang dan Diorit
Antan yang berumur dari Oligosen hingga Plistosen. Sekuen batuan tersebut ditutupi
oleh Batugamping Terumbu Koral, Aluvium Sungai dan Danau, serta Aluvium Rawa
dan Pantai, sebagai batuan termuda di daerah penyelidikan yang mana proses
pengendapannya masih berlangsung hingga kini.

DAS Mahakam merupakan pusat dari kegiatan banyak pihak, mulai dari sektor
industri, pertanian, kehutanan, pertambangan, hingga pusat kegiatan ekonomi
masyarakat. Selain itu, sungai Mahakam yang menjadi titik tengah DAS Mahakam
merupakan urat nadi kehidupan sebagian besar masyarakat Kalimantan Timur,
terutama masyarakat yang beraktivitas dan hidup di dalam kawasan DAS Mahakam.
Sungai Mahakam sejak dulu hingga saat ini memiliki peranan penting dalam kehidupan
masyarakat di sekitarnya sebagai sumber air, potensi perikanan maupun sebagai
prasarana transportasi. Kegiatan tambang emas dan batu bara dapat dijumpai di bagian
hulu Sungai Mahakam. Kegiatan ini membuat kerusakan pada DAS Mahakam.

Tabel 4. Penggunaan lahan sungai mahakam

Penggunaan lahan Gambar

Daerah pertambangan

Sumber air kebutuhan


Sejumlah perusahaan tambang batu bara diketahui membuang limbahnya langsung
ke Sungai Mahakam sehingga terjadi pencemaran dengan bahan partikel terlarut
(suspended particulate matter/SPM) yang tinggi dengan konsentrasi 80 miligram/liter.
Tingkat sedimentasi lumpur di sepanjang Sungai Mahakam sudah sangat tinggi,
mencapai 60 sentimeter per bulan. Ini disebabkan tingginya erosi akibat rusaknya hutan
pada daerah aliran sungai sepanjang 900 kilometer itu. Kondisi kritis seperti itu masih
ditambah dengan adanya pendangkalan Sungai Mahakam yang disebabkan banyaknya
pembukaan lahan yang digunakan untuk lahan tambang dan perkebunan. Serta
perubahan penggunaan lahan yang seharusnya menjadi daerah resapan di sepanjang
Sungai Mahakam berubah menjadi pemukiman. Selain itu, di daerah sekitar sungai
Mahakam juga pernah tercemar tumpahan minyak sawit.

Gambar 7. Tercemar air tumpahan minyak sawit

Banyaknya aktivitas manusia dan lahan yang digunakan di sekitar wilayah sungai
Mahakam dapat menimbulkan potensi negatif maupun positif. Potensi negatifnya yaitu:

- Banjir
- Longsor
- Pendangkalan sungai
- Berkurangnya populasi ikan pesut
- Terganggunya ekosistem mangrove
Tabel 6. Potensi negatif beserta gambar

Potensi negatif Gambar


Banjir

Longsor

Pendangkalan sungai

Sedangkan potensi positif juga banyak seperti sebagai sektor perikanan, prasaran
transportasi, dan tempat wisata.

Tabel 5. Potensi positif beserta gambar

Potensi positif (+) Gambar


Sektor perikanan

Prasaran transportasi

Tempat wisata
C. Sungai Ciliwung

Gambar 8. Peta wilayah sungai Ciliwung

Sungai Ciliwung adalah salah satu sungai yang melewati wilayah administratif
DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, yang bermuara di Banjir
Kanal Barat (BKB) menuju ke Laut Jawa. Secara geografis lokasi pekerjaan terletak di
DKI Jakarta dan Kota Depok pada 6°12’ Lintang Selatan (LS) dan 106°48’ Bujur Timur
(Bujur Timur). Karakteristik sungai Ciliwung berpola dendritik-paralel. Tipe iklim
DAS Ciliwung hulu menurut sistem klasifikasi Smith dan Ferguson yang
didasarkan pada besarnya curah hujan, yaitu Bulan Basah (> 200 mm ) dan
Bulan Kering (< 100 mm ) adalah termasuk kedalam Type A. Berdasarkan
klasifikasi Oldeman tipe iklim di DAS Ciliwung hulu termasuk pada tipe iklim B2 yang
mempunyai 7 sampai 9 bulan basah berurutan dan 2 sampai 4 bulan kering, dan tipe
iklim C1 yang mempunyai 5 sampai 6 bulan basah berurutan dan kurang dari 2 bulan
kering (Ditjen Penataan Ruang Depkimpraswil 2003 b). Tipe iklim B2 terdapat di
Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung, sedangkan tipe ikllim C1
terdapat di Kecamatan Ciawi ((Ditjen Penataan Ruang Depkimpraswil 2003 b).
Gambar 9. Kondisi sungai Cliwiung

Secara garis besar lokasi pekerjaan di Sungai Ciliwung sepanjang ±40 km yang
dimulai dari Pintu Air Manggarai Jakarta ke arah hulu sampai dengan Kota Depok dan
Kabupaten Bogor dapat dibagi menjadi 2 (dua) satuan morfologi, yang meliputi :

1. Morfologi Daerah Pantai

Morfologi daerah dataran pantai dicirikan melalui kondisi permukaan


tanahnya yang datar dengan ketinggian antara 0‐15 meter di atas permukaan
laut (DPL). Daerah dataran ini mempunyai lebar antara 7‐40 km yang meliputi
tanggul pematang pantai, daerah rawa dan dataran delta.

2. Morfologi Daerah Kipas Endapan Gunung Api Bogor

Morfologi Daerah Kipas Endapan Gunung Api Bogor ini menyebar dari
arah selatan ke utara dengan Kabupaten Bogor sebagai puncaknya. Daerah ini
ditempati oleh rempah‐rempah gunung api berupa tuf, konglomerat serta lapisan
breksi yang sebagian besar telah mengalami pelapukan kuat dengan batuan
berwarna merah kecoklatan.

Sesuai dengan data penelitian mengenai kondisi geologi yang telah dilakukan
oleh Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane Direktorat Jenderal Sumber Daya
Air, Departemen Pekerjaan Umum, kondisi geologi di sepanjang lokasi pekerjaan di
Sungai Ciliwung sepanjang ±40 km yang dimulai dari Pintu Air Manggarai Jakarta ke
arah hulu sampai dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor sesuai dengan peta geologi
regional bersistem, merupakan daerah endapan pantai yang terdiri dari jenis tanah
endapan Batuan Pasir Tufan dan Konglomeratan Kipas Aluvium (Qav) dan Batuan
Aluvium (Qa). Daerah hulu Kali Ciliwung tersusun dengan litologi batuan gunungapi
dan endapan permukaan dan masuk ke dalam formasi batuan gunungapi Gunung Gede
(Qvk = 5.797,76 ha dan Qvba = 1.170,32 ha ), batuan gunungapi Gunung Pangrango
(Qvpo = 8.367,41 ) yang semuanya berumur Kuarter (gambar 7). Jenis litologi yang
mungkin terdapat pada formasi ini adalah breksi, lava. Andesit dan material endapan
permukaan dari gunungapi berumur kuarter yang diidentifikasi berdasarkan tekstur
tergolong lanau sampai batupasir. Keterdapatan batupasir disini dapat dikembangkan
sebagai sarana penyimpan air yang baik, karena dengan sifat fisiknya batupasir
mempunyai pori yang dapat mengalirkan air dan menyimpan air atau secara hidrologi
dapat dikatakan sebagai aquifer.

Tabel 6. Penggunaan lahan sungai Ciliwung

Berdasarkan data yang diambil dari DKI Jakarta dalam Angka tahun 2007, Kali
Ciliwung pada lingkup pekerjaan, hampir keseluruhan peruntukan lahan‐nya digunakan
sebagai tempat usaha Perkantoran dan Pergudangan (Office and Warehouse),
Permukiman (Housing), dan Perindustrian (Industry), sedangkan sisanya merupakan
daerah resapan berupa taman (Park) dan fasilitas lain. Hal ini menunjukkan betapa
padatnya penggunaan lahan di DKI Jakarta, Kota Depok dan juga mulai berkembang
ke Kabupaten Bogor, sehingga dapat dipastikan semakin berkurangnya daerah resapan.
Adapun potensi positif dan negatif di sekitar wilayah sungai Ciliwung. Potensi
positifnya yaitu sebagai berikut :
- Tersedianya air untuk sektor perekonomian
Sedangkan potensi negatifnya yaitu sebagai berikut :
- Banjir
- Tercemarnya air
- Tempat pembuangan limbah dan secara bebas
- Meningkatnya sedimentasi yang besar yang dapat mengurangi kapasitas
penampungan air

(a) (b)
Gambar 10. (a) pemukiman di pinggiran sungai Ciliwung, (b) proses sedimentasi di
pinggir sungai.

Gambar 11. Pecemaran sungai Ciliwung


DAFTAR PUSTAKA

Bappeda dalam Rancangan RTRW Provinsi Kalimantan Timur 2016-2036.

CHRISMANTO, E., & PERMADI, W. A. (2010). PENGENDALIAN BANJIR SUNGAI


CILIWUNG STA 165–STA 705 DKI JAKARTA (Flood Management of Ciliwung
River Sta 165–Sta 705 DKI Jakarta) (Doctoral dissertation, F. TEKNIK UNDIP).

Kementrian PUPR. 2010. Pola Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai
Bengawan Solo.

Konservasidasciliwung.wordpress.com. Peta Wilayah Sungai Ciliwung. Diakses pada


tanggal 11 Juni 2021 pukul 19.03 WIB.
https://konservasidasciliwung.wordpress.com/banjir-ciliwung/makalah-banjir-
ciliwung/3875-2/

Merdeka.com. (2017,12 Mei). Sungai Mahakam Meluap,Kutai Terendam Banjir


Berhari-hari. Diakses pada tanggal 11 Juni pukul 18.54 WIB.
https://www.merdeka.com/peristiwa/sungai-mahakam-meluap-kutai-terendam-
banjir-berhari-hari.html

Nurmalasari, A. (2014). Analisis Penggunaan Lahan Bagian Hulu Sungai Ciliwung


Dalam Mengurangi Volume Banjir Jakarta Dengan Integrasi Citra Satelit Dem
Srtm. Geological Engineering E-Journal, 6(1), 15.

Portonews.com. (2021,12 April). Sungai Mahakam Tercemar Minyak Sawir. Diakses


pada tanggal 11 Juni pukul 18.45 WIB. https://www.portonews.com/2021/laporan-
utama/sungai-mahakam-tercemar-tumpahan-minyak-sawit-akibat-tenggelamnya-
kapal-tongkang/

Pusat Litbang Sumber Daya Air. 2005. Katalog Sungai di Indonesia Volume I, Citarum,
Bengawan Solo, Brantas. Kementrian PUPR.

Sari, Y.C., Kresnanto, N.C. 2015. Kajian Hubungan Antara Model Tampungan Air
dengan Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS) (Studi Kasus: DAS Bengawan
Solo).

Setyaningrum,Dyah., Agustina,L.R. 2020. Analisis Kualitas Air di Daerah Aliran


Sungai Bengawan Solo Wilayah Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Ilmu Perikanan
ISSN 2086-3861.
Suharjo, Anna,A.N., Cholil,Munawar., Rudiyanto. 2015. Analisis Morfologi Dan
Morfostruktur Serta Pengaruhnya Terhadap Banjir Luapan Sungai Bengawan Solo
Hulu Tengah. The 2nd University Research Coloquium 2015, ISSN 2407-9189.

Yunita, R., Sholichin, M., & Prayogo, T. B. (2017). Kajian Aliran Pada Inlet Sudetan
Sungai CIliwung Ke Kanal Banjir Timur Untuk Pengendalian Banjir
Jakarta. Jurnal Teknik Pengairan: Journal of Water Resources Engineering, 8(2),
158-168.

Anda mungkin juga menyukai