Anda di halaman 1dari 13

Geomedia

Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian

Geomedia Vol. 19 No. 2 Tahun 2021 | 136 – 148


https://journal.uny.ac.id/index.php/geomedia/index

Hidrogeomorfologi mata air stratovolkano di area Celah Selo Jawa Tengah

Muhammad Asrori Indra Wardoyo 1*, Nurul Khotimah 2


Jurusan Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta
1
muhammadasrori.2017@student.uny.ac.id*; 2nurulkhotimah@uny.ac.id
*korespondensi penulis

Informasi artikel ABSTRAK


Sejarah artikel Area Celah Selo secara geomorfologis berada diantara Vulkan Merbabu
Diterima : 8 Oktober 2021 dan Merapi yang memiliki perbedaan karakteristik vulkanisme. Perbedaan
Revisi : 23 November 2021 ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi variasi pola
Dipublikasikan : 30 November 2021 persebaran dan karakteristik mata air. Penelitian bertujuan untuk
Kata kunci: menganalisis pola persebaran dan karakteristik mata air di area Celah Selo.
Hidrogeomorfologi Penelitian ini menggunakan metode survei-deskriptif dengan model
Mata Air kuantitatif. Sampel mata air ditentukan dengan sistematik sampling. Data
Startovolkano dianalisis secara deskriptif yang mempertimbangkan aspek spasial dengan
Celah Selo analisis average nearest neighbour. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pola sebaran mata air di sisi selatan Vulkan Merbabu menunjukan jenis
seragam atau dispersed, sedangkan sisi utara Vulkan Merapi hanya
dijumpai satu mata air. Karakteristik mata air secara kuantitas ditunjukan
oleh variasi debit tinggi dan rendah. Debit tinggi mencapai 10 l/dt
sedangkan debit rendah hanya 0,008 l/dt. Kualitas air menunjukan hasil
yang baik dimasing masing lokasi mata air, namun terdapat parameter DHL
dan TDS di satu mataair yang menunjukan hasil sangat tinggi. Secara
umum, studi ini memberikan wawasan tentang pengaruh penting jenis
batuan terhadap karakteristik mata air di kaki vulkan.
ABSTRACT
Keywords: The Selo Gap area is geomorphologically located between Merbabu and
Hydrogeomorphology Merapi volcanoes which have different characteristics of volcanism. This
Springs difference is one of the factors that affect variations in the distribution
Stratovolcano pattern and characteristics of the springs. This study aims to analyze the
The Selo Gap distribution pattern and characteristics of the springs in the Selo-Gap area.
This study uses a survey-descriptive research method with a quantitative
model. The sample of springs was determined by a systematic sampling.
The data is then analyzed descriptively which considers the spatial aspect
with the analysis of the average nearest neighbor. The results of this study
indicate that the distribution pattern of springs on the southern flank of
Merbabu Volcano is dispersed type, while the northern side of Merapi
Volcano only has one spring. The characteristics of the springs in quantity
are shown by variations in high and low discharge. The high discharge
reaches 10 l/s while the low discharge is only 0.008 l/s. Water quality shows
good results in each location of the springs, but there are DHL and TDS
parameters in one spring which show very high results. In general, this
study provides insight of the important influence of rock type on the
characteristics of springs at the foot of the volcano.

e-mail: geomedia@uny.ac.id
Muhammad Asrori Indra Wardoyo dan Nurul Khotimah | Geomedia Vol 19 No 2 Tahun 2021

Pendahuluan siklus proses geomorfologi, jenis batuan, dan


Indonesia merupakan negara kepulauan struktur geologis penyusunnya. Ashari (2014), juga
dengan tingkat keaktivan geologis yang tinggi, menjeaskan bahwa kondisi bentuklahan vulkanik
karena terletak pada pertemuan tiga lempeng berkombinasi dengan pengaruh iklim tropis di
besar dunia. Lempeng tersebut adalah Asia Indonesia yang memiliki curah hujan tinggi
Tenggara, Hindia-Australia, dan Pasifik. Kerangka sehingga menyebabkan banyaknya mata air.
tiga lempeng mengasumsikan bagian yang Unsur-unsur morfologi dalam kerucut vulkan api
berfungsi dalam pengembangan morfostruktural juga mendukung perkembangan hujan orografis
sebagai busur kepulauan, dikelilingi oleh palung sehingga wilayah vulkan api tersebut memiliki
dan basin laut (Verstappen, 2013). Komponen- curah hujan yang banyak. Santosa (2006),
komponen ini membuat wilayah Indonesia sangat memperinci bahwa sifat-sifat bahan penyusun
dipengaruhi oleh perkembangan lempeng yang yang terbentuk dari material piroklastik
sangat dinamis, yang ditandai oleh berbagai meningkatkan permeabilitas sehingga tingkat
aktivitas gempa bumi dan vulkanisme. Dalam penyerapan air juga akan lebih tinggi. Tingginya
kaitannya dengan vulkanisme, Indonesia disebut aset sumber daya air di wilayah vulkanik juga
sebagai negara yang terletak di Cincin Api Pasifik dapat digambarkan dengan berkembangnya
(ring of fire), dengan ciri sebagai negara kepulauan sabuk mata air yang dipengaruhi keberadaan
yang memiliki banyak vulkan berapi, baik yang tekuk lereng pada satuan bentuklahan lereng
aktif maupun yang tidak aktif. Vulkan Merapi vulkan dan kaki vulkan.
merupakan salah satu vulkan aktif di Indonesia, Vulkan Merapi merupakan vulkan yang
sedangkan Vulkan Merbabu merupakan vulkan aktif, bahkan banyak disebut sebagai salah satu
yang telah tidak aktif dalam waktu lama sehingga vulkan paling aktif di dunia dan dikenal pula
sudah menunjukan gejala terdenudasi. Kedua sebagai never sleeps volcano. Formasi batuan hasil
vulkan ini terletak saling berdekatan yang aktivitas vulkanik di Vulkan Merapi masih
ditunjukkan oleh morfologi pelana kuda, tergolong muda, dimana potensi erupsi dan
morfologinya terbingkai dalam potongan tubuh pengeluaran material baru di Vulkan Merapi
kedua vulkan dan jarak antara kedua puncak umumnya sangat cepat. Hal ini membuat Vulkan
hanya 9,6 kilometer (Mulyaningsih dkk, 2015). Merapi memiliki tanah yang permeabel karena
Pada pertemuan antara kaki Vulkan Merapi termasuk sebagai wilayah major aquifer (Aurita &
dan Vulkan Merbabu terdapat wilayah Celah Selo. Purwantara, 2017). Sementara itu Vulkan Merbabu
Wilayah Celah Selo secara administratif merupakan vulkan yang saat ini tidak aktif dan
merupakan bagian dari Kecamatan Selo yang sudah mulai terkikis akibat dampak iklim yang
terletak di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa kuat. Pelapukan batuan hasil sedimentasi aktifitas
Tengah. Seluruh wilayah ini berada pada erupsi masa lalu di Vulkan Merbabu berlangsung
bentuklahan vulkanik, tepatnya di tengah dua cepat sehingga mulai masuk dalam tahap
vulkan, yaitu Vulkan Merbabu di sisi utara dan terdenudasi (Nurhadi dkk, 2015). Perbedaan
Vulkan Merapi di sisi selatan. Meskipun terletak antara kedua jenis vulkan tersebut memungkinkan
berdekatan, kedua vulkan ini memiliki tingkat terjadi perbedaan pola persebaran dan
status yang berbeda. Vulkan Merapi merupakan karakteristik mata air.
vulkan tipe A sedangkan Vulkan Merbabu Keberadaan mataair disisi lain juga
merupakan tipe B (Van Bemmelen, 1949). mendorong tingginya minat untuk menjadikan
Sebagai wilayah yang terletak pada wilayah tersebut sebagai tempat tinggal. Hal ini
bentuklahan vulkanik, Celah Selo memiliki potensi karena air merupakan sumberdaya yang penting
sumberdaya air yang tinggi. Sebagaimana dan dibutuhkan bagi kehidupan. Wilayah Celah
dijelaskan oleh Santosa (2006), bentuklahan Selo yang berada pada bentanglahan vulkanik
vulkanik merupakan wilayah yang memiliki dengan potensi sumberdaya air tinggi juga banyak
potensi aset sumber air tinggi yang dipengaruhi ditempati oleh penduduk. Data Badan Pusat
oleh perubahan morfologi kemiringan lereng, Statistik Kecamatan Selo (2020), menunjukan

Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian |137


Hidrogeomorfologi mataair stratovolkano di area Celah Selo Jawa Tengah

bahwa di Kecamatan Selo, terdapat 10 desa, tiga merupakan informasi yang perlu diselidiki dalam
desa di antaranya berada di area Celah Selo, yaitu: studi ini. Selain itu, perbedaan karakteristik
Lencoh, Samiran, dan Selo. Populasi penduduk bentuklahan Vulkan Merapi dan Vulkan Merbabu
keseluruhan yang menempati celah selo pada dan berpengaruh terhadap potensi maupun dan
tahun 2020 adalah sebanyak 10.206 jiwa. karakteristiknya mata air juga penting untuk
Tentunya, jumlah penduduk yang besar memiliki dianalisis.
tingkat kebutuhan air yang besar pula untuk
memenuhi kebutuhan utama sehari-hari. Metode
Kebutuhan akan penyediaan sumber air juga akan Penelitian ini menggunakan metode
semakin meningkat karena area Celah Selo penelitian survei-deskriptif dengan model
merupakan wilayah yang sedang tumbuh dengan kuantitatif. Penelitian survei-deskriptif merupakan
dibukanya beberapa destinasi wisata alam, maka proses penelitian yang lebih mengarah pada
pengungkapan suatu masalah atau keadaan
dari itu pemberdayaan sumber mata air pada
sebagaimana adanya fakta-fakta yang ada,
daerah tersebut sangat penting.
terkadang diberikan interpretasi dan analisa untuk
Disisi lain, wilayah Celah Selo di Kecamatan
mendapatkan informasi secara luas dan
Selo, Kabupaten Boyolali juga merupakan wilayah mendeskripsikan hasil temuan lapangan terkait
rawan bencana. Bencana yang kerap melanda mata air. Pendekatan yang diterapkan untuk
kawasan ini adalah erupsi vulkanik dan longsoran penelitian ini adalah berebagai pendekatan
(Nurhadi dkk, 2015). Potensi erupsi vulkanik geografi yaitu pendekatan keruangan serta
dihasilkan dari aktivitas Vulkan Merapi yang tinggi menekankan tema geografi yaitu lokasi dan
dengan periode erupsi ulang yang singkat. tempat dalam pembahasan.
Sementara itu potensi bencana longsor Pengambilan data mata air dilakukan dengan
disebabkan oleh paparan iklim yang melapukan teknik sistematik sampling. Survey satuan unit
dan mengikis bebatuan pada Vulkan Merbabu dan hidrogeomorfologi mata air mencakup seluruh
wilayah tekuk lereng (break of slope), yang
Merapi. Mengingat potensi kejadian bencana alam
tersebat pada satuan bentuklahan lereng vulkan,
dari erupsi vulkan berapi dan longsoran dengan
kaki vulkan hingga dataran kaki vulkan. Secara
jumlah penduduk yang padat di Celah Selo akan
administratif wilayah tersebut terletak di tiga desa
meningkatkan resiko kerugian baik dari sudut
yaitu Lencoh, Samiran, dan Selo. Pengumpulan
pandang segi sosial-ekonomi serta dapat data dilakukan dengan observasi, studi pustaka,
menimbulkan korban jiwa. Hal ini menunjukkan dan dokumentasi. Kaitan antara indikator, teknik
bahwa pengelolaan kebencanaan sangat penting pengumpulan data, serta instrumen atau sumber
untuk diterapkan dalam upaya mengurangi risiko data ditunjukkan oleh Tabel 1.
akibat bencana alam. Manajemen kebencanaan Analisis data dalam penelitian ini dilakukan
dapat diawali dengan mengidentifikasi dan dengan menggunakan analisis SIG didukung
menginformasikan data terkait mata air. Upaya ini dengan analisis deskriptif dengan memperhatikan
antara lain pernah dilakukan oleh Ratih dkk (2019) aspek spasial, serta analisis pencocokan
melengkapi pentingnya informasi sumberdaya (matching). Teknik dalam analisis SIG yang
digunakan untuk menunjukkan pola distribusi
pendukung penanganan bencana, alih-alih
mata air di satuan bentuklahan vulkanik adalah
terbatas pada infrastruktur sebagaimana
Average Nearest Neighbour Analysis. Pola
dijelaskan oleh Setyawati dkk (2013).
persebaran dalam sistem analisis ini meliputi pola
Penelitian ini menggunakan kajian seragam (dispersed), pola mengelompok
hidrogeomorfologi mata air yang secara khusus (clustered), pola acak (random). Penggunaan
bertujuan untuk menganalisis pengaruh kondisi metode ini dalam menganalisis pola persebaran
geomorfologis setiap karakteristik bentuklahan mata air di wilayah Merapi dan Merbabu telah
vulkanik di area Celah Selo terhadap pola dilakukan oleh Aurita & Purwantara (2017); Ashari
distribusi dan karakteristik mata air. & Widodo (2019); Santosa (2006); dan Ratih dkk
Perkembangan faktor geomorfologis dan (2018). Penggunaan metode analisis ini di wilayah
pengaruhnya terhadap pemunculan mata air juga Vulkan Merapi juga pernah dilakukan oleh Ashari

138| Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian


Muhammad Asrori Indra Wardoyo dan Nurul Khotimah | Geomedia Vol 19 No 2 Tahun 2021

dkk (2021) untuk mengetahui pola persebaran debit mata air yang dicocokkan dengan kriteria
lembah sungai purba. klasifikasi tipe dan debit mata air. Hal tersebut
Analisis Average Nearest Neighbour bertujuan untuk mendapatkan data mengenai
dilakukan dengan menggunakan perangkat QGIS kuantitas mata air. Analisis selanjutnya untuk
3.0.0. Hasil analisis SIG dibahas secara deskriptif mendapatkan hasil kualitas air yaitu
dengan menekankan aspek spasial. Hal ini menggunakan analisis deskriptif menurut Davie
bertujuan untuk memperhatikan pengaruh kondisi (2008) dengan memakai uji korelasi. Analisis
satuan geomorfologis terhadap pola persebaran tersebut digunakan untuk mempertajam tingkat
mata air. Analisis deskriptif juga berguna untuk analisis setiap kualitas air secara deskripsit
mempertajam informasi mengenai proses berdasarkan data hasil pengukuran in situ di
geomorfologi yang berlangsung dengan gejala lapangan. Skema penelitian mulai dari
pembentukan pola sebaran mata air dalam medan pengambilan data, pengolahan data sampai pada
di area penelitian. hasil dapat dilihat pada diagram alir penelitian
Analisis deskriptif digunakan dengan metode Gambar 1.
pencocokan (matching), yaitu hasil pengukuran

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data


Teknik
Indikator Pengumpulan Instrumen atau Sumber Data
Data
Kondisi Observasi Kamera, Yalon, Klinometer, dan Lembar observasi
geomorfologis berdasakan Van Zuidam (1979.)
dan litologi Studi Pustaka Buku Verstappen (2013) dan Sutikno dkk (2007).
pada satuan Dokumentasi Peta Geologi Lembar Magelang-Semarang serta
bentuk lahan Yogyakarta; Peta RBI skala 1: 25000 lembar
Kaliurang dan Ngablak; Citra Google Earth; dan
Peta DEM.
Lokasi mata air Observasi GPS, Kamera, dan Lembar observasi.
Studi Pustaka Data mata air dari desa dan buku Sutikno dkk
(2007).
Debit mata air Observasi Instrumen pengukuran debit mata air dengan
metode volumetrik dan botol 1 liter.
Kualitas air Observasi Multiparameter meter, Lembar observasi, dan
mata air Kamera.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian |139


Hidrogeomorfologi mataair stratovolkano di area Celah Selo Jawa Tengah

Hasil dan pembahasan Vulkan Merapi di sebelah selatan. Sementara itu


Daerah Penelitian secara fisik batas timur dan batas barat wilayah
Penelitian ini dilakukan di area Celah Selo. penelitian ini mencakup lembah-lembah sungai
Secara administratif daerah penelitian terletak di (Gambar 2).
Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Penggunaan lahan pada daerah penelitian
Tengah, namun hanya mencakup 3 dari 10 Desa di terdiri dari permukiman, kebun, tegalan, rumput,
kecamatan ini yaitu Lencoh, Samiran, dan Selo. dan semak belukar. Penggunaan lahan terbesar
Lokasi penelitian ini terletak pada 9173279 mU - pada area Celah Selo adalah lahan tegalan. Studi
9168416 mU dan 442286 mT - 438283 mT dengan yang dilakukan oleh Masruri & Ashari (2015) serta
konversi koordinat Universal Transverse Mercator Syahidah dkk (2016), menunjukkan bahwa tegalan
(UTM) UTM Zona 49S dengan ketinggian tempat merpakan bentuk penggunaan lahan yang
antara 1440 sampai 2078 mdpl. Keseluruhan luas penting di wilayah ini. Tegalan umumnya
wilayah penelitian mencapai 887,83 ha. Batas dimanfaatkan untuk penanaman tanamanan
administrasi dalam penelitian ini antara lain Desa budidaya yang berupa tanaman semusim
Tarubatang di sebelah utara, Desa Tarubatang dan terutama palawija dan sayuran. Data BPS
Kecamatan Cepogo di sebelah timur. Desa Kecamatan Selo (2020), menunjukkan bahwa
Suroteleng di sebelah selatan, dan Desa Jrakah di penduduk di wilayah ini juga melakukan
sebelah barat. Wilayah ini secara fisik keseluruhnya pengembangan atau penanaman tanaman
berbatasan dengan satuan bentuklahan dua sayuran lainnya.
vulkan yaitu Vulkan Merbabu di sebeah utara dan

Gambar 2. Peta Administrasi Daerah Penelitian

140| Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian


Muhammad Asrori Indra Wardoyo dan Nurul Khotimah | Geomedia Vol 19 No 2 Tahun 2021

Kecamatan Selo memiliki curah hujan tinggi Pola Persebaran Mata Air pada Satuan
dibandingkan kecamatan lain disekitarnya. Puncak Bentuklahan Area Celah Selo
hujan terjadi pada bulan November dan Hasil studi ini memperoleh temuan 8 mata air
Desember. Dalam konteks hidrogeomorfologi, pada seluruh area Celah Selo. Mata air tersebut
curah hujan yang tinggi ini merupakan faktor yang meliputi Tuk Babon, Tuk Pakis, Tuk Tegalseruni,
mempengaruhi laju fenomena geomorfik dan Tuk Genting, Tuk Kembang, Tuk Pasang, Tuk
berperan penting dalam perkembangan mata air. Panguripan, dan Tuk Sidodadi (Gambar 3). Mata
Nurhadi dkk (2015), menjelaskan iklim di wilayah air tersebut ditemukan pada satuan bentuk lahan
ini termasuk dalam tipe C, yaitu termasuk dalam kaki vulkan baik pada wilayah Lereng Vulkan
jenis iklim agak basah hingga basah jika dilihat Merapi maupun wilayah lereng Merbabu. Mata air
dalam jenis tipe iklim berdasarkan klasifikasi iklim tersebut terdapat pada tekuk lereng dan lembah
Schmidt-Ferguson. sungai. Mata air yang berada pada tekuk lereng
Secara geomorfologis daerah penelitian adalah Tuk Babon, Tuk Pakis, dan Tuk Tegalseruni,
terdapat pada area celah antar Vulkan Merapi dan sedangkan mata air yang ditemukan pada lembah
Vulkan Merbabu. Kedua vulkan tersebut memiliki sungai adalah Tuk Genting, Tuk Kembang, Tuk
karakteristik keaktifan yang berbeda. Satuan Pasang, Tuk Panguripan, dan Tuk Sidodadi.
bentuklahan dalam penelitian ini kerucut vulkan Jenis mata air yang ada pada daerah
meliputi lereng vulkan, kaki vulkan, dan dataran penelitian adalah jenis mata air depresi dan mata
kaki vulkan. Satuan bentuk lahan tersebut memiliki air kontak (Tabel 2). Tipe mata air depresi
potensi pemunculan mata air. Wilayah tersebut merupakan tipe yang paling banyak dijumpai. Tipe
mempunyai karakter tingkat infiltrasi curah hujan ini terbentuk karena pemotongan muka air tanah
yang tinggi dan dengan tempat yang bersesuaian dalam proses degradasi lahan sebagai akibat dari
dengan tempat terjadinya perubahan kemiringan pedalaman lembah. Tipe ini juga terbentuk karena
lereng (break of slope). Selain wilayah pemotongan muka air tanah pada tekuk lereng.
pegunungan yang merupakan wilayah resapan air Pada area tekuk lereng, terjadi perubahan
dan memiliki curah hujan tinggi, area tekuk lereng kemiringan yang signifikan karena perpindahan
(break of slope) juga mempunyai karakter antar satuan bentuk lahan. Kondisi ini juga
perpotongan lereng yang dapat memotong muka berpengaruh terhadap terpotongnya akuifer
air tanah (Sutikno dkk, 2007). sehingga membentuk mataair. Pada satuan
Proses geomorfologi di wilayah ini bervariasi. bentuklahan kaki vulkan juga terdapat lembah-
Vulkan Merapi mempunyai sifat konstruktif yang lembah yang dalam. Pendalaman lembah ini juga
kuat daripada faktor eksogen yang menyebabkan pemotongan akuifer sehingga
mempengaruhi bentuklahan. Sementara itu, sangat potensial memunculkan mata air.
Vulkan Merbabu sudah dalam keadaan tidak aktif Pemunculan mataair juga tidak terlepas dari
sehingga faktor eksogen berpengaruh besar suplai air dari hujan orografis yang terjadi pada
terhadap perkembangan bentuklahan. Keadaan morfologi bagian atas yaitu kerucut dan lereng
geomorfologi yang bervariasi ini dapat vulkan. Vulkan Merbabu dan Merapi sebagai
mempengaruhi mataair bersama dengan faktor stratovolkano banyak mengalami hujan orografis.
lainnya seperti hujan, permeabilitas, struktur Hujan tersebut kemudian meresap ke dalam
batuan, landuse, dan geologi (Santosa, 2006). lapisan batuan dan muncul kembali sebagai
Pada lereng Vulkan Merbabu terdapat litologi mataair pada kaki vulkan.
batuan Vulkan Merbabu yang berupa aliran Mataair pada kaki stratovolkano umumnya
andesit. Di wilayah Vulkan Merbabu jiga terdapat membentuk pola persebaran yang unik sebagai
batuan basal olivin dan andesit augit. Sementara sabuk mataair vulkanik, sebagaimana dijumpai
itu pada lereng Vulkan Merapi terdapat litologi oleh Santosa (2006), Ashari (2014), Ratih dkk
endapan Vulkan Merapi Tua yang terdiri dari (2018), serta Ashari dan Widodo (2019). Pola sabuk
breksi, aglomerat, leleran lava, batu andesit, dan mataair juga dapat termodifikasi akibat
basal olivin. Jenis batuan lainnya pada sisi Vulkan pendalaman lembah sebagaimana ditemukan
Merapi adalah Vulkan Merapi Muda dengan oleh Aurita dan Purwantara (2017). Studi ini juga
komposisi terdiri dari hamparan tuf, abu, breksi, mencoba menganalisis pola persebaran mataair di
aglomerat, dan leleran lava tak terpisahkan. kaki stratovolcano yang berada di wilayah celah
selo, yaitu kaki Vulkan Merbabu bagian selatan

Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian |141


Hidrogeomorfologi mataair stratovolkano di area Celah Selo Jawa Tengah

dan Merapi bagian utara. Namun demikian, pada penelitian terdahulu. Pola persebaran mata air
kaki Vulkan Merapi bagian utara ini hanya yang seragam (dispersed) di daerah penelitian ini
dijumpai satu mataair sehingga tidak dapat menunjukan eksistensi sebaran yang unik.
digunakan untuk mengidentifikasi pola Penelitian ini memperoleh temuan menarik yang
persebaran mata air. berbeda dengan temuan penelitian sebelumnya.
Hasil analisis pola sebaran mataair di kaki Hasil penelitian terdahulu sebagaimana dilakukan
Vulkan Merbabu bagian selatan memperoleh nilai oleh Santosa (2006), Ashari (2014), Aurita &
z-score yang besar dan positif (+), dengan nilai Purwantara (2017), Ratih dkk (2018), serta Ashari &
4,137440. Hasil ini menunjukkan persebaran mata Widodo (2019) menunjukkan bahwa pola
air pada kaki Vulkan Merbabu bagian selatan persebaran mata air di Vulkan strato di Jawa
berpola seragam atau dispersed (Gambar 4A). biasanya berbentuk sabuk mata air (spring belt).
Hasil pola seragam ini terjadi karena faktor Namun demikian, sebaran mata air di kaki Vulkan
pemunculan mata air pada lembah sungai yang Merbabu bagian selatan yang ditemukan dalam
berpola radial. Dengan kata lain pola lembah penelitian ternyata tidak menyerupai pola sabuk
sungai lebih berperan dalam mempengaruhi pola mata air. Pemunculan mata air cenderung
sebaran mataair daripada posisi tekuk lereng. dikontrol oleh pola aliran lembah sungai yang
Proses denudasi yang mulai terjadi pada kaki radial, walaupun beberapa juga dikontrol oleh
Vulkan Merbabu sehingga menyebabkan tekuk lereng. Hal ini tidak terlepas dari
pendalaman lembah ternyata berpengaruh karakteristik geomorfologis Vulkan Merbabu saat
terhadap pola sebaran mataair di wilayah ini ini yang sudah mengalami proses terdenudasi,
(Gambar 4B). pendalaman lembah pada lereng sisi selatan
Pola persebaran mataair sebagai akibat dari Vulkan Merbabu tergolong masif dan dalam.
pengaruh kondisi geomorfologi yang ditemukan Kondisi ini menunjukkan bahwa aktivitas energi
di daerah penelitian memiliki persamaan dan eksogen yang lebih tinggi daripada energi
perbedaan apabila dibandingkan dengan hasil endogen mempengaruhi pola sebaran mata air.

Gambar 3. Sebaran Mata Air Area Celah Selo

142| Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian


Muhammad Asrori Indra Wardoyo dan Nurul Khotimah | Geomedia Vol 19 No 2 Tahun 2021

Tabel 2. Karakteristik Pemunculan Mata Air


Jenis Mata Lokasi
No Mata Air Koordinat Bentuklahan
Air Pemunculan
1. Tuk Babon 49- 440035 Depression Tekuk Lereng Kaki Vulkan
9173023 springs Merbabu
2. Tuk Pakis 49- 440366 Depression Tekuk Lereng Kaki Vulkan
9173035 springs Merbabu
3. Tuk 49- 440098 Contact Tekuk Lereng Kaki Vulkan
Tegalseruni 9169446 springs Merapi
4. Tuk Genting 49- 440377 Depression Lembah Kaki Vulkan
9172515 springs Sungai Merbabu
5. Tuk 49- 440663 Depression Lembah Kaki Vulkan
Kembang 9172650 springs Sungai Merbabu
6. Tuk Pasang 49- 440543 Depression Lembah Kaki Vulkan
9172787 springs Sungai Merbabu
7. Tuk 49- 440688 Depression Lembah Kaki Vulkan
Panguripan 9172588 springs Sungai Merbabu
8. Tuk Sidodadi 49- 440712 Depression Lembah Kaki Vulkan
9172564 springs Sungai Merbabu
Sumber: Pengukuran lapangan (2021)

Gambar 4. Hasil Analisis Nearest


Neighbour mataair di kaki Vulkan
Merbabu bagian selatan
menunjukkan pola dispersed (A) dan
gambaran persebaran mataair di
wilayah tersebut yang berpola
dispersed (B)

Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian |143


Hidrogeomorfologi mataair stratovolkano di area Celah Selo Jawa Tengah

Temuan dalam penelitian ini juga terdapat satu mata air yang ditemukan pada
menunjukan bahwa matair hanya dijumpai pada wilayah ini yaitu mata air Tegalseruni.
area kaki vulkan. Pada bentuklahan lereng dan Kondisi ini ternyata disebabkan oleh faktor
dataran kaki vulkan tidak dijumpai mata air baik di litologi di area ini. Jenis litologi dari Endapan
tekuk lereng maupun lembah sungai. Hal tersebut Merapi Tua di Area Celah Selo membatasi
mengindikasikan banyaknya jumlah resapan air produktivitas akuifer dan potensi pemunculan
yang terpotong pada wilayah kaki vulkan. Wilayah mataair. Gertisser dkk (2012) menjelaskan bahwa,
kaki vulkan memang menjadi tempat banyaknya endapan Merapi Tua mulai membangun
pemunculan mata air pada stratovolcano jawa stratovolcano dari material basaltik lava andesit
karena dari segi iklim, sumberdaya akuifer, dan dan batuan piroklastik selingan. Sementara itu
daerah pemotongan air tanah seperti tekuk lereng Camus dkk (2000), menambahkan bahwa aliran
dan lembah sungai sangat mendukung lava breksi otomatis, nue´es ardentes (aliran abu
pembentukan mata air daripada wilayah satuan dan piroklsatik) dan endapan lahar menyusun
bentuklahan lainnya. bagian utama kerucut kuno di sisi utara.
Pola persebaran mataair yang mengikuti Mata Air Tegalsruni yang berada pada lokasi
lembah sungai radial di daerah penelitian ini satuan bentuk lahan kaki vulkan Merapi
sebenarnya juga bukanlah gejala yang khas. Pola diperkirakan muncul diatas material batuan
serupa juga telah dijumpai dalam penelitian endapan vulkanik Vulkan Merapi tua (Qmo) pada
terdahulu antara lain di Vulkan Lawu (Santosa, susunan batuan andesit dan basalt. Material
2006) serta bagian barat Vulkan Merapi (Aurita & endapan Vulkan Merapi Muda dengan komposisi
Purwantara, 2017). Bahkan penelitian Ashari dan terdiri dari hamparan tuf, abu, breksi, aglomerat
Widodo (2019), yang dilakukan di lereng barat menutupi material tahan air dengan ketebalan
daya Vulkan Merbabu juga menunjukkan yang relatif tipis. Perlapisan beberapa endapan
fenomena pemunculan mata air yang sama. yang bersifat porous di bagian atas dengan
Karakteristik bentuklahan yang telah mengalami batuan beku yang relatif kompak dan bersifat
pelapukan atau sudah dalam fase denudasi kedap air di bagian bawah, akan menimbulkan
merupakan penyebab dari munculnya pola pengaliran air tanah melalui batas perlapisan
persebaran ini. Biasanya mata air akan muncul tersebut. Sehingga mata air yang terbentuk dapat
pada daerah atasnya ketika mengalami erosi yang disebut keluar sebagai mata air kontak. Keunikan
intensif, dan begitu pula sebaliknya jika terdapat ini juga ditemukan pada penelitian dari (Putri &
gerakan massa, maka kemunculan mata air berada Setyawan, 2015), juga membuktikan hanya
di bawahnya (Ashari, 2014; Ashari dan Widodo, terdapat satu mata air yang muncul pada lereng
2019). Gejala seperti itu akan mendorong utara Vulkan Merapi.
distribusi mata air pada perpindahan lereng Budiadi dkk (2017), menjelaskan bahwa
dengan kaki vulkan menjadi lebih tidak teratur terdapat mata air yang tidak berhubungan dengan
dibandingkan pola sabuk mata air yang normal. morfologi daerah tersebut yaitu mata air kontak.
Temuan paling menarik dari penelitian ini Mata air kontak umumnya dikendalikan oleh
adalah pemunculan mata air pada sisi utara Vulkan berbagai jenis batuan atau karena perbedaan
Merapi yang hanya mempunyai satu mata air. permeabilitas antara tanah dan batuan. Meskipun
Sebagai stratovolkano yang aktif, Vulkan Merapi kadang-kadang muncul di lereng curam. Struktur
lazimnya memiliki banyak mataair yang tersebar geologi biasanya mengontrol terjadinya mata air
dalam pola sabuk mataair. Hal ini karena vulkan yang disebabkan oleh permeabilitas yang
aktif menghasilkan banyak material lepas yang berbeda. Peneltian Bennett dkk (2021), yang
berperan sebagai akuifer produktif sehingga dilakukan di Stratovolkano Meru, Tanzania Utara,
dapat menampung airtanah dalam jumlah banyak. juga menunjukkan kelangkaan mata air pada sisi
Stratovolkano aktif juga memiliki bentuk kerucut barat vulkan tersebut. Wilayah Mamsa yang
dengan tekuk lereng yang tegas sehingga dapat berada di sisi barat, daerahnya kering dengan
mendorong timbulnya pemunculan mata air. vegetasi langka, ada beberapa sumur gali dangkal
Namun demikian, temuan dari sisi utara Vulkan dan hanya satu mata air di lereng tersebut. Salah
Merapi ini ternyata menjumpai kondisi yang satu faktor penyebab kelangkaan tersebut adalah
sebaliknya. Hasil survey di sisi utara Vulkan Merapi materialnya berupa Nephelinite lava dan breksi
menunjukan kelangkaan sumber mata air. Hanya dengan sifat impermeable.

144| Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian


Muhammad Asrori Indra Wardoyo dan Nurul Khotimah | Geomedia Vol 19 No 2 Tahun 2021

Jika dibandingkan dari penelitian sebelumnya berada pada kelas 4 dan yang paling rendah
milik Aurita & Purwantara (2017) dan Ratih dkk berada pada kelas 8 (Tabel 3). Pengukuran
(2018) yang merupakan penelitian pada kawasan lapangan dalam penelitian ini dilakukan pada
lereng Barat dan Selatan Vulkan Merapi, pada Bulan Maret-April 2021, yang menunjukkan
lereng tersebut keterdapatan banyak sekali mata kondisi akhir musim penghujan.
air. Penelitian serupa Simoen (2001), yang Data curah hujan tahunan Kecamatan Selo
mengkaji mata air pada Vulkan Merapi namun menunjukan bahwa puncak hujan terjadi pada
berada pada lereng timur dan tenggara juga periode pergantian tahun, yaitu pada Bulan
mempunyai mata air sebanyak 14 buah. Beragai November-Desember serta Januari-Februari.
penelitian di atas menunjukkan bahwa Vulkan Namun demikian debit mataair pada akhir musim
Merapi memiliki potensial mataair yang tinggi. penghujan ternyata masih cukup besar. Hal
Namun demikian hal tersebut tidak berlaku pada tersebut karena banyak mata air memiliki sifat
sisi utara Vulkan Merapi. Perennial spring yaitu mata air yang terus
mengalirkan air sepanjang tahun. Mata air dengan
Karakteristik Mata Air pada Area Celah Selo debit yang besar biasanya digunakan oleh warga
Pengukuran debit mataair di lapangan untuk memenuhi kebutuhan air domestik,
menunjukkan kelas debit mata air yang bervariasi. sedangkan mata air dengan debit yang rendah
Pada delapan sampel mata air dalam studi ini, biasanya digunakan untuk membantu irigasi lahan
terdapat varian kelas mulai dari yang tertingi tegalan maupun kebun campuran.

Tabel 3. Variasi Debit Mata Air di Area Celah Selo


No Mata Air Debit Air (l/dt) Kelas Debit Mata
Air
1. Tuk Babon 10 l/dt IV
2. Tuk Pakis 5 l/dt V
3. Tuk Tegalseruni 0,006 l/dt VIII
4. Tuk Genting 0,007 l/dt VIII
5. Tuk Kembang 0,25 l/dt VI
6. Tuk Pasang 0,33 l/dt VI
7. Tuk Panguripan 0,008 l/dt VIII
8. Tuk Sidodadi 0,02 l/dt VII
Sumber: Pengukuran lapangan (2021)

Pada wilayah Vulkan Merbabu ditemukan meresapkan air hujan. Temuan debit dalam
mataair dengan debit yang bervariasi antara kelas penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan
IV hingga VIII. Tuk Babon (10 l/dt) yang termasuk dengan hasil penelitian terdahulu. Hal tersebut
dalam kelas IV terletak berdekatan dengan Tuk tidak lepas dari potensi akuifer di setiap wilayah
Pakis (5 l/dt) yang termasuk dalam kelas V. Lokasi yang dipengaruhi oleh kondisi lokal wilayah
kedua mata air dengan debit paling besar ini tersebut.
berada pada tekuk lereng di satuan bentuk lahan Pengukuran kualitas air in situ dengan
kaki vulkan Merbabu. Satu-satunya mataair yang parameter suhu air, pH, Dissolved Oxygen (DO),
dijumpai di wilayah Vulkan Merapi memiliki debit Electric Conductivity (EC), dan Total Dissolved
yang sangat kecil. Solid (TDS) mendapatkan beberapa hasil yang
Variasi debit mata air ini mengindikasikan bervariasi (Tabel 4). Data hasil pengukuran
perbedaan kondisi akuifer di daerah penelitian. menunjukkan bahwa kondisi kualitas air di
Wilayah sisi utara Vulkan Merapi yang hanya berbagai mataair Vulkan Merbabu relatif tidak
memiliki satu mataair dengan debit sangat kecil jauh berbeda. Sementara itu Mataair Tegalseruni
menandakan potensi akuifer pada wilayah itu sebagai satu-satunya mataair di wilayah Vulkan
sangat rendah. Walaupun Vulkan Merbabu Merapi ternyata memiliki DHL dan TDS yang
termasuk kedalam vulkan yang tua dan mulai sangat mencolok. Kondisi ini menjadikan anomali
terdenudasi, namun material endapannya masih jika dibandingkan dengan mataair lainnya di
tergolong baik untuk menyimpan dan daerah penelitian.

Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian |145


Hidrogeomorfologi mataair stratovolkano di area Celah Selo Jawa Tengah

Lahan yang subur di wilayah Merapi ini banya memperbesar proses infiltrasi yang menyebabkan
dimanfaatkan sebagai lahan tegalan. Kandungan peningkatan zat terlarut. Kondisi inilah yang
zat terlarut dari sisa penggunaan pupuk maupun selanjutnya memicu peningkatan daya hantar
bahan kimia serta pengolahan tanah diduga listrik dalam air.

Tabel 4. Kualitas Air Mata Air Hasil Pengukuran In Situ


Ketinggian Kualitas Air (Multiparameter Meter)
No Mata Air Tempat Suhu DO DHL TDS
o pH
(Mdpl) ( C) (ppm) (µS/cm) (ppm)
1. Tuk Babon 1905 m 15,71 6 4,75 51 25
2. Tuk Pakis 1866 m 16,83 6 4,42 54 27
3. Tuk Tegalseruni 1723 m 20,95 6 3,35 226 113
4. Tuk Genting 1800 m 19,52 6 3,59 61 34
5. Tuk Kembang 1754 m 19,49 6 3,5 59 33
6. Tuk Pasang 1764 m 21,42 6 3,3 69 40
7. Tuk Panguripan 1755 m 20,22 6 3,5 64 35
8. Tuk Sidodadi 1765 m 20,44 6 3,22 65 37
Sumber: Pengukuran lapangan (2021)

Diantara berbagai paramter kualitas air dengan DHL. Hal ini menunjukkan bahwa TDS
tersebut terdapat hubungan saling lebih berpengaruh terhadap peningkatan DHL
mempengaruhi. Suhu air berpengaruh kuat mataair di daerah penelitian (Gambar 5b). Anomali
dengan DO (R2 = 0, 95). Mataair dengan suhu lebih TDS di Mataair Tegalseruni ternyata juga diikuti
tinggi memiliki DO yang rendah. Hal ini sesuai oleh anomali DHL yang juga jauh lebih tinggi
dengan penjelasan Davie (2008), bahwa air hangat dibandingkan mataair lainnya yang berada di
akan menahan oksigen terlarut lebih sedikit wilayah Vulkan Merbabu. Temuan ini selaras
daripada air dingin. Oleh karena itu, semakin dengan penjelasan Davie (2008), bahwa terdapat
tinggi suhu mataair maka nilai DO akan semakin korelasi antara DHL dengan TDS. Kemampuan
rendah (Gambar 5a). sampel air untuk mentransmisikan arus listrik
Suhu air juga berpengaruh terhadap DHL. (konduktivitasnya) berbanding lurus dengan
Davie (2008) menjelaskan bahwa suhu air juga konsentrasi ion terlarut. Hal serupa juga dijumpai
berpengaruh terhadap DHL selain faktor lain pada penelitian sebelumnya oleh Putri dan
seperti keberadaan sedimen. Hasil analisis Setyawan (2015), yang menunjukan bahwa nilai
menunjukkan peningkatan suhu berpengaruh DHL pada Mata Air Tegaseruni lebih besar dari
terhadap peningkatan DHL namun sangat lemah pada mata air lainnya dengan nilai 203 µS/cm dan
(R2 = 0,26). Sementara itu, hubungan antara TDS berasumsi bahwa Mata Air Tegalsruni memiliki
dengan DHL (99%) lebih kuat dibandingkan suhu lebih banyak kandungan garam terlarut.

a b
Gambar 5. Hubungan antar parameter kualitas air. (a) hubungan antara suhu air dengan DO, (b)
hubungan antara TDS dengan DHL

146| Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian


nama penulis pertama, dkk | Geomedia Vol xx No X Tahun 20xx

Temuan hasil studi ini memperkuat temuan serta pembahasan yang komprehensif mengenai
sebelumnya dari Putri & Setyawan (2015), bahwa hidrogeomorfologi pada tubuh vulkan strato
banyaknya garam terlarut menunjukkan mata air dengan variasi morfologi dan litologinya.
di Vulkan Merapi yang aktif mensuplai ion terlarut
lebih tinggi daripada mata air di Vulkan Merbabu Ucapan terima kasih
yang tidak aktif. Ashari & Widodo (2019), juga Penulis mengucapkan terima kasih kepada
menjelaskan bahwa tingginya intensitas hujan aparat desa dan juru kunci mata air, yang telah
pada lereng atas mendorong fungsi daerah ini memberikan ijin penelitian serta pendampingan
sebagai zona resapan. Peningkatan DHL mata air dalam pengukuran lapangan. Penulis juga
dipengaruhi oleh peningkatan TDS. mengucapkan terima kasih secara khusus kepada
Hasil pengukuran pH air mataair menunjukan Bapak Arif Ashari atas berbagai diskusi mengenai
angka 6. Hasil ini menunjukkan bahwa seluruh temuan penelitian ini dibandingkan dengan
mata air di daerah penelitian cenderung bersifat temuan dari berbagai penelitian sejenis. Ucapan
masam. Lokasi mata air pada bentuklahan vulkanik terima kasih juga disampaikan kepada reviewer
mempengaruhi kadar keasaman ini. Batuan beku yang telah memberikan saran perbaikan artikel ini
terutama mineral feldspar akan mempengaruhi sehingga dapat memenuhi standar untuk
evolusi kimia air dimana air hujan yang meresap penerbitan.
melalui material ini akan diubah dari air segar
menjadi sedikit asam (Freeze & Cherry, 1979). Referensi
Penggunaan lahan tegalan juga diduga Ashari, A. (2014). Distibusi Spasial Mata air
berpengaruh terhadap keasaman air mata air. Kaitannya dengan Keberadaan Situs
Penggunaan bahan kimia untuk pupuk dan Arkeologi di Kaki Lereng Timur Gunungapi
pestisida menyebabkan tanah lebih asam dan Sindoro Antara Parakan dan Ngadirejo
mempengaruhi keasaman air yang melindi Kabupaten Temangung. Posiding
material tersebut. Conference: Mega Seminar Nasional
Geografi.
Simpulan Ashari, A., & Widodo, E. (2019).
Hasil studi ini menunjukan bahwa kondisi Hidrogeomorfologi Dan Potensi Mataair
geomorfologi sangat berpengaruh terhadap pola Lereng Baratdaya Gunung Merbabu. Majalah
pemunculan mataair. Selain itu, kondisi litologi Geografi Indonesia, 33(1), 48–56.
juga menentukan eksistensi mataair. Vulkan https://doi.org/10.22146/mgi.35570
Merapi yang aktif dan diduga memiliki banyak Ashari, A., Purwantara, S., Arif, N., & Widodo, E.
mataair ternyata justru sangat minim mataair, (2021). Spatial Evolution of the River Valleys
karena studi dilakukan pada bagian tua dari vulkan under the Influence of Active Volcano: A
aktif ini. Kombinasi proses geomorfik dan litologi Case of Merapi Volcanic Plain. Quaestiones
perlu dipertimbangkan dalam studi mengenai Geographicae 40(3), 45-64.
pemunculan dan pola persebaran mataair. Aurita, R. P., & Purwantara, S. (2017). Karakteristik
Karakteristik kualitas dan kuantitas air mataair juga Mataair Kaki Lereng Gunung Merapi dan
berkaitan dengan litologi yang berkombinasi Pemanfaatannya di Kecamatan Dukun
dengan aktivitas manusia. Wilayah Celah Selo Kabupaten Magelang. Geomedia, 15(1), 75–
secara umum memiliki potensi mata air yang baik 80.
terutama di area Vulkan Merbabu. Potensi mata air Badan Pusat Statistik Kecamatan Selo. (2020).
ini dapat digunakan untuk mendorong Kecamatan Selo dalam Angka Tahun 2020.
pertumbuhan pariwisata dan penanganan BPS Kabupaten Boyolali.
bencana di wilayah ini. Bennett, G., Van Reybrouck, J., Shemsanga, C.,
Studi ini masih sangat sedikit membahas Kisaka, M., Tomašek, I., Fontijn, K., Kervyn, M.,
keterkaitan antara proses vulkanisme, material & Walraevens, K. (2021). Hydrochemical
hasil vulkanisme, serta perlapisan material hasil characterisation of high-fluoride
vulkanisme terhadap eksistensi dan persebaran groundwater and development of a
mata air pada bentanglahan vulkanik. Studi lebih conceptual groundwater flow model using a
lanjut pada masa mendatang sangat combined hydrogeological and
direkomendasikan untuk membahas aspek ini, hydrochemical approach on an active

Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian |147


Hidrogeomorfologi mataair stratovolkano di area Celah Selo Jawa Tengah

volcano: Mount meru, Northern Tanzania. Potensi Mataair di Sebagian Wilayah Taman
Water (Switzerland), 13(16). Nasional Gunung Merbabu Taman Nasional
https://doi.org/10.3390/w13162159 Gunung Merapi dan Sekitarnya. Jurnal Bumi
Budiadi, E., Listyani, T., & Putro, C. U. (2017). Indonesia, 4(2), 41–48.
Morphological Aspects At Girimulyo and Its Ratih, S., Awanda, H. N., Saputra, A. C., & Ashari, A.
Surrounding Area, West Progo. Kurvatek, (2018). Hidrogeomorfologi Mataair Kaki
2(2), 45–54. Vulkan Merapi Bagian Selatan. Geomedia,
https://doi.org/10.33579/krvtk.v2i2.540 16(1), 25–36.
Camus, G., Gourgaud, A., Mossand-Berthommier, Ratih, S., Awanda, H.N., Saputra, A.C., & Ashari, A.
P. C., & Vincent, P. M. (2000). Merapi (Central (2019). Volcanic Springs, An Alternative
Java, Indonesia): An outline of the structural Emergency Water Resource to Support
and magmatological evolution, with a special Sustainable Disaster Management in
emphasis to the major pyroclastic events. Southern Flank of Merapi Volcano. IOP
Journal of Volcanology and Geothermal Conference Series: Earth and Environmental
Research, 100(1–4), 139–163. Science, 271(1), 012012.
https://doi.org/10.1016/S0377- Santosa, L. W. (2006). Kajian Hidrogeomorfologi
0273(00)00135-9 Mataair di Sebagian Lereng Barat Gunungapi
Davie, T. (2008). Fundamentals of Hydrology 2nd Lawu. Forum Geografi, 20(1), 68–85.
Edition. Routledge. https://doi.org/10.23917/forgeo.v20i1.1805
Freeze, R, A., & Cherry, John, A. (1979). Sarkowi, M. (2010). Interpretasi Struktur Bawah
Groundwater. Prentice-Hall, Inc. Permukaan Daerah Gunung Merbabu–
Gertisser, R., Charbonnier, S. J., Keller, J., & Merapi Berdasarkan Pemodelan 3D Anomali
Quidelleur, X. (2012). The geological Bouguer. Berkala Fisika, 13(2), 11–18.
evolution of Merapi volcano, Central Java, Setyawati, S., Hadi, B.S., & Ashari, A. (2013).
Indonesia. Bulletin of Volcanology, 74(5), Pengembangan Sistem Informasi Bahaya
1213–1233. https://doi.org/10.1007/s00445- Erupsi untuk Pengelolaan Kebencanaan di
012-0591-3 Lereng Selatan Gunungapi Merapi. Majalah
Hartono, H. G., & Sudradjat, D. A. (2018). Geografi Indonesia, 27(2), 138-148.
Karakteristik Geomorfologi Gunung Api Aktif Simoen, S. (2001). Sistem Akuifer di Lereng
dan Gunung Api Padam: Kasus G. Merapi & Gunungapi Merapi Bagian Timur dan
G. Gajahmungkur, Daerah Istimewa Tenggara. Majalah Geografi Indonesia, 15(1),
Yogyakarta dan Jawa Tengah. Bulletin of 1–16.
Scientific Contribution, 16(2), 109–116. Sutikno, Santosa, L. W., Widiyanto, Andri, K., &
http://jurnal.unpad.ac.id/bsc Heri, P. T. (2007). Kerajaan Merapi,
Masruri, S. M., & Ashari, A. (2015). Penyusunan Sumberdaya Alam dan Daya Dukungnya.
Informasi Geomorfologis dengan Metode BPFG UGM.
Survei Geomorfologikal Analitikal untuk Syahidah, K., Sumarno, & Sri, H. (2016). Pemetaan
Mendukung Pengelolaan Kebencanaan dan Status Kerusakan Tanah Lahan Pertanian di
Lingkungan di Lereng Baratdaya Gunungapi Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali
Merbabu. Prosiding Seminar Nasional Mapping Status of Soil Damage on
Emantapan Profesionalisme Pendidik Agricultural Land at Selo District, Boyolali
Geografi Di Era MEA. Regency. Agrosains, 18(1), 6–11.
Mulyaningsih, S., Hidayat, S., & Rumanto, A. (2015). Van Bemmelen, R. . (1949). The Geology of
Identifikasi Karakteristik Aktivitas Gunung Indonesia: General Geology of Indonesia and
Api Merbabu Didasarkan Pada Petrologi dan Adjacent Archipelagoes (V. IA (ed.)).
Vulkanostratigrafi. Goverment Printing Office.
Nurhadi, N., Ashari, A., & Suparmini, S. (2015). Verstappen, H. T. (2013). Garis Besar Geomorfologi
Kajian Bahaya Erupsi Dan Longsor Pada Indonesia. Gadjah Mada University Press.
Lembah Antar Gunungapi Merapi-Merbabu
Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Saintek, 20(1).
https://doi.org/10.21831/jps.v20i1.5606
Putri, F. K., & Setyawan, P. (2015). Karakteristik dan

148| Geomedia : Majalah Ilmiah dan Informasi Kegeografian

Anda mungkin juga menyukai