Anda di halaman 1dari 14

DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN

LINGKUNGAN HIDUP DAERAH


TAHUN 2019

EXECUTIVE SUMMARY

KABUPATEN GUNUNGKIDUL
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2020
I. LATAR BELAKANG
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terus melakukan upaya pembangunan
demi meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya di dukung kondisi
geografis yang strategis karena menghubungkan wilayah DIY dengan
daerah lain di bagian timur. Di sisi lain laju pertumbuhan penduduk
Kabupaten Gunungkidul yang semakin meningkat disertai dengan
peningkatan aktivitasnya menjadi salah satu faktor utama dalam
melakukan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan
permukiman, lapangan pekerjaan, sarana dan prasarana yang aman dan
nyaman, infrastruktur dan utilitas Kabupaten yang terpadu dan efisien,
serta pengembangan usaha ekonomi lokal.
Pembangunan berkelanjutan mutlak diperlukan dalam
mengantisipasi laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Gunungkidul yang
akan semakin berkembang agar tetap memperhatikan rambu-rambu
lingkungan sehingga perkembangan perekonomian Kabupaten
Gunungkidul berjalan seiringan dengan kualitas lingkungan yang semakin
baik.
Dalam meningkatkan kualitas lingkungan, Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul melakukan upaya-upaya pengelolaan lingkungan sebagai
bentuk kesadaran lingkungan dan respon akibat permasalahan lingkungan
yang terjadi dan dikembangkan dalam sebuah sistem informasi lingkungan
hidup sebagai bentuk implementasi dari Undang - Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pasal 62 ayat 1-3, yang menjelaskan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup untuk
mendukung pelaksanaan dan pengembangan kebijakan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup. Sistem informasi lingkungan hidup
dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi, serta wajib dipublikasikan
kepada masyarakat. Sistem informasi lingkungan hidup paling sedikit

i-1
memuat informasi mengenai status lingkungan hidup, dan informasi
lingkungan hidup lainnya.
Sebagai bentuk akuntabilitas dan transparansi publik sekaligus
memenuhi kewajiban untuk menyediakan, memberikan, dan atau
menerbitkan informasi yang berkaitan dengan kepentingan publik sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
lnformasi Publik (KIP), maka pada tahun 2020 Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul menyediakan informasi dan data-data akurat melalui
penyusunan dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah (IKPLHD) Kabupaten Gunungkidul dengan dasar analisis D-P-S-I-R
(Driver-force-Pressure-State-Impact-Response) terhadap lima isu prioritas
lingkungan hidup, yakni tata guna lahan, kualitas air, kualitas udara,
resiko bencana, dan perkotaan yang memberikan dampak langsung
maupun tidak langsung terhadap kualitas lingkungan secara keseluruhan
serta upaya yang telah dilaksanakan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul
dalam bidang-bidang tersebut dalam menjaga kualitas lingkungan secara
komprehensif berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan.

i-2
II. PROFIL UMUM KABUPATEN GUNUNGKIDUL
a. Kondisi Geografis
Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibu Kota Wonosari yang
terletak 39 km sebelah Tenggara Kota Yogyakarta. Secara geografis
Kabupaten Gunungkidul berada pada 7°46’ LS-8°09’ LS dan 110°21’ BT-
110°50’ BT, dengan luas wilayah 1.475,59 km2 atau sekitar 46,63 % dari
luas wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara administrasi
Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 Kecamatan yang dalam kerangka
keistimewaan Yogyakarta di sebut sebagai Kapanewon dan 144 Desa
(Kalurahan).
Adapun batas wilayah Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai
berikut:
▪ Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan
Kabupaten Bantul Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
▪ Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Kabupaten
Sukoharjo Provinsi Jawa Tengah.
▪ Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri Provinsi
Jawa Tengah.
▪ Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia.

b. Penggunaan Lahan
Kabupaten Gunungkidul didominasi oleh penggunaan lahan berupa
ladang sebesar 56.555 ha (38,33% dari total luasan wilayah), tegalan dan
belukar 22.629,86 Ha (15,34% dari total wilayah), sawah seluas
32.313,95 ha (21,90 %dari luas total wilayah), permukiman seluas
19.760,01 ha (13,39% dari luas total wilayah), Perkebunan seluas
15.326,95 ha (10,39% dari luas total wilayah), sisanya adalah hutan lahan
kering (0,27 %) dan badan air (0,36%).

i-3
c. Kondisi Kependudukan, Sosial Dan Budaya
Jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul selalu mengalami
peningkatan dari tahun 2011-2018 yaitu berturut turut 677.998 jiwa,
683.735 jiwa, 698.825 jiwa, 704.026 jiwa, 722.479 jiwa dan 736.210. Hal
itu berkaitan dengan adanya perkembangan perekonomian yang
kemudian menahan pergerakan urbanisasi. Penduduk terpadat di
kecamatan Wonosari yang merupakan ibukota Kabupaten Gunungkidul
dengan tingkat kepadatan 1.137,13 jiwa/km2 . Sedangkan jumlah
penduduk paling sedikit adalah di Kecamatan Girisubo dengan tingkat
kepadatan penduduk 255,72 jiwa/km2 .
Pendidikan merupakan gambaran kualitas penduduk. Sebagai salah
satu indeks pembangunan masyarakat, pendidikan akan memiliki peran
yang penting bagi pembangunan masyarakat termasuk dalam pengelolaan
lingkungan hidup. Sebagian besar penduduk Kabupaten Gunungkidul
adalah tidak/belum tamat sekolah dasar sejumlah 142.662, tamat sekolah
dasar 142.256, tamat SLTP 150.066, tamat Diploma/universitas 16.866
(sumber data: Kabupaten Gunungkidul dalam angka tahun 2019).

III. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dan Tujuan penyusunan Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah Gunungkidul adalah ;
a. Diketahuinya isu lingkungan hidup yang terjadi pada tahun
2019 dan permasalahannya;
b. Diketahuinya tekanan/penyebab yang mempengaruhi kualitas
lingkungan hidup;
c. Diketahuinya upaya yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan lingkungan hidup; dan
d. Sebagai bahan masukan kebijakan daerah dalam pembangunan yang
berkelanjutan.

i-4
IV. ISU PRIORITAS
Isu Prioritas Lingkungan Hidup Kabupaten Gunungkidul 2019;
1. Persampahan
2. Lahan kritis
3. Perijinan
4. Pariwisata
5. Kekeringan

1. Persampahan
Pertumbuhan penduduk Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2010
adalah 0,07 % dan pada tahun 2018 menjadi 1,05 %. Jumlah penduduk
yang semakin meningkat dewasa ini diikuti kegiatan kota yang makin
berkembang menimbulkan dampak adanya kecenderungan
buangan/limbah yang meningkat dan bervariasi.
Di Kabupaten Gunungkidul perkiraan timbulan sampah total pada
tahun 2019 mencapai kurang lebih 1.472,42 M3 /hari. Dari dasar
perhitungan yang bersumber dari dokumen Master Plan & DED
persampahan Kabupaten Gunungkidul, di perkirakan timbulan sampah
sebesar 0,40 kg/orang/hari dengan berat jenis sampah rata-rata 1,019
kg/l maka dapat di konversi timbulan sampah 0,002 M3 / hari.
Kebijakan pengelolaan persampahan secara regional di Kabupaten
Gunungkidul masih mempunyai banyak kendala, khususnya paradigma
penanganan yang masih konvensional, yaitu masih terfokus pada kegiatan
”ambil-angkut-buang”, sehingga kebutuhan biaya operasional serta lahan
TPA tinggi. TPA Wukirsari menggunakan sistem open dumping, saat ini
telah penuh. Pemerintah daerah kesulitan meningkatkan kualitas maupun
kuantitas layanan karena kekurangan sarana, prasarana, biaya serta
personal. Jumlah armada sekitar 15 unit, sementara jumlah desa yang ada
di wilayah Gunungkidul berjumlah 144 dalam 18 kecamatan sehingga
belum mencukupi untuk pelayanan untuk tiap kecamayan satu armada.
Beban pelayanan dari dinas berkurang dengan adanya TPS 3R di beberapa

i-5
Wilayah yaitu Purwosari, Rejosari, Kepek II, Selang V dan Tegalmulyo,
Wonosari, Plumbon Lor, Playen, Ngebrak Timur, Semanu, Giriharjo,
Panggang, Bejiharjo, Karangmojo dan Sumber, Ponjong.
Pengelolaan sampah oleh Dinas Lingkungan Hidup (DLH)
Kabupaten Gunungkidul melalui UPT Kebersihan dan Pertamanan telah
berhasil mengolah sampah yang ada di TPAS Wukirsari menjadi Biogas.
Sampah yang menumpuk sejak bulan Januari 2019 diolah menjadi biogas
untuk kemudian dialirkan ke rumah rumah warga melalui pipa. Dengan
adanya biogas ini diharapkan selain dapat membantu masyarakat sekitar
mengurangi beban ekonomi, juga mampu mengurangi sampah yang ada
di TPAS Wukirsari
Pembiayaan pengelolaan sampah di Kabupaten Gunungkidul
diatur dalam Perda Kabupaten Gunungkidul Nomor 6 Tahun 1997 tentang
kebersihan. Dalam perda tersebut di atas disebutkan bahwa semua
penghasil sampah dikenakan retribusi. Namun, besaran retribusi sampah
saat ini sudah tidak memadai lagi yaitu Rp 1.000,00 (seribu rupiah)
perrumah tangga perbulan, sehingga belum bisa menerapkan prinsip
pembiayaan cost recovery.
Kondisi eksisting persepsi masyarakat di Kabupaten Gunungkidul
saat ini menunjukkan adanya fenomena yang positif dengan adanya
beberapa kelompok masyarakat yang telah melakukan pengelolaan
sampah kawasan secara mandiri, khususnya kawasan RT, RW, dusun dan
sekolah. Pengelolaan sampah di Gunungkidul oleh masyarakat, salah
satunya dengan adanya kegiatan bank sampah.
Program pendukung yang bersumber dari APBD 2019 adalah
Penyelenggaraan Pengelolaan Persampahan, Pengendalian Pencemaran
dan Limbah B3.

i-6
2. Lahan Kritis
Jenis tanah Kabupaten Gunungkidul di dominasi oleh Litosol dan
mediteran yang luasnya mencapai 73.497 Ha meliputi seluruh kecamatan
Purwosari, Panggang, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Girisubo, Rongkop
dan sebagian wilayah kecamatan Ponjong dan Semanu. Karakter jenis
tanah tersebut adalah solum tipis dan bahan induk batu gamping keras,
batuan sedimen dan tuff vulkan basa. Kondisi alam, berupa topografi,
jenis batuan dan tanah, pemanfaatan lahan yang melebihi daya dukung,
menjadi pemicu kerusakan lahan. Sebagai contoh, kerusakan lahan akibat
pertambangan berdasarkan data dari Disperindagkop dan ESDM tahun
2009 seluas 95.588 m2, yang menyebar di tiga kecamatan yaitu Ponjong,
Wonosari, dan Semanu, dengan kondisi yang masuk dalam kriteria antara
rusak dan sedang. Pertambangan tersebut berada di 41 lokasi
penambangan, dengan jenis bahan tambang adalah batu gamping keprus,
dan sebagian besar merupakan penambangan tanpa izin (Peti).
Kerusakan lahan akan berdampak pada kritisnya lahan. Data lahan
kritis di kabupaten Gunungkidul tahun 2019 mencapai 11.981,35 Ha dan
lahan sangat kritis mencapai 7.316,6000 Ha, sehingga total lahan kritis
mencapai 19.297,9500 ha.
Beberapa upaya yang di lakukan untuk mengendalikan kerusakan
lahan dan merehabilitasi lahan kritis yaitu;
1). Peningkatan Kapasitas Masyarakat melalui Penguatan Peran Kelompok
Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di daerah pesisir
dan daerah hulu, yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,
kepedulian dan peran serta aktif masyarakat pedesaan di kawasan
hulu dan hilir dalam menjaga dan melestarikan sumber daya alam dan
lingkungan hidup. Stimulan berupa pembuatan kebun bibit
percontohan berbasis swadaya masyarakat dengan tanaman sebanyak
25.000 bibit pandan laut, cemara laut sebanyak 10.000 bibit. diberikan
kepada masyarakat sebagai penguatan komitmen mereka untuk
menjaga dan melestarikan lingkungan hidup.

i-7
2). Kegiatan penghijauan dilakukan pada tahun 2019 dengan penanaman
pohon total sebanyak 555.512 batang pohon yang tersebar di
beberapa kecamatan. Pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan
oleh Pemerintah kabupaten Gunungkidul dilaksanakan dengan
perencanaan yang matang untuk menjamin kegiatan pembangunan
dapat berjalan efisien dan peduli lingkungan.
3). Melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tahun 2019
diantaranya untuk kegiatan sebagai berikut Penyelenggaraan Ruang
Terbuka Hijau (RTH) dan Pengelolaan Taman Hutan Rakyat.

3. Perijinan
Daya tarik investasi di kabupaten Gunungkidul memicu besarnya
animo masyarakat untuk membangun bisnis yang tentu saja
membutuhkan ruang dan mempengaruhi lingkungan. Sementara intrumen
perijinan belum di dukung adanya perda RDTR yang merupakan
pendetilan dari RTRW. RDTR sangat penting untuk bisa menegaskan
peruntukan ruang karena di dalam RTRW hanya arahan pemanfaatan
ruang saja. Permasalahan yang timbul adalah kegiatan alih fungsi lahan,
pembangunan fisik atau kegiatan yang tidak sesuai dengan peruntukan
pemanfaatan ruang, adanya kegiatan/aktivitas ekonomi yang
mengganggu masyarakat, maraknya bangunan liar di berbagai lokasi,
penambangan liar, pembangunan fisik (contohnya hotel) yang tidak
mempertimbangkan daya dukung lingkungan, hal itu terkait dengan
perizinan.
Mekanisme perijinan merupakan usaha pengendalian pemanfaatan
ruang melalui penetapan prosedur dan ketentuan yang ketat serta harus
dipenuhi untuk menyelengarakan suatu pemanfaatan ruang. Tata kelola
kelembagaan yang dilakukan dalam upaya tercapainya efektivitas dalam
pengendalian, maka diterbitkan Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 66
Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan

i-8
Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (DPMPT),
fungsi DPMPT diantaranya terkait dengan perizinan.
Ketentuan dalam perijinan telah diatur sebagai berikut:
a. Ketentuan perizinan diatur oleh Pemerintah dan pemerintah daerah
menurut kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut
kewenangan masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
c. Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan
tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum.
d. Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar
tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang
wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai
dengan kewenangannya.
e. Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin
sebagaimana di atas, dapat dimintakan penggantian yang layak kepada
instansi pemberi izin.
f. Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai lagi akibat adanya perubahan
rencana tata ruang wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah dan
pemerintah daerah dengan memberikan ganti kerugian yang layak.
g. Setiap pejabat pemerintah yang berwenang menerbitkan izin
pemanfaatan ruang dilarang menerbitkan izin yang tidak sesuai dengan
rencana tata ruang.
h. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur perolehan izin dan tata cara
penggantian yang layak sebagaimana dimaksud di atas diatur dengan
peraturan pemerintah.

i-9
4. Pariwisata
Jumlah obyek wisata di Kabupaten Gunungkidul mengalami
pertumbuhan sangat pesat terutama obyek wisata alam yaitu sejumlah 58
lokasi pada tahun 2013, 60 lokasi pada tahun 2015, dan 199 lokasi pada
tahun 2017 (sumber: BAPPEDA Kabupaten Gunungkidul, Informasi
Pembangunan Kabupaten Gunungkidul Tahun 2018). Pertumbuhan obyek
wisata tentu saja menjadi pemicu meningkatnya jumlah wisatawan yang
berkunjung ke Kabupaten Gunungkidul.
Pertumbuhan wisatawan yang berkunjung di Kabupaten
Gunungkidul pada tahun 2011 mencapai 616.696 orang dan dan
meningkat menjadi 3.845.033 orang pada tahun 2019, yang berarti
mengalami kenaikan 523,49 % atau lebih dari 5 kali lipat dalam kurun
waktu 8 tahun dan 80% diantaranya mengunjungi destinasi wisata pantai.
Pariwisata telah menjadi salah satu sektor andalan di Kabupaten Gunung
Kidul karena menjadi salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah
(PAD) terbesar. Pada tahun 2018 jumlah wisatawan sebanyak 3.040.095
orang dengan retribusi Rp.24.243.414.350. Sementara jumlah retribusi
daerah pada tahun 2019 adalah Rp 25.089.479.405 atau mengalami
kenaikan sebesar Rp.846.065.055.
Pesatnya perkembangan pariwisata berdampak timbulnya berbagai
masalah seperti;
a. Meningkatnya volume sampah di objek wisata; kenaikan polusi udara,
kemacetan lalu lintas; dan besarnya beban penyediaan listrik,
c. Maraknya rumah makan yang tumbuh liar pada lokasi yang tidak sesuai
dengan peruntukan, baik di sepanjang jalan maupun di objek wisata;
d. Maraknya investor luar daerah yang ingin meraih peluang;
e. Terjadi berbagai konflik pengelolaan antar masyarakat dan investor;
antar pokdarwis dll.
j. Makin tingginya alih fungsi lahan di berbagai lokasi;
k. Adanya ketimpangan pembangunan fasilitas umum antara daerah
wisata dan non wisata;

i - 10
l. Makin tingginya harga lahan, terutama di koridor jalan utama jalur
kearah objek wisata, dan di lokasi sekitar objek wisata.
Upaya pengelolaan obyek wisata dengan pembinaan dan
pemberdayaan masyarakat lokal yang tergabung dalam kelompok sadar
wisata atau pokdarwis. Jumlah pokdarwis di kabupaten Gunungkidul
mencapai 42 kelompok pada tahun 2019. Penataan kawasan di setiap
obyek wisata sebagian besar pada tahap perencanaan berupa DED.
Sedangkan untuk mengantisipasi dan mengatasi permasalahan
persampahan dengan pembangunan Tempat Pengelolaan Akhir Sampah
(TPAS) di pesisir selatan. Penyediaan TPST di Desa Banjarejo, Kecamatan
Tanjungsari yang saat ini sudah pada tahap perencanaan dan penyediaan
lahan.

5. Kekeringan
Kabupaten Gunungkidul menjadi langganan kekeringan hampir di
setiap tahunnya. Menurut hasil pengamatan BMKG curah hujan sudah
menurun sejak bulan April 2019. Curah hujan yang menurun dan kondisi
geomorfology karst menjadi pemicu kekeringan di Kabupaten
Gunungkidul. Beberapa wilayah di Gunungkidul sudah mulai mengalami
kekurangan air sebagai dampak dari kekeringan. Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gunung Kidul menyatakan bahwa
kondisi saat ini, ada 15 kecamatan yang terdampak kekeringan meliputi,
Rongkop, Girisubo, Tepus, Purwosari, Panggang, Nglipar, Patuk, Ngawen,
Ponjong, Semin, Semanu, Paliyan, Karangmojo, Tanjung Sari serta
Gedang Sari.
Untuk menanggulangi masalah tersebut, respon pemerintah adalah
melakukan droping air dengan menggandeng PDAM, BPBD, dan
menggalang CSR. Total armada yang dipersiapkan BPBD adalah enam truk
dengan interval pengiriman setiap 13 hari sekali untuk setiap desa, APBD
untuk pasokan air pada tahun ini menurun dari 3.360 rit menjadi 2.000 rit,

i - 11
karena pada dasarnya penyediaan air bersih merupakan tanggung jawab
PDAM, Pemda hanya membantu.

V. INOVASI DAERAH DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN


HIDUP
Beberapa upaya yang telah di lakukan dalam rangka pengelolaan
lingkungan hidup sebagai langkah inovasi yaitu;
1. Upaya Peningkatan Kapasitas Lembaga Daerah yang mana
keberadaan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas sangat penting
dalam menunjang kegiatan di bidang lingkungan hidup. Peranan SDM
untuk menjembatani ketika terdapat konflik permasalahan lingkungan
dengan masyarakat, sehingga SDM di bidang lingkungan dituntut
terampil secara teknis maupun secara sosial
2. Pengembangan Jejaring Kerja yang diwujudkan dalam bentuk
kerjasama dengan berbagai elemen meliputi Pemerintah Kota /
Kabupaten dalam dan luar negeri, instansi / perusahaan / institusi
pendidikan di Kabupaten Gunungkidul. Dalam rangka meningkatkan
kesadaran dan peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
hidup. Sampai saat ini telah terbentuk 16 kelompok pemerhati
kali/sungai, 110 kelompok bank sampah, 4 kelompok Kehati, 15
lokasi kampung iklim, saka kalpataru, dan 8 sekolah adiwiyata tingkat
kabupaten, 3 sekolah adiwiyata tingkat DIY dan 1 sekolah adiwiyata
tingkat nasional.
3. Transparansi dan Akuntabilitas Kepada Publik dengan penyediaan
informasi publik yang mudah dan jelas merupakan tujuan dari praktik
Good Government yang transparan dan akuntabel yang disebut
dengan e-SAKIP.
4. Penghargaan Bidang Lingkungan Hidup kepada Masyarakat sebagai
salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan adalah dengan

i - 12
memberikan penghargaan lingkungan baik skala nasional, provinsi,
dan kabupaten
5. Pelestarian Kearifan Lokal Lingkungan hidup yang telah ada di
Kabupaten Gunungkidul seperti pemanenan air hujan dan melakukan
jadwal libur menangkap ikan di laut secara rutin.

VI. SARAN
Saran yang dapat di berikan menyusun rencana tindak lanjut yang
berimplikasi pada kebijakan Kepala Daerah antara lain :
1. Memperhatikan isu prioritas terkait lingkungan hidup sebagaimana
tertuang dalam Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah (DIKPLHD) dalam pengambilan kebijakan dan
perencanaan pembangunan Kabupaten Gunungkidul.
2. Berupaya untuk meningkatkan nilai Indeks Kualitas Lingkungan Hidup
(IKLH) terutama IKA dan IKU
3. Memberikan sosialisasi dan penyadaran peran aktif masyarakat dalam
menjaga kualitas air, udara maupun penanaman pohon di lahan yang
rusak.
4. Meningkatkan peran swasta dengan menggalakkan CSR perusahaan
terkait dengan kualitas lingkungan di kabupaten Gunungkidul.
5. Melakukan inovasi peningkatan RTH publik dengan pengelolaan hutan
kota, taman kota dan jalur hijau dan green barrier pantai.

i - 13

Anda mungkin juga menyukai