Anda di halaman 1dari 15

RINGKASAN EKSEKUTIF

Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah


Kabupaten Kulon Progo Tahun 2017

Pendahuluan
Indonesia memiliki kondisi geografis atau lingkungan alam yang beragam.
Keberagaman kondisi geografis di Indonesia mempengaruhi keadaan penduduk Indonesia
pada pola pemukiman, pekerjaan dan sektor ekonomi. Kabupaten Kulon Progo memiliki
keragaman konfigurasi fisik lingkungan yang dibagi menjadi tiga kawasan, yaitu:
pegunungan, dataran dan pesisir. Kondisi tersebut dapat menjadi modal dalam
pembangunan daerah yang merata disetiap wilayah Kabupaten Kulon Progo. Namun,
pemanfaatan ruang atau lingkungan baik sebagai permukian ataupun sektor usaha dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan apabila pengelolaan yang dilakukan tidak optimal
dan berakibat pada penurunan daya dukung lingkungan seperti penggunaan lahan yang
kurang memperhatikan fungsi kawasan lindung akan memperkecil pasokan air
permukaan maupun air tanah dan kerusakan yang diakibatkan konversi lahan hijau
menjadi lahan terbangun yang menyebabkan berkurangnya area resapan air dan
menurunnya lahan produktif untuk pertanian.
Secara geostrategic, Kabupaten Kulon Progo yang terletak di bagian barat DIY
dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah, merupakan ‘pintu gerbang’
Daerah Istimewa Yogyakarta yang menghubungkan DIY dengan pusat-pusat ekonomi
dan pemerintahan yang terletak di bagian barat serta utara Pulau Jawa. Kemudian, posisi
Kabupaten Kulon Progo yang berbatasan langsung dengan Samudera Hindia juga dapat
menghubungkan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan negara tetangga yang terletak
di bagian selatan Indonesia seperti Australia. Posisi geostrategic tersebut dapat
memberikan keuntungan bagi perkembangan wilayah Kabupaten Kulon Progo
maupun perkembangan wilayah DIY terlebih akan dibangunnya New Yogyakarta
International Airport (NYIA) yang berlokasi di Kabupaten Kulon Progo yang dapat
meningkatkan jumlah kunjungan ke Kulon Progo dan menghidupkan perekonomian
setempat melalui berbagai fasilitas yang disediakan khususnya bagi para wisatawan
seperti hotel, rumah makan dan pajak/retribusi.
Potensi kerusakan lingkungan hidup yang ada di Kabupaten Kulon Progo
dengan keberagaman kondisi geografis menjadi latar belakang penyusunan dokumen
Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hiidup Daerah Kabupaten Kulon Progo.

1
IKPLHD Kabupaten Kulon Progo digunakan untuk penyajian data dan informasi tentang
lingkungan hidup sebagai acuan pada proses pengambilan keputusan pembuatan
kebijakan dan perencanaan pembangunan daerah yang sesuai dengan prinsip-prinsip
pengelolaan lingkungan hidup.

Tujuan
Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hiidup
Daerah Kabupaten Kulon Progo bertujuan untuk:
1. Memberikan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk memperbaiki
kualitas lingkungan hidup di Kabupaten Kulon Progo.
2. Memberikan gambaran yang nyata kepada masyarakat tentang kondisi lingkungan
hidup di daerahnya, dengan harapan masyarakat memiliki kemudahan untuk
merencanakan dan memperhatikan pengelolaan lingkungan hidup di daerahnya.
3. Mengukur perkembangan dan kemajuan lingkungan hidup di Kabupaten Kulon
Progo.

Metode
Penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Daerah menggunakan metode literatur dan collecting data. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara membaca literatur baik dari buku, internet, maupun data primer yang
menunjang dari instansi-instansi pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Kemudian dalam
pembahasan laporan menggunakan pendekatan PSR (Pressure State and Response).
Pressure yaitu tekanan yang terjadi terhadap lingkungan di Kabupaten Kulon Progo
akibat dari kegiatan manusia. State atau kondisi pengelolaan lingkungan yaitu keadaan
pengelolaan lingkungan sebagai pengaruh dari kegiatan yang dilakukan pada lingkungan
dilihat dari kondisi pengelolaan pada ruang terbuka hijau, hutan kota, air permukaan, air
tanah, udara, serta laut dan pesisir yang ada di Kabupaten Kulon Progo. Response yaitu
upaya yang dilakukan untuk menanggulangi dampak tekanan dan kondisi lingkungan
dilihat dari peran serta masyarakat dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup.

2
Isu Prioritas Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Kulon Progo
Isu prioritas lingkungan hidup daerah Kabupaten Kulon Progo disusun
berdasarkan pendekatan PSR (Pressure State and Response). Kabupaten Kulon Progo
pada tahun 2017 memiliki tiga isu prioritas lingkungan hidup yang harus segera
dilakukan penanganan dan menjadi perhatian khusus oleh pemerintah daerah. Berikut
merupakann isu prioritas lingkungan hidup pemerintah Kabupaten Kulon Progo yaitu:

1. Kurangnya Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Perkotaan Wates.


RTH merupakan kepanjangan dari Ruang Terbuka Hijauyang memiliki arti
sebuah area atau tempat terbuka yang ditumbuhi berbagai jenis tanaman dengan tumbuh
secara alami atau sengaja ditanam dengan komposisi yang indah dan sesuai kebutuhan.
Untuk mewujudkan kawasan perkotaan sebagi kota hijau yang memiliki keseimbangan
ekosistem dalam pembangunan berkelanjutan maka 30% dari wilayah kota/kawasan
perkotaan harus berwujud Ruang Terbuka Hijau (RTH). Komposisi RTH dari 30% total
luas kawasan perkotaan adalah 20% merupaka RTH yang dibangun dan dikelola oleh
pemerintah daerah sedangkan 10% merupakan RTH yang dibangun dan dirawat oleh
swasta dengan pendampingan dan arahan dari Dinas Lingkungan Hidup. Luas RTH 30%
dari total keseluruhan luas kawasan perkotaan merupakan kewajiban yang harus dipenuhi
oleh pemerintah Kabupaten Kulon Progo sesuai dengan Perda tentang RTRW Kabupaten
Kulon Progo.
Luas Perkotaan Wates pada tahun 2017 berdasarkan Perda adalah
3.259,26Hasehingga untuk mencukupi kebutuhan ketersediaan RTH maka diperlukan
Ruang Terbuka Hijau di Kota Wates seluas 651,852 Ha (20% Kewajiban Pemerintah
Daerah). Berdasarkan data tahun 2013 dan dikonversi sampai tahun 2017 menunjukan
bahwa luas RTH Publik Kota Wateshanya seluas 291,3745 Ha atau sebesar 8,94 % dari
total luas Kota Wates. Hal tersebut menunjukan bahwa luas RTH Kota Wates masih
belum memenuhi kebutuhan minimal RTH Publik sebesar 20% untuk kewajiban
Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo. Permasalahan RTH di kota Wates adalah
semakin berkurangnya jumlah luas RTH yang tersedia, semakin berkurangnya luas RTH
di Kota Wates dikarenakan Inkonsistensi kebijakan dan strategi penataan ruang
menyebabkan sering terjadinya alih fungsi RTH, Pemeliharaan tidak konsisten dan tidak
rutin, Pemahaman masyarakat tentang pentingnya penghijauan di kawasan perkotaan
masih kurang sehingga peran serta masyarakat dalam merawat RTH kurang optimal, serta
Lemahnya koordinasi antar instansi menyebabkan terjadinya tumpah tindih
kewenangan/kesenjangan dalam pengeloaan RTH.

3
Kurangnya ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di Perkotaan Wates
mengakibatkan beberapa permasalahan lingkungan hidup seperti rendahnya kualitas air
tanah, tingginya polusi udara dan kebisingan di perkotaan, suhu udara yang panas
diperkotaan, melemahnya fungsi ekologis dalam pengembangan keanekaragaman hayati,
serta kurangnya tempat publik untuk rekreasi dan olahraga oleh masyarakat sekitar.
Diperlukan penambahan Ruang Terbuka Hijau di daerah Perkotaan Wates agar
permasalahan-permasalahan yang terjadi karena kurangnya ketersediaan RTH dapat
teratasi. Hal ini juga merupakan bentuk pemenuhan hak masyarakat terhadap lingkungan
yang bersih dan sehat. Upaya pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo dalam
memperluas RTH di wilayah perkotaan Wates menjadi bagian dalam program rencana
tata bangunan dan lingkungan (RTBL).

2. Meningkatnya Beban Pencemaran Udara pada Perkotaan berdampak pada


penurunan derajat kesehatan masyarakat.
Perkotaan di Kabupaten Kulon Progo mengalami kemajuan yang signifikan
setiap tahunnya. Jumlah penduduk pada daerah perkotaan juga semakin meningkat.
Padatnya aktifitas masyarakat di daerah perkotaan menimbulkan naiknya tingkat beban
pencemaran lingkungan, salah satunya adalah pencemaran udara. Pencemaran udara di
perkotaan Kabupaten Kulon Progo disebabkan oleh padatnya aktivitas kendaraan
kermotor serta pembangunan yang terjadi di beberapa titik lokasi. Berdasarkan data dari
Indeks Kualitas Udara Kabupaten Kulon Progo tahun 2015 sampai dengan tahun 2017
menunjukan bahwa kualitas udara di Kabupaten Kulon Progo masih tergolong baik.
Namun pencemaran udara di area perkotaan lebih tinggi. Hal ini harus tetap diperhatikan
karena pencemaran udara berpengaruh terhadap derajat kesehatan masyarakat
yaituberdampak pada kesehatan pernafasan manusia.
Hasil pemantauan kualitas udara pada kawasan perkotaan di Kabupaten Kulon
Progo pada tahun 2017 menunjukan bahwa parameter kebisingan mendominasi dengan
nilai melebihi baku mutu pada 2 titik lokasi pemantauan di periode pertama dan 1 titik
lokasi di periode kedua. Suara kendaraan bermotor menjadi penyebab utama tingginya
nilai parameter kebisingan di wilayah perkotaan Kabupaten Kulon Progo. Perlu dilakukan
banyak antisipatif oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo agar pencemaran
udara di wilayah perkotaan dapat diturunkan menjadi wilayah yang memiliki kualitas
udara normal. Sehingga kondisi udara tidak mempengaruhi kesehatan masyarakat yang
tinggal ataupun berkunjung di wilayah perkotaan Kabupaten Kulon Progo.

4
3. Alih Fungsi Lahan Hijau menjadi Lahan Terbangun Berdampak pada
Penurunan jasa ekosistem dari fungsi penyediaan daya dukung pangan dan daya
dukung air.
Kemajuan pembangunan sebuah wilayah dalam kegiatan perekonomian dan
usaha serta penyediaan sarana fasilitas publik menyebabkan banyak terjadi alih fungsi
lahan terutama dari lahan pertanian menjadi non pertanian. Alih fungsi lahan atau
konversi lahan hijau menjadi lahan terbangun berdampak pada penurunan jasa ekosistem
dari fungsi penyediaan, yaitu daya dukung pangan dan daya dukung air.Alih fungsi lahan
pertanian ke non pertanian banyak terjadi dikarenakan wilayah Kabupaten Kulon Progo
memiliki program pembanungan mega proyek seperti pembangunan Bandara New
Yogyakarta International Airport (NYIA), pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan
(JJLS),pembangunan Kawasan Industri Sentolo, serta pembangunan jalan Bedah
Menoreh.
Luas konversi lahan hijau menjadi lahan terbangun di Kabupaten Kulon Progo
terus mengelami peningkatan yang signifikan, dimulai dari tahun 2004 dengan adanya
pembangunan Pelabuhan Tanjung Adikarto yang disusul dengan pembanguan mega
proyek seperti JJLS, KIS, Bandara dan Jalan Bedah Menoreh. Berdasarkan data dari
Dinas Pertanian Kabupaten Kulon Progotahun 2017 terjadi konversi lahan pertanian ke
lahan non pertanian sebesar 139 Ha. Hal ini menyebabkan penurunan daya dukung
pangan dan daya dukung air di wilayah kabupaten Kulon Progo. Daya dukung pangan
berkurang dikareanakan produksi pertanian menurun akibat berkurangnya lahan
pertanian. Hal ini dapat menyebabkan kebutuhan pangan di wilayah Kabupaten Kulon
Progo lebih besar dibandingkan ketersediaan pangan yang ada sehingga daerah harus
memenuhi kebutuhan pangan dari daerah lain. Daya dukung air menurun dikarenakan
luas permukaan area lahan terbuka semakin berkurang yang mengakibatkan daya serap
air hujan menjadi menurun. Kebutuhan air dari aktifitas pembangunan juga
mempengaruhi kuantitas air tanah pada wilayah Kabupaten Kulon Progo.

Analisis Pressure, State, dan Response Isu Lingkungan Hidup Daerah

Tataguna Lahan
Tataguna lahan merupakan suatu upaya perencanaan penggunaan lahan yang
memerlukan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya untuk pembagian wilayah
terhadap fungsi-fungsi tertentu. Perencanaan tataguna lahan pada suatu wilayah diatur
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, kemudian dalam cakupan kabupaten disebut
sebagai Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK). Kabupaten Kulon Progo

5
merupakan kabupaten yang sedang berkembang dengan pembangunan yang sangat pesat.
Berikut merupakan tataguna lahan Kabupaten Kulon Progo berdasarkan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Kulon Progo tahun 2012-2032.
Pada tataguna lahan yang terdapat pada RTRW Kabupaten Kulon Progo yang
menjadi perhatian adalah ketersediaannya RTH serta Penataan dan Pengelolaan daerah
Pesisir dan Laut. Kondisi RTH di Kabupaten Kulon Progo masih kurang jauh untuk
mencukupi kebutuhan RTH seluas 30% dari total keseluruhan area Kabupaten Kulon
Progo. Pada penataan dan pengelolaan wilayah pesisir dan laut menunjukan bahwa pada
area pesisir pantai kabupaten Kulon Progo sedang dibangun pelabuhan dan Jalur Jalan
Lintas Selatan yang diharapkan dapat membangkitkan pertumbuhan perekonomian
masyarakat Kulon Progo khususnya di wilayah pesisir dan laut.

Kualitas Air
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo melakukan pengujian terhadap kualitas
air Sungai Serang di tahun 2017. Sungai Serang memiliki panjang sungai yaitu 23,16 km.
Lebar permukaan sungai Serang adalah 60 meter dan memiliki kedalaman 8 meter.
Sungai serang memiliki daya debit maksimal sebesar 1500 m3/dtk. Pemantauan kualitas
air Sungai Serang dilakukan sebanyak dua kali periode dalam satu tahun, yaitu pada
bulan November dan Desember tahun 2017. Penetapan kualitas air sungai Serang
dilakukan pada tiga lokasi pengambilan yang tergolong dalam air sungai kelas II dan III.
Parameter kualitas air yang dianalisa meliputi parameter fisika, kimia dan biologi.
Berdasarkan Indeks Pencemaran Air Sungai 2017 pada Kabupaten Kulon Progo
menunjukan bahwa status Mutu Air pada Sungai Serang telah 50% memenuhi baku mutu
dengan nilai koefisien 70 dan 50% tercemar berat.dengan nilai koefisien 10 sehingga
didapat Nilai indeks Kualitas Air di Kabupaten Kulon Progo tahun 2017 adalah 40. Hal
ini menunjukan bahwa kondisi air sungai di Kabupaten Kulon Progo perlu dilakukan
penanganan terhadap parameter yang berkontribusi dalam pencemaran air sungai. Hal ini
dilakukan dengan menertibkan sumber-sumber pencemar air sungai di Kabupaten Kulon
Progo seperti Limbah Industri dan Warung makan di daerah aliran sungai.
Air tanah merupakan air yang tersimpan dalam lapisan tanah. Air tanah biasa
diambil melalui pembuatan sumur agar air tanah dapat diakses. Secara global, dari
keseluruhan air tawar yang berada di bumi ini lebih dari 97 persen terdiri atas air tanah.
Permasalahan air tanah dibagi menjadi permasalahan kualitas dan kuantitas.
Permasalahan pencemaran air tanah pertama dirasakan dari sumur-sumur penduduk,
khususnya yang tinggal dekat dengan kawasan industri atau dekat dengan limbah

6
industri. Permasalahan kuantitas air tanah sering terjadi pada musim kemarau, baik
daerah karst maupun daerah pesisir.
Pengambilan sampel untuk melakukan pengamatan kualitas air tanah dilakukan
di 12 titik. Titik pengamatan dilakukan di SD, SMP, SMA/SMK/MA yang terdapat di
Kabupaten Kulon Progo. Pengamatan tersebut dilakukan sebanyak dua kali, yaitu periode
pada April dan periode September. Parameter pengukuran didasarkan pada Peraturan
Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan memperhatikan parameter baku mutu yang
terdiri dari timbal, mangan, seng, fluoride, nitrit, fecal coliform, dan total coliform.
Hasil pemantauan air tanah pada sumur-sumur di Wilayah Kabupaten Kulon
Progo menunjukan parameter pencemaran didominasi oleh bakteri koli. Hal ini
disebabkan oleh padatnya permukiman penduduk dan instalasi pengelolaan limbah
dengan jarak sumur masih belum memenuhi standar.
Luas wilayah laut yang menjadi kewenangan Kabupaten KulonProgo adalah
15.872 hektar (158,72 km2) dan mempunyai panjang pantai/pesisir yang membujur dari
barat (muara Sungai Bogowonto) ke timur (muara Sungai Progo) sekitar 24,9 km dan
lebar sekitar 1,5 km dibatasi Jalan Daendels.
Pesisir dan laut di wilayah Kabupaten KulonProgo telah dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai sumber penghidupan, seperti perikanan tangkap, tambak udang,
pertanian lahan pantai, peternakan dan jasa lingkungan, yaitu pariwisata alam. Seperti
halnya permasalahan lingkungan pesisir dan laut di daerah lain, di KulonProgo terjadi
penurunan kualitas lingkungan akibat pencemaran air oleh kegiatan industri yang
membuang limbahnya ke laut. Selain itu, kegiatan pariwisata menyebabkan pencemaran
dari sampah, juga kerusakan ekosistem akibat penambangan dan pola penangkapan ikan
yang tidak ramah lingkungan. Kegiatan pertanian lahan pantai yang terlalu banyak
menggunakan pupuk dan pestisida serta pengambilan air tanah berlebihan juga
menyebabkan degradasi lingkungan pesisir.
Pengukuran kualitas air laut Kabupaten Kulon Progo dilakukan sebanyak dua
kali periode yaitu periode Maret dan Agustus. Pengukuran periode Maret dilakukan
padadua tempat yaituPantai Bugel dan Pantai Glagah. Sedangkan periode Agustus
dilakukan pada satu tempat yaitu Pantai Glagah. Pengukuran kualitas air laut
menggunakan tiga parameter yaitu parameter fisika, kimia, dan biologi. Namun demikian
pada pengukuran kualitas air laut tahun 2017 hanya menggunakan dua parameter yaitu
parameter fisika dan kimia. Parameter fisika meliputi warna, bau, kekeruhan, TSS, dan
temperatur. Parameter kimia meliputi pH, salinitas, DO, BOD, amonia, sulfida, dan fenol.

7
Kualitas Udara
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo telah melakukan pemantauan
kualitas udara pada 8 titik lokasi yang tersebar di wilayah Kabupaten Kulon Progo.
Pemantauan dilakukan satu kali periode yaitu pada bulan November 2017. Hasil
pemantauan udara pada pada Perkotaan Kabupaten Kulon Progo menunjukan hasil bahwa
kualitas udara pada kondisi yang baik namun parameter kebisingan mendominasi
pencemaran udara dengan tingkat pencemaran sebesar 50% melebihi baku mutu. Hal ini
di karenakan padatnya keadaan bermotor yang ada pada perkotaan Kabupaten Kulon
Progo.

Risiko Bencana
Bencana dibedakan menjadi tiga, yaitu bencana alam, non alam, dan bencana
sosial. Pada tahun 2017, terjadi dua bencana alam di Kabupaten Kulon Progo yaitu
bencana banjir dan tanah longsor. Bencana banjir terjadi di lima kecamatan, yaitu
Kecamatan Wates, Kecamatan Panjatan, Kecamatan Galur, Kecamatan Lendah, dan
Kecamatan Sentolo. Total area yang terendam seluas 114 ha, dengan kerugian mencapai
Rp10.945.250.000,-. Kecamatan yang memiliki dampak total area terendam banjir terluas
yaitu Kecamatan Wates dan perkiraan kerugian tertinggi ada pada Kecamatan Panjatan
dengan nilai perkiraan kerugian sebesar Rp 10.140.000.000,-.
Selanjutnya bencana alam yang terjadi di Kabupaten Kulon progo yaitu tanah
longsor. Tanah longsor terjadi di enam kecamatan, yaitu Kecamatan Lendah, Kecamatan
Sentolo, Kecamatan Kokap, Kecamatan Girimulyo, Kecamatan Nanggulan dan
Kecamatan Samigaluh. Perkiraan kerugian dari tanah longsor senilai 16,6 miliar rupiah
dan telah mengakibatkan tiga korban meninggal dunia.
Berikutnya yaitu bencana non alam yang merupakan kejadian luar biasa yang
telah terdokumentasi oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Kulon Progo. Bencana non alam
tersebut diantaranya yaitu antraks, AFP, rubella dan keracunan makanan dengan total dua
belas kasus. Kemudian yaitu bencana sosial yang meliputi konflik sosial antar kelompok
atau antar komunitas masyarakat dan terror. Pada tahun 2017 tidak terjadi bencana sosial
di Kabupaten Kulon Progo. Hal tersebut menunjukan bahwa masayarakat di Kabupaten
Kulon Progo dalam keadaan yang aman dan damai. Diharapkan kondisi seperti ini dapat
terus terjaga agar tercipta kehidupan yang harmoni.

8
Perkotaan
Laju pertumbuhan penduduk merupakan salah satu indikator penting dalam
proses pembangunan suatu wilayah. Jumlah penduduk yang tinggi akan menjadi beban
bagi pertumbuhan wilayah. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Kulon
Progo, mencatat jumlah penduduk Kabupaten Kulon Progo tahun 2017 sebanyak 446.064
jiwa. Jumlah tersebut naik sebesar 0,17% dibandingkan dengan tahun 2016. Perbandingan
jumlah penduduk kota dengan jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Kulon Progo
yaitu sebesar 17% artinya penduduk desa lebih banyak dibanding penduduk kota. Secara
umum, jumlah penduduk di Kabupaten Kulon Progo dalam 5 tahun terakhir terus
mengalami peningkatan yag cukup signifikan.
Terdapat beberapa permasalahan yang sering terjadi dalam kependudukan, salah
satu yang utama yaitu masalah kemiskinan. Kemiskinan selalu menjadi momok yang
menakutkan bagi masyarakat maupun pemerintah sebagai pengambil kebijakan. Oleh
sebab itu, diperlukan adanya formulasi kebijakan yang tepat dari pemerintah untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut, baik melalui kebijakan moneter, fiskal maupun
kebijakan lainnya. Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Kulon Progo sebanyak 149.265
dan 68.813 diantaranya termasuk dalam Rumah Tangga Miskin (RTM). Jumlah ini
meningkat sangat drastis yakni 215% dari tahun lalu dimana jumlah RTM Kabupaten
Kulon Progo tahun 2016 sebesar 21.820 dari 108.889 jumlah rumah tangga.
Kesehatan merupakan hak semua manusia, kesehatan dan salah satu indikator
kesejahteraan penduduk. Untuk meningkatkan produktivitas penduduk, salah satu
caranya dengan meningkatkan kesehatan penduduknya. Berdasarkan penyebabnya,
penyakit yang timbul di Kabupaten Kulon Progo yaitu penyakit degeneratif dan
penyakit karena lingkungan. Nasofaringitis akut dan hipertensi esensial merupakan dua
penyakit dengan jumlah penderita terbanyak di Kabupaten Kulon Progo.
Peran pemerintah sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas hidup
masyarakatnya melalui berbagai kebijakan seperti penyediaan sarana prasarana
kesehatan. Disisi lain, di era media teknologi seperti saat ini pemerintah juga harus gencar
melakukan sosialisasi tentang pentingnya hidup sehat dengan olahraga rutin dan menjaga
lingkungan agar tetap bersih melalui berbagai media sosial yang saat ini sudah sangat
familiar di masyarakat. Tak hanya itu, pemerintah juga dapat mengajak berbagai
komunitas maupun lembaga swadaya masyarakat untuk melakukan olahraga bersama
seperti senam sehat setiap minggu pagi. Melalui kegiatan seperti itu diharapkan dapat
meningkatkan kualitas kesehatan dan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Kulon Progo.

9
Sampah merupakan permasalahan yang sering timbul khususnya di perkotaan.
Hal ini disebabkan oleh konsumsi masyarakat kota yang cukup tinggi yang menyebabkan
tingginya produksi sampah perkotaan yang melebihi kemampuan pengelolaannya.
Permasalahan tersebut belum dapat ditangani dengan baik karena belum ditemukannya
metode dan formulasi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Total timbulan sampah di Kabupaten Kulon Progo mencapai 154 ton per hari. Kecamatan
dengan jumlah timbulan sampah terbesar yaitu Kecamatan Pengasih, Sentolo dan
Wates.Sedangkan, Kecamatan dengan timbulan sampah terkecil yaitu Kecamatan
Girimulyo,Samigaluh, dan Temon.Sampah tersebut dibagi menjadi sampah organik dan
anorganik dimana sampah organik akan diolah menjadi pupuk kompos, sedangkan
sampah anorganik hanya dilakukan pengepresan saja.

Inovasi Daerah dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup

Pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo memiliki upaya-upaya untuk


meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Upaya yang dilakukan pemerintah daerah
Kabupaten Kulon Progo guna mengelola lingkungan hidup adalah meningkatkan
kapasitas lembaga daerah melalui program kerja tahunan, meningkatkan kapasitas
personil melaui diklat tentang rencana tata ruang wilayah dan lingkungan hidup,
bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan melalui dana Corporate Social
Responsibility (CSR)untuk kepentingan lingkungan, serta memberdayakan masyarakat
untuk ikut serta dalam merawat lingkungan dengan membuat program-program
lingkungan yang dijalankan masyarakat dan didampingi oleh Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Kulon Progo.

1. Penataan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan (RTBL) Alun-alun Wates
Inovasi penataan RTH dan RTBL di daerah Wates merupakan langkah yang
dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo untuk meningkatkan ketersediaan
RTH di Perkotaan Wates. Kurangnya RTH di Perkotaan khususnya Wates merupakan
sebuah permasalahan yang menjadi isu prioritas lingkungan hidup pada tahun 2017.
Membuka RTH baru bertujuan untuk menambah area Ruang Terbuak Hijau di perkotaan
Wates sehingga indek kualitas lingkungan hidup akan semakin membaik.Penataan Alun-
alun Wates mulai dilaksanakan pada tahun 2017 dengan luas area skitar 30 sampai
dengan 60 Ha. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) dilakukan dengan
pemindahan bangungan-bangunan milik pemerintah kabupaten di sekitar alun-alun.

10
Bangunan yang dipindahkan yaitu Kantor Dinas Kesehatan, Rutan Kelas IIB Wates, Bank
BRI, Kompleks Markas Kodim 0731 Kulon Progo, SD Percobaan 4 Wates, SMP N 1
Wates, dan Lapangan Tenis. Area bekas bangunan yang dipindahkan dijadikan sebagai
ruang publik bertema lingkungan seperti Ruang Terbuka Hijau serta konsep taman untuk
mempercantik kota dan membuat wilayah perkotaan Wates menjadi wilayah yang asri,
sehat, dan nyaman.
RTH yang semakin luas akan memberikan fungsi ekologi seperti penyerapan
kadar karbondioksida, menambah oksigen, menurunkan suhu dengan keteduhan dan
kesejukan tanaman, menjadi area resapan air serta dapat meredam kebisingan. Tujuan lain
dari inovasi penataan RTH dan RTBL Alun-alun Wates adalah ketersediaan fasilitas
publik yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai lokasi bermain bersama keluarga dan
menjadi tempat belajar untuk anak-anak dalam mengenal satwa dan tanaman sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kebahagiaan masyarakat Kabupaten Kulon Progo.

2. Penyusunan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok


Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo telah menyusun Peraturan Daerah
Kabupaten Kulon Progo Nomor 5 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Merokok
merupakan aktivitas yang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan individu dan
orang lain. Aktivitas merokok juga dapat mencemari kualitas udara. Udara yang bersih,
sehat dan bebas dari asap rokok merupakan hak asasi bagi setiap orang. Sehingga Perda
ini dibuat untuk menciptakan kemauan, kesadaran, dan kemampuan dari berbagai pihak
untuk membiasakan pola hidup yang sehat khususnya membatasi para perokok untuk
tidak sembarangan merokok sehingga tidak mengganggu kesehatan orang lain dan
menyebabkan pencemaran udara di tempat-tempat publik. Dengan adanya inovasi
penyusunan Peraturan Daerah tentang Kawasan Tanpa Rokok dapat memberikan
kontribusi dalam pengurangan pencemaran udara khususnya di wilayah perkotaan.
Kawasan Tanpa Rokok yang ditetapkan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo
meliputi fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak
bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja, dan tempat umum serta tempat
lain yang ditetapkan. Pembinaan dan pengawasan dilakukan oleh Bupati dalam
penyelenggaraan kawasan tanpa rokok dengan dibantu oleh seluruh pegawai dalam
mensukseskan program Kawasan Tanpa Rokok. Implementasi yang sudah dilaksanakan
dari Perda Kawasan Tanpa Rokok pada tahun 2017 adalah pembentukan Satgas KTR di
asing-masing unit kerja agar pengawasan dapat berjalan dengan efektif, implementasi
lainnya yaitu pembangunan taman merokok yang menggunakan konsep sirkulasi udara
yang dapat meminimalisir pencemaran udara.

11
Pemerintah Daerah jaga akan melakukan tindakan tegas terhadap pelanggaran
dari Perda tentang KTR yang sudah ditetapkan. Sanksi yang diberikan terhadap orang
yang memproduksi, menjual, mengiklan atau mempromosikan rokok di kawasan tanpa
rokok dikenakan ancaman pidana kurungan paling lama 3 bulan dan denda paling banyak
10.000.000 rupiah. Sedangkan setiap orang yang merokok dikawasan tanpa rokok di
ancam pidana kurungan paling lama 7 hari atau denda paling banyak 50.000 rupiah.
Dengan adanya sanksi yang tegas serta pengawasan dan kerja sama yang baik maka
tujuan dari Perda tentang KTR dapat tercapai yaitu memberikan jaminan perolehan udara
yang bersih dan sehat bagi masyarakat.

3. Cetak Sawah Baru untuk Peningkatan Daya Dukung Ketahanan Pangan


Inovasi pemerintah daerah Kabupaten Kulon Progo dalam mencetak sawah baru
dilakukan dalam rangka meningkatkan jasa ekosistem dari fungsi penyediaan daya
dukung pangan dan daya dukung air serta sebagai salah satu upaya untuk mengganti alih
fungsi lahan pertanian guna pembangunan-pembangunan mega proyek di Kabupaten
Kulon Progo. Inovasi Cetak Sawah Baru merupakan jawaban dari permasalahan alih
fungsi lahan yang menjadi isu prioritas lingkungan hidup tahun 2017. Cetak sawah baru
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan dari lahan kering ke lahan pertanian.
Sehingga produktivitas lahan dapat dioptimalkan dan bernilai ekonomis.
Hasil dari inovasi daerah cetak sawah baru dapat dioptimakan untuk menunjang
daya dukung pangan dikareanakan produksi pertanian dapat meningkat dari lahan
pertanian baru. Daya dukung air juga akan meningkat dikarenakan luas permukaan area
lahan terbuka akan bertambah setelah dilakukan inovasi daerah cetak sawah baru.
Pada tahun 2015 dan 2016 Pemerintah Kabupaten Kulon Progo telah
dilaksanakan cetak sawah seluas 70 hektar dengan lokasi sebagai berikut Kecamatan
Sentolo seluas 12 hektar, Kecamatan Pengasih seluas 19 hektar, dan Kecamatan
Nanggulan seluas 39 hektar.

Penutup
Dokumen Inforamsi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten
Kulon Progo tahun 2017 menyajikan 3 isu prioritas lingkungan hidup yaitu kurangnya
ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di wilayah Perkotaan Wates, meningkatnya beban
pencemaran udara di daerah perkotaan, serta alih fungsi lahan hijau menjadi lahan
terbangun karena adanya mega proyek di Kabupaten Kulon Progo. Isu Prioritas di atas
merupakan permasalahan yang perlu penanganan segera agar tidak memberikan dampak
buruk terhadap lingkungan dan makhluk hidup.

12
Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa tataguna lahan masih mengacu
pada RTRW daerah Kabupaten Kulon Progo yang sudah ditetapkan, kualitas air sungai,
air tanah, dan air laut masih berada pada kondisi tercemar ringan sampai berat, kondisi
kualitas udara pada perkotaan dominan terjadi pencemaran dan pada pedesaan masih
dalam keadaan normal, terjadi bencana dibeberapa lokasi yang sebagian besar adalah
bencana banjir dan tanah longsor akibat instensitas hujan yang tinggi, bencana alam tanah
longsor tahun 2017 lebih parah dari tahun sebelumnya yaitu sampai menelan 3 korban
jiwa, serta kondisi perkotaan di Kabupaten Kulon Progo memiliki permasalahan yang
hampir sama dengan tahun sebelumnya yaitu masalah pencemaran dikarenakan jumlah
penduduk yang terus meningkat dan jumlah pemukiman yang semakin padat.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kulon Progo dibantu oleh OPD yang lain
serta peran serta masyarakat telah membuat langkah-langkah dan tindakan untuk
mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan yang terjadi di Kabupaten Kulon
Progo dengan penataan RTH dan RTBL Alun-alun Wates guna menambah luasan RTH di
wilayah perkotaan Wates, penysusunan Perda tentang Kawasan Tanpa Rokok guna
memberikan kondisi udara yang sehat sebagai hak setiap orang serta berperan dalam
pengurangan pencemaran udara di wilayah perkotaan, serta mencetak sawah baru untuk
menambah daya dukung pangan dan daya dukung air di Kabupaten Kulon Progo.

13

Anda mungkin juga menyukai