Anda di halaman 1dari 9

Analisis Ruang Terbuka Hijau di Kota Bandung

Nopiandi
Magister Perencanaan Wilayah dan Kota
Universitas Islam Bandung
Nopiandi.rachman@gmail.com

Abstrak
Kota Bandung merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat yang memiliki tingkat
pembangunan ekonomi yang tinggi. Hal ini ditandai dengan dominasi sektor perdagangan
dan industri dalam struktur ekonomi Kota Bandung. Pembangunan yang terus berjalan
menyebabkan kebutuhan terhadap lahan semakin besar. Kebutuhan terhadap lahan di Kota
Bandung yang terus meningkat ini tidak diimbangi dengan ketersediaan lahan karena luas
lahan yang ada tetap. Hal ini mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan di Kota
Bandung. Pembangunan fisik wilayah Kota Bandung yang terus meningkat perlu diimbangi
dengan pembangunan lingkungan dalam wujud Ruang Terbuka Hijau (RTH). Undang-
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mensyaratkan luas RTH minimal
30% dari luas wilayah kota dengan proporsi 20% RTH publik dan 10% RTH privat.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui upaya Pemerintah Kota Bandung
dalam Pemenuhan RTH 30% yang sesuai dengan amanat (Undang - Undang RI No 26 Tahun
2007, 2007) tentang penataan ruang, serta menganalisis permasalahan yang dihadapi Pemkot
Bandung serta upaya-upaya apa saja yang dilakukan pemerintah dalam penyedian RTH di
kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode studi
literatur atau studi pustaka, dengan mengumpulkan data sekunder meliputi data geofisik
lahan, data sosial ekonomi, serta data dari instansi terkait, pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif.
Hasil yang ditemukan terdapat kenaikan jumlah penduduk sekitar 0,29% atau 7.316
jiwa setiap tahunnya. Kota Bandung yang memiliki luas sekitar 16 ribu hektare seharusnya
memiliki RTH 30 persen atau sekitar 5 ribu hektare. Saat ini kita baru 12,21 persen atau
sekitar 2.000 hektare, masih kurang 3.000-an hektare lagi. Untuk mengatasi masalah diatas
diketahui pemerintahan Kota Bandung mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam upaya
penyediaan ruang terbuka hijau 30% sudah terlihat ada progresnya, namun masih belum
signifikan.
Kata Kunci : Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Komposisi dan luasan RTH ini dimaksudkan
Latar Belakang
agar tercipta keseimbangan lingkungan
Adanya arus migrasi penduduk ke perkotaan yang dapat terwujud jika RTH
kota menyebabkan kebutuhan akan lahan perkotaan tetap tejaga dan terpelihara baik
semakin meningkat. Sementara itu, daya secara kuantitas maupun secara kualitas.
dukung lingkungan dan sosial yang ada (Ashadi, 2013) menempatkan komposisi
mengalami penurunan, sehingga tidak berimbang antara ruang terbangun dengan
mampu mengimbangi kebutuhan akibat RTH pada urutan teratas konsep penataan
tekanan penduduk (Departemen Pekerjaan perkotaan, sebagai berikut : Komposisi
Umum, 2008). Hal ini menjadi tantangan pembangunan dan RTH yang seimbang,
yang cukup berat bagi pengelolaan ruang yaitu 30% RTH; Membangun kota berarti
dikawasan kota. Kebutuhan terhadap lahan membangun gaya hidup, dibuat regulasi
yang terus meningkat dan (P2KH Program sehingga orang akan lebih memilih
Pengembangan Kota Hijau, 2016)tidak mengunakan kendaraan umum daripada
diimabangi dengan ketersediaan lahan kendaraan pribadi; Keseimbangan antara
menyebabkan terjadinya perubahan pembangunan ekonomi, sosial, dan
penggunaan lahan. Meningkatnya lingkungan (pembangunan berkelanjutan);
pertumbuhan penduduk akan berdampak Memberikan visi yang jelas bagi warganya;
pada pengalihfungsian lahan menjadi lahan Adanya political will dari pemimpinnya.
terbangun maupun tidak terbangun, Namun keberadaannya sebagai
akibatnya proporsi ruang terbuka hijau sebuah ruang dengan fungsi ekologis
menjadi berkurang dan tidak dapat berfungsi menjadikan RTH seringkali dikorbankan
secara optimal. Selain itu juga akan dalam membangun dan mengembangkan
berdampak pada kualitas lingkungan yang sebuah kota. Padahal, berkurangnya
cenderung kurang optimal karena persentase RTH menyebabkan suhu udara di
berkurangnya ruang terbuka hijau. daerah tersebut meningkat, Keberadaan
Ketersediaan ruang terbuka hijau yang RTH yang identik dengan tutupan lahan
cukup merupakan salah satu usaha berupa vegetasi berperan penting dalam
mempertahankan kualitas fungsi lingkungan mengurangi panas di perkotaan, serta di
secara optimal. Ruang terbuka hijau menjadi wilayah permukiman dan industri (Dewi,
unsur penting untuk keberlangsungan 2018). Kota Bandung merupakan kota yang
kehidupan manusia khususnya sebagai besar dengan berkembangnya sektor
penyeimbang unsur bangunan di lingkungan perdagangan dan jasa dalam segi ekonomi
perkotaan (Purnomohadi, 2006). Kota. Hal ini mendorong terjadinya arus
(Undang - Undang RI No 26 Tahun migrasi terutama dari Kabupaten dan kota
2007, 2007) Tentang Penataan Ruang kecil sekitarnya. Menurut (Putri & Zain,
dengan tegas menyebutkan bahwa luas 2010) pada tahun 1996 proporsi luas lahan
Ruang terbuka Hijau (RTH) di perkotaan RTH yang dikelola oleh Pemerintah Kota
adalah minimal 30% dari luas wilayah Bandung yang meliputi taman kota,
perkotaan, dengan proporsi 20% untuk RTH perkebunan bibit dan pemakaman adalah
publik dan 10% untuk RTH privat. sebesar 4,28% dari luas wilayah Kota
Bandung dan menurun menjadi sebesar Dalam penelitian ini dilakukan dengan
1,45% pada tahun 2001. Kondisi ini cukup metode studi literatur atau studi pustaka,
memprihatinkan mengingat peran RTH dengan mengumpulkan data sekunder
dalam menjaga keseimbangan lingkungan meliputi data geofisik lahan, data sosial
kota cukup penting. ekonomi, serta data dari instansi terkait.
Menurut (DPKP3 Kota Bandung) Sedangkan pendekatan yang digunakan
luas RTH Kota Bandung yang meliputi dalam penelitian ini adalah pendekatan
taman kota, kebun bibit dan pemakaman kualitatif.
serta beberapa jenis RTH lain seluas
Fakta dan Analisis
1.099,28 ha atau 6,57% dari luas wilayah
Kota Bandung. Hal ini masih jauh dari 1. Gambaran umum Kota Bandung
aturan yang ditetapkan dalam Undang- Kota Bandung berada pada ketinggian
Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang sekitar 791 meter di atas permukaan
Penataan Ruang. Oleh karena itu masih laut. Titik tertinggi ada di sebelah utara
perlu banyak kajian untuk mengetahui dengan ketinggian 1.050 meter dan titik
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan terendah ada di sebelah selatan dengan
penggunaan lahan di Kota Bandung ketinggian 675 meter (Pemerintah Kota
sehingga bisa menjadi masukan untuk Bandung, 2004) Jumlah penduduk Kota
mengontrol terjadinya perubahan Bandung tahun 2016 adalah 2.490.622
penggunaan lahan di masa yang akan jiwa, bertambah di tahun 2017 menjadi
datang. Kebutuhan RTH perlu diketahui ± 2.497.938 juta jiwa (BPS, 2019),
dengan pendekatan berdasarkan luas artinya terdapat kenaikan jumlah
wilayah dan jumlah penduduk serta perlu penduduk sekitar 0,29% atau 7.316 jiwa
mengetahui tingkat kenyamanan setiap tahunnya. Perkembangan
berdasarkan indeks kenyamanan termal, penduduk yang pesat menuntut
agar amanat (Undang - Undang RI No 26 penyediaan pemukiman dan sarana
Tahun 2007, 2007) tentang Penataan Ruang prasarana pendukungnya. Hal ini tidak
mampu tercapai khususnya di wilayah Kota mudah dipenuhi karena sebagian lahan
Bandung. di bagian utara merupakan wilayah
Tujuan resapan air, di bagian selatan
merupakan daerah aliran sungai (DAS)
Penelitian ini memiliki tujuan untuk Citarum dan di bagian timur merupakan
mengetahui upaya Pemerintah Kota rawarawa.
Bandung dalam Pemenuhan RTH 30% yang 2. Gambaran umum Ruang Terbuka
sesuai dengan amanat (Undang - Undang RI Hijau di Kota Bandung
No 26 Tahun 2007, 2007) tentang Penataan RTH (Ruang Terbuka Hijau) adalah
Ruang, serta menganalisis permasalahan area memanjang/jalur dan/atau
yang dihadapi Pemkot Bandung serta upaya- mengelompok, yang penggunaannya
upaya apa saja yang dilakukan pemerintah lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh
dalam penyedian RTH di wilayah kota tanaman, baik yang tumbuh secara
Bandung. alamiah maupun yang sengaja ditanam.
Pendekatan (UU No. 26 Tahun 2007). Ruang
terbuka hijau sebagaimana dimaksud
dalam UU No. 26 Tahun 2007 terdiri  taman sepanjang sempadan
dari ruang terbuka hijau publik dan jaringan jalan, jalan tol, rel kereta
ruang terbuka hijau privat. api, sungai, irigasi, dan SUTT;
Ruang terbuka hijau di Kota Bandung  kawasan pemakaman; dan
terdiri dari:  hutan kota.
 taman unit lingkungan;

Sumber : (DPKP3 Kota Bandung)


Pengembangan RTH direncanakan pada alam (KPA) dan kawasan perlindungan
kawasan lindung, kawasan pelestarian setempat (KPS). Pengembangan RTH
pada kawasan lindung direncanakan contoh di babakan siliwangi sendiri
melalui kegiatan: 1) pengukuhan permukaan air tanah berada pada
kawasan lindung (penunjukan, penataan kedudukan 14.35 meter dari
batas, pemetaan, penetapan dan sebelumnya 22.99 meter. Singkatnya,
penguasaan kawasan lindung) dan 2) kondisi hutan Kota Bandung benar-
rehabilitasi dan konservasi lahan di benar kritis, jauh dari angka ideal yang
kawasan lindung. Sementara itu, dibutuhkan warga kota yang telah
pengembangan RTH pada kawasan mencapai lebih dari 2,3 juta jiwa, lalu
KPA direncanakan melalui intensifikasi dapat disimpulkan wilayah RTH di
kawasan KPA. Lebih lanjut, Kota Bandung ini masih sedikit.
pengembangan RTH pada KPS Permasalahan lainnya yang
direncanakan dengan: 1) menambah ditemukan antara lain, menurut Kepala
jalur hijau di sepanjang jalan; 2) Dinas Perumahan dan Kawasan
intensifikasi dan ekstensifikasi RTH di Permukiman, Pertanahan dan
sepanjang sempadan sungai dan saluran Pertamanan Kota Bandung Dadang
udara tegangan tinggi; 3) intensifikasi Darmawan dalam (Darmawan, 2019)
dan ekstensifikasi RTH di kawasan mengatakan selama lima tahun terakhir
taman kota, pemakaman umum. penambahan RTH hanya satu persen
atau sekitar 0,2 persen per tahunnya.
3. Permasalahan yang dihadapi dalam
Kota Bandung yang memiliki luas
upaya penyedian RTH di wilayah
sekitar 16 ribu hektare seharusnya
kota Bandung
memiliki RTH 30 persen atau sekitar 5
- luas lahan pemukiman baru semakin
ribu hektare. Saat ini kita baru 12,21
meningkat di kota bandung sehingga
persen atau sekitar 2.000 hektare, masih
mengurangi luasan ruang terbuka hijau
kurang 3.000-an hektare lagi.
Jika Kota Bandung tanpa RT, sinar
Oleh karena itu perlu bukti nyata dari
matahari yang menyinari itu 90% akan
pemerintah dan dinas terkait untuk
menempel di aspal, genting rumah, dan
mampu mengatasi permasalahan RTH
bangunan lainnya yang ada. Sementara
di perkotaan khususnya di Kota
sisanya 10% akan kembali ke angkasa.
Bandung.
Hal ini memicu udara Kota Bandung
menjadi Panas. Namun, jika di
4. Upaya Pemerintah dalam
Bandung memiliki RTH sesuai dengan
Pemenuhan Ruang Terbuka Hijau di
angka ideal, maka sinar matahari itu
Kota Bandung
80% diserap oleh pepohonan untuk
berdasarkan hasil studi literatur yang
fotosintesis, 10% kembali ke angkasa,
dilakukan adanya upaya dari
dan 10% nya lagi yang menempel di
Pemerintah Kota Bandung mengenai
bangunan aspal dan lainnya.
kebijakan Ruang terbuka hijau (RTH)
Menurut data Badanpengendalian
dalam hal ini Dinas Perumahan dan
lingkungan hidup Bandung 2006, akibat
Kawasan Permukiman, Pertanahan dan
berkurangnya presentase ruang terbuka
Pertamanan Kota Bandung (DPKP3
hijau di Bandung, setiap tahun
Kota Bandung) yang memiliki tugas
permukaan tanah di Kota Bandung ini
pokok dan fungsi untuk melaksanakan
menyusut sekotar 42cm. Sebagai
kebijakan dalam upaya pemeliharaan baiknya jika dalam perumusan
RTH di Kota Bandung. Dalam hal ini kebijakan itu melibatkan aktivis
berpedoman kepada (Undang - Undang lingkungan atau perwakilan dari warga
RI No 26 Tahun 2007, 2007) tentang masyarakat yang berkompeten dalam
Pengelolaan Ruang maka Pemerintah hal itu agar aspirasi warga masyarakat
Kota telah membuat (Peraturan daerah terjaring oleh Pemerintah Kota.
Kota Bandung, 2011) tentang Secara umum, kebijakan
Pengelolaan Ruang terbuka hijau. pembangunan Kota Bandung mengikuti
Yakni mencakup; perencanaan hierarki pelayanan sebagai berikut:
pemanfaatan RTH, pelaksanaan, a. Skala kota (pelayanan satu juta
pengawasan, pengendalian, dan penduduk)
evaluasi. b. Skala WP (pelayanan 450.000
Dalam penelitian (yoga gandara et penduduk)
all ) mengemukakan kebijakan Kota c. Skala sub-WP setingkat kecamatan
Bandung dalam pemeliharaan RTH (pelayanan 120.000 penduduk)
oleh Diskamtam belum optimal. Perda d. Unit lingkungan setingkat
Kota Bandung Nomor 7 Tahun 2011 kelurahan (pelayanan 30.000
tentang Pengelolaan RTH dan Juknis penduduk)
dan SOP yang dibuat merupakan e. Unit lingkungan setingkat RW
bentuk pemeliharaan RTH, namun (pelayanan 2.500 penduduk)
dalam pelaksanaannya karena f. Unit lingkungan RT (pelayanan 250
keterbatasan pemeliharaan belum penduduk) dalam (Renstra
maksimal terlihat dari fakta yang DISKAMTAM Tahun 2013-2018,
ditemukan dilapangan terkait RTH yang 2013)
kurang terpelihara. Dalam hal Dengan melaksanakan kebijakan
dibuatnya Kebijakan peraturan daerah tersebut, diharapkan kota Bandung
tersebut selanjutnya ditindaklanjuti oleh memiliki sarana prasarana kota yanga
DPKP3 sebagai leading sektor dalam memadai termasuk sarana berupa Ruang
pengelolaan dan pemeliharaan RTH. Terbuka Hijau.
Pihak DPKP3 kota Bandung adalah Peningkatan RTH ke depan dapat
sebagai pengisi ruang yang sudah ada dilakukan melalui beberapa langkah
dan tidak mempunyai wewenang untuk operasional diantaranya melalui (i)
membebaskan lahan menjadi RTH. penyediaan satu taman satu komunitas/
DPKP3 memberikan rekomendasi kampung, (ii) pencanangan satu rumah
kepada BPKA (badan pengelolaan satu pohon, (iii) kampanye pagar hijau,
keuangan dan aset) mengenai lahan (iv) inisiasi pengembangan jalan yang
yang dapat dibebaskan untuk menjadi berbunga dan berpohon buah-buahan
RTH sesuai dengan peruntukannya. (urban trees), (v) inisiasi
Kemudian menyatakan bahwa Pemkot kebijakan/peraturan mengenai gedung
Bandung berhak mengeluarkan Perda yang berwawasan lingkungan (green
terkait pengelolaan RTH di Kota building), (vi) pengembangan pertanian
Bandung sesuai dengan kondisi Kota di perkotaan (urban farming), (vii)
Bandung itu sendiri. Namun alangkah perluasan Bandung green & clean, (viii)
penghargaan untuk individu yang peduli beralih fungsinya lahan RTH,
lingkungan, dan lain sebagainya kurangnya pengawasan dan pendanaan,
Dengan mendorong peningkatan kurangnya pendataan potensi RTH di
kualitas udara perkotaan melalui lapangan, dan kurangnya kesadaran
penerapan berbagai instrumen masyarakat akan pentingnya RTH.
pengendalian dan peningkatan RTH, Ketiga, Kebijakan dalam upaya
dapat dipercaya mampu meningkatkan penyediaan RTH 30% sudah relevan
pengelolaan lingkungan hidup yang dengan prinsip al-mashlahah al-
berkelanjutan dan upaya mitigasi serta mursalah (untuk kepentingan umum)
adaptasi perubahan iklim. Adapun sebagai salah satu prinsip Siyasah
langkah-langkah strategi lain yang dapat Dusturiyah, mengingat tujuan dari
dilakukan untuk menuju RTH 30%, tercapainya RTH 30% adalah
menurut (P2KH Program meningkatkan kualitas kehidupan di
Pengembangan Kota Hijau, 2016) perkotaan dan meningkatkan
diantaranya: kesejahteraan.
a. Menetapkan kawasan yang tidak
Kesimpulan
boleh dibangun.
b. Membangun lahan hijau (hub) baru, Ruang terbuka hijau memiliki manfaat
perluasan RTH melalui pembelian baik secara ekologi, ekonomi, estetika, dan
lahan. sosial. Kurangnya ketersediaan ruang
c. Mengembangkan koridor ruang terbuka hijau dapat mengganggu
hijau kota. lingkungan, merusak estetika,mengganggu
d. Mengakuisisi RTH privat, kesehatan dan berkurangnya daerah resapan
menjadikan bagian RTH kota. air. perlu adanya peningkatan jumlahluasan
e. Peningkatan kualitas RTH kota ruang terbuka hijau baik berupa hutan kota,
melalui refungsi RTH eksisting. taman kota, maupun jalur hijau. Pengelolaan
f. Menghijaukan bangunan (green ruang terbuka hijau pada kawasan perkotaan
roof / green wall). harus dilakukan secara baik dan
g. Menyusun kebijakan hijau. berkelanjutan. selain itu perlu adanya
h. Memberdayakan komunitas hijau. peranan aktif dari masyarakat yang
berkolaborasi dengan pemerintah sehingga
Disampaikan pula dalam hasil
mendapatkan kondisi lingkungan yang
penelitian (Kurniawan, 2018)
berkualitas.
mengemukakan pertama, kebijakan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
Pemkot Bandung dalam upaya
perubahan penggunaan lahan di Kota
mewujudkan RTH 30% diantaranya
Bandung adalah semakin padatnya
adalah dengan peningkatan RTH publik
perkotaan akibat meningkatnya volume
dan privat dengan arah kebijakan
perdagangan di kota, sehingga menarik
menambah luasan RTH, memelihara
orang untuk datang dan tinggal di kota,
RTH yang sudah ada, dan upaya
akibatnya lahan terbuka hijau semakin
pembangunan satu Taman di setiap
sedikit. Dari 30% target tercapainya ruang
Rukun Warga (RW). Kedua, kendala
terbuka hijau sesuai dengan amanat (Undang
yang di hadapi untuk mewujudkan
- Undang RI No 26 Tahun 2007, 2007) Kota
RTH 30% yaitu kurangnya lahan RTH,
Bandung baru mencapai 12,21% penduduk-di-kota-bandung-2012---
ketersediaan ruang terbuka hijau. Hal ini 2017.html
menjadi pekerjaan rumah yang harus
Darmawan, D. (2019, 01 31). Ruang
diselesaikan atau setidaknya memiliki
Terbuka Hijau di Bandung Masih
progres yang sangat signifikan setiap
Kurang 3.000 hektare. (D. News,
tahunnya. Karena diketahui kecenderungan
Interviewer)
penggunaan RTH saat ini tidak hanya
sekedar penyeimbang ekosistem, tetapi Departemen Pekerjaan Umum. (2008).
sebagai ruang kreativitas masyarakat dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
bidang seni, pendidikan, dan menjadi tempat Nomor 05 Tahun 2008 tentang
rekreasi ramah lingkungan yang mampu di Pedoman Penyediaan dan
jangkau oleh seluruh kalangan masyarakat. Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau
Oleh karena itu, dibutuhkan kesiapan di Kawasan Perkotaan. Jakarta:
pemerintah dan dinas daerah terkait untuk Departemen Pekerjaan Umum.
mampu merealisasikan amanat undang-
undang no 26 tahun 2007 dengan Dewi, A. S. (2018). ANALISIS RUANG
menyiapkan anggran pembangunan TERBUKA HIJAU DAN ARAHAN
khususnya RTH di setiap daerah mencakup RENCANA PENGEMBANGANNYA
sampai RT dan RW, serta diimbangi dengan DI KOTA BANDUNG PROVINSI
kebijakan pusat maupun daerah yang JAWA BARAT. Bogor: Institut
mampu menyokong terlaksananya program Pertanian Bogor.
pembangunan RTH di setiap kota. DPKP3 Kota Bandung. (n.d.). RTH (Ruang
Terbuka Hijau). Retrieved 11 7,
Referensi 2019, from DPKP3 Kota Bandung:
http://dpkp3.bandung.go.id/ruang-
terbuka-hijau
Ashadi, R. S. (2013, 04 01). Peran Ridwan Kurniawan, R. (2018, 06 08). Kebijakan
Kamil dalam Kisah Sukses Surabaya Pemerintah Kota Bandung Dalam
Menata Kota. Retrieved 11 07, 2019, Upaya Penyediaan Ruang Terbuka
from Hijau Berdasarkan Perda No.18
https://jejakridwankamil.wordpress.c Tahun 2011 Tentang Rencana Tata
om/: Ruang Wilayah Kota Bandung
https://jejakridwankamil.wordpress.c Tahun 2011-2031 Pasal 46 Huruf
om/2013/04/01/peran-ridwan-kamil- (A) Dan Huruf (B) Dalam Persfektif
dlm-surabaya-menata-kota/ Siyasah Dusturiyah.
BPS. (2019, 01 03). Proyeksi Penduduk dan P2KH Program Pengembangan Kota Hijau.
Laju Pertumbuhan Penduduk di Kota (2016, 04 27). P2KH Program
Bandung. Retrieved 11 07, 2019, Pengembangan Kota Hijau.
from Badan Pusat Statistik: Retrieved 11 7, 2019, from
https://bandungkota.bps.go.id/staticta http://sim.ciptakarya.pu.go.id/:
ble/2019/01/03/176/proyeksi- http://sim.ciptakarya.pu.go.id/p2kh/k
penduduk-dan-laju-pertumbuhan-
nowledge/detail/strategi-
peningkatan-ruang-terbuka-hijau
Pemerintah Kota Bandung. (2004). Rencana
Tata Ruang Wilayah Kota Bandung
Tahun 2013. Bandung: Pemerintah
Kota Bandung.
Peraturan daerah Kota Bandung. (2011).
Peraturan Daerah Nomor 7
Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau.
Bandung: Peraturan daerah Kota
Bandung.
Purnomohadi, N. (2006). Ruang Terbuka
Hijau Sebagai Unsur Utama Tata
Ruang Kota. Jakarta: Direktorat
Jenderal Penataan Ruang.
Putri, P., & Zain, A. F. (2010). Analisis
Spasial dan Temporal Perubahan
Luas Ruang Terbuka Hijau di Kota
Bandung. Jurnal Lanskap Indonesia
2 (2), 115-121.
Renstra DISKAMTAM Tahun 2013-2018.
(2013). Renstra DISKAMTAM Tahun
2013-2018. Retrieved 11 07, 2019,
from Pejabat Pengelola Informasi
dan Dokumentasi:
https://ppid.bandung.go.id/knowledg
ebase/renstra-diskamtam-2015/
Undang - Undang RI No 26 Tahun 2007.
(2007). Penataan Ruang.

Anda mungkin juga menyukai