Abstract
Green open space ( RTH ) city from year to year has declined significantly , resulting in
wide open space from year to year is narrowed . The purpose of this study was to identify available
of green space in the city of Palu , to know necessity of green space based on width area and
number of population in palu, and to formulate the direction of green space developing in Palu.
The Methods that used in this research is Maximum Likelihood Classification (MLC) methods. The
image that used was captured from landsat TM 7 year 2009 and 2013. Both processed with Arc
GIS 10 and ER Mapper 12 software. The result from five category of land use/cover during 2009
and 2013 is built area increased 36 %, open land increase 74 %, Agricultural green space
increase 10 %, other green space decrease 22 %, and water body decrease 40 %. Green open space
in Palu needs to develop new concept of green open space, plant tree species that can absorb
polution, formulate the direction of green open spaces developing, and make a rule of law about
how to manage green open space developing in Palu City.
Keywords: Digital image, Green open space, Land use, Maximum Likelihood Classification.
28
29 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 3 Nomor 3, Juli 2015 hlm 28-39 ISSN: 2302-2027
2009 dan 2013, peta RBI skala 1 : 25.000 masing dimensi. Untuk menghitung peluang
wilayah Kota palu, dan peta suatu pixel masuk ke dalam masing-masing
penggunaan/penutupan lahan Kota Palu. kelas penutupan lahan digunakan rumus:
P( x) = P(xi) P(i)/P(x)
Tehnik Analisis Data Dimana P(xi) adalah peluang
(1) Interpretasi Citra Satelit pengamatan x dari klas i
a) Pra Pengolahan citra P(i) adalah klas I
Sebelum menginterpretasi citra, P(x) = P((xi)P(i)
koreksi terhadap kesalahan Secara skematis prosedur klasifikasi
radiometrik dan geometric citra perlu dan evaluasi perubahan terhadap citra digital
dilakukan. Peta dasar yang digunakan adalah sebagai berikut :
untuk koreksi geometric adalah peta
RBI dan titik control (control point) di Data Rectified TM
lapangan yang diambil menggunakan Set 1 bands
MLC
GPS. Setelah citra terkoreksi,
classification
kemudian dilakukan penajaman untuk
map in data 1
mempermudah interpretasi secara
visual. Rectified TM
b) Klasifikasi Citra Data set
2 band
Dalam melakukan proses klasifikasi MLC
citra terdapat dua macam cara umum classification
yang bisa kita gunakan adalah Map in data
MLC
klasifikasi tak terbimbing classification
(unsupervised classification) dan map in data
Change mapof
klasifikasi terbimbing (supervised MLC
classification) Data set 1 – data
c) Survey Lapangan Gambar 1. Skematis prosedur klasifikasi
Survei lapangan bertujuan untuk dan evaluasi perubahan luasan RTH.
verifikasi hasil interpretasi
penggunaan lahan.. Pengumpulan data HASIL DAN PEMBAHASAN
dilaksanakan melalui berbagai sumber
dan literatur. Dari hasil survei Hasil
lapangan, dapat dilihat ketelitian
interpretasi citra. Hasil Klasifikasi Citra
(2) Pengolahan Data Klasifikasi penutupan lahan dilakukan
Data yang diperoleh dari lapangan berdasarkan atas training area dengan
dilakukan analisis supervised classification menggunakan Klasifikasi Kemungkinan
dengan cara Klasifikasi Kemungkinan Maksimum (Maximum Likelihood
Maksimum (Maximum Likelihood Classification). Citra Landsat 7 ETM tahun
Classification-MLC). MLC adalah didasarkan 2009 dan 2013 diklasifikasi secara
atas fungsi distribusi peluang normal dalam independen. Hasil klasifikasi tersebut dapat
konteks multivarians dalam multidimensi dilihat pada Gambar 2 dan 3.
ruang gambar multi-spectral. Fungsi peluang
normal digunakan untuk memodel percobaan
klas (training class) dengan menghitung
means, standar deviasi dan penyebaran
training data di dalam klas di dalam masing-
31 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 3 Nomor 3, Juli 2015 hlm 28-39 ISSN: 2302-2027
Hasil analisis dan klasifikasi citra Landsat TM 7 liputan tahun 2009 dan 2013 tentang
perubahan penggunaan lahan lahan ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Perubahan Penggunaan Lahan kota Palu tahun 2009 dan 2013.
Kelas penggunaan Lahan
RTH Semak Total
Tahun Lahan
Pertanian/ RTH Belukar/ Tubuh (ha)
Terbangun
Pekebunan Lainnya (ha) Tanah Air (ha)
(ha)
(ha) terbuka (ha)
2009 4.728 12.248 21.596 3.042 469 42.083
2013 6.409 13.462 16.774 5.239 199 42.083
perubahan (+) 1.681 (+) 1.214 (-) 4.822 (+) 2.197 (-) 270
lahan
Ade Prasetya Saputra, dkk. Analisis Spasial dan Temporal Ruang Terbuka Hijau di Kota Palu …………………… 32
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa 30 m) sehingga kelas lahan untuk semak
dalam rentang waktu tahun 2009 sampai 2015 belukar dan tanah terbuka di masukkan dalam
kelas lahan terbangun bertambah 1.681 ha, kelas penutupan lahan yang sama karena
RTH pertanian/perkebunan bertambah 1.214 cenderung memiliki nilai warna yang
ha, RTH lainnya mengalamai pengurangan cenderung sama. Pada citra tahun 2009 total
luasan 4.822 ha, semak belukar/tanah terbuka area tersebut adalah 3.042 ha (7,22%)
bertambah 2.197 ha, dan tubuh air mengalami sedangkan pada tahun 2013 adalah 5.239 ha
pengurangan luasan 270 ha. (12,44%). Artinya selama rentang waktu lima
Masing-masing kelas penggunaan tahun terjadi pertambahan luasan sebesar
lahan mengalami perubahan luasan yang 2.197 ha (72%), atau 439,4 ha pertahun
paling signifikan terlihat pada kelas (14,4%). Hal ini disebabkan karena
penggunaan lahan untuk RTH lainnya yang pembukaan lahan untuk keperluan kegiatan
mengalami pengurangan luasan hingga 22% pertanin/perkebunan, kawasan
dalam lima tahun, sedangkan kelas industri/perdagangan, maupun utnuk
penggunaan lahan yang paling pesat perluasan pemukiman.
perkembangan yaitu kelas lahan terbangun 3) RTH Pertanian dan Perkebunan
yang mengalami peningkatan hingga Kelas lahan RTH pertanian dan
mencapai 74 % dalam lima tahun. perkebunan dalam areal studi terdiri dari tiga
Berdasarkan hasil klasifikasi, diperoleh sub kelas, yaitu areal sawah yang sedang
lima kategori utama penutupan lahan, yaitu tidak ditanami, areal sawah yang sedang
areal lahan terbangun, semak belukar / tanah ditanami dan areal perkebunan, tetapi dalam
terbuka, RTH pertanian dan perkebunan, RTH perhitungan luasannya tidak dipisahkan antara
lainnya serta tubuh. Hasil perhitungan yang sub-sub kelas tersebut karena keterbatasan
diperoleh untuk setiap kelas penutupan lahan dalam resolusi citra yang digunakan. Pada
adalah sebagai berikut: tahun 2009 total areal tersebut adalah 12.248
1) Lahan Terbangun ha (29,1%). Sedangkan pada tahun 2013 total
Diantara kelas lahan yang ada dalam areal tersebut adalah 13.462 ha (31,9%).
areal studi, lahan terbangun merupakan Perubahan ketiga areal tersebut selama
indikator penting dalam membandingkan laju periode pengamatan antara tahun 2009 dan
perkembangan perluasan sebuah kota. Untuk 2013 adalah 1.214 ha (bertambah 10%).
kota Palu hasil klasifikasi untuk lahan Dengan kata lain terjadi pertambahan lahan
terbangun yaitu 4.728 ha atau 11,23% pada pertanian dan perkebunan sebesar 242,8 ha
citra tahun 2009 dan 6.409 ha atau 15,22% (2%) per tahun.
pada citra tahun 2013. Beberapa areal yang 4) RTH Lainnya
ditutupi oleh awan dimasukkan ke dalam Kelas penutupan lahan yang
kelas lahan pada citra tahun 2009 dan 2013 dikelompokkan dalam RTH lainnya yang
karena posisi penutupan tersebut berada di diidentifikasi dalam areal studi terdiri dari
tengah-tengah kawasan pemukiman kota. beberapa sub kelas. RTH lainnya meliputi
Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa lahan RTH konservasi, rekreasi, RTH pemeliharaan
terbangun mengalami peningkatan luas areal yang meliputi pekarangan dan pelindung jalan
dari tahun 2009 hingga tahun 2013 sebesar dan tepi sungai, RTH pengaman yang
1,681 ha atau 36%. Dengan kata lain terjadi meliputi RTH pelindung instalasi jaringan
peningkatan tahunan rata-rata 336,2 ha atau listrik, RTH khusus yang meliputi areal
7,2 %. pemakaman, perkemahan dan kebun
2) Semak Belukar/Tanah terbuka pembibitan, serta RTH cadangan
Karena citra yang digunakan dalam pengembangan wilayah kota yang berupa
klasifikasi memiliki resolusi menengah (30 x greenbelt kota yang masih dapat
33 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 3 Nomor 3, Juli 2015 hlm 28-39 ISSN: 2302-2027
Tabel 2. Matriks kesalahan yang diperoleh dari klasifikasi training area citra 2009
REL
Code Lt sb rth_1 rth_2 tb B
(100%)
Lt 12404 0 0 0 0 12404 100.0
Sb 0 91 0 2 0 96 94.8
rth_1 0 0 209 0 0 216 96.8
rth_2 0 2 5 119 2 146 81.5
Tb 0 0 2 1 258 263 98.1
Tabel 3. Matriks kesalahan yang diperoleh dari klasifikasi training area citra 2013
REL
Code Lt sb rth_1 rth_2 tb B
(100%)
Lk 18903 0 0 0 0 18903 100
Ua 0 94 6 0 0 112 83.9
al_1 0 2 308 4 0 316 97.5
al_2 0 0 7 127 0 137 92.7
Sb 0 2 0 0 195 206 94.7
meningkat sebesar 16% menjadi 62% pada pembukaan lahan (semak belukar/tanah
tahun 2013. Sementara persentase sawah terbuka) 14,4% pertahun di khawatirkan akan
menurun hingga 15%. Berdasarkan hasil terjadi masalah-masalah lingkungan yang
olahan data citra terlihat adanya perbedaan akan terjadi sebagai dampak perkembangan
luas dari luas sebenarnya, yaitu 39.506 ha. kota. Berdasarkan data tersebut di anggap
Luas wilayah kota palu hasil klasifikasi penting memenuhi alokasi 30% lahan untuk
adalah 42.083 ha. keperluan RTH yang akan berkaitan langsung
Menurut suheri (2003) perbedaan luas dengan penanggulangan masalah lingkungan.
ini kemungkinan terjadi akibat pengaruh
geokoreksi, dimana kesalahan satu pixel akan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota
menyebabkan penyimpangan sebesar 900 m2 Palu
(30m x 30m) di lapangan. Sehingga kesalahan Proporsi ruang terbuka hijau pada
tersebut akan mempengaruhi terhadap luasan ruang wilayah kota paling sedikit 30% dari
total citra. Perubahan penggunaan lahan di luas wilayah kota (Pasal 29 UU Nomor 26
kota palu mengindikasikan terjadinya tahun 2007). Sedangkan luas kebutuhan ruang
perkembangan kota yang cukup pesat. terbuka hijau per penduduk ditetapkan
Peningkatan persentase luasan lahan berdasarkan pada Peraturan Menteri
terbangun tampak diiringi oleh penurunan Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
luasan kawasan lindung kota, yang meliputi yaitu 20 m2/penduduk. Berdasarkan jumlah
lahan pertanian dan rth kota lainnya. penduduk kota Palu yaitu 347.856 jiwa maka
Kepadatan bangunan dan lahan terbangun dibutuhkan luas ruang terbuka hijau
pada kota palu yang memiliki morfologi .6.957.120 m2 atau 695,7 ha. Jumlah tersebut
sebagai sebuah cekungan dapat menjadikan hanya 1,76% dari luas keseluruhan yaitu
kota palu sebagai perangkap polusi apabila 39.506 ha, tetapi berdasarkan luas wilayah
tidak diimbangi dengan keberadaan rth kota maka luas areal ruang terbuka hijau yaitu 30%
yang memiliki fungsi ekologis. Peningkatan dari luas wilayah atau 13.168 ha. Kondisi
temperatur yang dirasakan oleh masyarakat eksisting luas ruang terbuka hijau di kota Palu
kota palu menandakan telah terjadinya berdasarkan hasil analisis dan klasifikasi yang
fenomena pulau panas (heat island) pada kota di ambil dari luas keseluruhan dua kategori
ini. training area yaitu, RTH
Luas kawasan hutan di wilayah pertanian/perkebunan dan RTH lainnya
administrasi kota Palu berdasarkan SK. adalah seluas 30.236 ha atau 71,84% sudah
869/Menhut-II/2013 yaitu 39.496,73 ha, termasuk kawasan hutan yang berada di
dengan Areal Penggunaan Lain (APL) seluas wilayah
23.186,91 ha yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan. Dengan luasan tersebut harus Arahan Pengembangan Ruang Terbuka
dipenuhi 30% alokasi untuk kebutuhan RTH Hijau di Kota Palu
atau seluas 6.956,07 ha. Berdasarkan hasil Sesuai dengan RTRWP Kota Palu
analisis dan klasifikasi terdapat dua kategori Tahun 2009-2026, struktur tata ruang kota,
training area yang termasuk dalam kawasan secara fisik dominan dibentuk oleh sistem
non-RTH yaitu lahan terbangun dan tanah jaringan jalan yang menghubungkan fungsi-
terbuka/semak belukar seluas 11.648 ha atau fungsi kota, baik fungsi primer maupun fungsi
27,68%. Hal ini berarti dari keseluruhan luas sekunder, dan atau bahkan fungsi yang lebih
wilayah administrasi kota Palu hanya terdapat rendah (tersier). Struktur tata ruang wilayah
58,69% yang dapat dimanfaatkan untuk Kota Palu diarahkan tetap dipertahankan,
pembangunan, dengan peningkatan areal namun untuk membentuk perkembangan fisik
lahan terbangun 7,2% pertahun dan laju kota dalam satu rangkaian melingkar
Ade Prasetya Saputra, dkk. Analisis Spasial dan Temporal Ruang Terbuka Hijau di Kota Palu …………………… 36
Purwadhi, S., H. 2001. Interpretasi Citra Rushayati, S.B., H.S. Alikodra, E.N. Dahlan,
Digital. PT. Gramedia Widiasarana 2011. Pengembangan Ruang Terbuka
Indonesia, Jakarta. Hijau berdasarkan distribusi suhu
Putri dan Zain, 2010. Analisis Spasial dan permukaan di Kabupaten Bandung.
Temporal Perubahan Luas Ruang Foerum Geografi 25 (1) : 17 – 26.
Terbuka Hijau di Kota Bandung. Saputra, A.P., 2009. Identifikasi Pola
Jurnal Landskap Indonesia, Vol. 2 No Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di
2 2010. Institut Pertanian Bogor. Kota Palu. Skripsi (tidak
Riswan. 2001. Aplikasi Sistem Informasi dipublikasikan)
Geografis Untuk Konservasi dan Peng Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran
elolaan Lingkungan. Medan. Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.