Anda di halaman 1dari 12

Analisis Spasial Dan Temporal Ruang Terbuka Hijau Di Kota Palu

Ade Prasetya Saputra1), Hamzari dan Sri Ningsih Mallombasang2)


prasetya282@gmail.com
1
(Mahasiswa Magister Ilmu-Ilmu Pertanian Program Pascasarjana Universitas Tadulako)
2
(Staf Pengajar Magister Ilmu-Ilmu Pertanian Program Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract
Green open space ( RTH ) city from year to year has declined significantly , resulting in
wide open space from year to year is narrowed . The purpose of this study was to identify available
of green space in the city of Palu , to know necessity of green space based on width area and
number of population in palu, and to formulate the direction of green space developing in Palu.
The Methods that used in this research is Maximum Likelihood Classification (MLC) methods. The
image that used was captured from landsat TM 7 year 2009 and 2013. Both processed with Arc
GIS 10 and ER Mapper 12 software. The result from five category of land use/cover during 2009
and 2013 is built area increased 36 %, open land increase 74 %, Agricultural green space
increase 10 %, other green space decrease 22 %, and water body decrease 40 %. Green open space
in Palu needs to develop new concept of green open space, plant tree species that can absorb
polution, formulate the direction of green open spaces developing, and make a rule of law about
how to manage green open space developing in Palu City.
Keywords: Digital image, Green open space, Land use, Maximum Likelihood Classification.

Perkembangan wilayah perkotaan Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam


yang mengalami transformasi lingkungan Negeri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan
fisik lahan yang semakin padat oleh berbagai ruang terbuka hijau di Wilayah Perkotaan,
lingkungan infrastruktur menyebabkan tidak Ruang terbuka hijau adalah ruang-ruang
seimbangnya pemanfaatan ruang di wilayah dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik
perkotaan. Hal ini dapat menyebabkan dalam bentuk area/kawasan maupun dalam
menurunnya kualitas air dan udara, bentuk area memanjang/jalur dimana di dalam
berkurangnya daerah tangkapan air (catchmen penggunaannya lebih bersifat terbuka pada
area) dan meningkatnya pencemaran dasarnya tanpa bangunan. Dalam ruang
lingkungan. Dampak yang paling nyata yang terbuka hijau pemanfatannya lebih bersifat
diakibatkan pembangunan kota saat ini adalah pengisian hijau tanaman atau tumbuh-
mulai berkurangnya ruang terbuka hijau. tumbuhan secara alamiah ataupun budidaya
Hilangnya kawasan ruang terbuka hijau sama tanaman seperti lahan pertanian, pertamanan,
halnya dengan hilangnya keanekaragaman perkebunan dan sebagainya.
jenis flora di wilayah perkotaan. Kesadaran Masalah perkotaan pada saat ini telah
akan pentingnya mempertahankan ruang menjadi masalah yang cukup sulit untuk
terbuka hijau (RTH) di wilayah perkotaan diatasi. Perkembangan pembangunan
khususnya di kota-kota besar harus menjadi perkotaan selain mempunyai dampak positif
prioritas dalam rangka meningkatkan upaya bagi kesejahteraan warga kota juga
pelestarian biodiversitas flora yang menimbulkan dampak negatif pada beberapa
mempunyai fungsi ekologis dalam aspek termasuk aspek lingkungan. Pada
menanggulangi permasalahan lingkungan di mulanya, sebagian besar lahan kota
perkotaan. merupakan ruang terbuka hijau. Namun
adanya peningkatan kebutuhan ruang untuk

28
29 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 3 Nomor 3, Juli 2015 hlm 28-39 ISSN: 2302-2027

menampung penduduk dan aktivitasnya, METODE


ruang terbuka hijau tersebut cenderung
mengalami alih fungsi lahan menjadi ruang Tempat dan Waktu Penelitian
terbangun Pertumbuhan penduduk dengan Penelitian ini dilakukan di Wilayah
aktivitas yang tinggi di kawasan perkotaan Kota Palu, yang mencakup Kecamatan Palu
berdampak pada perubahan ciri khas sebuah Barat, Palu Timur, Palu Utara, Palu Selatan,
kota, baik berupa fisik, sosial, dan budaya. Ulujadi, Tawaili, Tatanga, dan Mantikulore.
Perubahan tersebut terlihat jelas Penelitian ini dilaksanakan selama 2 (dua)
dengan timbulnya permasalahan yang sering bulan yaitu dari bulan Oktober 2014 sampai
terjadi dikawasan perkotaan, antara lain, dengan Desember 2014.
kemacetan, banjir, kawasan kumuh, dan
polusi. Identifikasi kelestarian lingkungan dan Tehnik Pengumpulan Data
daya dukung lingkungan di daerah perkotaan Metode pengumpulan data yang
dapat diestimasi dengan keberadaan ruang digunakan terdiri dari pengumpulan data
terbuka hijau. Ruang terbuka hijau terdiri dari primer dan data sekunder untuk dijadikan
ruang terbuka hijau publik dan ruang terbuka basis data dalam kegiatan penelitian.
hijau privat. Proporsi ruang terbuka hijau (1) Pengumpulan data primer
pada ruang wilayah kota paling sedikit 30% a) Observasi Lapangan yaitu pengamatan
dari luas wilayah kota (Pasal 29 UU Nomor yang dilakukan secara langsung ke
26 tahun 2007). Sedangkan luas kebutuhan lapangan dengan melihat situasi dan
ruang terbuka hijau per penduduk ditetapkan kondisi penutupan lahan di lapangan
berdasarkan pada Peraturan Menteri berdasarkan basis data yang ada.
Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 b) Pengambilan titik koordinat lokasi-
yaitu 20 m2/penduduk. Penyediaan dan lokasi yang termasuk dalam kawasan
pemanfaatan ruang tebuka hijau dalam ruang terbuka hijau.
RTRW Kota/RDTR Kota/RTR Kawasan c) Wawancara, dilakukan terhadap
Strategis Kota/RTR Kawasan Perkotaan masyarakat/instansi/lembaga terkait
dimaksudkan untuk menjamin tersedianya yang dipilih sebagai informan kunci
ruang yang cukup bagi kawasan konservasi melalui metode purposive (secara
untuk kelestarian hidrologis, area sengaja)
pengembangan keanekaragaman hayati, area (2) Pengumpulan data sekunder
penciptaan iklim mikro dan pereduksi polutan Studi literatur, yaitu bertujuan untuk
di kawasan perkotaan. mengumpulkan sejumlah informasi yang
Perkembangan fisik ini menyebabkan berkaitan dengan perubahan tutupan lahan
terjadinya pergeseran struktur dan pola RTH misalnya literatur, hasil penelitian,
pemanfaatan ruang sehingga perlu dilakukan maupun data dari instansi terkait dan sumber-
penyesuaian dengan kecenderungan sumber lainnya.
perubahan kondisi yang terjadi. Kota Palu
memiliki wilayah yang strategis bagi Alat dan Bahan Penelitian
pengembangan wilayah kota, mengingat Alat-alat yang digunakan dalam
perannya sebagai pusat pengembangan utama penelitian ini adalah satu unit
serta menjadi pusat pertumbuhan utama di komputer/laptop, software arcGIS 10,
Provinsi Sulawesi Tengah. software ER Mapper 12, printer, GPS,
Kompas, Kamera dan alat tulis menulis.
Bahan–bahan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah peta RTRW Kota Palu
2006-2025, citra Landsat TM 7 liputan tahun
Ade Prasetya Saputra, dkk. Analisis Spasial dan Temporal Ruang Terbuka Hijau di Kota Palu …………………… 30

2009 dan 2013, peta RBI skala 1 : 25.000 masing dimensi. Untuk menghitung peluang
wilayah Kota palu, dan peta suatu pixel masuk ke dalam masing-masing
penggunaan/penutupan lahan Kota Palu. kelas penutupan lahan digunakan rumus:
P( x) = P(xi) P(i)/P(x)
Tehnik Analisis Data Dimana P(xi) adalah peluang
(1) Interpretasi Citra Satelit pengamatan x dari klas i
a) Pra Pengolahan citra P(i) adalah klas I
Sebelum menginterpretasi citra, P(x) =  P((xi)P(i)
koreksi terhadap kesalahan Secara skematis prosedur klasifikasi
radiometrik dan geometric citra perlu dan evaluasi perubahan terhadap citra digital
dilakukan. Peta dasar yang digunakan adalah sebagai berikut :
untuk koreksi geometric adalah peta
RBI dan titik control (control point) di Data Rectified TM
lapangan yang diambil menggunakan Set 1 bands
MLC
GPS. Setelah citra terkoreksi,
classification
kemudian dilakukan penajaman untuk
map in data 1
mempermudah interpretasi secara
visual. Rectified TM
b) Klasifikasi Citra Data set
2 band
Dalam melakukan proses klasifikasi MLC
citra terdapat dua macam cara umum classification
yang bisa kita gunakan adalah Map in data
MLC
klasifikasi tak terbimbing classification
(unsupervised classification) dan map in data
Change mapof
klasifikasi terbimbing (supervised MLC
classification) Data set 1 – data
c) Survey Lapangan Gambar 1. Skematis prosedur klasifikasi
Survei lapangan bertujuan untuk dan evaluasi perubahan luasan RTH.
verifikasi hasil interpretasi
penggunaan lahan.. Pengumpulan data HASIL DAN PEMBAHASAN
dilaksanakan melalui berbagai sumber
dan literatur. Dari hasil survei Hasil
lapangan, dapat dilihat ketelitian
interpretasi citra. Hasil Klasifikasi Citra
(2) Pengolahan Data Klasifikasi penutupan lahan dilakukan
Data yang diperoleh dari lapangan berdasarkan atas training area dengan
dilakukan analisis supervised classification menggunakan Klasifikasi Kemungkinan
dengan cara Klasifikasi Kemungkinan Maksimum (Maximum Likelihood
Maksimum (Maximum Likelihood Classification). Citra Landsat 7 ETM tahun
Classification-MLC). MLC adalah didasarkan 2009 dan 2013 diklasifikasi secara
atas fungsi distribusi peluang normal dalam independen. Hasil klasifikasi tersebut dapat
konteks multivarians dalam multidimensi dilihat pada Gambar 2 dan 3.
ruang gambar multi-spectral. Fungsi peluang
normal digunakan untuk memodel percobaan
klas (training class) dengan menghitung
means, standar deviasi dan penyebaran
training data di dalam klas di dalam masing-
31 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 3 Nomor 3, Juli 2015 hlm 28-39 ISSN: 2302-2027

Gambar 2. Distribusi penutupan lahan dengan menggunakan MLC tahun 2009

Gambar 3. Distribusi penutupan lahan dengan menggunakan MLC tahun 2013

Hasil analisis dan klasifikasi citra Landsat TM 7 liputan tahun 2009 dan 2013 tentang
perubahan penggunaan lahan lahan ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Perubahan Penggunaan Lahan kota Palu tahun 2009 dan 2013.
Kelas penggunaan Lahan
RTH Semak Total
Tahun Lahan
Pertanian/ RTH Belukar/ Tubuh (ha)
Terbangun
Pekebunan Lainnya (ha) Tanah Air (ha)
(ha)
(ha) terbuka (ha)
2009 4.728 12.248 21.596 3.042 469 42.083
2013 6.409 13.462 16.774 5.239 199 42.083
perubahan (+) 1.681 (+) 1.214 (-) 4.822 (+) 2.197 (-) 270
lahan
Ade Prasetya Saputra, dkk. Analisis Spasial dan Temporal Ruang Terbuka Hijau di Kota Palu …………………… 32

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa 30 m) sehingga kelas lahan untuk semak
dalam rentang waktu tahun 2009 sampai 2015 belukar dan tanah terbuka di masukkan dalam
kelas lahan terbangun bertambah 1.681 ha, kelas penutupan lahan yang sama karena
RTH pertanian/perkebunan bertambah 1.214 cenderung memiliki nilai warna yang
ha, RTH lainnya mengalamai pengurangan cenderung sama. Pada citra tahun 2009 total
luasan 4.822 ha, semak belukar/tanah terbuka area tersebut adalah 3.042 ha (7,22%)
bertambah 2.197 ha, dan tubuh air mengalami sedangkan pada tahun 2013 adalah 5.239 ha
pengurangan luasan 270 ha. (12,44%). Artinya selama rentang waktu lima
Masing-masing kelas penggunaan tahun terjadi pertambahan luasan sebesar
lahan mengalami perubahan luasan yang 2.197 ha (72%), atau 439,4 ha pertahun
paling signifikan terlihat pada kelas (14,4%). Hal ini disebabkan karena
penggunaan lahan untuk RTH lainnya yang pembukaan lahan untuk keperluan kegiatan
mengalami pengurangan luasan hingga 22% pertanin/perkebunan, kawasan
dalam lima tahun, sedangkan kelas industri/perdagangan, maupun utnuk
penggunaan lahan yang paling pesat perluasan pemukiman.
perkembangan yaitu kelas lahan terbangun 3) RTH Pertanian dan Perkebunan
yang mengalami peningkatan hingga Kelas lahan RTH pertanian dan
mencapai 74 % dalam lima tahun. perkebunan dalam areal studi terdiri dari tiga
Berdasarkan hasil klasifikasi, diperoleh sub kelas, yaitu areal sawah yang sedang
lima kategori utama penutupan lahan, yaitu tidak ditanami, areal sawah yang sedang
areal lahan terbangun, semak belukar / tanah ditanami dan areal perkebunan, tetapi dalam
terbuka, RTH pertanian dan perkebunan, RTH perhitungan luasannya tidak dipisahkan antara
lainnya serta tubuh. Hasil perhitungan yang sub-sub kelas tersebut karena keterbatasan
diperoleh untuk setiap kelas penutupan lahan dalam resolusi citra yang digunakan. Pada
adalah sebagai berikut: tahun 2009 total areal tersebut adalah 12.248
1) Lahan Terbangun ha (29,1%). Sedangkan pada tahun 2013 total
Diantara kelas lahan yang ada dalam areal tersebut adalah 13.462 ha (31,9%).
areal studi, lahan terbangun merupakan Perubahan ketiga areal tersebut selama
indikator penting dalam membandingkan laju periode pengamatan antara tahun 2009 dan
perkembangan perluasan sebuah kota. Untuk 2013 adalah 1.214 ha (bertambah 10%).
kota Palu hasil klasifikasi untuk lahan Dengan kata lain terjadi pertambahan lahan
terbangun yaitu 4.728 ha atau 11,23% pada pertanian dan perkebunan sebesar 242,8 ha
citra tahun 2009 dan 6.409 ha atau 15,22% (2%) per tahun.
pada citra tahun 2013. Beberapa areal yang 4) RTH Lainnya
ditutupi oleh awan dimasukkan ke dalam Kelas penutupan lahan yang
kelas lahan pada citra tahun 2009 dan 2013 dikelompokkan dalam RTH lainnya yang
karena posisi penutupan tersebut berada di diidentifikasi dalam areal studi terdiri dari
tengah-tengah kawasan pemukiman kota. beberapa sub kelas. RTH lainnya meliputi
Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa lahan RTH konservasi, rekreasi, RTH pemeliharaan
terbangun mengalami peningkatan luas areal yang meliputi pekarangan dan pelindung jalan
dari tahun 2009 hingga tahun 2013 sebesar dan tepi sungai, RTH pengaman yang
1,681 ha atau 36%. Dengan kata lain terjadi meliputi RTH pelindung instalasi jaringan
peningkatan tahunan rata-rata 336,2 ha atau listrik, RTH khusus yang meliputi areal
7,2 %. pemakaman, perkemahan dan kebun
2) Semak Belukar/Tanah terbuka pembibitan, serta RTH cadangan
Karena citra yang digunakan dalam pengembangan wilayah kota yang berupa
klasifikasi memiliki resolusi menengah (30 x greenbelt kota yang masih dapat
33 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 3 Nomor 3, Juli 2015 hlm 28-39 ISSN: 2302-2027

teridentifikasi pada citra. Luas areal ini 5) Tubuh Air


berdasarkan hasil klasifikasi tahun 2009 Kelas penutupan lahan untuk tubuh air
adalah 21.596 ha (51,3%) sedangkan pada pada citra tahun 2009 seluas 469 ha ( 1,11% )
tahun 2013 berkurang menjadi 16.774 ha dan pada tahun 2013 berkurang 0,47%
(39,85%). Berdasarkan hasil perhitungan menjadi 199 ha. Hal ini disebabkan
diketahui dalam rentang waktu 2009-2015 banyaknya sungai-sungai serta anak sungai
terjadi pengurangan luas areal sebesar 4.822 yang mengering, berdasarkan data dari BPS
ha ( 22% ) atau rata-rata 964,4 ha (4,4%) per Kota Palu pada tahun 2006 produksi air bersih
tahun. Perubahan penutupan lahan ini di kota Palu sebanyak 6.072.322 m/3 dari
disebabkan oleh alih fungsi lahan menjadi jumlah tersebut sebanyak 1.449.582 m/3
areal pemukiman, sawah, pertanian, dan bersumber dari sungai sedangkan sisanya
perkebunan maupun aktifitas pembukaan bersumber dari air tanah/artesis yaitu
lahan. sejumlah 3.158.376. Pada tahun 2012
jumlahnya menyusut menjadi 555.751 m/3,
yang berasal dari sungai sebanyak 483.795
m/3 sedangkan persediaan air tanah /artesis
menyusut hingga tersisa 31.200 m/3.

Tabel 2. Matriks kesalahan yang diperoleh dari klasifikasi training area citra 2009
REL
Code Lt sb rth_1 rth_2 tb B
(100%)
Lt 12404 0 0 0 0 12404 100.0
Sb 0 91 0 2 0 96 94.8
rth_1 0 0 209 0 0 216 96.8
rth_2 0 2 5 119 2 146 81.5
Tb 0 0 2 1 258 263 98.1

A 12413 93 218 134 264 14399


ACC
99.9 97.9 95.9 88.8 97.7 99.5
(100%)
Keterangan : tb : lahan terbangun; sb : semak/tanah terbuka; rth-1: RTH
pertanian/perkebunan; rth-2: RTH lainnya; ; dan tb : tubuh air.
A : jumlah sampel pixel yang diperoleh dari data referensi/acuan
B : jumlah sampel pixel yang diperoleh dari data citra
REL : Estimasi tingkat kepercayaan klasfikasi per kelas (%), Commission
Error
ACC : Akurasi masing-masing kelas (%), Omission Error
99.5 : Rata-rata keseluruhan akurasi (%)
Ade Prasetya Saputra, dkk. Analisis Spasial dan Temporal Ruang Terbuka Hijau di Kota Palu …………………… 34

Tabel 3. Matriks kesalahan yang diperoleh dari klasifikasi training area citra 2013
REL
Code Lt sb rth_1 rth_2 tb B
(100%)
Lk 18903 0 0 0 0 18903 100
Ua 0 94 6 0 0 112 83.9
al_1 0 2 308 4 0 316 97.5
al_2 0 0 7 127 0 137 92.7
Sb 0 2 0 0 195 206 94.7

A 18903 101 345 131 211 21996


ACC
100 93.1 89.3 96.9 92.4 99.6
(100%)
Keterangan : tb : lahan terbangun; sb : semak/tanah terbuka; rth-1: RTH
pertanian/perkebunan; rth-2: RTH lainnya; ; dan tb : tubuh air.
A : jumlah sampel pixel yang diperoleh dari data referensi/acuan
B : jumlah sampel pixel yang diperoleh dari data citra
REL : Estimasi tingkat kepercayaan klasfikasi per kelas (%), Commission
Error
ACC : Akurasi masing-masing kelas (%), Omission Error
99.5 : Rata-rata keseluruhan akurasi (%)
Pembahasan
Analisis MLC dalam areal penelitian
memiliki rata-rata keseluruahan akurasi Identifikasi Ketersediaan Ruang Terbuka
99.5% (2009) dan 99.7% (2013). Analisis Hijau di Kota Palu
akurasi untuk kedua citra pengamatan Pada tahun 2009, luas lahan terbangun
dilakukan dengan memilih 14.399 pixel untuk hampir mencapai setengah luas wilayah kota.
citra 2009 dan 21.922 pixel untuk citra 2013 Kepadatan bangunan mendominasi kawasan
sebagai data referensi. palu timur, sementara bagian selatan dan utara
Tabel tersebut di atas menunjukkan kota masih didominasi oleh lahan pertanian,
bahwa pixel yang diklasifikasi tepat ke dalam terutama lahan persawahan. Bagian utara kota
penutupan lahan sebenarnya adalah terdapat terlihat didominasi oleh perkebunan/ tegalan/
sepanjang diagonal utama dari matriks ladang meski pola perkembangan lahan
kesalahan (dari kiri atas ke kanan bawah). terbangun kearah utara mulai terlihat meluas.
Angka di luar dari diagonal menunjukkan Berdasarkan hasil pengolahan data citra,
kesalahan penempatan label (omission/ presentase penggunaan lahan di kota palu
exclusion error and commission/ inclusion pada tahun 2009 adalah sebesar 46%.
error). Kesalahan luar (omission error) adalah Pada tahun 2013 terlihat bahwa
kesalahan penempatan pixel dengan cara perkembangan lahan terbangun semakin
memberi label terhadap pixel yang bukan meluas ke arah utara kota palu. RTH
kelas yang sedang diklasifikasi, sedangkan pertanian yang mendominasi kawasan
Commission error adalah kesalahan memberi dengan topografi berbukit yang menjadi
label pixel yang seharusnya dimasukkan ke daerah tangkapan air mulai berkurang dan
dalam kelas lahan yang sedang diklasifikasi terdesak oleh pembangunan. Perkembangan
tetapi ditempatkan pada kelas lahan lainnya. lahan terbangun juga terlihat di kawasan palu
barat dan palu selatan. Luas area persawahan
terlihat berkurang digantikan oleh kelas lahan
terbangun.. Persentase lahan terbangun
35 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 3 Nomor 3, Juli 2015 hlm 28-39 ISSN: 2302-2027

meningkat sebesar 16% menjadi 62% pada pembukaan lahan (semak belukar/tanah
tahun 2013. Sementara persentase sawah terbuka) 14,4% pertahun di khawatirkan akan
menurun hingga 15%. Berdasarkan hasil terjadi masalah-masalah lingkungan yang
olahan data citra terlihat adanya perbedaan akan terjadi sebagai dampak perkembangan
luas dari luas sebenarnya, yaitu 39.506 ha. kota. Berdasarkan data tersebut di anggap
Luas wilayah kota palu hasil klasifikasi penting memenuhi alokasi 30% lahan untuk
adalah 42.083 ha. keperluan RTH yang akan berkaitan langsung
Menurut suheri (2003) perbedaan luas dengan penanggulangan masalah lingkungan.
ini kemungkinan terjadi akibat pengaruh
geokoreksi, dimana kesalahan satu pixel akan Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau di Kota
menyebabkan penyimpangan sebesar 900 m2 Palu
(30m x 30m) di lapangan. Sehingga kesalahan Proporsi ruang terbuka hijau pada
tersebut akan mempengaruhi terhadap luasan ruang wilayah kota paling sedikit 30% dari
total citra. Perubahan penggunaan lahan di luas wilayah kota (Pasal 29 UU Nomor 26
kota palu mengindikasikan terjadinya tahun 2007). Sedangkan luas kebutuhan ruang
perkembangan kota yang cukup pesat. terbuka hijau per penduduk ditetapkan
Peningkatan persentase luasan lahan berdasarkan pada Peraturan Menteri
terbangun tampak diiringi oleh penurunan Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008
luasan kawasan lindung kota, yang meliputi yaitu 20 m2/penduduk. Berdasarkan jumlah
lahan pertanian dan rth kota lainnya. penduduk kota Palu yaitu 347.856 jiwa maka
Kepadatan bangunan dan lahan terbangun dibutuhkan luas ruang terbuka hijau
pada kota palu yang memiliki morfologi .6.957.120 m2 atau 695,7 ha. Jumlah tersebut
sebagai sebuah cekungan dapat menjadikan hanya 1,76% dari luas keseluruhan yaitu
kota palu sebagai perangkap polusi apabila 39.506 ha, tetapi berdasarkan luas wilayah
tidak diimbangi dengan keberadaan rth kota maka luas areal ruang terbuka hijau yaitu 30%
yang memiliki fungsi ekologis. Peningkatan dari luas wilayah atau 13.168 ha. Kondisi
temperatur yang dirasakan oleh masyarakat eksisting luas ruang terbuka hijau di kota Palu
kota palu menandakan telah terjadinya berdasarkan hasil analisis dan klasifikasi yang
fenomena pulau panas (heat island) pada kota di ambil dari luas keseluruhan dua kategori
ini. training area yaitu, RTH
Luas kawasan hutan di wilayah pertanian/perkebunan dan RTH lainnya
administrasi kota Palu berdasarkan SK. adalah seluas 30.236 ha atau 71,84% sudah
869/Menhut-II/2013 yaitu 39.496,73 ha, termasuk kawasan hutan yang berada di
dengan Areal Penggunaan Lain (APL) seluas wilayah
23.186,91 ha yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangunan. Dengan luasan tersebut harus Arahan Pengembangan Ruang Terbuka
dipenuhi 30% alokasi untuk kebutuhan RTH Hijau di Kota Palu
atau seluas 6.956,07 ha. Berdasarkan hasil Sesuai dengan RTRWP Kota Palu
analisis dan klasifikasi terdapat dua kategori Tahun 2009-2026, struktur tata ruang kota,
training area yang termasuk dalam kawasan secara fisik dominan dibentuk oleh sistem
non-RTH yaitu lahan terbangun dan tanah jaringan jalan yang menghubungkan fungsi-
terbuka/semak belukar seluas 11.648 ha atau fungsi kota, baik fungsi primer maupun fungsi
27,68%. Hal ini berarti dari keseluruhan luas sekunder, dan atau bahkan fungsi yang lebih
wilayah administrasi kota Palu hanya terdapat rendah (tersier). Struktur tata ruang wilayah
58,69% yang dapat dimanfaatkan untuk Kota Palu diarahkan tetap dipertahankan,
pembangunan, dengan peningkatan areal namun untuk membentuk perkembangan fisik
lahan terbangun 7,2% pertahun dan laju kota dalam satu rangkaian melingkar
Ade Prasetya Saputra, dkk. Analisis Spasial dan Temporal Ruang Terbuka Hijau di Kota Palu …………………… 36

direncanakan jalan-jalan utama baru dengan Dalam rencana fungsi kawasan


kelas jalan kolektor dan jalan arteri yang perkantoran luas alokasi lahan perkantoran di
dapat menghubungkan seluruh bagian Kota Palu 122.575 ha atau 0.31 % dari luas
wilayah kota, berupa jaringan jalan lingkar Kota Palu, seperti Pusat Pemerintahan Daerah
luar (jalan arteri). Tingkat I Provinsi Sulawesi Tengah di Kota
Adapun rencana pengunaan lahan Palu sekarang ini terletak di Jl. Samratulangi,
Kota Palu dibagi menjadi Kawasan Budidaya Jl. Kartini dan Jl. Moh. Yamin, selama jangka
(perumahan, industri, jasa, perkantoran/niaga, waktu rencana akan tetap dipertahankan dan
tambang, makan, pertambangan, taman kota, dikembangkan di lokasi ini (RTRW Kota Palu
wisata/budaya, kawasan militer/polisi dan 2009-2026)
akomodasi wisata) dan Kawasan Lindung b) Kawasan Lindung
(hutan lindung, sempadan sungai, sempadan Keberadaan kawasan hutan lindung
pantai, sempadan mata air, kawasan cagar saat ini akan tetap dipertahankan dengan luas
budaya dan kawasan-kawasan yang secara 7833,133 ha atau 19,83% dari luas Kota Palu
fisik perlu untuk dilindungi). dengan tetap mempertahankan keberadan
a) Kawasan Budidaya hutan lindung diharapkan dapat melindungi
Didalam rencana fungsi kawasan luas Kota Palu dari kekurangan cadangan air
lahan Kota Palu yang akan dialokasikan untuk maupun bencana. (Dinas Pertanian
permukiman seluas 9.197,3 ha, ini berarti Perkebunan Kahutanan Peikanan dan
23,28 % lahan di Kota Palu Dengan letaknya Kelautan Kota Palu)
yang strategis maka Kota Palu pada masa Taman Hutan Raya atau hutan suaka
mendatang akan lebih berperan dalam proses alam yang ada di Kota Palu seluas 5550,472
produksi regional. Kota Palu akan berfungsi ha atau sekitar 14,05 % dari luas Kota Palu
luas dalam kegiatan perdagangan baik dalam keberadaannya akan tetap dipertahankan
proses pengumpulan, proses pengimbangan dalam kurun waktu perencanaan.
dan proses distribusi. Dengan peran yang luas Kawasan wisata budaya di Kota Palu
dalam proses perdagangan regional, maka berupa makam, situs, rumah adat, dan launnya
Kota Palu akan tumbuh dan berkembang keberadaannya akan tetap dipertahankan dan
dengan berbagai fungsi perdagangan yang dilestarikan sebagai aset berharga milik Kota
mana sebagai konsekuensinya, Kota Palu Palu. Luas lahan kawasan wisata/budaya yang
harus didukung oleh berbagai kegiatan atau ada saat ini seluas 43,58 ha atau 0.11% dari
komponen perdagangan. Kegiatan industri luas Kota Palu
merupakan salah satu komponen kehidupan Daerah sempadan sungai yang
masyarakat Kota Palu yang diperkirakan akan direncanakan dalam alokasi ruang fungsi
mengalami pertumbuhan dan peningkatan kawasan sempadan sungai dibedakan dengan
dimasa mendatang. Walaupun saat ini struktur klasifikasi sungai kecil dan sungai besar dan
industri yang hadir di Kota Palu dapat diurutkan berdasarkan kondisinya seperti
dikatakan masih dalam tahap aneka industri sudah terbangun atau belum terbangun untuk
namun akan cukup berarti dalam struktur jalur hijau sungai kecil pada kawasan yang
kehidupan masyarakat kota secara sudah terbangun sekurang-kurangnya 25 m
keseluruhan, dan dengan adanya dan pada kawasan yang belum terbangun
pembangunan kawasan industri khusus di sekurang-kurangnya 50 m, untuk jalir hijau
Kota Palu diharapkan tidak hanya dapat sungai besar di daerah yang sudah terbangun
meningkatkan struktur kehidupan masyarakat sekurang-kurangnya 50 m dan pada daerah
kota saja pada khususnya melainkan juga yang belum terbangun sekurang-kurangnya
pada lingkup provinsi pada umumnya. 100 m, sedangkan jalur hijau sungai besar
bertanggul sekurang-kurangnya 25 m dari
37 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 3 Nomor 3, Juli 2015 hlm 28-39 ISSN: 2302-2027

kaki terluar tanggul harus bebas dari KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


bangunan, dan untuk sungai kecil yang
bertanggul sekurang-kurangnya 10 m dari Kesimpulan
kaki terluar tanggul harus bebas dari
bangunan. Dari uraian hasil dan pembahasan
Berdasarkan hal tersebut maka dapat yang ada, dapat diperoleh beberapa
dirumuskan suatu arahan untuk kesimpulan yaitu:
pengembangan RTH di kota Palu meliputi 1. Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau di
beberapa hal sebagai berikut : Kota Palu pada tahun 2009 adalah 33.844
- Mempertahankan RTH yang sudah ada ha (80,42% dari luas daratan) sedangkan
yang berupa hutan kota, contohnya tahun 2013 adalah 30.236 ha ( 71,84%
kawasan arboretum Tondo dan RTH yang dari luas daratan) dengan Areal
sudah ada sebagai kawasan resapan air Penggunaan Lain (APL) seluas 23.186,91
dan pengaman mata air di Kota Palu. ha yang dapat dimanfaatkan untuk
Serta mempertahankan dan pembangunan Hal ini berarti dari
mengoptimalkan RTH jalur jalan yang keseluruhan luas wilayah administrasi
ada di Jalan Moh. Yamin dan Jalan kota Palu hanya terdapat 58,69% yang
Juanda – Moh. Hatta agar dapat berfungsi dapat dimanfaatkan untuk pembangunan.
sebagai penyerap polusi dari kendaraan 2. Kebutuhan minimum Ruang Terbuka
bermotor. Hijau di Kota Palu berdasarkan jumlah
- Mengembangkan bentuk RTH seperti penduduk adalah 6.957.120 m2 atau
hutan kota/kebun bibit, RTH berbentuk 695,7 ha. sedangkan berdasarkan luas
sabuk hijau dan RTH sempadan mata air wilayah maka luas areal ruang terbuka
karena masih kurangnya bentuk RTH hijau yaitu 30% dari luas daratan atau
tersebut di Kota Palu. 13.168 ha.
- Perumusan peraturan daerah berupa 3. Penataan Ruang Terbuka Hijau di kota
Masterplan RTH, perda pengelolaan RTH Palu perlu:
dan pedoman pengelolaan RTH yang - Mempertahankan RTH yang sudah
mengatur tentang penyediaan dan ada yang berupa taman kota, seperti
pengelolaan ruang terbuka hijau kawasan arboretum tondo dan RTH
berdasarkan fungsi ekologis. yang sudah ada sebagai kawasan
- Penanaman jenis pohon yang dapat resapan air dan pengaman mata air di
menyerap polusi udara dari kendaraan Kota Palu, serta mempertahankan dan
bermotor dan dapat menjadi ciri khas mengoptimalkan RTH jalur jalan
kawasan, seperti pohon ketapang, eboni, yang ada di Jalan Moh. Yamin dan
mahoni, jati dan trembesi. Penamanan Jalan Juanda – Moh. Hatta agar dapat
jenis pohon berupa bungur, trembesi berfungsi sebagai penyerap polusi dari
tanjung dan glodokan yang digabung kendaraan bermotor.
dengan beberapa jenis vegetasi berupa - Mengembangkan bentuk RTH seperti
perdu, diharapkan dapat mengoptimalkan hutan kota/kebun bibit, RTH
peran hutan kota dan RTH sempadan berbentuk sabuk hijau dan RTH
mata air sebagai kawasan resapan air. sempadan mata air karena masih
kurangnya bentuk RTH tersebut di
Kota Palu.
- Perumusan peraturan daerah berupa
Masterplan RTH, perda pengelolaan
RTH dan pedoman pengelolaan RTH
Ade Prasetya Saputra, dkk. Analisis Spasial dan Temporal Ruang Terbuka Hijau di Kota Palu …………………… 38

yang mengatur tentang penyediaan Deni.R. 2007. Implikasi Undang-Undang


dan pengelolaan ruang terbuka hijau Nomor 26 Tahun 2007 Tentang
berdasarkan fungsi ekologis. Penataan Ruang Terhadap
- Penanaman jenis pohon yang dapat Sinkronisasi RTRWN, RTRWP, dan
menyerap polusi udara dari kendaraan RTRWK. Departemen Pekerjaan
bermotor dan dapat menjadi ciri khas Umum Direktorat Jenderal Penataan
kawasan, seperti pohon ketapang, Ruang. Jakarta
eboni, mahoni, jati dan trembesi. Desy. 2008. Analisis Citra Digital LANDSAT
Penamanan jenis pohon berupa 7 ETM Untuk Menentukan Jenis
ketapang, johar, tanjung dan glodokan Penggunaan Lahan Di Hutan
yang digabung dengan beberapa jenis Pendidikan Universitas Tadulako.
vegetasi berupa perdu, diharapkan Skripsi (Tidak dipublikasikan)
dapat mengoptimalkan peran RTH dan Departemen Kehutanan, 2002. PP Nomor 63
sempadan sungai/mata air sebagai Tahun 2002 Tentang Hutan Kota.
kawasan resapan air. Sekretariat Jenderal Departemen
Kehutanan. Jakarta
Rekomendasi Direktorat Jenderal Penetaan Ruang, 2007. PP
No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Dari penelitian yang dilakukan, Ruang. Departemen Pekerjaan
rekomendasi yang diusulkan adalah: Umum.
(1) Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk Direktorat Jenderal Penataan Ruang, 2008.
menentukan konsep pengembangan RTH Peranan Departemen Pekerjaan Umum
berdasarkan fungsi ekologis di Kota Palu Dalam Penyediaan Ruang Publik Di
yang lebih terintegrasi dengan Perkotaan. www.PU.Net (Diakses
perkembangan kota. Rabu, 5 Nopember 2013)
(2) Perlunya peneltian lanjutan mengenai Irwan, Z.D. 1997. Tantangan Lingkungan dan
keterkaitan antara keberadaan ruang Lansekap Hutan Kota. Pustaka
terbuka hijau dengan isu lingkungan kota CIDESINDO. Jakarta.
Palu. Jaya. I.N.S. 2002. Penginderaan Jauh Satelit
untuk Kehutanan. Laboratorium
DAFTAR RUJUKAN Inventarsisasi Hutan, Jurusan
Manjemen Hutan, Fakultas Kehutanan
Bahri, S., Darusman, Ali Syauman, 2012. IPB
Kebutuhan RTH Kota Banda Aceh. Lampiran Instruksi Mendagri No. 14 Tahun
Jurnal Manajemen Sumberdaya Lahan 1988. Pedoman Tentang Penataan
1 (1) : 10 – 22. Ruang Terbuka Hijau Di Wilayah
Budihardjo, E. 1993. Kota Berwawasan Perkotaan. Departemen Dalam
Lingkungan. Penerbit Alumni. Negeri. Jakarta
Bandung. Lo CP. 1996. Penginderaan Jauh Terapan.
Fandeli, C. 2004. Perhutanan Kota. Fakultas Penerbit Universitas Indonesia. UI
Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Press.
Jogjakarta. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, 2007.
Pedoman Umum Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan.
Departemen Pekerjaan Umum.
Jakarta.
39 e-Jurnal Mitra Sains, Volume 3 Nomor 3, Juli 2015 hlm 28-39 ISSN: 2302-2027

Purwadhi, S., H. 2001. Interpretasi Citra Rushayati, S.B., H.S. Alikodra, E.N. Dahlan,
Digital. PT. Gramedia Widiasarana 2011. Pengembangan Ruang Terbuka
Indonesia, Jakarta. Hijau berdasarkan distribusi suhu
Putri dan Zain, 2010. Analisis Spasial dan permukaan di Kabupaten Bandung.
Temporal Perubahan Luas Ruang Foerum Geografi 25 (1) : 17 – 26.
Terbuka Hijau di Kota Bandung. Saputra, A.P., 2009. Identifikasi Pola
Jurnal Landskap Indonesia, Vol. 2 No Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau di
2 2010. Institut Pertanian Bogor. Kota Palu. Skripsi (tidak
Riswan. 2001. Aplikasi Sistem Informasi dipublikasikan)
Geografis Untuk Konservasi dan Peng Sastrawijaya, A.T. 2000. Pencemaran
elolaan Lingkungan. Medan. Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai