Di Susun Oleh :
Kelompok 7
Sukma Dewin : 1500029063
Iga Umari : 1500029078
Anggit Suci N. : 1500029083
Risky Wilia Putri : 1500029146
Feby Indah N. : 1500029208
Florensta Sitanggang : 1500029217
Hilmy tri Utami : 1500029260
Widhu Aprilio : 1500029290
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Undang-Undang No 34 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang
menjelaskan masalah otonomi daerah, bahwa suatu daerah otonom mempunyai
kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
termasuk didalamnya bidang pendapatan daerah. Dalam rangka meningkatkan
pendapatan daerah banyak wilayah kabupaten maupun kabupaten kota
memaksimalkan potensi alam untuk dapat meningkatkan pendapatan daerahnya, salah
satu daerah adalah Kabupaten Kulonprogo.
Kulonprogo adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
Wates adalah Ibukota Kabupaten Kulonprogo. Nama Kulonprogo berarti sebelah barat
Sungai Progo. Sungai Progo adalah sungai yang membatasi kabupaten ini dengan
Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul di sebelah timur. Kabupaten Kulonprogo
dengan luas 586,27km2 yang terdiri atas 12 kecamatan. Pusat pemerintahan berada di
Kecamatan Wates, 25 km sebelah barat daya Kota Yogyakarta. Jumlah penduduk
Kulonprogo adalah 390.207 jiwa (BPS Provinsi DIY tahun 2011). Selama ini sektor
pertambangan baru menyumbang 1,18 % dari pendapatan domestik bruto daerah,
padahal potensi pertambangan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta cukup besar.
Sumber daya tambang yang ada di DIY adalah bahan galian C yang meliputi, pasir,
kerikil, batu gamping, kalsit, kaolin, dan zeolin serta breksi batu apung. Terdapat pula
bahan galian Golongan A yang berupa batu bara tetapi sangat terbatas jumlahnya.
Wilayah Kulonprogo mempunyai berbagai sumber tambang, seperti batu andesit,
mangan, pasir besi dan emas. Potensi pasir besi di daerah pesisir pantai Kulonprogo
Daerah Istimewa Yogyakarta cukup besar, karena diperkirakan mempunyai persediaan
sebesar 605 juta ton (BPS Provinsi DIY tahun 2011).
Selama ini potensi sumber daya alam pasir besi belum dimanfaatkan secara
maksimal, lahan pasir besi di wilayah pantai tersebut sebagian dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai lahan perkebunan. Pantai selatan Kulonprogo sepanjang 22 Km
dari muara Kali Progo sampai muara Kali Bogowonto memiliki cadangan bijih pasir
besi sebanyak 605.000.000 ton (Dinas Perindustrian dan Perdagangan dan Energi
3
Sumber Daya Mineral Kabupaten Kulonprogo, 2012). Bijih pasir besi ini dapat
digunakan untuk bahan baku pembuatan baja, bijih besi dan semen.
Rencana penambangan pasir besi selain untuk mendukung pemenuhan
kebutuhan baja nasional juga diharapkan dapat memberikan konstribusi terhadap
wilayah sekitar, yang dapat berupa dua hal, yaitu Kontribusi ekonomi, diwujudkan
dengan adanya kegiatan perusahaan mempekerjakan penduduk sekitar atau
memberikan kesempatan berusaha yang terkait dengan kegiatan perusahaan tambang,
misalnya transportasi, warung makan, tempat penginapan. Dan konstribusi sosial,
dapat berupa permasalahan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Lahan
tambang seringkali juga bersinggungan dengan hajat hidup masyarakat.
Upaya pengelolaan lingkungan merupakan suatu upaya untuk meminimalisir ba
hkanmengeliminir dampak yang bersifat negatif dari setiap kegiatan serta
untuk memaksimalkandampak positif dari setiap kegiatan. Pelaksanaan pengelolaan
lingkungan di setiap rencana /usaha, adalah merupakan kepedulian dunia usaha dalam
mewujudkan program pembangunan yang berwawasan lingkungan, ramah lingkungan,
dan berkelanjutan untuk jangka panjang.
Dalam berbagai aturan, pengelolaan lingkungan hidup sering didefinisikan
sebagai upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan, penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Terkait dengan rencana kegiatan
pembangunan tambang Bijih Besi di Sepanjang Panjang Glagah, Kulonprogo
Yogyakarta, yang dilakukan oleh PT. Bumi Indonesia, sudah tentu akan berdampak
terhadap berbagai komponen lingkungan dan konsep pengelolaan adalah upaya
meminimalkan perubahan yang negatif yang terjadipada berbagai kompenen
lingkungan hidup serta memaksimalkan perubahan yang positif untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Tindak lanjut dari pengelolaan lingkungan hidup adalah pengawasan dan
mengevaluasi pencapaian pelaksanaan program untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemeliharaan, dan pemulihan guna
4
mencapai optimalisasi dampak positif dan minimalisasi dampak negatif yang terjadi
dalam kegiatan pembangunan tambang Bijih Besi di Kulonprogo Yogyakarta.
Kegiatan ini merupakan upaya pemantauan terhadap komponen lingkungan hidup yang
terkena dampak penting dan telah dikelola oleh pelaksana rencana kegiatan.
Pemantauan lingkungan hidup dapat digunakan untuk memahami fenomena-fenomena
yang terjadi pada berbagai tingkatan, mulai dari tingkat proyek untuk memahami
perilaku dampak yangtimbul akibat usaha dan atau kegiatan sampai ke tingkat kawasan
atau bahkan regional tergantung pada skala masalah yang dihadapi. Pemantauan
merupakan kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus, sistematis, dan terencana.
Pemantauan lingkungan merupakan upaya sistematis dan terencana untuk
memperolehdata kondisi lingkungan hidup secara periodik di ruang tertentu berikut p
erubahannyamenurut waktu. Pemantauan dilakukan terhadap komponen lingkungan y
ang relevauntuk digunakan sebagai indikator dalam mengevaluasi penaatan (complia
nce), kecenderungan (trendline), dan tingkat kritis (critical level) dari suatu
pengelolaan lingkungan hidup.
Pemrakarsa mempunyai komitmen terhadap konsep pembangunan berkelanjutan
dan ramah lingkungan dan senantiasa melakukan penyempurnaan pengelolaan dan
pemantauan lingkungan secara terus-menerus agar kegiatan dapat memberikan
keuntungan terhadap seluruh pihak yang terkait, karena itu rencana Pengelolaan
Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) dibuat
sebagai pedoman bagi PT. Bumi Indonesia dalam mengelola dan memantau
lingkungan hidup dalam kaitannya dengan aktivitasnya.
5
BAB II
RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)
6
pihak yang berkepentingan. Instansi yang berwenang dalam pengawasan dan
instansi yang terkait dalam koordinasi pengelolaan lingkungan.
B. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup
Prinsip dasar yang akan dilakukan pada Rencana Pengelolaan Lingkungan hidup
(RKL) yaitu untuk menghindari dampak negatif, meningkatkan dampak positif
danmereduksi/mengeliminasi dampak negatif yang diprakirakan akan timbul akibat
adanya Penambangan Galian Bijih Besi. Sistematika perumusan upaya pengelolaan
lingkungan untuk setiap tahap kegiatan meliputi :
a. Dampak lingkungan
b. Sumber dampak
c. Indikator keberhasilan pengelolaan lingkungan hidup
d. Bentuk Pengelolaan lingkungan hidup
e. Lokasi pengelolaan lingkungan hidup
f. Periode pengelolaan lingkungan hidup
g. Institusi pengelolaan lingkungan hidup (PLH).
7
C. Matriks Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
1. Tahap Prakontruksi
Indikator
Lokasi Periode
Dampak Keberhasilan Institusi
Sumber Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
Lingkungan Pengelolaan Pengelolaan
Dampak Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan
Yang Dikelola Lingkungan Lingkungan Hidup
Hidup Hidup
Hidup
Kesempatan Rekruitmen Dapat mengurangi Mengutamakan Desa 3 (Tiga) Bulan Instansi
kerja dan tenaga kerja pengangguran penduduk setempat Kulonprogo, sebelum Pelaksana: PT.
peluang diwilayah sekitar dalam perekrutan Yogyakarta. pekerjaan Bumi Indonesia
berusaha pertambangan tenaga kerja dan kontruksi Instansi
Munculnya usaha- memberikan training dimulai Pengawas: Bupati
usaha kecil di calon tenaga kerja Kulonprogo,
masyarakat sekitar Memberikan batuan DLH dan
modal bagi usaha- Disnakersos.
usaha kecil secara Instansi penerima
bergilir laporan:
Disnakersos dan
DLH Kulonprogo
Sikap dan Survei Tidak timbul sikap Sosialisasi rencana Desa 6 (Enam) Instansi
persepsi dan dan persepsi kegiatan warga yang Kulonprogo, Bulan sebelum Pelaksana: PT.
masyarakat sosialisasi negatif dari terkena dampak Yogyakarta. pelaksanaan Bumi Indonesia
Pengadaa masyarakat yang yang dilakukan penambangan Instansi
n lahan dapat memicu secara transfaran Pengawas: Bupati
timbulnya Pemberian Kulonprogo,
gangguan yang kompensasi atas DLH dan
tidak dikehendaki harga lahan yang Disnakersos.
Pemberian hak dibebaskan Instansi penerima
pengganti aset berdasarkan laporan:
masyarakat sesuai kesepakatan dengan Disnakersos dan
dengan proporsi pemilik lahan DLH Kulonprogo
kepemilikan dengan prinsip
8
menguntungkan
masyarakat secara
wajar dengan tetap
memperhatikan
aspek kemampuan
pendanaan PT. Bumi
Indonesia
2. Tahap Kontruksi
Indikator
Dampak Lokasi Periode
Keberhasilan Institusi
Lingkungan Sumber Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan Pengelolaan
Yang Dampak Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
Hidup
Penurunan Mobilisasi Tidak Penutupan bak Di sepanjang Secara Instansi
kualitas peralatan menimbulkan kendaraan pengangkut jalur akses periodik Pelaksana: PT.
udara Land pencemaran material (dump truck) mobilisasi sesuai Bumi Indonesia
ambient clearing dan partikel debu Memasang plat alat dan dengan Instansi
stripping (TSP), Timbal penghalang pada ban material, kebutuhan Pengawas: Bupati
Pembuatan (pb) dan CO₂ kendaraan pengangkut terutama Kulonprogo,
jalan masuk Tidak material yang DLH dan
menimbulkan Memasang alat berdekatan Disnakersos.
risiko penyakit penyaring udara pada dengan Instansi penerima
ISPA dan iritasi knalpot setiap dump permukiman. laporan:
mata akibat truck dan alat berat Disnakersos dan
partikel debu bagi lainnya DLH Kulonprogo
pekerja dan Penerapan standar K3
masyarakat bagi pekerja untuk
menggunakan masker
9
Kebisingan Mobilisasi Menurunnya Setiap pekerja lapang Di sepanjang Secara Instansi
peralatan sikap dan persepsi memakai earplug jalur akses periodik Pelaksana: PT.
Land negatif Menanam barrier alami mobilisasi sesuai Bumi Indonesia
clearing dan masyarakat akibat seperti menanam alat dan dengan Instansi
stripping kebisingan pepohonan di sepanjang material, kebutuhan Pengawas: Bupati
Pembuatan Menimbulkan jalan yang dapat terutama Kulonprogo,
jalan masuk kenyamanan meredam suara (ex. yang DLH dan
warga sekitar, bambu kuning, glodok) berdekatan Disnakersos.
warga yg dilalui Setiap kendaraan dengan Instansi penerima
sepanjang rute proyek agar memakai permukiman. laporan:
jalan saat alatperedam suara di Disnakersos dan
mobilisasi bagian knalpotnya DLH Kulonprogo
peralatan
Erosi dan Penggalian Permukaan tanh Menyediakan drainase Sekitar areal 2 kali Instansi
Sedimentasi material tidak mengalami dan kolam penambangan selama Pelaksana: PT.
Land kerusakan penampungan air hujan bijih besi pelaksanaan Bumi Indonesia
clearing dan Air sungai tidak sementara dilokasi pekerjaan Instansi
stripping mengalami penambangan kontruksi Pengawas: Bupati
kekerusahan dan Menyediakan sumur Kulonprogo,
tidak terjadi peresapan air hujan DLH dan
pengendapan pada lahan terbuka Disnakersos.
lumpur akibat Membuat kolam Instansi penerima
penambangan pengendapan (setting laporan:
pond) sesuai denga Disnakersos dan
kebutuhan dengan DLH Kulonprogo
menyesuaikan topografi
setempat
Gangguan Mobilisasi Tidak terjadi Pengaturan waktu dan Sepanjang Pengelolaan Instansi
lalu lintas peralatan kemacetan di rute mobilisasi rute dilakukan Pelaksana: PT.
dan jalan raya Kendaraan depan saat mobilisasi setiap Bumi Indonesia
kerusakan Tidak terjadi mobilisasi agar pelaksanaan Instansi
jalan kerusakan jalan memakai turning light mobilisasi Pengawas: Bupati
(lampu putar) berlangsung Kulonprogo,
10
Melakukan perbaikan DLH dan
jalan apabila terjadi Disnakersos.
kerusakan Instansi penerima
Kecepatan kendaraan laporan:
max 60 Km/Jam Disnakersos dan
DLH Kulonprogo
Gangguan Land clearing Biota air tidak Air dari buangan Sekitar areal Selama Instansi
biota air dan stripping mengalami tambang agar dilakukan penambangan masa Pelaksana: PT.
kepunahan akibat treatment terlebih kontruksi, Bumi Indonesia
aktivitas dahulu dengan cara operasi, Instansi
penambangan membuat kolam sampai Pengawas: Bupati
pengendapan dan pasca Kulonprogo,
melakukan proses operasi DLH dan
aerasi disetiap kolam Disnakersos
Dikolam penjernihan di Instansi penerima
beri ikan sebagai wujud laporan:
bahwa air buangan Disnakersos dan
tambang tidak DLH
berbahaya bagi ikan dan
biota air lainnya.
Potensi Pembangunan Berkurangnya Melakukan program Desa Bersamaan Instansi
Gangguan base camp dan masyarakat yang pengelolaan sanitasi Kulonprogo, dengan Pelaksana: PT.
Penyakit/Ke mobilisasi mengalami sakit berbasis masyarakat Yogyakarta. dimulainya Bumi Indonesia
sehatan peralatan akibat adaya Melakukan pengelolaan kegiatan Instansi
mobilisasi kebisingan, kualitas mobilisasi Pengawas: Bupati
pertambangan udara, air limbah dan peralatan Kulonprogo,
sampah dan bahan DLH dan
Disnakersos
Instansi penerima
laporan:
Disnakersos dan
DLH
11
3. Tahap Operasi
Indikator
Dampak Lokasi Periode
Keberhasilan Institusi
Lingkungan Sumber Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
Pengelolaan Pengelolaan
Yang Dampak Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan
Lingkungan Lingkungan Hidup
Dikelola Hidup Hidup
Hidup
Penurunan Kegiatan Tidak Penutupan bak Sepanjang Selama Instansi
kualitas penambangan menimbulkan kendaraan pengangkut jalur akses kegiatan Pelaksana: PT.
udara dan pencemaran material (dump truck) atau rute masa Bumi Indonesia
ambient pengangkutan partikel debu dengan terpal mobilisasi kontruksi Instansi
(TSP), Timbal (pb) Melakukan penyiraman alat dan penambang Pengawas: Bupati
dan CO₂ rutin jalan yang berdebu material an Kulonprogo,
Tidak akibat dampak dari berlangsung DLH dan
menimbulkan pengangkutan material Disnakersos.
risiko penyakit Kecepatan kendaraan Instansi penerima
ISPA dan iritasi max 60 Km/Jam laporan:
mata akibat partikel Setiap pekerja lapangan Disnakersos dan
debu bagi pekerja menggunakan masker DLH Kulonprogo
dan masyarakat
Kebisingan Kegiatan Menurunnya sikap Setiap pekerja lapang Sepanjang Selama Instansi
penambangan dan persepsi memakai earplug jalur akses kegiatan Pelaksana: PT.
dan negatif masyarakat Membangun barrier atau rute masa Bumi Indonesia
pengangkutan akibat kebisingan alami seperti menanam mobilisasi kontruksi Instansi
Tidak pepohonan di sepanjang alat dan penambang Pengawas: Bupati
Menimbulkan rasa jalan yang dapat material. an Kulonprogo,
tidak nyaman meredam suara (ex. berlangsung DLH dan
terhadap bambu kuning, glodok) Disnakersos.
masyarakat sekitar, Setiap kendaraan Instansi penerima
akibat kegiatan proyek agar memakai laporan:
maupun alatperedam suara di Disnakersos dan
pengangkutan bagian knalpotnya DLH Kulonprogo
material
12
Gangguan Kegiatan Tidak terjadi Pengaturan waktu dan Sepanjang Selama Instansi
lalu lintas penambangan kemacetan di jalan rute mobilisasi jalur akses kegiatan Pelaksana: PT.
dan dan raya akibat Menghindari jalan-jalan atau rute masa Bumi Indonesia
kerusakan pengangkutan pengangkutan yang arus lalu lintasnya mobilisasi kontruksi Instansi
jalan material Tidak terjadi cukup padat alat dan penambang Pengawas: Bupati
kerusakan jalan Tonase muatan stiap material an Kulonprogo,
akibat kegiatan dump truck dapat berlangsung DLH dan
pengangkutan menyesuaikan dengan Disnakersos.
meterial jenis jalan yang akan Instansi penerima
dilewati laporan:
Kecepatan kendaraan Disnakersos dan
max 60 Km/Jam DLH Kulonprogo
Potensi Kegiatan Berkurangnya Melakukan program Desa Bersamaan Instansi
Gangguan penambangan masyarakat yang pengelolaan sanitasi Kulonprogo dengan Pelaksana: PT.
Penyakit/Ke dan mengalami sakit berbasis masyarakat , dimulainya Bumi Indonesia
sehatan pengangkutan akibat dampak yang Melakukan pengelolaan Yogyakarta. kegiatan Instansi
material ditimbulkan adaya kebisingan, kualitas mobilisasi Pengawas: Bupati
kegiatan udara, air limbah dan peralatan Kulonprogo,
pertambangan sampah dan bahan DLH dan
Disnakersos
Instansi penerima
laporan:
Disnakersos dan
DLH
13
4. Tahap Pasca Operasi
Indikator
Lokasi Periode
Dampak Keberhasilan Institusi
Sumber Bentuk Pengelolaan Pengelolaan Pengelolaan
Lingkungan Pengelolaan Pengelolaan
Dampak Lingkungan Hidup Lingkungan Lingkungan
Yang Dikelola Lingkungan Lingkungan Hidup
Hidup Hidup
Hidup
Sikap dan Kegiatan Tidak timbul sikap Sosialisasi bahwa Desa Pasca operasi Instansi
persepsi penataan dan persepsi kegiatan Kulonprogo, kegiatan Pelaksana: PT.
masyarakat lahan negatif dari penambangan akan Yogyakarta. penambangan Bumi Indonesia
(Reklamasi masyarakat yang segera berakhir Bijih besi Instansi
dan dapat memicu Pembayaran Pengawas: Bupati
Revegetasi) timbulnya Jamsostek karyawan Kulonprogo,
gangguan yang yang telah emenuhi DLH dan
tidak dikehendaki peraturan ketenaga Disnakersos.
Pemberian hak kerjaan Instansi penerima
pengganti aset Pihak pemrakarsa laporan:
masyarakat sesuai agar memenuhi Disnakersos dan
dengan proporsi kewajibannya DLH Kulonprogo
kepemilikan terhadap hak-hak
masyarakat setempat
maupun karyawan
Pendapatan Kegiatan Masyarakat Masyarakat setempat Desa Pasca operasi Instansi
masyarakat penataan berpartisipasi dilibatkan dalam Kulonprogo, kegiatan Pelaksana: PT.
dan PAD lahan dalam melakukan tahp revegetasi atau Yogyakarta. penambangan Bumi Indonesia
(Reklamasi penghijauan pasca reboisasi lahan pasca Bijih besi Instansi
dan kegiatan kegiatan Pengawas: Bupati
Revegetasi) penambangan penambangan Kulonprogo,
Masyarakat dapat Melakukan DLH dan
dilibatkan sosialisasi tentang Disnakersos
pembibitan dalam manfaat terhadap Instansi penerima
areal nursery kegiatan reboisasi laporan:
atau penghijauan. Disnakersos dan
DLH Kulonprogo
14
Potensi Kegiatan Berkurangnya Melakukan program Desa Instansi
Gangguan penataan masyarakat yang pengelolaan sanitasi Kulonprogo, Pelaksana: PT.
Penyakit/Kes lahan mengalami sakit berbasis masyarakat Yogyakarta. Bumi Indonesia
ehatan akibat dampak yang Melakukan Instansi
ditimbulkan adaya pengelolaan Pengawas: Bupati
kegiatan kebisingan, kualitas Kulonprogo,
pertambangan udara, air limbah dan DLH dan
sampah Disnakersos
Instansi penerima
laporan:
Disnakersos dan
DLH
15
BAB III
RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP (RPL)
A. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
Pemantauan lingkungan dimaksudkan untuk memantau pelaksanaan
pengelolaan dampak penting akibat kegiatan Penambangan Bijih Besi. Rencana
pemantauan lingkungan hidup ini, dapat diketahui secara dini perubahan lingkungan
yang terjadi dari hasil pengelolaan yang telah dilakukan. Oleh karena itu, perlu
disusun secara sistematik alur pemantauan lingkungan hidup setiap jenis dampak
yang bersumber dari suatu kegiatan tertentu sebagai hasil pelaksanaan pengelolaan
lingkungan.
Usaha yang dilakukan untu melakukan rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RPL) pada usaha pembangunan pertambangan Bijih Besi yang akan dilakukan oleh
PT. Bumi Indonesia , dapat dipantau dari efek dan dampak uang ditimbulkan dari
usaha atau kegiatan penambangan bijih besi mulai dari tahap pra kontruksi hingga
tahap pasca operasi.
16
B. Matriks Pemantauan Lingkungan Hidup
1. Tahap Prakontruksi
17
terhadap dampak Deskriptif dengan
pekerjaan membandingkan
kontruksi sampai kondisi sebelum
taha operasi adanya rencana
kegiatan
2. Tahap Kontruksi
18
pengangkut Penerima laporan
an material Disnakersos dan
DLH Kulonprogo
Gangguan Lokasi, jumlah dan Mobilisasi Metode dan Analisis Pintu keluar Pemantauan Pemrakarsa: PT.
lalu lintas jenis potensi peralatan dan Data : Survei masuk lokasi dilakukan pada Bumi Indonesia
dan konflik kendaraa di material pengamatan lapangan proyek dan saat mobilisasi Pengawas: Bupati
kerusakan pintu keluar masuk di kawsan proyek rute jalur peralatan dan Kulonprogo,
jalan proyek dan jalan untuk mempelajari mobilisasi material DLH dan
sekitar proyek perilaku kendaraan Disnakersos.
pada saat keluar masuk Penerima laporan
lokasi proyek dan rute Disnakersos dan
sepanjang rute jalan DLH Kulonprogo
mobilisasi
Gangguan Matinya puluhan Kegiatan land Metode : Observasi Sungai, Pemantauan Pemrakarsa: PT.
biota air biota air seprti ikan clearing dan dengan melakukan kolam ikan, dilakukan satu Bumi Indonesia
dll stripping pengamatan secara pesisir pantai, kali selama Pengawas:
langsung dan media air tahap Puskesmas
Analisis Data : lainnya. kontruksi setempat, KLH
Pemeriksaan dan Dinkes
Laboratorium Kulonprogo
Penerima laporan
Dinkes
Kulonrogo dan
KLH Kulonprogo
19
Potensi Prporsi angka Mobilisasi Metode : Di wilayah Pemantauan Pemrakarsa: PT.
Gangguan kejadian penyakit peralatan Pengumpulan data Pantai Glagah dilakukan Bumi Indonesia
Penyakit/Ke di daerah Pesisir Land penyakit dari Kulonprogo setiap enam Pengawas:
sehatan pantai Glagah cleaning dan Puskesmas setempat bulan sekali Puskesmas
shipping dan survey kuesioner selama setempat, KLH
Pembanguna tentang gangguan beroperasi dan Dinkes
n base camp kesehatan yang Kulonprogo
diderita masyarakat Penerima laporan
sekitar Dinkes
Alat : Kuesioner Kulonrogo dan
Analisis Data : data KLH Kulonprogo
dari puskesmas
dianalisis
kemungkinan oenyakit
yang timbul akibat
operasional
pertambangan bijih
besi dan data
kuesioner dianisis
secara deskriptif dan
dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
20
3. Tahap Operasional
21
Gangguan Lokasi, jumlah Mobilisasi Metode dan Analisis Pintu keluar Pemantauan Pemrakarsa: PT.
lalu lintas dan jenis potensi peralatan dan Data : Survei masuk lokasi dilakukan Bumi Indonesia
dan konflik kendaraa material pengamatan lapangan proyek dan setiap enam Pengawas: Bupati
kerusakan di pintu keluar di kawsan proyek rute jalur bulan sekali Kulonprogo,
jalan masuk proyek dan untuk mempelajari mobilisasi selama tahap DLH dan
jalan sekitar perilaku kendaraan operasi Disnakersos.
proyek pada saat keluar masuk Penerima laporan
lokasi proyek dan rute Disnakersos dan
sepanjang rute jalan DLH Kulonprogo
mobilisasi
Potensi Prporsi angka Mobilisasi Metode : Di wilayah Pemantauan Pemrakarsa: PT.
Gangguan kejadian penyakit peralatan Pengumpulan data Pantai Glagah dilakukan Bumi Indonesia
Penyakit/Ke di daerah Pesisir Land cleaning penyakit dari Kulonprogo setiap enam Pengawas:
sehatan pantai Glagah dan shipping Puskesmas setempat bulan sekali Puskesmas
Pembangunan dan survey kuesioner selama tahap setempat, KLH
base camp tentang gangguan operasi dan Dinkes
kesehatan yang Kulonprogo
diderita masyarakat Penerima laporan
sekitar Dinkes
Alat : Kuesioner Kulonrogo dan
Analisis Data : data KLH Kulonprogo
dari puskesmas
dianalisis
kemungkinan oenyakit
yang timbul akibat
operasional
pertambangan bijih
besi dan data
kuesioner dianisis
secara deskriptif dan
dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
22
4. Tahap Pasca Operasional
23
Potensi Proporsi angka Penataan lahan Metode : Di wilayah Pemantauan Pemrakarsa: PT.
Gangguan kejadian penyakit Pengumpulan data Pantai Glagah dilakukan Bumi Indonesia
Penyakit/Ke di daerah Pesisir penyakit dari Kulonprogo secara berkala Pengawas:
sehatan pantai Glagah Puskesmas setempat selama masa Puskesmas
dan survey kuesioner pasca setempat, KLH
tentang gangguan perasional dan Dinkes
kesehatan yang Kulonprogo
diderita masyarakat Penerima laporan
sekitar Dinkes
Alat : Kuesioner Kulonrogo dan
Analisis Data : data KLH Kulonprogo
dari puskesmas
dianalisis
kemungkinan oenyakit
yang timbul akibat
operasional
pertambangan bijih
besi dan data
kuesioner dianisis
secara deskriptif dan
dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
24
BAB IV
PENUTUP
Masalah lingkungan merupakan masalah yang dapat berdampak untuk
keberlangsungan di masa depan. Seperti masalah yang terjadi di Daerah Istimewa
Yogyakarta tepatnya di Kulon Progo pantai Glagah. Saat dibangun menuai banyak pro
dan kontra, antara pihak pemerintah dengan masyarakat khusunya petani dan nelayan
di sekitar pantai. Karena dampak untuk kedepannya akan mempengaruhi ekosistem
dan kehidupan ekonomi yang sebelumnya bermata pencaharian sebagai petani dan
nelayan bagi masyarakat setempat.
Pemerintah sudah semestinya berhenti dari jeratan kaum kapitalis dan beranjak
memperdulikan masyarakat yang tidak di untungkan dengan kegiatan-kegiatan yang
menguntungkan kalangan elitis saja. Kebijakan pemerintah akan sangat menentukan
bagaimana masyarakat di Indonesia khususnya di jogja akan dibentuk maka dari itu
kebijakan yang ada harus simetris dan berjalan lurus dengan upaya mensejahterakan
masyarakat. Segala aktivitasnya tidak lain adalah untuk masyarakat semata.
Segala elemen baik dari elemen masyarakat, LSM, pemerintah, maupun
perusahaan harus tetap berjalan berdampingan untuk menjaga kelestarian lingkungan,
bukanya ada beberapa pihak yang memilih jalur untuk merusak lingkungan demi
sesuatu yang tidak sebanding harganya, sinergisitas antar elemen adalah kunci untuk
menjaga bumi agar tetap dalam kondisi yang nyaman bagi para penguninya
25