SEPTEMBER 2015
KATA PENGANTAR
PT Mustika Indah Permai (PT. MIP), berencana meningkatkan kapasitas penambangan batubara
dalam wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Kecamatan Merapi Barat dan Merapi Timur.
Kebutuhan energi yang terus meningkat pada saat ini dan di masa yang akan datang merupakan
tantangan yang harus dipenuhi melalui penyediaan sumber energi yang memadai, salah satunya
adalah batubara. Pada saat ini PT. MIP mempunyai izin penambangan batubara dengan kapasitas 5
juta ton/tahun sesuai studi AMDAL yang disetujui Bupati Lahat melalui SK No. 467/KEP/BLH/2008.
Berdasarkan hal tersebut, pada 2010 Bupati Lahat memberikan IUP Operasi Produksi kepada PT.
MIP melalui SK No. 503/188/Kep/ PERTAMBEN/2010. Dalam rangka mengantisipasi kebutuhan
batubara yang cukup tinggi di masa yang akan datang, maka PT. MIP akan meningkatkan kapasitas
penambangannya menjadi 10 juta ton/tahun. Peningkatan kapasitas penambangan dan produksi
batubara ini akan dilakukan secara bertahap melalui penambahan beberapa fasilitas penambangan
dan produksi, serta fasilitas lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup yang ada
saat ini.
Sehubungan dengan rencana tersebut, PT. MIP mengajukan perubahan Izin Lingkungan kepada
Bupati melalui Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Lahat sebagai instansi pemerintah yang
berwenang sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Republik Indoneia No. 27/2012
tentang Izin Lingkungan (Pasal 50). Sesuai dengan arahan BLH Kabupaten Lahat melalui Surat No.
660.1/685/BLH-4/2014 tanggal 31 Oktober 2014, PT. MIP diwajibkan menyusun dokumen AMDAL
baru yang terdiri dari dokumen Kerangka Acuan (KA), Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL)
dan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup
(RKL-RPL).
Dokumen ini merupakan RKL-RPL yang akan digunakan oleh Pemrakarsa sebagai arahan dan
panduan dalam mengelola dan memantau dampak yang timbul terhadap komponen lingkungan hidup
dari rencana kegiatannya. Penyusunan dokumen ini mengacu kepada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Republik Indonesia No. 16/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga studi
ini dapat disusun sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan memenuhi harapan semua pihak yang
terkait dan berkepentingan.
KATA PENGANTAR...........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ..............................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................iii
1.0 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG ..................................................................................... 1
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ............................................................................... 1
1.3 PERNYATAAN KEBIJAKAN LINGKUNGAN ............................................... 2
2.0 RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN
HIDUP .....................................................................................................3
2.1 RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP .................................... 3
2.2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP .................................... 21
3.0 JUMLAH DAN JENIS IZIN PERLINDUNGAN DAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP YANG DIBUTUHKAN .........39
4.0 PERNYATAAN KOMITMEN PELAKSANAAN RKL-RPL ....................39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................40
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A1 Peta RKL-RPL Tahap Pra-Konstruksi, Konstruksi, Operasi Penambangan
dan Pascaoperasi Penambangan
Berdasarkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2015 – 2024 dari PT. Perusahaan
Listrik Negara (PLN), diperlukan penambahan kapasitas daya sistem Sumatera sebesar 17,7 GW
dalam periode 2015 - 2024 atau rata-rata sebesar 1,7 GW per tahun. Untuk pemenuhan target
tersebut, direncanakan 45,5% berasal dari PLTU Batubara (coal-fired power plant). Selain sistem
Sumatera, PLN juga merencanakan adanya pembangkit listrik mulut tambang pada area konsesi
tambang di Sumatera Selatan untuk membantu pemenuhan listrik sistem Jawa-Bali dengan total
kapasitas penambahan 3 GW. Sehubungan dengan hal itu, PT. MIP berencana meningkatkan
kapasitas produksi dari 5 juta ton/tahun menjadi 10 juta ton/tahun. Oleh karena itu, PT. MIP
mengajukan perubahan Izin Lingkungan melalui penyusunan dokumen AMDAL yang terdiri dari KA,
ANDAL dan RKL-RPL.
Dokumen ini merupakan RKL - RPL yang memuat tentang upaya-upaya yang akan ditempuh PT. MIP
dalam menangani dampak dan memantau komponen lingkungan hidup yang terkena dampak secara
keseluruhan. Penyusunan dokumen RKL-RPL ini mengacu kepada Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 16/2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
2. Mengusahakan agar perubahan lingkungan yang diakibatkan oleh kegiatan PT. MIP tidak
menurunkan kualitas lingkungan hidup;
3. Memelihara kualitas lingkungan hidup di lokasi PT. MIP dan sekitarnya melalui penerapan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup;
5. Sebagai arahan dan panduan bagi instansi terkait dan masyarakat dalam membantu dan
mengawasi penerapan RKL-RPL;
PT. Mustika Indah Permai, berdasarkan prinsip saling menghormati dan saling menghargai,
akan selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal yang sejalan dengan pembangunan
berkelanjutan, ketentuan hukum yang berlaku, dan integrasi organisasi secara menyeluruh;
PT. Mustika Indah Permai mewujudkan komitmen dan prinsip tersebut melalui penetapan
kebijakan operasional dan diantaranya dengan menetapkan kebijakan Corporate Social
Responsibility melalui 5 (lima) Pilar Program, yaitu:
PT. Mustika Indah Permai melalui 5 (lima) Pilar Program Corporate Social Responsibility
bertekad untuk mengupayakan peningkatan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di
sekitar wilayah operasional pertambangannya bekerja sama dengan para Pemangku
Kepentingan. Dalam upaya mewujudkan tekad tersebut, dan dengan pertimbangan bahwa
Rencana pengelolaan lingkungan hidup untuk rencana kegiatan yang menjadi lingkup dalam
dokumen ini disajikan dalam bentuk matriks (Tabel 1), sedangkan peta lokasi pengelolaan disajikan
dalam Lampiran A1.
2. Timbulnya keresahan Pengadaan lahan Kejelasan informasi terkait Menyediakan informasi secara terbuka dan akuntabel Desa Kebur, Telatang, Selama Tahap Pra- Pelaksana: PT.MIP
masyarakat mekanisme dan proses tentang rencana kegiatan; Desa Merapi (Kec. Konstruksi Pengawas: BLH Kab. Lahat
pelaksanaan pengadaan Melakukan sosialisasi/penjelasan secara langsung Merapi Barat) dan
Penerima laporan: BLH Kab. Lahat
lahan. kepada masyarakat; dan Desa Gunung
Menurunnya keluhan, protes Penentuan harga lahan dilakukan secara musyawarah Kembang (Kec.
tentang mekanisme dan dan mufakat. Merapi Timur).
proses pengadaan lahan.
3. Perubahan persepsi Pengadaan lahan Meningkatnya persepsi Memberikan penjelasan yang baik dan benar dengan Desa Kebur, Telatang Selama Tahap Pra- Pelaksana: PT.MIP
masyarakat positif terhadap kegiatan melibatkan tokoh masyarakat; dan Desa Merapi Konstruksi Pengawas: BLH Kab. Lahat
pengadaan lahan Membangun kondisi lingkungan sosial yang kondusif (Kec. Merapi Barat)
Penerima laporan: BLH Kab. Lahat
Menurunnya keluhan melalui pendekatan partisipatif; dan dan Desa Gunung
tentang proses pengadaan Membangun pola interaksi harmonis antara masyarakat Kembang (Kec.
lahan dengan pelaksana kegiatan lapangan. Merapi Timur).
B. TAHAP KONTRUKSI
1. Perubahan pola mata Penerimaan tenaga kerja Bertambahnya jumlah Program CSR terutama bidang ekonomi melalui Desa Kebur, Telatang Selama Tahap Pelaksana: PT.MIP
pencaharian wirausaha baru dari pengembangan mata pencaharian alternatif; ekonomi dan Desa Merapi (Kec. Konstruksi Pengawas: BLH Kabupaten Lahat
masyarakat yang terkena produktif dan lainnya; Merapi Barat) dan
Penerima laporan:
dampak. Memfasilitasi wirausaha baru yang bersumber dari Desa Gunung
masyarakat terdampak. Kembang (Kec. Merapi BLH Kab. Lahat
Timur). Dinas Tenaga Kerja Kab. Lahat dan
Dinas Sosial Kab. Lahat
2. Perubahan kesempatan kerja Penerimaan tenaga kerja Minimum 30% dari kebutuhan Penerimaan tenaga kerja konstruksi yang dibutuhkan Desa Kebur, Telatang Selama Tahap Pelaksana: PT.MIP
tenaga kerja konstruksi (441 mengutamakan warga lokal sesuai dengan kualifikasi dan dan Desa Merapi (Kec. Konstruksi Pengawas: BLH Kab. Lahat
orang) diprioritaskan dari ketersediaan lapangan kerja, melalui : Merapi Barat) dan
Penerima laporan:
tenaga kerja lokal. sosialisasi secara intensif; Desa Gunung
Kembang (Kec. Merapi BLH Kab. Lahat dan
pengumuman;
Timur). Dinas Tenaga Kerja Kab. Lahat
penerimaan tenaga kerja secara transparan; dan
peningkatan keterampilan bagi warga lokal yang
memiliki potensi.
3. Perubahan tingkat Penerimaan tenaga kerja Adanya kepastian sumber Mengutamakan penerimaan tenaga kerja konstruksi Desa Kebur, Telatang Selama Tahap Pelaksana: PT.MIP
pendapatan pendapatan bagi dari masyarakat yang terkena dampak di sekitar tapak dan Desa Merapi (Kec. Konstruksi Pengawas: BLH Kab. Lahat
masyarakat terkena dampak proyek; dan Merapi Barat) dan . Penerima laporan:
yang terserap sebagai Menciptakan jalinan kemitraan dengan pemerintah Desa Gunung
tenaga kerja pada Tahap desa sekitar dalam rangka meningkatkan Kembang (Kec. Merapi BLH Kab. Lahat;
Konstruksi; perekonomian masyarakat. Timur). Dinas Tenaga Kerja Kab. Lahat; dan
Meningkatnya jumlah Dinas Sosial Kab. Lahat
tenaga kerja dari
masyarakat terkena dampak
yang terserap pada usaha-
usaha yang dikembangkan
oleh wirausaha baru;
Berdasarkan hasil telaah terhadap dampak penting yang dilingkup dalam dokumen ANDAL, maka
semua dampak yang dikelola harus dipantau agar upaya pengelolaan lingkungan menajdi lebih
efisien dan efektif. Pemantauan lingkungan dilakukan sesuai dengan tahap kegiatan yang dilakukan,
baik Tahap Pra Konstruksi, Tahap Konstruksi, Tahap Operasi Penambangan, dan Tahap
Pascaoperasi Penambangan. Tabel 2 menunjukkan rencana pemantauan lingkungan yang akan
dilakukan oleh PT. MIP untuk setiap tahap kegiatan. Peta lokasi pemantauan Tahap Konstruksi,
Tahap Operasi Penambangan dan Tahap Pasca-operasi Penambangan dapat dilihat pada
Lampiran A1.
Dampak Lingkungan yang Dipantau Bentuk Pemantauan Lingkungan Hidup Institusi Pemantauan Lingkungan Hidup
No Jenis Dampak Indikator/ Waktu dan
Sumber Dampak Metode Pengumpulan dan Analisis Data Lokasi Pemantauan Pelaksana Pengawas Penerima Laporan
yang Timbul Parameter Frekuensi
Dampak Penting yang dipantau
A. TAHAP PRA KONTRUKSI
1. Perubahan pola Semakin bertambahnya Pengadaan lahan Observasi partisipatif dengan melibatkan Desa Kebur, Telatang dan Desa Satu tahun sekali PT. MIP BLH Kab. Lahat BLH Kab. Lahat;
mata pencaharian jumlah buruh tani dan petani wakil masyarakat Merapi (Kec. Merapi Barat) dan Desa selama Tahap BLH Provinsi Dinas Tanaman
panggarap yang memilih Studi dokumentasi Gunung Kembang (Kec. Merapi Timur) Prakonstruksi Sumatera Selatan, Pangan dan
membuka usaha baru. Survei wawancara pada masyarakat terkena lihat Lampiran A1 Peta RKL-RPL Dinas Hortikultura
dampak Tahap Pra Konstruksi) Pertambangan dan
Deskriptif kualitatif Energi Provinsi
Sumatera Selatan
dan
KLHK
2. Timbulnya Para pemilik lahan Pengadaan lahan Observasi lapang dengan melibatkan wakil Desa Kebur, Telatang dan Desa Satu tahun sekali PT. MIP BLH Kab. Lahat BLH Kab. Lahat;
keresahan terdampak memahami masyarakat Merapi (Kec. Merapi Barat) dan Desa selama Tahap BLH Provinsi Dinas Tanaman
masyarakat informasi pelaksanaan Studi dokumentasi Gunung Kembang (Kec. Merapi Timu Prakonstruksi . Sumatera Selatan, Pangan dan
pengadaan lahan. Survei pada masyarakat terkena dampak lihat Lampiran Peta RKL-RPL Tahap Dinas Hortiikultura
Adanya identifikasi- dan wawancara Pra Konstruksi Pertambangan dan
inventarisasi pemilik Deskripsi secara kualitatif Energi Provinsi
lahan, tatabatas, Sumatera Selatan
pengukuran luas, dan
kesepakatan harga, dan KLHK
pembayaran lahan.
3. Perubahan persepsi Menurunya intensitas Pengadaan lahan Observasi lapang dengan melibatkan wakil Desa Kebur, Telatang dan Desa Satu tahun sekali PT. MIP BLH Kab. Lahat BLH Kab. Lahat;
masyarakat keluhan tentang proses masyarakat Merapi (Kec. Merapi Barat) dan Desa selama Tahap BLH Provinsi Dinas Tanaman
pengadaan lahan Studi dokumentasi Gunung Kembang (Kec. Merapi Prakoonstruksi . Sumatera Selatan, Pangan dan
Para pemilik lahan yang Survei wawancara pada masyarakat terkena Timur), lihat Lampiran A1 Peta RKL- Dinas Hortiultura
menerima proses dampak RPL Tahap Pra Konstruksi Pertambangan dan
pengadaan lahan Deskripsi secara kualitatif Energi Provinsi
Sumatera Selatan
dan
KLHK
B. TAHAP KONTRUKSI
1. Perubahan pola Tingkat fasilitasi Penerimaan dan Observasi lapang dengan melibatkan wakil Desa Kebur, Telatang dan Desa Satu tahun sekali PT. MIP BLH Kab. Lahat BLH Kab. Lahat;
mata pencaharian wirausaha baru bagi pelepasan tenaga kerja masyarakat Merapi (Kec. Merapi Barat) dan Desa selama Tahap BLH Provinsi Dinas Tenaga Kerja
masyarakat terkena Studi dokumentasi Gunung Kembang (Kec. Merapi Konstruksi. Sumatera Selatan, Dinas Sosial
dampak yang dapat Survei wawancara pada masyarakat terkena Timur), lihat Lampiran A1 Peta RKL- Dinas
mengembangkan dampak RPL Tahap Konstruksi . Pertambangan dan
usahanya. Energi Provinsi
Deskripsi secara kualitatif
Adanya sejumlah petani Sumatera Selatan
penggarap dan buruh dan
tani terkena dampak KLHK
yang masih bekerja di
sektor pertanian
2. Perubahan Meningkatnya partisipasi Penerimaan dan Observasi lapang dengan melibatkan wakil Desa Kebur, Telatang dan Desa Satu tahun sekali PT. MIP BLH Kab. Lahat BLH Kab. Lahat;
kesempatan kerja masyarakat lokal pada pelepasan tenaga kerja masyarakat Merapi (Kec. Merapi Barat) dan Desa selama Tahap BLH Provinsi Dinas Tenaga Kerja
kegiatan sosialisasi Studi dokumentasi Gunung Kembang (Kec. Merapi Konstruksi. Sumatera Selatan, Dinas Sosial
Tersedianya media Survei wawancara pada masyarakat terkena Timur), lihat Lampiran A1 Peta RKL- Dinas
pengumuman di balai dampak RPL Tahap Konstruksi Pertambangan dan
desa Deskripsi secara kualitatif Energi Provinsi
Tenaga kerja lokal Sumatera Selatan
terserap minimum ± dan
30% dari 441 orang KLHK
kebutuhan tenaga kerja
pada tahap konstruksi
Intensitas keluhan atau
25. Penurunan Keanekaragaman dan Pengupasan dan Survei dan pengambilan contoh biota air Hulu dan hilir Sungai Puntang serta Enam bulan sekali PT.MIP BLH Kab. Lahat BLH Kab.Lahat
keanekaragaman keseragaman biota perairan penempatan topsoil plankton dan bentos dianalisis di hulu dan dan hilir Sungai Kili dalam selama Tahap BLH Provinsi
biota perairan laboratorium. Pengambilan contoh biota IUP PT. MIP (lihat Lampiran A1 Peta Operasi Sumatera Selatan,
perairan dilakukan dengan cara sebagai RKL-RPL Tahap Operasi Penambangan Dinas
berikut : Penambangan) Pertambangan dan
Pengumpulan contoh plankton Energi Provinsi
menggunakan jaring plankton (plankton Sumatera Selatan
net). dan
Pengumpulan contoh benthos KLHK
menggunakan grab sampler.
Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif
dan kualitatif.
26. Perubahan persepsi Intensitas sosialisasi Pengupasan dan Observasi lapang dengan melibatkan wakil Desa Kebur, Telatang dan Desa Satu tahun sekali PT. MIP BLH Kab. Lahat BLH Kab. Lahat;
masyarakat rencana kegiatan penempatan topsoil masyarakat Merapi (Kec. Merapi Barat) dan Desa selama Tahap BLH Provinsi Dinas Tenaga Kerja
Gunung Kembang (Kec. Merapi Timur) Operasi
2. Izin Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari Bupati
Kabupaten Lahat. PT. MIP harus mendapatkan izin tersebut karena limbah B3 (seperti
pelumas bekas, limbah klinik, kain majun dan lainnya) akan disimpan untuk sementara waktu
hingga diangkut oleh pihak ketiga.
3. Izin Pembuangan Air Limbah (IBAL) dari Bupati Kabupaten Lahat. PT. MIP harus
memperoleh izin tersebut sehubungan dengan pembuangan air dari settling ke badan air
Sungai Puntang.
Anonymou., 2005. Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap Kesehatan, Departemen
Kesehatan RI. Jakarta
Anonymous. 2010. Pedoman Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Amdal, Direktorat Penyehatan
Lingkungan, Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementerian Kesehatan
RI. Jakarta
Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Edisi ke 2, IPB Press. Bogor.
Badan Standarisasi Nasional. 2010. Klasifikasi Penutup Lahan. SNI 7645. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. 2011. SNI 6597: Uji Statik Pengidentifikasian Sumber Air Asam
Tambang. Jakarta.
Cooper, C. D and F.C. Alley, 1986, Air Pollutin Control: A Design Approach, PWS Publisher, Boston,
Massachusetts 02116.
Deputi Tata Lingkungan-Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2007. Kualitas Udara. Jakarta.
Danish International Development Agency (DANIDA).
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Penerbit Kanisisus. Yogyakarta.
Emrich, A., Benno, P., Cornellia, S. 2000. Relevansi Pengelolaan Hutan Sekunder Dalam Kebijakan
Pembangunan. Deutsche Gesellschaft für. Eschborn.
Fidiarini, R. Hindra. 2012. Acid Mine Drainage Report PT. Mustika Indah Permai. Geology
Department. Jakarta.
Heyer WR, Donnelly MA, McDiarmid RV, Hayek LA, Foster MS. (eds). 1994. Measuring and
Monitoring Biological Diversity. Standard Methods for Amphibians. Smithsonian Institution Press,
Washington DC.
Hinds, W.C, 1982. Aerosol Technology: Properties, Behavior and Measurement of Airborne Particles,
John Wiley dan Sons, Inc.,New York.
Magurran, A.E. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton University Press. New
Jersey.
PT. MIP. 2015. Laporan Studi Kelayakan PT. Mustika Indah Permai, Kabupaten Lahat, Provinsi
Sumatera Selatan. Jakarta.
PT. MIP, 2008. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup Penambangan Batubara PT. Mustika
Indah Permai, Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan (KA-ANDAL, ANDAL, RKL-RPL).
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisa Populasi dan Komunitas. Usaha Nasional.
Surabaya.
Stirn, J, 1981. Manual Methods in Aquatic Environment Research. Part 8 Rome: Ecological
Assesment of Pollution Effect, FAO.
Sucipto, C. D., dan Asmadi.,2011. Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Amdal. Yogyakarta: Gosyen.
Whitehaven Coal Mining. 2009. Water Management Plan. Whitehaven Coal Mining Pty Ltd.Gunnedah
Wischmeier, W.H., and D.D. Smith. 1978. Predicting Reinfall Erosion Losses – A Guide to
Conservation Planning. USDA Agric. New York.