Anda di halaman 1dari 63

UKL – UPL SPPBE

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kegiatan usaha perdagangan khusus Bahan Bakar Gas dan Jasa


Pengisian/Pembotolan/Angkutan Gas serta Kegiatan Pengecatan Tabung ELPIJI (LPG)
mempunyai potensi menimbulkan dampak bagi lingkunga dan sekitarnya, baik dampak
negatif maupun dampak positif. Dalam proses pengerjaan kegiatan sampai operasional
produksi perlu dilakukan rencana langkah pengelolaan lingkungan secara tepat dan
efisien dengan tujuan agar potensi dampak negatif yang ada dapat dikelola dan
dihilangkan. Sedang dampak positif yang ada dapat dikelola untuk menjadi lebih optimal.

2. DASAR HUKUM

Sesuai dengan PERMEN No. 11 Tahun 2006 tentang Jenis Usaha dan Kegiatan yang
wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL, kegiatan pembangunan Stasiun Pengisian
dan Pendistribusian Bulk Elpiji atau SPPBE Desa Watualang Kecamatan Ngawi tidak
wajib dilengkapi dengan dokumen AMDAL, dan cukup hanya dilengkapi dengan UKL –
UPL. Untuk hal tersebut kegiatan pembangunan Stasiun Pengisian dan Pendistribusian
Bulk Elpiji atau SPPBE Desa Watualang Kecamatan Ngawi sesuai dengan peraturan
yang berlaku harus melengkapi dokumen UKL – UPL sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Sebagai tahap awal sesuai Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
86 Tahun 2002 tentang Pedoman Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup, maka akan dilakukan penyusunan UKL – UPL.

1. Undang-undang.

1. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 5/1990 tentang Sumber Daya Alam
Hayati dan Ekosistem.
2. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 23/1992 tentang Kesehatan.

3. Undang – undang RI Nomor 07/2004 tentang Pemerintah Daerah sebagaimana telah


dirubah dengan Undang – undang RI Nomor 12/2008.

4. Undang – undang RI Nomor 26/2007 tentang Penataan Ruang.

5. Undang – undang Republik Indonesia Nomor 32/2009 tentang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup.

2. Peraturan Pemerintah.

1. Peraturan Pemerintah No. 27/1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan


(AMDAL).

2. Peraturan Pemerintah No. 41/1999 Tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

3. Peraturan Pemerintah No. 82/2001 Tentang Pengolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.

3. Peraturan Presiden

1. Peraturan Presiden Nomor 36/2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan


Presiden Republik Indonesia Nomor 65/2006 tentang Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 82/2001 tentang Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan Pembangunan
untuk Kepentingan Umum.

4. Peraturan Menteri/ Kepala Badan.

1. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 718/MENKES/PER/XII/1987 tentang


Kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan.

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/LH/11/1996 tentang


baku Mutu Kebisingan.

3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 86/2002 tentang Pedoman


Pelaksanaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup.
4. PERMEN LH Nomor. 11/2006 tentang Jenis Usaha dan Kegiatan Yang Wajib di
lengkapi dengan dokumen AMDAL.

5. Permen LH Nomor 12/2007 tentang Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan dan


Dokumen Upaya Pemantauan Lingkungan.

6. Surat edaran Kepala BPPIP Nomor 287/BPPIP-SDWLH/VI/2000 tentang


Pelaksanaan Dokumen UKL dan UPL.

7. Surat Edaran Kepala BPPIP Nomor 428/BPPIP-SDWLH/IX/2000 tentang


Pelaksanaan Penilaian Dokumen UKL dan UPL.

1. IDENTITAS PERUSAHAAN

1. Nama Perusahaan : PT. SUMINAR MITRAGAS SELARAS

2. Alamat Perusahaan : Jl. Raya Ngawi Solo, Desa Watualang, Kec. Ngawi, Kab.

Ngawi

3. Penanggung Jawab : WHARI PRIHARTONO

4. Jabatan : DIREKTUR

5. Lokasi Usaha : Jl. Raya Ngawi Solo, Desa Watualang, Kec. Ngawi, Kab.

Ngawi

4. TATA LETAK KEGIATAN

PT. SUMINAR MITRAGA SELARAS terletak di Jl. Raya Ngawi Solo, Desa Watualang,
Kec. Ngawi, Kab, Ngawi dengan batas-batas kegiatan sebagai berikut :

 Sebelah utara : Jalan Raya Ngawi – Solo

 Sebelah timur : Tanah sawah milik Ny. Sri Hartati


 Sebelah barat : Tanah sawah milik Ir. Budi Sulityono

 Sebelah selatan : Tanah sawah milik Ny. Sriyantini Wiryaningsih

1. PERIJINAN YANG DIMILIKI

1. Tanda Daftar Perusahaan Terbatas (TDP)

2. Surat Bupati Ngawi Nomor : 503/369,404.209/2010 tanggal 26 Agustus 2010 tentang


Rekomendasi Pemanfaatan Ruang untuk Pendirian SPPBE di Desa Watualang
Kecamatan Ngawi.

6. TUJUAN DAN KEGUNAAN UKL-UPL

1.6.1 Tujuan UKL-UPL

Tujuan upaya pengelolaan dan upaya pemantauan lingkungan SPBE PT. Suminar
Mitragas Selaras antara lain :

1. mengidentifikasi kegiatan rencana pembangunan SPBE baik pada tahapan pra-


konstruksi, konstruksi hingga operasional, terutama yang memiliki potensi
menimbulkan dampak terhadap lingkungan.

2. mengidentifikasi komponen di lokasi kegiatan dan sekitarnya yang


diperkirakan akan terkena dampak.

3. mengevaluasi dampak lingkungan hidup sebagai akibat adanya kegiatan


pembangunan SPBE.

4. merumuskan saran dan tinda lanjut upaya-upaya pengelolaan dan pemantauan


lingkungan di lokasi dan sekitarnya.

1.6.2 Kegunaan UKL-UPL


Kegunaan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan
Lingkungan Hidup (UKL-UPL) SPBE PT. Suminar Mitragas Selaras ini adalah :

1. Bagi Pemrakarsa

1. sebagai pedoman atau acuan pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan


lingkungan, serta untuk memenuhi persyaratan perizinan dan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pedoman bagi pemrakarsa untuk mengembangkan dampak positif dan


mengendalikan dampak negatif dari kegiatan rencana pembangunan SPBE.

3. Mengetahui permasalahan lingkungan yang mungkin timbul di masa yang


akan datang dan cara-cara pencegahan serta penanggulangan sebagai akibat
adanya kegiatan pembangunan SPBE.

4. Sebagai pedoman untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan


sebagaimana tersebut dalam Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL)

5. Sebagai implementasi pembangunan berwawasan lingkungan.

2. Bagi Pemerintah

1. sebagai bahan masukan dalam menentukan kebijakan pengelolaan lingkungan


di sekitar kegiatan pembangunan SPBE, termasuk tindak pengawasan terhadap
pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan oleh Pemrakarsa.

2. Membantu pemerintah dalam proses pengambilan keputusan, khususnya


dalam hal pemilihan alternatif yang layak dari segi lingkungan dalam kaitanya
dengan kegiatan pembangunan SPBE.

3. Bagi Masyarakat

1. memberi informasi kepada masyarakat mengenai adanya kegiatan


pembangunan SPBE di lingkungan sekitarnya sehingga dapat memanfaatkan
dampak positif dan menghindari dampak negatif yang ditimbulkan.
2. Dengan adanya kualitas lingkungan yang dikelola dan dipantau, masyarakat
sekitar akan merasa nyaman di lingkungan tempat tinggalnya karena tidak
merasa terganggu dengan adanya kegiatan pembangunan SPBE.

3. Mengetahui kualitas lingkungan disekitarnya dan dapat mengetahui ketentuan-


ketentuan yang dapat dilaksanakan oelh pemrakarsa, khusunya dalam
melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan.

4. Dapat digunakan untuk memahami tentang upaya pengelolaan yang dilakukan


oleh pemrakarsa sehingga dapat menentukan tindak peran sertany termasuk
pengawasanya.

5. Dengan pelaksanaan pengelolaan lingkungan, masyarakat dapat mengambil


peran untuk berpartisipasi demi kelestarian lingkungan.

BAB II

URAIAN RENCANA KEGIATAN

1. DATA UMUM

1. data pemrakarsa

a. Nama Perusahaan : PT SUMINAR MITRAGAS SELARAS


b. Penanggung Jawab : WHARI PRIHARTONO

c. Alamat Lokasi : Jl. Raya Ngawi Solo, Desa Watualang, Kec. Ngawi, Kab. Ngawi

1.2. Nama Rencana Usaha : Pembangunan Stasiun pengisian Bulk Elpiji (SPBE)

/ kegiatan

1.3. Lokasi Rencana Usaha Kegiatan

Jalan : Jalan Raya Ngawi-Solo

Desa : Watualang

Kecamatan : Ngawi

Kabupaten : Ngawi

Propinsi : Jawa Timur

1.4. Status Lahan Rencana Usaha/Kegiatan

Status lahan yang digunakan untuk kegiatan rencana pembangunan SPBE adalah Hak
Guna Bangunan hal tersebut atas nama Ir. Budi Sulistyono

1.5. Rencana Sumber Pendanaan

Rencana sumber pendanaan usaha dan kegiatan berasal dari Non PMA-PMDN

2. DESKRIPSI RENCANA USAHA / KEGIATAN


1. Jenis Rencana Usaha / Kegiatan

Jenis kegiatan yang direncanakan adalah Pembangunan Stasiun Pengisian Bulk Elpiji
khusus untuk tabung elpiji kapasitas 3 kg

2. Waktu Pelaksanaan Rencana Pembangunan SPBE.

Waktu pelaksanaan pekerjaan persiapan dan konstruksi direncanakan selama 4 bulan


yang akan dimulai dari bulam Januari 2011 dan akan diakhiri pada bulan April
sehingga direncanakan pada bulan Mei Operasi SPBE sudah dapat dilakukan.

3. Sekala Usaha dan kegiatan

1. luas tanah / lahan

rencana lahan yang dimanfaatkan adalah seluas 5.150 m Dari luas lahan tersebut
dimanfaatkan untuk pembangunan SBPE beserta bangunan pendukungnya seluas
1000m. Sedangkan sisanya Akan dimanfaatkan sebagai lahan terbuka untuk jalan
lingkungan paving blok, areal parkir, taman/;ansekap, SPAH dan saluran air hujan
(drainase).

2. Konsep Perencanaan Bentuk dan Arsitek Bangunan

Rencana pembangunan SPBE dan fasilitas pendukungnya dibangun mengikuti


peraturan/standar dari PT pertamina Pusat. PT Pertamina Pusat mengeluarkan
standar tersebut juga mengacu pada faktor keamanan, kenyamanan dan efisiensi
pemanfaatan lahan.

Kantor SPBE
4. Struktur Bangunan dan Bahan-bahan Instalasi Pendukung

Sedangkan bahan-bahan dari instalasi dan bangunan fasilitas penunjang SPBE ini
mengacu pada standar dari PT Pertamina antara lain :

1. Tangki timbun : A-516 70/ A-5517B

2. Pipa dan perlengkapan

- Pipa : A-106 B/ A-53 B, SMLS atau ERW

- Flange : A-105

- Fiting : A-234 WPB

- Copling : A-105

- Socket : A-105

- Unions : A-105

- Ball, Check Valve : A-216 WCB/A-105

- Gasket : Spiral Wound dengan non metalic filter

- Baut & mur : Baut A-193 B7, mur A-194 2 H

3. Pompa LPG : Cast Iron GG25

4. Kompresor LPG : Cast Iron GG25

5. Instrumentasi

- Pressure Safty Valve : A-216 WCB

- Pressure Gauge : SS 304 atau SS 316

- Level indicator : standar LPG

6. Bangunan Pengisian
- Pondasi : Batu kali

- Pondasi telapak : beton campuran 1:2:3

- Base plate & baut angkur : A-36 & HTB atau setara

- Tiang kolom : A- 36 & SS-41 atau setara

- Portal baja rangkap atap : A- 36 & SS-41 atau setara

- Gording rangka atap : A- 36 & SS-41 atau setara

- Support gording rangka atap : A- 36 & SS-41 atau setara

- Ikatan angkn rangka atap : Besi

- Atap : Zincallume

- Talang : Seng, pipa PVC

- Penggantung lisplank : A- 36 & SS-41 atau setara

- Lisplang : Allumunium Composite

- Logo Pertamina : Acrylic Back Light

- Tulisan Pertamina : Acrylic Back Light

- Logo Elpiji : Acrylic Back Light

7. Kantor, m.3usola, toilet, shelter sopir

- Pondasi : Batu kali

- Pondasi telapak : Beton campuran 1:2:3

- Lantai kerja : Pasir urug

- Kolom : Beton campuran 1:2:3


- Sloof balok : Beton campuran 1:2:3

- Ring balok : Beton campuran 1:2:3

- Dinding : Batu bata

- Plesteran : Semen, pasir

- Cat dinding : Cat Emulsi, Cat lapis dasar

- Lantai : Keramik tile, granit tile

- Dinding toilet : Kramik tile, granit tile

- Kusen : Allumunium Solid

- Kaca : Polos atau rayband

- Portal baja rangka atas : A-36 / SS-41 atau setara

- Gording rangka atap : A-36 / SS-41 atau setara

- Support gording rangka atap : A-36 / SS-41 atau setara

- Ikatan angin rangka atap : Besi

- Atap : Zincallume

- Talang : Seng, Pipa PVC

- Plafon : Allumunium Spanderll, gypsun

- Penggantung lisplank : A-36 / SS-41 atau setara

- Lisplank : Allumunium Composite

- Lampu : Standar

 Lantai kerja :Pasir


 Kolom : Beton campuran 1:2:3

 Sloof balok : Beton campuran 1:2:3

 Ring balok : Beton campuran 1:2:3

 Dinding : Batu bata

 Plesteran : Semen dan pasir

 Cat dinding : Cat Emulsi dan cat lapis dasar

 Lantai : Keramik tile,granit tile

 Dinding toilet : Keramik tile,granit tile

 Kusen : Allumunium Solid

 Kaca : Polos atau rayband

 Portal baja rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

 Gording rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

 Support gording rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

 Ikatan angin rangkap atap :Besi

 Atap : Zincallume

 Talang : Seng,pipa PVC

 Plafon : Allumunium Spandrell,gypsum

 Penggantung Lisplank : A-36 / SS-41 atau setara

 Lisplank : Allumunium Composite

 Lampu : Standar

8. Pos jaga

 Pondasi : Batu kali


 Pondasi telapak : Beton campuran 1:2:3

 Lantai kerja : Pasir urug

 Kolom : Beton campuran 1:2:3

 Sloof balok : Beton campuran 1:2:3

 Dinding : Batu bata

 Plesteran : Semen dan pasir

 Cat dinding : Cat Emulsi dan cat lapis dasar

 Lantai : Keramik tile,granit tile

 Dinding toilet : Keramik tile,granit tile

 Kusen : Allumunium Solid

 Kaca : Polos atau rayband

 Atap : Beton campuran 1:2:3

 Talang : Pipa PVC

 Plafon gudang dan bengkel : Allumunium Spandrell

 Lisplank : Beton campuran 1:2:3

 Cat lisplank : Cat Emulsi dan cat lapis dasar

9. Rumah pipa dan kompresor

 Pondasi : Batu kali

 Pondasi telapak : Beton campuran 1:2:3

 Base plate : A-36 & HTB atau setara

 Tiang kolom
 Portal baja rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

 Gording rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara


 Support gording rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

 Ikatan angin rangkap atap :Besi

 Atap : Zincallume

10. Ruamh pompa dan PMK dan kolam PMK

 Pondasi : Batu kali

 Pondasi telapak : Beton campuran 1:2:3

 Base plate dan baut angkur : A-36 & HTB atau setara

 Tiang kolom
 Portal baja rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

 Gording rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

 Support gording rangkap atap : A-36 / SS-41 atau setara

 Ikatan angin rangkap atap : Besi

 Atap : Zincallume

11. Rumah Genset,Gudang & Bengkel

 Pondasi : Batu kali

 Lantai kerja : Pasir urug

 Kolom : Beton campuran 1:2:3

 Sloof balok : Beton campuran 1:2:3

 Ring balok : Beton campuran 1:2:3

 Dinding : Batu bata , Celcon

 Plesteran : Semen dan pasir

 Cat dinding : Cat Emulsi dan cat lapis dasar


 Lantai : Beton campuran 1:2:3

 Atap : Beton campuran 1:2:3

 Talang : Pipa PVC

 Plafon gudang dan bengkel : Allumunium Spandrell

 Lisplank : Beton campuran 1:2:3

 Cat lisplank : Cat Emulsi dan cat lapis dasar

12. Papan nama

 Pondasi : Beton campuran 1:2:3

 Base plate : A-36 / SS-41 atau setara

 Angkur Bolt : Baja HTB A-325

 Slab beton : Beton campuran 1:2:3

 Rangka utama : Baja Profil

 Pembungkus tiang dan papan nama : Alllumuniun Composite

 Huruf dan papan nama : Acrilic

 Logo pertamina : Acrylic Back Light

 Tulisan pertamina : Acrylic Back Light

 Tulisan SPPBE : Acrylic Back Light

 Logo elpiji : Acrylic Back Light

 Tilisan PT : Acrylic Back Light

Penggunaan material bengunan akan diambil dri daerah Sleman dan


sekitarnya dan akan langsung dikirim ke lokasi pembangunan secara bertahap sesuai
dengan kebutuhan selama kegiatan konstruksi berlangsung.

5. Bahan Kapasitas dan Proses Produksi


a. Bahan baku

Untuk operasional SPBE,bahan


bakunya adalah gas elpiji yang
didatangkan menggunakan mobil
tangki-tangki pengangkut milik PT.
Pertamina langsung dari Cilacap
dengan kapasitas tiap mobil tangki 18 ton yang selanjutnya ditampung dalam
tangki-tangki timbun. Kapasitas tangki timbun sebanyak 30 ton/hari. Dan di lokasi
SPPBE terdapat 1 buah tangki timbundnagn kapasitas 50.000 kg.

Tangki Penampungan Gas Elpiji

b. Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi yang dihasilakan 12000 kg/hari dan produk yang dihasil 11.700
kg/hari.

c. Proses Produksi

Untuk proses produksi saat operasional nanti meliputi pengisian gas oleh distributor
gas elpiji PT. Pertamina dari Cilacap melalui mobil tangki, gas elpiji tersebut
dimasukkan ke dalam tangki-tangki timbun tempat penampungan gas di SPBE
tersebut. Sedangkan untuk pelayanan pengisian gas elpiji ketabung-tabung gas elpiji
di dalam tangki timbun tersebut dipompa ke esin pengisi gas{ mesin kovosel }
dengan dilengkapi pompa sebanyak 18 bauh.

Disediakannya area bongkar muat tabung-tabung elpiji dimaksudkan untuk


memudahkan pengangkutan dan juga keamanan operasional. Mobil pengangkut
elpiji harus bersertifikat dan memiliki ijin bahwa kandungan gas buang telah
memenuhi standar baku mutu gas buang kendaraan. Lebih detail tentang alur di
system pengisian gas

Mesin Pengisian Gas Elpiji

Keterangan

1. Tabung-tabung gas kosong ditempatkan pada lokasi terpisah {area nomor 10}
2. Dinaikkan ke rel jalur pengisian tabung.(1)
3. Tabung-tabung kosong tersebut diberi kode terlebih dahulu (2)
4. Pengisian gas elpiji di mesin pengisian tabung ada 18 mesin pengisi tabung(3)
5. Tabung-tabung yang telah terisi gas tersebut dicek ukurannya(4)
6. Selanjutnya ditimbang berat tabung beserta gas tersebut (5)
7. Tabung-tabung gas tesebut dites ada kebocoran atau tidak (6)
8. Apabila ada tabung gas yang tidak lolos dalam pengecekan,berat dan ada kebocoran
segera dipisahkan dan ditempatkan pada rak-rak (7)
9. Pemberian tutup pada tabung gas (8)
10. Pemberian seal pada tabung gas (9)
11. Proses pengisian gas sudah selesai dan tabung-tabung gas yang telah terisi
ditempatkan area tersendiri(11)
12. Selanjutnya tabung-tabung gas siap diangkutke dal truk dan didistribusikan.

Pengisian Gas ke Tabung

Pengecekan Tabung Gas

Mesin Pembungkus Tutup Tabung Gas

6. Konsep Perencanaan Srana dan Prasarana


1. Prasarana Parkir Kendaraan

Berdasarkan rencana Site


plan ,rencana parker untuk
kendaraan bermotor roda empat dan
roda dua akan dibangun dengan
permukaan paving blok/grassblock
pres mesin dengan tebal (6,0-10,0) cm, dibawah paving blok akan dilapisi pasir
setebal {15-20) cm. Untuk menghindari gangguan terhadap arus lalulintas di
Jalan depan lokasi kegiaan,maka pengaturan sirkulasi kendaraan yang akan
keluar masuk lokasi kegiatan akan sangat diperhatikan dengan menempatkan
petugas pengatur lalulintas. Selain itu,disbelah depan pagar pembatas( dekat
jalan) juga dapat digunakan untuk parker kendaraan truk pengangkut,untuk
parkir kendaraan ini disediakan areal seluas 427 m persegi. Untuk meningkatkan
kelancaran truk tangki elpiji dan truk pengangkut tabung gas 3 kg keluar masuk
lokasi SPBE telah dilebarkan akses jalan masu dari lebar 3m menjadi 5m.

Parker Kendaraan SPBE

2. Saluran Pembuangan Air Hujan

Saluran pembuangan air hujan berupa saluran terbuka dan sebagian salura
tersebut diatasnya akan ditutup dengan jeruji besi (plat beton) agar terlihat dan
mudah terkontrol kebersihannya serta saluran akan diarahkan ke sebelah barat
dan timur berhubungan dengan SPAH dan luapan langsung masuk ke saliran
irigasi di sisi timur dan barat lokasi SPBE.
3. Sumur Peresapan Air Hujan (SPAH)

Sumur peresapan Air Hujan akan dibangun di sudut bangunan serta halaman
maupun tempat parker. Mengacu pada ketentuan tiap 60 m persegi luasan tanh
yang tertutup oleh bangunan maupun paving conblock harus ada 1 bah sumur
resapan dengan kapasitas 1,5 m prsegi,maka dengan luas bangunan dan
pengerasan seluas 5677 m persegi,maka akan dibangun dengan sumur sejumlah
47 buah dengan kapasitas 3 meter persegi. Setiap SPAH terbuar dari buis beton
berdiameter 80 cm dan tebal 20 cm serta ditutup plate beton tebal 12 cm dengan
dasar sumur dilengkapi dengan media penyaring yang terdiri dari
ijuk,kerikil,dan pasir. Specifikasi Sumur Peresapan Air Hujan (SPAH) yang
dibangun adalah sebagai berikut:

Lebar/diameter :0,8 meter

Kedalaman (h) : 6 meter

Kedalaman media : 0,5 meter

Disetiap sumur peresapan air hujan dilengkapi dengan saluran outlet yang saling
terhubung ke saluran air hujan( drainase). Hal tersebut dimaksudkan jika terjadi
overflow/luapan dari dalam SPAH,maka air hujan dapat tetap mengali menuju
saluran air hujan sehingga air tidak menggenangi halaman / area parker.

4. Tata Lansekap

Tata ruang terbuka akan dibuatkan di sebelah utara ,selatan dan barat dari okasi
SPBE ini. Penataan ruang ini mengacu pada:

1. Unsur estetika,yaitu memberikan pandangan yang indah agar lebih meningkatkan


kenyamanan.

2. Sirkulasi udara segaryaitu memberikan suasana teduh,sejuk dan segar.

3. Jenis pohon alternative yan dipilih antara lain palm,Rumput-rumputan ,Rumput


manila(Zoysia matrella),rumput grinting (Cynodon dactylon).
Jenis tanaman akan dipilih yang dapat menyesuakan karakter bangunan dan
fungsi taman tersebut,sehingga tanaman dapat dijadikan elemen penghanta
atmosfer sekaligus peneduh dan penyerap polutan udara di sekitarnya.

5. Prasaran Pengelolaan Air Buangan

1. Septictank

Septictank akan dibangun untuk menampung dan mengolah buangan air dari
kamar mandi/toilet. Rencana pembuatan septictank dibuat 4 buah septictank
dengan criteria dapat enampung pembuangan dari kamar mandi/toilet,
septictank tersebut direncanakan dengan dimensi 2m x 2m x 1m selanjutnya
dilengkapi dengan 1 buah peresapan untuk menampung luapan air dari
septictank. Peresapan tersebut dibuat dengan menggunakan buis betin
berdiameter 8 cm dan kedalaman 3,00 meter serta dilengkapi dengan bak
control (Mainhole).

2. Peresapan Limbah Cair

Peresapan limbah cair dibqngun khusus untuk menampung/mengolah


limbah cair domestic yang berasal dari KM/toilet,urinoir dan westafel.
Peresapan limbah cair ini akan dibangun 1 buah di sebelah samping depan
utara site bangunan. Esain peresapan direncanakan merupakan peresapan
tertutup plate beton tebal 15 cm menggunakan buis beton berdiameter 80 cm
dengan kedalaman 3,00 m. Peresapan tersebut akan dilengkapi juga dengan
bak control intuk memonitoring volume air kotor yang tertampung.

Untuk melihat lebih jelas tentang sistm pengelolaan air buangan SPBE ini
dapat dilihat pada skema berikut ini.

6. Penyediaan Air Bersih

Pemenuhan kebutuhan air SPBE dircanakan akan menggunakan sumber air


yang berasal adari sumur gali. Hal tersebut dipilih dengan mempertimbangkan
factor efisiensi kebutuhan air yang tidak terlalu besar. Rencana akan dibuatkan
sumur sebanyak 1 titik di dalam lokasi SPBE.
Fasilitas-fasilitas penunjang untuk memepermudah pross distribusi air rencana
dilengkapi dengan:

1. Lifting pump kapasitas 15 m /detik dan pump panel box

2. Pipa distribusi 40-50 cm

3. Tangki penampung ait (tower tank) sebanyak 2 unit ,ka[asitas 2 liter.

Selanjutnya distribusi air disabungkan ke krann KM / toilet, westafel, urinoir


serta ruang produksi. Perkiraan penggunaan air bersih saat operasional yaitu
untuk aktifitas karyawan dan pengunjung dengan jumlah karyawan 39
orang,asumsi jumlah pengunjung 40 orang/hari adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan air untuk kegiatan karyawan dan pengunjung( kamar mandi/WC dan
mushola)

79 orang x @25 liter ( Noerbambang & Morimura) = 1975 liter/hari=1,98


m /hari

2. Keperluan penyiraman taman/op n space:

163,5 m x @ 4 liter/hari ( Noerbambang & Morimura) = 654 liter/hari =0,65


m/hari

Total kebutuhan air bersih (saat di puncak)

=1.98 m/hari + 0,65 m/hari= 2,63 m/hari

Jenis Sumber Kapasitas Diolah/tidak Keterangan


penggunaan

Sumur dangkal 5000-7000 ltr/hr Septic tank,resapan KM,WC

Dikembalikan Untuk pendingin


kedalam reservoir tanki timbun

Dikuras Kolam (bak air


hidran)
7. Pengelolaan sampah

Kebersihan dan estetika SPBE akan dikelola agar lingkungan SPBE tetap terjaga
kebersihannya. Sistem pengelolaan sampah direncanakan akan menerapkan pola
komunal langsung yaitu pengelolaan di dalam ruangan dilakukan dengan
pengumpulan sementara di dalam bin/wadah sampah dengan jumlah 7 yang akan
ditempatkan di tiap ruangan. Untuk pengelolaan di luar ruangan, akan
ditempatkan bin/wadah sampah 2 buah yaitu bak sampah kering dan hasah di titik
halaman yang strategis dan mudah dijangkau. Frekuensi pengumpulan sampah
dilakukan setiap 1 hari sekali. Seluruh sampah yang berasal dari dalam lantai
maupun dari luar lantai/halaman selanjutnya akan ditampung sementara di dalam
Tempat Penampungan Sampah Sementara{ TPS } yang ditempatkan di sebelah
depan SPBE.

Selanjutnya akan bekerjasama dengan warga sekitar

8. Kebutuhan Pasokan Energi

Rencana penggunaan energy listrik SPBE adalah menggunakan eneri listrik dari
untuk SPBE adalah menggunakan energi listrik yang bersumber dari PT. PLN
{Persero } dan Genset sebanyak 1 ( satu) unit. Untuk energy listrik dari PT.PLN
( Persero ) dengan kapasitas 82.5 KVA akan digunakan rutin setiap hari,
sedangkan Genset akan digunakan sebagai cadangan jika terjadi pemadaman
listrik dari PT. PLN ( Persero ).

Jenis Energi Kapasitas Pemakaian per bulan Sumber


terpasang

Listrik 250 A

Genset 125 A

9. Sistem Penanggulahgan Bahaya Kebakaran

Sistem penanggulangan kebakaran yang akan digunakan menggunakan 2 metode


yaitu dengan hidran kebakaran dan juga tabung pemadam kebakaran. Hidran
kebakaran digunakan untuk memadamkan api dengan menggunakan air yang
dipompakan sehingga mempunyai tekanan yang kuat dan jumlah air yang
disiramkan banyak. Biasanya hidran kebakaran ini digunakan untuk memadamkan
kebakaran yang besar.Sedangkan untuk penyediaan tabung pemadam
kebakaranukuran besar sebanyak 4 buah dengan kapasitas 68 kg dan 9 buah
dengan kapasitas 9 kg yang akan ditempatkan di setiap bangunan. Selain dengan
penyediaan alat pemadam kebakaran, SPBE akan dilengkapi dengan sensor
kebocoran gas yang dimaksudkan untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran.
Sensor ini akan dipasang di tiap ruang. Selain itu disediakannya ruang tunggu bagi
sopir tangki pengangkut tabung-tabung gas, ketika menunggu peengisian tabung-
tabung gas elpiji yang mereka angkut dapat mengurangi resiko terjadinya
kebakaran.

Pemadam kebakaran

Tanki dan alat pemadam kebakaran yang terpasang pada kendaraan:

Kapasitas Tanki Jumlah Alat Pemadam Kebakaran

( Unit)

1 2 3

9 ton 1 3 tabung ( 2 DCP:Dry Chemical Powdwe berat 9 kg


dan gas CO2 berat 3 kg

8 ton 1 3 tabung ( 2 DCP:Dry Chemical Powdwe berat 9 kg


dan gas CO2 berat 3 kg

12 ton 4 Masing-masing unit kendaraan skid tank

3 tabung ( 2 DCP:Dry Chemical Powdwe berat 9 kg


dan gas CO2 berat 3 kg

15 ton 1 3 tabung ( 2 DCP:Dry Chemical Powdwe berat 9 kg


dan gas CO2 berat 3 kg

Untuk menjaga keamanan lingkungan apabila terjadi kecelakaan kerja sarana yang tersedia
(alat pemadam kebakaran) :

 4 titik pompa hydrant yang dipasang dihalaman perusahaan


 10 tabung CO2 berat pertabung 3 kg dipasang dihalaman dan didalam ruangan
 12 tabung DCP berat per tabung 9 kg dipasang dihalaman dan didalam ruangan.
 4 unit Alat pemadam kebakaran (APK) berat rata-rata 70 kg dengan troli.

10. Sistem Keamanan

Untuk mengantisipasi terjadinya gangguan keamanan di lingkungan SPBE


tersebut, beberapa hal yang akan dilakukan yaitu dengan penjagaan pleh petugas
keamanan (satpam) sebanyak 9 orang dengan jam kerja dibagi dalam 3 shift,
pembuatan pintu gerbang utama yang dilengkapi dengan pos jaga, pintu akses dan
dilengkapi dengan penjaga gerbang, selain itu juga akan dipasang CCTV di setiap
ruang maupun tempat-tempat penting yang melibatkan karyawan sehingga
mempermudah pengawasan segala aktifitas operasional. Untuk pengamanan
kebakaran maupun kebocoran gas digunakan alat sensor baud an suhu yang dapat
mendeteksi keocoran gas, sistem kerjanya alat tersebut apabila sensor mendeteksi
adanya sinyal/bau yang diset oleh alat sensor tersebut maka control sirine dan
lampu control akan berbunyi/menyala.

2.3 URAIAN RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


Uraian kegiatan pembangunan SPBE oleh PT. Suminar Mitragas Selaras, secara ringkas
dapat dilihat pada diagram alir berikut ini.

Uraian secaa inci tentang kegiatan-kegiatan di atas akan dijelaskan pada uraian berikut
ini:

2.3.1 Tahap para Konstruksi adalah tahapan sebelum dimulainya kegiatan


pembangunan. Lahan untuk rencana kegiatan pembangunan SPBE terletak di
Desa Watualang, Kabupaten Ngawi. Pada tahap pra konstruksi ini kegiatan yan
dilakukan antara lain:

a. Pembebasan dan Pengukuran Ulang Lahan

Merupakan kegiatan pembelian tanah/pembebasan tanah terhadap pemilik


tanah yang akan digunakan sebagai lahan pembangunan SPBE,luas lahan yang
dibebaskan seluas 5.150 m. Pada saat pembebasab tanah ini pemrakarsa
memberikan harga yang sesuai dan disepakati oleh pemilik lahan. Pengukuran
ulang lahan dilakukan untuk mengetahui batas-batas lahan dan luasan
lahan ,sehingga dalam perencanaan Pembangunan SPBE dapat menyesuaikan
dengan ketentuan-ketentuan Peraturan Daerah yang berlaku.

b. Kegiatan Sosialisasi

Kegiatan Sosialisali ini dilakukan sebagai pemberian informasi kepada


masyarakat sekitar sekaligus menyampaikan maksud dan tujuan dari kegiatan
pembangunan SPBE oleh PT. Suminar Mitragas Selaras terkait kegiatan
pembangunan SPBE dan operasionalnya. Dalam kegiatan ini didapatkan
kesepakatan antara pemrakarsa dengan masyarakat sekitar lokasi rencana
pembangunan SPBE, selanjutnya dituangkan dalam notulensi hasil sosilaisasi
yang diketahui oleh Pemerintah Kecamatan Ngawi serta Pemerintah Desa
Watualang. Sedangkan sosialisai ini telah dilaksanakan dan menghasilkan
beberapa keputusan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak yaiti PT.
Pemrakarsa (PT. Suminar Mitragas Selaras) dan masyarakat sekitarnya
khususnya Desa Watualang. ( Berita Acara Sosialisasi Terlampir).

2.3.2 Tahap Konstruksi

Tahap konstruksi adalah tahapan dimana kegiatan pembangunan SPBE


dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan yang akan berlangsung pada tahapan ini antara
lain:

1. Perekrutan Tenaga Kerja Konstruksi

 Tukang cat

 Tukang batu

 Tukang kayu

 Tenaga pembantu

 Sopir

 penjaga

erupakan kegiatan perekrutan karyawan/tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi.Perekrutan


tenaga kerja konstruksi yang memerlukan syarat keahlian khusus langsung ditangani oleh
tenaga ahli dari pemrakarsa. Sedangkan untuk tenaga kerja kasar sebagian besar diusahakan
direkrut dari masyarakat ataupun yang berasal dari daerah Ngawi. Selain itu tenaga yang
sifatnya temporer banyak dilibatkan dari padukuhan setempat. Jumlah dan jenis tenaga kerja
yang dibutuhkan dalam pelaksanaan konstruksi ,meliputi:

 Site manager

 Pelaksana

 Logistik

 Mandor
 Tukang besi

Jumlah total tenaga kerja konstruksi yang direkrut sebanyak± 60 oang,dimana


saat pelaksanaan konstruksi seluruh pekerja tidak bermalam di lokasi
pembangunan, tetapi pulang ke rumah masing-masing jika pekerjaan telah uasi
Hanya beberapa tenaga keamanan dari penduduk setempat yang bermalam
untuk menjaga lingkungan dan bahan-bahan material yang disimpan di lokasi
pembangunan.

2. Penyiapan Tanah Dasar

Yaitu penyiapan tanah untuk kegiatan SPBE,dari lahan yang tadinya berupa
persawahan dikeringkan dan diurug sehingga rata dengan permukaan jalan di
depan lokasi kegiatan.

3. Pengangkutan Bahan Material dan Peralatan Kerja

Mobilisasi alat-alat ke lokasi proyek dilakukan untuk mendukung pencapaian


kegiatan sesuai dengan target kerja. Kegiatan ini akan dilakukan mobilisasi
beberapa alat vital seperti:

- Pekerjaan galian: Excavator

- Pekerjaan pengecoran(pondasi,kolom,balok,plat): mixer truck dan concrete


pump.

- Pekerjaan erection baja/balok perancah: crane kap 20 t.

Dalam kegiatan tersebut maka akan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

- Untuk mobilisasi alat-alat berat akan mempertimbangkan geometric simpang


yang menuju ke lokasi SPBE, pemilihan jenis kendaraannya supaya tidak
menyulitkan dalam manuvernya.
- Untuk mobilisasi alat-alat berat akan memperhatikan kondisi jalanmasuk ke
lokasi yang menuju Ke lokasi SPBE baik dari dimensi dan tonase kendaraan.

4. Pembangunan Konstruksi

Pembangunan Konstruksi yaitu pekerjaan pembangunan gedung SPBE dan


fasilitasnya sarana prasarana meliputi: bangunan pengisian, rumah pompa,
rumah genset, lansekap, areal parker kendaraan, urinoir, westafel, SPAL,
SPAH dan saluran drainase, septictank, TPS dsb. Pembangunan fisik tersebut
terbagi atas 2 pekerjaan yaitu pekerjaan struktur bawah dan struktur atas.
Pekerjaan struktur bawah meliputi: galian tanh untuk pondasi bangunan,
pembangunan SPAL, SPAH dan drainase dls. Sementara itu pekerjaan struktur
atas meliputi: pemasangan rangka dan penutup atap, pekerjaan beton
bertulang, pasangan bata dan plesteran serta pembangunan pagar untuk
keamanan lingkungan SPBE.

2.3..3. Tahap Operasional

Tahap operasional dalm hal ini merupakan operasional SPBE. Kegiatan saat
operasioanl meliputi:

1. Operasional Bangunan dan Fasilitas SPBE.

Merupakan pengoprasian area SPBE dimana lahan yang sebelumnya


berupa area persawahan berubah menjadi area pengisian bulk elpiji beserta
fasilitasnya.

2. Perekrutan Tenaga Kerja Operasi

Penerimaan tenaga kerja akan dilakukan dengan memperhatikan


masyarakat di lingkungan Desa Watualang dan sekitarnya dengan
memperhatikan keahlian yang diharapkan sesuai dengan jenis pekerjaan
yang ada. Keahlian yang dibutuhan pada operasional gudang SPBE ini
misalnya tenaga untuk pengisian elpiji, tenaga pemeliharaan peralatan,
tenaga administrasi. Prosedur, proses penerimaan,dan persyaratan tenaga
kerja operasi dijelaskan secara transparan sehingga tidak menimbulkan
prasangka buruk dan berjalan dengan obyektif. Jika proses penerimaan
membutuhkan tes,maka proses yang ditempuh sesuai dengan prosedur
yang berlaku. Besarnya upah atau gaji yang dibayarkan, sesuai dengan
standar upah yang berlaku atau diperhitungkan terhadap keahlian dan
resiko yang diterima. Dalam Konteks tersebut perlakuan terhadap tenaga
kerja berpedoman pada aturan yang berlaku. Nmaun semaksimal mungkin
beberapa kualifikasi tenaga yang dibutuhkan diprioritaskan dari tenaga
kerja setempat sehingga akan menghindari kecemburuan social dan
dampak-dampak negative yang dapat ditimbulkan. Tenaga kerja yanga
dibutuhkan dan untuk selanjutnya menyesuaikan perkembangan dan
kapasitas produksi SPBE.

Adapun klasifikasi pendidikan dari masing-masing karyawan dapat dilihat


pad table berikut:

Jabatan Pendidikan Jumlah (orang)

Direksi Strata 1 1

General meneger SMA 1

Bagian operasional -

-sie pengisian SMA 43

-sie perawatan mesin SMK,SMP 3

-Sie logistic D3 1

-Kendaraan SMK 2

-Pengangkutan /sopir SMA,SMP,SD 15

Bagian penjualan SMA,SMEA 2

-Adm penjualan

Bagian adm dan keuangan

-Kasir SMEA 1

Adm dan keuangan S1,SMA,SMEA 5


-sie personalia SMK 1

-sekuriti/satpam SMA,SMP,SD 10

3. Kegiatan Produksi

Kegiatan produksi SPBE ini ber operasi selama 8 jam namun juga ada
penjagaan selam 24 jam. Kapasitas produksi yaitu 12000 kg /hari dan produk
yang dihasilkan 11.700 kg/hari. Proses pengisian gas sudah dijelaskan pada
uraian di sebelumnya,sehingga untuk proses pengisian elpiji mengikuti
prosedur sesuai standarisasi dari PT. Prtamina.

Jenis dan kapasitas Produksi

Kapasitas Produksi Sifat Jenis Alat


Jenis Produksi
Produksi Angkut
Ijin Riil

LPG 1oo ton/hari 100 ton/hari Gas Truk tanki

Pengisian
botol

12 Kg Gas Truk

50 Kg Gas Truk

6 Kg Gas Truk

3 Kg Gas Truk

Pengisian Skid
4 4 Gas Truk
Tank

Jumlah bahan baku dan penolong

Jenis Kapasitas Bentuk Sifat bahan Asal bahan Cara Neraca


fisik penyimpanan bahan
% sisa

Bahan 100 Gas Mudah Surabaya Ditimbun -


baku ton/hari terbakar, tidak dalam tanki
LPG berwarna,tidak penimbunan
berwarna

Bahan - - - - - -
penolong

4. Mobilisasi truk pengangkut tabung dab penataan parker.

Karena SPBE merupakan tempat pengisian bulk elpiji, maka akan terjadi
mobilisasi truk pengangkut tabung yang keluar masuk. Sedangkan untuk
parker kendaraan bermotor roda empat dan roda dua disediakan di bagian
depan. Untuk tempat bongkar muat tabung gas berada disebelah dalam lokasi
SPBE. Upaya pengaturan kendaraan akan dilakukan semaksimal mungkin
agar dapat mencukupi kebutuhan parkir bagi para karyawan dan pembeli
(sopir truk angkut) .Areal parkir yang tersedia akan dipisahkan antara
kendaraan roda dua dan roda empat, sehingga upaya tersebut dapat
meminimalisasi terjadinya bangkitan parkir yang tersedia maka akan dapat
mengurangi kapsitas jalandan menimbulkan dampak gangguan kelancaran
lalulintas dan keselamatan pengguna jalan.

Luas parker kendaraan yang akan disediakan adalah 427 m, maka kebutuhan
areal parker kendaraan diharapkan telah cukup untuk menampung kendaraan
karyawan ataupun truk pengangkut yang masuk ke SPBE. Untuk pengaturan
sirkulasi kendaraan yang keluar masuk,akan dibantu satpam.

Jenis peralatan produksi dan alat transportasi

Jenis Alat Jumlah Energi Kondisi Jenis


penggerak dampak
(unit)
cemaran

Mesin Produksi
 Kompresor LPG 2 Motor listrik 15 Baik Bising
 Tanki timbun hp
 Unloading direct valve 2
 Corcen LPG
 LPG sihi Pump 1
 LPG Sihi Pump
 Carosel 12 kg 1
 Evacuation pum 25 kw
 Check scale 200 kg 2
 Check scale 150 kg 22 hp
 Chain conveyor 1
 Chain conveyor 30 hp
 LPG Filling Machine 50 1
kg -
 System perpipaan 1
-
2
-
2
-
1
4,5 hp
2
3 hp
2
-
Las &
ikat -

Utilitas Lokasi SPPBE

 kompresor 1 Motor listrik 4 Baik Bising


 distribusi daya listrik kw
 pembangkit tenaga 250 A
listrik generator Energi listrik
 mesin diesel 1
Kapasitas 125
A

Fasilitas Pengamanan

 instalasi pipa pemadam 6 240 m Baik Debu


 slang asbes
 water hydrant komplit 20 m
valve
 hydrant box 4
 nozzle air pemadam
 tabung pemadam 4
 foam Co2 portbel 15 kg
 foam Co2 mobile 75 kg 8
 foam Co2 6 kg

Dcp
10
 pompa pemadam
4
 pompa summersibel
 kolam air pemadam 2
 bel tanda bahaya
1

1 45 kw @ 2o kw

Jembatan timbang 1 Kapasitas 40


ton

Mesin dan peralatan repair


tabung

 mesin slot blasting


 mesin buka valve 12 kg 1 200 tabung/jam
 hidrostatik tes cylinder
 paint bort. 1 100 tabung/jam

1 150 tabung/jam

1 150tabung/jam

5. Aktifitas Karyawan dan Sopir Truk Pengangkut


Aktifitas Karyawan dan Sopir Truk Pengangkut antara lain kegiatan di kantor,
ruang tunggu, moshola, KM/WC. Kegiatan dikantor yaitu kegiatan
administrasi, kegiatan di ruang tunggu oleh sopir truk pengangkut tabung pada
saat pengisian gas ke tabung-tabung, kegiatan di mushola untuk melaksanakan
ibadah sholat. dan kegiatan di kamar mandi /wc oleh karyawan maupun sopir
truk pengangkut tabung gas.

6. Operasional Genset

penggunaan genset akan dioperasikan khusus pada saat aliran listrik dari PLN
padam. Agar pengoperasian dan pemeliaharaan dapat lebih optimal maka
genset dibuatkan ruang tersendiri dan kedap suara yang rencana akan
diletakkan di sebelah samping utara dan jauh dari aktifita karyawan.
Pertimbangan tersebut diambil agar tidak mengganggu aktifitas karyawan
maupun lokasi sekitar pada saat dioperasikan.
PENGELOLAAN LINGKUNGAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN YANG
DILAKUKAN

Jenis Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Pemantauan Lingkungan

1 2 3

Limbah padat kegiatan  Penyediaan tempat  Adanya tempat


SPPBE PT. Suminar sampah didalam sampah
Mitragas Selaras sebagian kantor dan luar kantor
besar berasal dari kegiatan /halaman
kantor dengan jenis sampah  Sampah dikumpulkan
tertentu kemudian diambil
oleh karyawan dan
dibawa pulang dengan  Sampah tidak
lokasi 500 m dari berserakan
lokasi usaha

Limbah cair yang dihasilkan Pembuatan tanki septic dan  Adanya sumur
berasal dari kamar mandi/WC sumur resapan resapan
dan ceceran minyakpelumas  Adanya tanki septic

Polutan kualitas udara. Pengangkutan dan sirkulasi Mengujikan kualitas udara


Timbulnya bau, kebisingan udara, penanaman vegetasi, lingkungan pabrik dan luar
dan debu terutama pada pemakaian masker pada pabrik
filling hall karyawan, hati-hati dalam
bongkar muat

Penanganan flora fauna  Melakukan perawatan  Adanya tanaman


tanaman  Adanya RTH
 Melakukan
penyulaman
memperbanyak jenis
tanaman

Pemanfaatan tenaga kerja Memenuhi SOP dalam SOP sesuai dengan


menjalankan aktivitas Dinas/Instansi terkait

Adanya keresahan  Sosialisasi tentang  Interview kepada


masyarakat keberadaan usaha warga sekitar
 Pemberian ganti rugi  Adanya santunan
apabila terjadi  Adanya bantuan
peledakan kebakaran
 Partisipasi
kelingkungan
masyarakat

BAB III

KAJIAN EVALUASI DAMPAK

1. INFORMASI LINGKUNGAN

1. Komponen Fisik Kimia

1. Iklim
Kabupaten Ngawi adalah daerah dengan iklim tropis dengan sebagian besar
merupakan dataran rendah yaitu sebesar 95% dari luas wilayah dan sisanya
merupakan dataran tinggi dengan ketinggian ± 2.000 mdpl.

2. Kecepatan angin

Wilayah Kabupaten Ngawi yang sebagian besar dataran rendah maka kecepatan
angin tergolong cukup rendah dan tidak berpengaruh terhadap aktifitas warga.

3. Curah hujan

Curah hujan di Kabupaten Ngawi cukup tinggi di beberapa daerah yaitu Sine,
Ngrambe, Jogorogo, dan Kendal, namun untuk sebagian besar wilayah
Kabupaten Ngawi curah hujan tergolong sedang.

4. Kualitas udara

Kabupaten Ngawi memiliki kawasan hutan yang cukup luas, dimana


menyumbang produksi udara bersih (oksigen) yang bermanfaat bagi kawasan
Kabupaten Ngawi dan sekitarnya.

5. Fisiografi

Dilihat dari kondisi fisik Kabupaten Ngawi sebagian besar merupakan dataran
rendah dengan permukaan tanah termasuk sangat datar dengan klasifikasi
kemiringan 0% - 2%, namun perkembangan saat ini mulai banyak lahan yang
terbentuk karena aktifitas manusia yaitu bangunan pabrik, toko dan pasar,
perumahan dan kantor, perkerasan aspal jalan, saluran dan lain-lain.

6. Karakteristik air permukaan dan air tanah

Kemiringan tanah dan tektur tanah yang ada di Wilayah Kabupaten Ngawi cukup
baik dalam rangka penyediaan air bagi masyarakat dan dengan didukung
beberapa sungai atau kali yang melintasi wilayah Kabupaten Ngawi untuk
kebutuhan pertanian.

2. Komponen Biologi
1. Flora

Flora yang ada disekitar perusahaan PT. Suminar Mitragas Selaras antara lain:

 Mangga

 Karsen

 Nahoni

 Serut

 Trembesi Lamtoro

2. Fauna

 Burung gereja

 Burung kutilang

 Burung perkutut

 Burung emprit

 Burung trocok

 Burung Derkuku

3. Lingkungan Sosial – Ekonomi dan Budaya

1. Geografis

Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Propinsi Jawa Timur yang


berbatasan langsung dengan Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten
Ngawi adalah 1.298,58 km2 . Secara administrasi wilayah terbagi dalam 19
Kecamatan dan 217 desa dan 4 kelurahan. Secara geografis Kabupaten Ngawi
terletak pada posisi 7˚21’ - 7˚31’ Lintang selatan dan 110˚10 - 111˚40 bujur
timur.

2. Kependudukan
Data penduduk Kecamatan Ngawi

 Penduduk laki-laki : 429.921 jiwa

 Penduduk perempuan : 449.277 jiwa

 Luas Wilayah : 1.298,58 km2

 Kepadatan Penduduk : ± 678 jiwa/km2

3. Interaksi Sosial

Menjalin hubungan social dengan penduduk sekitar dengan member bantuan


apabila ada kegiatan di desa.

4. Persepsi Masyarakat

 Persepsi negative adanya kekawatiran akan dampak meledak, kebakaran dan


kebocoran tanki LPG, biasanya penduduk yang lokasinya dekat dengan perusahaan.

 Persepsi positif adanya kemudahan untuk mendapatkan BBG dengan pemenuhan


kebutuhan BBG tidak akan langka.

4. Komponen Kesehatan Masyarakat

1. Sarana dan prasarana kesehatan

Untuk memberikan jaminan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) seluruh


karyawan PT. Suminar Mitragas Selaras, perusahaan memberikan fasilitas
jaminan berupa Asuransi Tenaga Kerja dan Jamsostek.

2. Kondisi perumahan

Umumnya kondisi perumahan penduduk desa Watualang cukup sehat artinya


bahwa seluruh penduduk desa mempunyai rumah permanen dan terbuat dari
tembok.
3. Sarana air bersih

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi pengguna kebutuhan rumah tangga
maka penduduk rata-rata desa Watualang menggunakan air sumur dangkal.

4. Sarana pembuangan air limbah

Umumnya masyarakat desa Watualang telah mempunyai fasilitas pembuangan


limbah domestic yang telah dilengkapi dengan resapan untuk pembuangan
limbahnya. Untuk air bekas mencuci kegiatan mandi pada umumnya dibuang
langsung kesaluran drainase/badan air.

5. Sarana Pembuangan Sampah

Pada umumnya sarana pembuangan sampah merupakan sarana yang bersistem


onsite yaitu sampah dibuang disebuah galian tanah yang berada pada halaman
depan atau belakang. Bila sudah penuh maka sampah ditimbun.

5. Kepadatan Lalu Lintas

Jalan Raya Ngawi – Solo Desa Watualang merupakan salah satu jalan kolector
primer yang cukup ramai karena mempunyai jalan akses menuju kearah kota Solo
dengan 2 arah yang menuju ke kota Solo maupun yang meninggalkan kota Solo dan
dilewati oleh mobil penumpang umum, truk, bus, penumpang pribadi dan sepeda
motor.

6. Ruang, Tanah dan Lahan.

Penggunaan lahan disekitar wilayah Kecamatan Ngawi telah berkembang sebagai


daerah perumahan dan juga mengarah pada perkembangan wilayah perdagangan
dengan beberapa industry yang ada didalamnya.

2. KEGIATAN YANG MENIMBULKAN DAMPAK

Tahap Operasional
Mobilitas tenaga kerja menimbulkan dampak terhadap

 Persepsi masyarakat secara negatif adanya kekawatiran akan dampak meledak,


kebakaran dan kebocoran tanki LPG, biasanya penduduk yang lokasinya dekat
dengan perusahaan. Persepsi masyarakat secara positif adanya kemudahan untuk
mendapatkan BBG dan pemenuhan kebutuhan BBG tidak akan langka.

 Gangguan keamanan apabila terjadi kebakaran dan terhadap ketertiban masyarakat


adanya demo/protes warga sekitar usaha tersebut.

Pengangkutan bahan baku dan hasil produksi menimbulkan dampat terhadap

 Terjadinya kerusakan jalan karena berat kendaraan yang membawa tabung LPG

 Penurunan kualitas udara disebabkan oleh adanya bau gas hidrokarbon dan gas buang
kendaraan bongkar muat tabung LPG.

 Peningkatan kebisingan pada areal filling hall disebabkan karena suara tabung dari
proses kegiatan bongkar muat tabung kosong dan tabung isi.

Proses produksi menimbulkan dampak terhadap

 Peningkatan polusi udara terjadi di areal filling hall dengan adanya bau gas pada saat
pengisian

 Peningkatan kebisingan terjadi di areal filling hall dan bongkar muat tabung LPG.
BAB IV

RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN

DAMPAK YANG DIPERKIRAKAN MUNCUL

Setiap adanya kegiatan rencana pembangunan di suatu wilayah, maka akan muncul
dampak-dampak yang ditimbulkan, baik dampak positif maupun dampak negative.
Identifikasi terhadap jenis dampak yang akan terjadi dimaksudkan untuk menelaah
kemungkinan adanya perubahan lingkungan sebagai akibat adanya kegiatan proyek, baik
kegiatan pada tahap pra konstruksi, tahap konstruksi, maupun tahap operasi.

Identifikasi dampak positif antara lain akan timbulnya kebutuhan tenaga kerja, kebutuhan
material yang memungkinkan bertambahnya kegiatan perekonomian di sekitar lokasi. Sektor
jasa/perdagangan akan bertambah pada tahap operasi. Sedangkan dampak negatifnya antara
lain diuraikan di bawah ini:
4.1. TAHAP PRA KONSTRUKSI

4.1.1 Pembebasan dan pengukuran ulang lahan

Yaitu kegiatan pembebasan lahan oleh pemrakarsa terhadap pemilik tanah. Lahan
diukur sesua batas-batas yang ditentukan sesuai dengan ksepakatan antara pemrakarsa
dengan pemilik lahan. Dilakukannya pengukuran tersebut dimaksudkan agar
perencanaan desai sesuai yang direncanakan. Saat kegiatan ini dilaksanakan
diperkirakan dapat memunculkan keresahan masyarakat sekitar, karena kekhawatiran
perluasan/kehilangan lahan oleh pemilik tanah dari kegiatan ukur ulang, yang akan
digunakan sebagai lokasi Rencana Pembangunan SPBE PT. Suminar Mitragas Selaras

1. Jenis Dampak

Munculnya keresahan masyarakat karena kekhawatiran perluasan/kehilangan lahan


oleh pemilik tanah dari kegiatan ukur ulang, yang akan digunakan sebagai lokasi
Pembangunan SPBE PT. Suminar Mitragas Selaras

2. Besaran dampak

Besaran dampak yaitu banyaknya masyarakat sekitar yang resah dengan adanya
rencana pembangunan SPBE PT. Suminar Mitragas Selaras

3. Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampak yaitu intensitas keluhan dan munculnya pembicaraan kurang
baik di kalangan masyarakat sekitar.

4.1.2. Kegiatan Sosialisasi

Kegiatan ini sebagai tindak lanjut setelah dilakukannya pengukuran lahan. Kegiatan
sosialisasi yang dimaksud adalah mempersiapkan pengenalan dan memasyarakatkan
rencana usaha tersebut. Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa di lokasi
tersebut akan didirikan SPBE PT. Suminar Mitragas Selaras. Lahan yang digunakan
untuk pembangunan seluas 7.919 m yang lokasinya secara adminis trative terletak di,
Desa Watualang, Kecamatan Ngawi , Kabupaten Ngawi.
Persepsi positif masyarakat sekitar saat kegiatan ini berlangsung diperkirakan dapat
muncul, karena masyarakat telah mendapatkan kepastian dan informasi yang jelas/rinci
tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan, salah satunya melalui acara
sosialisasi yang telah dilaksanakan. Namun ada pula persepsi yang kurang baik yang
muncul dari masyarakat sekitar.

1. Jenis Dampak

Terjadinya persepsi yang kurang baik dan hubungan yang kurang harmonis antara
masyarakat sekitar dengan pemrakarsa.

2. Besaran Dampak

Besaran Dampak yaitu intensitas keluhan masyarakat yang terjadi.

3. Tolok Ukur Dampak

Tidak adanya pembicaraan kurang baik di masyarakat setempat.

4.2 TAHAP KONSTRUKSI

4.3.1. Perekrutan Tenaga Kerja Konstruksi

Perekrutan tenaga kerja saat konstruksi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja saat pelaksanaan konstruksi yaitu membangun SPBE PT. Suminar Mitragas
Selaras. Untuk tahap konstruksi akan merekrut tenaga kerja seperti mandor, tukang
batu, tukang kayu, tukang besi, tukang cat, hingga laden.

Kegiatan perekrutan tenaga kerja ini dapat memunculkan dampak positif berupa
terciptanya kesempatan dan peluang kerja bagi masyarakat umum maupun masyarakat
sekitar, sehingga tidak sedikit masyarakat yang menaruh harapan dapat ikut bekerja
saat pelaksanaan konstruksi berlangsung. Namun juga akan menimbulkan dampak
yang negative seperti terlihat pada uraian berikut ini :
1. Jenis Dampak

1. Peluang dan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar akan menipis apabila banyak
menggunakan tenaga kerja dari luar daerah.

2. Dengan adanya tenaga kerja konstruksi dari luar daerah maka banyak muncul wajah-
wajah baru yang dikhawatirkan akan menurunkan tingkat keamanan.

3. Penggunaan tenaga kerja dari luar karena di masyarakat sekitar tidak ada yang
mempunyai ketrampilan dan keahlian yang dibutuhkan akan menimbulkan
kecemburuan social.

2. Besaran Dampak

1. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap saat pelaksanaan konstruksi yaitu 60 orang.

2. Besarnya intensitas gangguan keamanan yang terjadi di lokasi tapak kegiatan


pertahun.

3. Besarnya intensitas keluhan warga sekitar.

3. Tolok ukur Dampak.

1. Adanya tenaga kerja dari masyarakat sekitar minimal 10% dari total tenaga kerja
konstruksi.

2. Tidak timbul gangguan keamanan di lokasi tapak kegiatan.

3. Tidak adanya pembicaraan kurang baik dari masyarakat sekitar.

4.3.2. Penyiapan Tanah dasar

Penyiapan tanah dasar Ini berupa pembersihan lokasi serta pemberian tanah urug untuk
meratakan permukaan tanah lokasi agar sesuai dengan perencanaan. Tanah urug
direncanakan diambil dari lokasi sekitar.

1. Jenis Dampak

1. Penurunan Kualitas Udara


2. Timbulnya Limbah Padat

2. Besaran Dampak

1. Besarnya kadar partikulat 13,233-25,555 ppm

2. Timbulan sampah/m

3. Tolok Ukur Dampak

1. Baku Mutu Lingkungan menurut Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 45Tahun
2002,tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri atau Kegiatan Usaha Lainnya di
Jawa imur.

2. Tidak adanya timbulan sampah

4.3.3. Pengangkutan Bahan Material dan Peralatan Kerja

Pembangunan yang dilaksanakan akan membutuhkan banyak peralatan kerja dan


bahan material bangunan. Alat-alat tersebut akan digunakan baik pada saat pekerjaan
galian , pekerjaan pengecoran (pondasi, kolom, balok, plat) dan pekerjaan erection
baja/balok perancah hingga rencana pembangunan konstruksi atap bangunan.

Kebutuhan bahan dan material bangunan untuk keperluan konstruksi fisik banyak
didatangkan dari luar lokasi tapak kegiatan pembangunan. Kondisi ini diperkirakan
akan sering terjadi mobilitas kendaraan proyek yang keluar masuk ke lokasi rencana
pembangunan yang menyebabkan gangguan kelancaran dan keselamatan lalu lintas di
jalan-jalan sekitar lokasi rencana pembangunan serta diperkirakan pula dapat
meningkatkan kadar debu dan kebisingan.

a. Jenis Dampak

1. Penurunan kualitas udara (debu)

2. Peningkatan kebisingan

3. Timbulnya kerawanan kecelakaan lalu lintas dan gangguan lalu lintas di jalan
depan lokasi kegiatan pembangunan.
b. Besaran Dampak

1. Besaran dampak penurunan kualitas udara yaitu besarnya kadar debu.

2. Peningkatan kebisingan pada saat konstruksi berlangsung.

3. Terjadinya gangguan kelancaran / hambatan dan kecelakaan lalu lintas di jalan


depan lokasi.

c. Tolok Ukur Dampak

Tolok ukur dampak yaitu

1. Baku Mutu Lingkungan menurut Keputusan Gubernur Jawa Timur Bo. 129 Tahun
1996,tentang Baku Mutu Kualitas Udara Ambient dan Emisi Sumber Tak Bergerak

2. Baku Mutu Lingkungan menurut Keputusan Gubernur Jawa Timur No. 413 Tahun
197,tentang Penggolongan dan Baku Mutu Air di Jawa Timur.

1. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Sumber Dampak

1. Mobilisasi tenaga kerja

 Persepsi masyarakat terhadap peluang kerja dari kegiatan produksi, administrasi,


distribusi dan security SPPBE PT. Suminar Mitragas Selaras.

 Gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat, kawatir bila terjadi kebakaran akibat
ledakan tabung LPG.

Tolok Ukur

 70 % karyawan dari masyarakat sekitar perusahaan.

 Tidak ada protes/demo dari masyarakat sekitar perusahaan.

Tujuan Rencana pengelolaan Dampak


 Untuk menurunkan tingkat pengangguran masyarakat sekitar perusahaan.

 Untuk memenuhi gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat sekitar usaha

Upaya Pengelolaan Lingkungan

 Memprioritaskan tenaga kerja local bila ada penggantian tenaga kerja baru

 Sosialisasi kepada masyarakat sekitar perusahaan tentang kegiatan penimbunan gas


LPG dan pengisian tabung LPG.

Lokasi Pengelolaan

 Kantor Admiinistrasi, karyawan dan masyarakat sekitar Pt. Suminar Mitragas Selaras

Periode/waktu Pengelolaan

 Setiap 6 bulan sekali

Pelaksana Pengelolaan

 PT. Suminar Mitragas Selaras

Pengawas

 Ditjen Migas, PT. SMS dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi

Sumber Dampak

2. Operasional Proses Produksi

 Kualitas udara adanya bau gas hidrokarbon dan gas buang kendaraan bongkar muat
tabung LPG.

 Kebisingan dari bongkar muat tabung LPG

 Kualitas air dari limbah domestic dan ceceran minyak pelumas.

Tolok ukur
 SK Gub. Jatim No. 129 tahun 1996 tentang baku mutu udara

 Permenkes No. 718 tahun 1987 tentang baku mutu tingkat kebisingan

 SK Gub. Jatim No. 45 tahun 2002 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan yang
beroperasi.

Tujuan Rencana Pengelolaan Dampak

 Mencegah penurunan kualitas udara dan kebisingan sekaligus menjaga K-3 karyawan

 Mencegah penurunan kualitas air permukaan

Upaya Pengelolaan Lingkungan

 Melengkapi mesin LPG dengan valve otomatis dan penggantian valve secara rutin

 Penggantian masker pada karyawan

 Pembuatan pagar tembok

 Memperbanyak tanaman sebagai penangkap gas dan kebisingan

 Penempatan pompa hydrant yang tepat

 Pengaturan setiap keluar masuknya kendaraan

 Membuat septic tank dan bak control

 Penggunaan pipa water sprinkle untuk keamanan FH

 Menjaga ketersediaan air bersih dan control saluran secara rutin

Lokasi

 Filling Hall, Filling Skid, Storage Tank, Ruang terbuka

Waktu Pengelolaan

 Untuk Filling Hall setiap hari dan setiap ada pengisian dan pengosongan

 Untuk Storage Tank pada saat pengisian dan penyimpanan LPG ke tanki timbun
Pelaksana

 PT. Suminar Mitragas Selaras

Pengawas

 Ditjen Migas, PT. SMS dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi

Pelaporan

 Ditjen Migas, Kantor lingkungan hidup kabupaten Ngawi

Sumber Dampak

3. Pengangkutan Bahan baku dan Hasil Produksi

 Kegiatan Mobilisasi truk pengangkut Bulk LPG

 Kegiatan Mobilisasi truk pengangkutan tabung LPG ke distributor

Tolok Ukur

 Jumlah kecelakaan yang terjadi

 Jumlah Volume kendaraan

 Ada tidaknya kemacetan lalu lintas

Tujuan Rencana Pengelolaan Dampak

 Untuk menghindari terjadinya kecelakaan

 Untuk menghindari terhambatnya keluar masuk truk-truk ke areal SPPBE yang dapat
mengganggu lalu lintas

Upaya Pengelolaan Lingkungan

 Memasang rambu yang jelas akan keberadaan SPPBE

 Pengaturan kendaraan keluar masuk area SPPBE


Lokasi

 Pintu keluar masuk truk pengangkut Bulk dan tabung pada pembongkaran tabung di
Filling Hall

 Area lokasi parker kendaraan

Waktu

 Setiap hari selama SPPBE beroperasi

Pelaksana

 SPPBE PT. Suminar Mitragas Selaras

Pengawas

 Ditjen Migas, PT SMS dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi

Pelaporan

 Ditjen Migas, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi.

2. RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN

Rencana pemantauan lingkungan ini merupakan rencana upaya-upaya untuk


mengumpulkan berbagai data dan informasi sebagai bahan masukan untuk
mengevaluasi tingkat keberhasilan system pengelolaan yang dilakukan serta untuk
mendeteksi setiap penyimpangan-penyimpangan dari tujuan dan sasaran pengelolaan
lingkungan yang direncanakan.

Rencana Pemantauan Lingkungan mencakup

 Jenis dampak yang dipantau

 Lokasi pemantauan

 Waktu pemantauan
 Cara pemantauan dampak

 Methode pemantauan lingkungan

 Metode pengumpulan analisis

 Lokasi pemantauan

 Jangka waktu dan frekwensi pemantauan

 Instansi pemantau lingkungan

 Pelaksana pemantau

 Pengawas pemantau

 Pelaporan hasil pemantauan lingkungan

Jenis Dampak yang dipantau

1. Dampak kualitas air

Pemantauan kualitas air akan meliputi parameter:

 Water Storage meliputi: suhu, minyak dan lemak, pH dan air pendingin.

 Saluran drainase meliputi: suhu air, pH, minyak dan lemak dan zat-zat organic dalam
air limbah ( sebagai buangan air bekas kamar mandi) seperti BOD, COD, amoniak,
phenol serta kuman pathogen dari feses dan air seni manusia.

 Kondisi septic tank dan sumur resapan parameter yang dipantau adalah bau yang
mungkin timbul, kapasitas, kebocoran dan efektivitas septic tank.

 Kualitas air bersih yang dipantau adalah seluruh parameter yang ada pada syarat
kualitas air bersih berdasar Permenkes No. 416 tahun 1990

 Untuk keberadaan sampah yang dapat mempengaruhi kualitas air tanah yang dipantau
adalah karakteristik sampah, jumlah dan penanganan yang dilakukan.

Lokasi Pemantauan kualitas air :


 Dilakukan pada water storage, saluran drainase dan septic tank serta resapannya.

Jangka Waktu :

 Pada water storage setiap bulan sekali

 Pada saluran drainase dilakukan setiap 6 bulan sekali, pada septic tank dilakukan
pemantauan setiap kali dilakukan pengurasan.

 Untuk kualitas air bersih dilakukan pemantauan tiap bulan sekali dan sampah
dilakukan setiap hari.

Methode dan cara pemantauan :

 Pengukuran suhu dengan metode pengukuran biasa dan alat yang digunakan adalah
thermometer

 Pengukuran minyak dan lemak dengan metode spektrofotometrik/gravimetric dan alat


yang digunakan spektrofometer

 Pengukuran pH dengan method elektromatrik dan alat yang digunakan pH meter

Tolok Ukur :

 SK Gubernur jatim No. 45 tahun 2002

Pelaksana :

 PT. Suminar Mitragas Selaras

Pengawas :

 Ditjen Migas, PT SMS dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi

Pelaporan :

 Ditjen Migas, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi.


2. Dampak kualitas udara yang dipantau

Parameter :

 Utama. Kualitas udara yang meliputi SO2, NO2, debu dan higrokarbon dan tingkat
kebisingan disekitar areal kerja

Lokasi :

 Dilakukan pada filling hall (khusus hidrokarbon)

 Dilakukan pada pintu keluaar masuk SPPBE(gas, partikel dan kebisingan)

 Dilakukan pada fillingskid( skid tank)

Jangka waktu :

 Gas hidrokarbon pada lokasi filling hall dan filling skid dilakukan setiap minggu
sekali

 Untuk gas kendaraan bermoto maupun partikel di pintu masuk kendaraan truk
dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.

Metode dan cara pemantauan :

 Cara pemantauan yaitu dilakukan pemeriksaan sample kualitas udara yang terdiri dari
pengukuran jkandungan debu dan gas-gas polutan di udara serta kebisingan yang ada
disekitar kegiatan. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sample adalah : debu
dengan High volume sampler, Sox dengan menggunakan spektrofotometer, CO
dengan NIDR Analyzeer, Pb dengan alat AAS, NOx, dengan menggunakan alat
spektrofotometer NH3 menggunakan spektrofotometer, H2S menggunakan alat
spektrofotometer dan kebisingan alat sound level meter.

 Metode analisis untuk parameter kualitas udara dan kebisingan adalah :

 Analisa debu dengan metode gravimetric

 Analisa Sox dengan metode pararosanilin

 Analisa CO dengan metode non-dispersive infra red


 Analisa Pb. Dengan metoede gravimetric/pengabuan

 Analisa NH3 dengan metode Nessler

 Analisa NOx dengan metode Saltman

 Analisa H2S dengan metode Merkuritiosionat

Dari analisa yang dibuat maka selanjutnya dibandingkn dengan baku mutu udara
ambient untuk mengetahui kondisi kualitas udara awal di sekitar kegiatan
SPPBE.

Tolok Ukur :

 Untuk kualitas udara disesuaikan dengan SK Gubernur KDH Tk. I jatim N0. 129
tahun 1996 mengenai baku mutu kualitas udara

 Untuk kebisingan disesuaikan dengan keputusan Menteri kesehatan No.


718/MENKES/Per/1987, tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan

Pelaksana:

 PT. Suminar Mitragas Selaras

Pengawas :

 Ditjen Migas, PT SMS dan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi

Pelaporan :

 Ditjen Migas, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi.

3. Dampak adanya kesempatan kerja yang dipantau

Parameter :
 Jumlah tenaga kerja setempat yang digunakan

Lokasi :

 PT. SMS dan bagian administrasi

Jangka Waktu :

 Pemantauan dilakukan setiap 3 (tiga )bulan sekali

Metode dan cara pemantauan :

 Cara pemantauan dilakukan dengan wawancara pada tenaga kerja dan pendapatan
mereka saat ini. Pendataan terhadap asal tenaga kerja dan pendapatan mereka saat ini.
Pendataan terhadap asal tenaga kerja perlu dilakukan untuk meminimalkan
tumbuhnya pemukiman kumuh disekitar proyek. Selain itu juga dilakukan pendataan
atau registrasi pegawai dan hubungan mitra kerja PT. SMS. Untuk kesehatan
karyawan metode yang dilakukan adalah secara rutin mengevaluasi hasil chec up
karyawan dan wawancara secara langsung mengenai K3 yang diberikan oleh
perusahaan.

Tolok Ukur :

 Tolok ukur kesempatan kerja adalah jumlah tenaga kerja, asal tenaga
kerja,pendapatan (sesuai UMR)

Pelaksana :

 PT. SMS

Pengawas :

 Ditjen Migas, PT SMS. Dinas Hutbunling Kabupaten Ngawi


Pelaporan :

 Ditjen Migas, Dinas Hutbunling kab. Ngawi

4. Dampak adanya Keresahan masyarakat yang dipantau

Parameter :

 Ada tidaknya protes atau keluhan masyarakat sekitar proyek terhadap kegiatan
operasional SPPBE

Lokasi :

 Masyarakat sekitar kegiatan PT. SMS

Jangka Waktu :

 Tiap 3 bulan sekali

Metode dan cara pemantauan :

 Cara pemantauan dilakukan dengan wawancara secara langsung pada masyarakat


sekitar proyek mengenai keberadaan proyek selama ini. Jika ternyata terdapat
keresahan masyarakat akibat beroperasinya SPPBE tersebut maka pihak pemrakarsa
harus melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar.

Tolok ukur :

 Tolok ukur ada keresahan masyarakat adalah ada tidaknya keluhan dan protes
masyarakat sekitar.

Pelaksana :

 PT. SMS

Pengawasan :
 Ditjen Migas, PT. SMS, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi

5. Dampak terhadap aspek Biologi

Parameter :

 Parameter utama lingkungan yang dipantau adalah keanekaragaman flora yang ada
disekitar proyek (dipantau secara visual)

Lokasi :

 Dilakukan pada areal taman SPPBE

Jangka waktu :

 Sesuai waktu pemeliharaan

Metode dan cara pemantauan :

 Cara pemantauan yaitu dilakukan pengamatan secara langsung

Tolak ukur :

 Tanaman hidup
Pelaksana :

 PT.Suminar Mitragas Selaras

pengawasan

 PT.Suminar Mitragas Selaras

6. Dampak terjadinya peningkatan lalu lintas

Parameter :

 Yang dipantau adalah frekwensi keluar masuknya kendaraan truk pengangkut setiap
harinya serta kapasitas parker SPPBE yang ada

Lokasi :

 PT. SMS

Jangka Waktu :

 Kepadatan lalu lintas setiap 1 tahun sekali, pemantauan 6 bulan sekali

Metode dan cara pemantauan :

 Dilakukan pendataan dan perhitungan jumlah kendaraan yang melewati jalan raya
Ngawi solo serta kendaraan truk pengangkut tabung yang keluar masuk pabrik.

Tolok ukur :

 Jumlah kendaraan yang keluar masuk pabrik

Pelaksana :

 PT. SMS

Pengawasan :
 PT. SMS

BAB V

PELAPORAN

1. Mekanisme Pelaporan Pelaksanaan UKL dan UPL

Kegiatan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sepenuhnya harus


dilaksanakan oleh pihak pengelola, dalam hal ini PT. SUMINAR MITRAGAS
SELARAS sebagai komitmennya dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan
lingkungan.

Oleh karena dalam kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan selalu melibatkan
pihak instansi pengawas maupun instansi terkait, maka pemrakarsa berkewajiban
memberikan laporan tentang hasil-hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan
lingkungan. Pelaporan ini dimaksudkanagar instansi pengawas atau instansi terkait
dapat melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan UKL/UPL PT.Suminar Mitragas
Selaras, sehingga dapat dipakai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan
selanjutnya.

Apabila terjadi keadaan darurat, maka hasil pengelolaan dan pemantauan lingkungan
dapat dipakai sebagai acuan untuk mencari sebab-sebab terjadinya keadaan darurat.

Dalam kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan, maka unit pengelolaan


lingkungan dalam perusahaan yang berperan sebagai pelaksana harian dan kegiatan
tersebut. Unit tersebut selalu memperhatikan program-program pengelolaan dan
pemantauan biasanya menyangkut masalah waktu, lokasi, peralatan dan pengarahan
operator yang melaksankannya. Hasil pemantauan akan selalu dicatat oleh
petugas/operator pelaksana dalam agenda harian dimana pada setiap petugas pada unit
tersebut akan melaporkan hasli pemantauannya kepada pimpinan perusahaan setelah
ditanda tangani oleh Plat Manager. Laporan dari unit pengelolaan lingkungan tersebut
akan dijadikan sebagai bahan untuk menyusun laporan pelaksanaan UKL dan UPL
tahunan oleh perusahaan yang selanjutnya akan dilaporkan kepada Ditjen Migas c/q
Direktorak tehnik Pertambangan Migas serta tembusannya kepada Bupati Ngawi cq
Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Ngawi.

2. Bentuk-bentuk laporan yang akan disusun adalah sebagai berikut:

1. Catatan Perusahaan Terjadinya Pencemaran

Dari catatan harian yang dibuat oleh petugas pemantauan lingkungan di perusahaan
akan terlihat adanya fluktuasi tingkat pencemaran yang ditimbulkkan sehingga
petugas tersebut akan menandai pada buku laporan harian mengenai waktu
terjadiyapeningkatan pencemaran yang dianggap baku mutu yang ditentukan.

2. Pelaporan terjadinya Pencemaran

Pelaporan terjadinya kecelakaan atau gangguan lingkungan dalam skala besar wajib
dilaporkan 2x24 jam kepada Ditjen Migas dan Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi.
3. Pelaporan Bulanan Terjadinya Pencemaran

Apabila kegiatanSPPBE menyebabkan terjadinya gangguan atau pencemaran pada


lingkungan pad setiap bulan, maka perusahaan harus melaporkan terjadinya
pencemaran tersebut kepada Ditjen Migas dan Pemerintah Kabupaten Ngawi setiap
bagian pula.

4. Laporan triwulan Tentang Pelaksanaan UKL dan UPL.

Laporan triwulan mencakup berbagai laporan pelaksanaan UKL dan UPL selama
tiga bulan. Laporan tersebut antara lain:

 Kesigaan peralatan dan petugas dalam pelaksanaan UKL

 Ketepatan waktu dalam melaksanakan pemantauan lingkungan.

 Kedisiplinan kerja dalam menjaga kebersihan lingkungan.

 Laporan hasil pemantauan secara lengkap dan kendala yang terjadi selama
melaksanakan UKL dan UPL.

Dari semua bentuk laporan ini pada akhirnya akan memberikan keuntungan tidak saja
bagi masyarakt sekitar yang memerlukan rasa aman tetapi juga tidak kalah pentingnya
adalah bagi PT.Suminar Mitragas Selaras agar kesinambungan usahanya dapat
berlangsung terus menerus.

UKL – UPL SPBE PT. Suminar Mitra Selaras, Watualang Ngawi 77

Anda mungkin juga menyukai