Anda di halaman 1dari 36

KATA PENGANTAR

Berdasarkan Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik


Indonesia Nomor : 6 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pengolahan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun bahwa setiap orang yang menghasilkan
Limbah B3 Wajib Melakukuan Penyimpanan Limbah B3. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka PT. Harums Wela Modo Merupakan Perusahaan Yang Bergerak di
bidang penambangan dan pengolahan batuan komoditas kerikil berpasir alami
(sirtu) dengan seluas 25,23 hektar. yang berlokasi di Desa Golo Leleng, Kecamatan
Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur
Menyusun Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3.
Pedoman penyusunan Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3 berpedoman
pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.
Diharapkan Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3 ini dapat digunakan
sebagai acuan dalam kelayakan operasi pertambangan batuan komoditas kerikil
berpasir alami (sirtu) PT. Harums Wela Modo. Kepada semua pihak yang telah
membantu hingga Dokumen Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3 dapat di
selesaikan dengan baik kami ucapkan terima kasih.

Manggarai Barat , 19 Oktober 2023


Direktur Utama

Markus A.Levi

i
DAFTAR ISI
Sesuaikan dengan isi dokumen

Hal
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
DAFTAR TABEL............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................vi

1. ….……..
2. ….………
Dan seterusnya (sesuaikan)

DAFTAR TABEL
Sesuaikan dengan isi dokumen

ii
DAFTAR GAMBAR

Sesuaikan dengan isi dokumen

iii
DAFTAR LAMPIRAN
Sesuaikan dengan isi dokumen

1. Lay out TPS LB3;


2. Gambar bangunan;
3. Bukti penguasaaan lahan;
4. SOP
5. Format pencatatan;
6. Neraca limbah

4
RINCIAN TEKNIS
PENYIMPANAN LIMBAH B3 USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN
BATUAN KOMODITAS KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU) PT. HARUMS WELA
MODO DI DESA GOLO LELENG, KECAMATAN SANO NGGORANG,
KABUPATEN MANGGARAI BARAT

1. NAMA, SUMBER KARAKTERISTIK, DAN JUMLAH LIMBAH B3 YANG AKAN


DISIMPAN

Nama, sumber Karakteristik, Dan Jumlah Limbah B3 Yang Akan Disimpan Hasil identifikasi
Limbah B3 yang dihasilkan dari Rencana Kegiatan Pertambangan
Batuan Komoditas Kerikil Berpasir Alami (SIRTU) PT. Harums Wela Modo yang
berlokasi di Desa Golo Leleng, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat,
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai berikut :
Tabel II.1. Identifikasi Limbah B3 Yang Dihasilkan PT. Harums Wela Modo

No. Nama Limbah B3 Kode Sumber Karakteristik Jumlah Masa


Limbah* Limbah B3 Limbah B3 Limbah Simpan
B3(kg/bln
)
1. Minyak Pelumas Bekas
antara Lain Minyak
pelumas Bekas Hidrolik
dan mesin B105d Beracun 51,92 3 bulan
Perawatan Alat (kg/bln)
2. Aki/Baterai Bekas B102d Berat Korosif 15 (kg/bln) 3 Bulan
(Excavator,
3. Kain majun bekas (used
Dump Truck
rogs) dan yang sejenis Fla4mmable 3 (kg/bln)
dan Genset) 3 bulan
B110d

4. Filter Bekas B109d Limbah Fla4mmable 5 item / 3 bulan


filter bekas. 3Bln
5. Kemasan Terkontaminasi A108d Limbah atau Flammable 3 bulan
sampah yang 3 (kg/bln)
terkontaminasi
bahan
berbahaya dan
bercun.

5
No. Nama Limbah B3 Kode Sumber Karakteristik Jumlah Masa
Limbah* Limbah B3 Limbah B3 Limbah Simpan
B3(kg/bln
)
6. Limbah Elektronik Pemeliharaan
termasuk cathode ray peralatan
tube (CRT), Lampu TL, Kantor, Pos
Printer B107d Keamanan Beracun 1 (kg/bln) 3 bulan
circuit boar (PCB) dan dan
kawat logam penerangan
Keterangan*) peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 (lampiran IX) Tentang Daftar Limbah
B3 Dari Sumber Tidak Spesifik.

2. Tempat Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

2.1. Lokasi Tempat Penyimpanan Limbah B3


A. Letak lokasi TPS
Letak lokasi TPS di jalan….RT/RW/………Desa…Kecamatan…..Kabupaten…
Luas lahan uasaha dan/atau kegiatan dan TPS LB3……m2
Cantumkan nomor dan nama dokumen kepemilikan lahan/penguasaan lahan….(milik
sendiri/sewa)

Lokasi Tempat penyimpanan Limbah B3 yang di Persyaratkan sesuai dengan


peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan republic Indonesia Nomor 6
Tahun 2021 tantang Tata Cara dan Persyaratan Pengelolahan Limbah B3, meliputi :

a. Lokasi Bebas Banjir, Berada dalam areal lahan kering dan sistem Drainase
mampu menanggulangi aliran permukaan sehingga terhindar dari banjir atau
genangan.
b. Tidak rawan bencana alam, berupa dataran dengan kemiringan lereng rata-rata
3-5%
c. Lantai fasilitas penyimpanan limbah B3 berupa tempat tumpukan limbah B3
(waste pile) bersifat permeabilitas ≤ 10⁻⁶ cm/detik, direkayasa sesuai
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kolam penampungan Limbah B3 yang dibangun dalam fasilitas penyimpanan
LB3 sesuai ketentuan :
- Permeabilitas tanah ≤ 10⁻⁵ cm/detik
- Lapisan kedap diatas tanah dengan permeabilitas ≤10 ⁻⁷ cm/detik berupa beton

6
atau dengan pelapis High Density Polyethlene (HDPE)
- Hasil uji permeabilitas tanah dari pengukuran di lapangan
e. Lokasi Titik Rencana penyimpanan limbah B3 kegiatan Pertambangan Batuan
komoditas kerikil berpasir alami (sirtu) PT. Harums Wela Modo berada di dalam
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dengan titik koordinat penyimpanan
limbah B3 Yaitu 120°7'28.743"E Garis Bujur 8°39'30.281"S Garis Lintang.
Lokasi letak tempat Pentimpahan Limbah B3 dapat di lihat pada gambar peta
lokasi Tempat Penyimpanan Limbah B3 berikut ini :

Gambar II-1. Peta Lokasi Tempat Pnyimpanan Limbah B3 PT. Harums Wela Modo
B. Memenuhi syarat lokasi TPS
- bebas banjir
- tidak rawan bencana dengan dilengkapi peta rawan bencana

2.2 Jenis Fasilitas Tempat Penyimpanan Limbah B3


Bangunan fasilitas penyimpanan limbah B3 sesuai dengan Peraturan
MenteriLingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia No. 6 Tahun 2021
Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan

7
Beracun,Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 yang dibangun PT. Harums Wela Modo
terpisah dengan rumah genset
(genset room), Adapun rancang bangunan desain fasilitas Penyimpanan Limbah B3
PT. Harums Wela Modo sebagai berikut:
1. Luas Bangunan Fasilitas Penyimpanan LB3
- Panjang : 4 Meter
- Lebar : 4 Meter
- Tinggi : 4,8 Meter
- Bubungan : Zincalume
- Atap : Zincalume
- Exhaust fan : 16 Inch
- Pintu rangka baja ringan zincalume : 0,4 mili Meter
- Lantai : k 175
- Pondasi batu : 1:4
- Lantai bagian dalam melandai kearah bak penampung tumpahan
dengan kemiringan maksimal 1%
- Lantai bagian luar bangunan dibuat sedemikian rupa agar air hujan
tidak masuk kedalam bangunan
- Saluran drainase untuk ceceran, tumpahan Limbah B3 dan/atau air hasil
pembersihan ceceran menuju bak penampung dalam bangunan.

8
Gambar II-2. Gambar ukuran Desain Tempat Penyimpanan Limbah B3 PT. Harums
Wela Modo
2. Ventilasi
- Panjang : 4 Meter
- Lebar : 4 Meter
- Luas bukaan ventilasi yang dibutuhkan : 16 m² x 10 % = 1,6 m²
3. Penyalur petir
- Taksiran resiko :R=A+B+C+D+E
- A (Tipe struktur Bangunan) :15
- Indeks B (Tipe Konstruksi) :1
- Indeks C (Tinggal Bangunan) :0
- Indeks D (Situasi Bangunan) :0
- Indeks E (Pengaruh Kilat) :0
- Jumlah : 15
4. Jenis Elektrode
Tipe tanah adalah lahan kering, mempunyai tahan spesifik tanah 10 Ωm.
Jenis elektrode yang digunakan adalah elektrode batang dengan panjang 5
meter sebanyak 4 buah, sedangkan ukuran minimum dari elektrode bumi

9
yaitu elektrode pipa baja berdiameter 15 mm dilapisi tembaga setebal 250
mm.
5. Pencahayaan
Pencahayaan baik dari lampu maupun cahaya matahari harus cukup
menandai karena merupakan unsur penting dalam pembuatan Tempat
Penyimpanan limbah B3. Pencahayaan yang baik akan memudahkan
proses operasional inspeksi rutin. Sakelar terpasang diluar bangunan agar
munculnya sumber api dan pemasangan lampu minimal 1 meter di atas
kemasan penyimpanan Limbah B3 dengan posisi sakelar berada di luar
bangunan.
Di dalam bangunan fasilitas penyimpanan LB3 terdapat bak penampung
tumpahan (waste impoundment) yang berguna untuk mencegah terjadi
nya kebocoran xat pencemar ke air tanah yang terlimpasnya LB3 akibat
aktivitas pengelolahan atau kejadian secara alami.

6. Tata ruang bangunan


Ruang bangunan dirancang untuk menempatkan Kemasan LB3 menurut
karakteristik Limbah , sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan Republik Indonesia No. 6 tahun 2021 Tentang Tata Cara
dan Persyaratan Pengelolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun,
Seperti Gambar di Bawah ini :

Cantumkan foto penataan ruang yang ril lapangan

Gambar II-3. Penataan Ruang Tempat Penyimpanan LB3

1
0
Gambar II-4 Tata Ruang Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 PT. Harums Wela Modo

7. Penampung sekunder
Dalam penyimpanan Limbah B3 untuk mencegah Limbah B3 Terlepas ke
Lingkungan, PT. Harums Wela Modo akan melengkapi dengan
penampungan sekunder, adapun rancang bangun penampung sekunder,
meliputi :
a. Dibuat atau dilapisi dengan bahan yang saling cocok dengan limbah B3
yang disimpan serta memiliki ketebalan dan kekuatan menadai untuk
mencegah kerusakan akibat pengaruh tekanan.
b. Ditempatkan pada pondasi atau dasar yang dapat mendukung
ketahanan tangka dan/atau kontainer terhadap tekanan dari atas dan
bawah dan mampu mencegah kerusakan yang diakibatkan karena
pengisian, tekanan atau gaya angkat (up lift).
c. Dilengkapi dengan sistem deteksi kebocoran yang di rancang dan
dioperasikan selama 24 (dua puluh empat) jam sehingga mampu
mendeteksi kerusakan pada struktur tangka dan/atau kontainer primer
dan sekunder atau lepas nya limbah B3 dari sistem penampung
sekunder.
d. Penampung sekunder, dirancang untuk dapat menampung dan

1
1
mengangkat cairan- cairan yang berasal dari kebocoran ,ceceran atau
presipitasi.

2.3. Fasilitas Pendukung Tempat Penyimpanan Limbah B3


2.3.1. Bongkar Muat
Prosedur Pembongkaran Limbah B3
1. Parkir keadaan tempat yang rata, kendaraan berada pada gigi netral dan
mesin dalam keadaan mati serta rem tangan terpasang sempurna
2. Periksa sekeliling keadaan apakah ada kebocoran dari Limbah B3, jika ada
segera bersihkan bagian luar, dan buka tutup bak dengan sangat hati-hati
untuk menghindari tumpahan menyebar lebih luas
3. Segel bak truck bisa dibuka dengan disaksikan penerima Limbah, buka
semua ikatan pada pallet dan tutup terpal dengan hati hati
4. Buka pintu bak bagian belakang, dan petugas masuk kedalam bak
kendaraan untuk memeriksa limbah B3. Jika ada kebocoran limbah B3
dalam bak kendaraan segera identifikasi sumber tumpahan, hentikan
sumber tumpahan dan segera bersihkan

5. Periksa masing- masing kemasan dan jenis limbahnya, lihat apakah sudah
cocok dengan e-manifest yang menyertai limbah
6. Dalam peroses pembongkaran Limbah B3 minimal dilakukan oleh 2 (dua)
orang, dimana saat satu petugas bertugas memindahkan Limbah B3 dari
alat Transfortasi,
Petugas mengawasi dan memberikan arahan supaya limbah B3 tidak
terbentur dan aman dalam penggerakannya.
7. Koordinasikan dengan limbah B3 untuk penggunaan alat bantu angkat
(misalnya forklift), untuk meminialkan pengangkutan secara manual
8. Keluarkan Limbah Melalui bagian Belakang Truck dengan hati-hati
9. Untuk bak tertutup ,pallet bisa dibantu dorong dengan forklift dengan
membuka pintu samping box
10. Petugas wajib mengikuti arahan pnanggung jawab area penerima Limbah
B3, terkait dengan penempatan Kendaraan dan penempatan Limbah B3
11. Membuat tanda terima bahwa Limbah B3 yang dikirim telah diterima

1
2
dengan baik
12. Membuat tanda terima bahwa Limbah B3 yang dikirim telah diterima
dengan baik
13. Tutup kembali pintu bak dan kunci
14. Periksa area sekitar aktivitas muat, rapikan dan bersihkan. Jika ada
ceceran Limbah b3 bersihkan dengan spill kit yang tersedia dan
perlakukan Limbahnya sebagai limbah B3
15. Petugas lapangan menginformasikan kepada staff dengan jenis limbah,
kemasan limbah, volume/berat limbah B3 yang telah dibingkar , untuk
kemudian diinput kedalam sistem e-manifest dan diberikan approval oleh
pengangkutan dan penerima.
2.3.2. Peralatan Penanganan Tumpahan
1. Apabila terjadi tumpahan oli bekas yang disimpan di tempat Penyimpanan
Limbah B3, Maka :
- Melokasilisir area tumpahan dengan menaburkan serbuk kayu/pasir
disekitar area tumpahan

- Menghindarkan semua material yang berpotensi menimbulkan percikan


api
- Memindahkan barang-barang internal lain yang berpotensi karena
tumpahan ke tempat lain yang lebih aman
- Mengumpulkan serbuk kayu/pasir bekas resapan tumpahan oli di
kantong plastic kuning
- Mencuci sisa serbuk kayu/pasir dengan air
- Petugas menggunakan APD
2. Apabila terjadi pecahan lampu TL/Bohlam, maka :
- Petugas menggunakan APD
- Mengambil pecahan kaca menggunakan kertas yang kaku atau karton
dan tempatkan dikantong plastic warna kuning
- Mengelap lantai dengan lap basah dan dibuang ke kantong plastic
warna kuning
- Jangan menggunakan sapu untuk membersihkan pecahan kaca
- Menutupkan tong plastic dengan rapat kemudian letakan kantong

1
3
plastic kuning di tempat penyimpanan Limbah B3.
3. Apabila terjadi tumpahan, maka
- Petugas Menggunakan APD (apron,Kacamata,masker,sarung tangan)
- Ambil Klorin tumpahkan di sekeliling tumpahan sampai ketengah
searah obat nyamuk
- Tutupin tumpahan dengan Koran selama 5 menit
- Rauplah Koran tersebut dan masukan ke kantong plastic kuning
- Tumpahkan klorin pada tumpahan tersebut
- Keringkan menggunakan kain perca atau Koran yang telah disediakan
- Masukan ke kantong kuning beserta APD yang digunakan kecuali
kacamata
- Ikat kantong kuning tersebut dan bawa ketempat penyimpanan Limbah
B3 dan isi formulir tumpahan yang ada.

2.3.3. Fasilitas Pertolongan Pertama


Fasilitas Pertolongn pertama dalam Penyimpanan Limbah B3 Pihak PT.
Harums Wela Modo Yang dilengkapi, meliputi
1. Kotak P3K ditempat kerja
Isi kotak P3K yang disediakan ditempat kerja Disesuaikan dengan jumlah
karyawan yang bekerja di lokasi kegiatan, adapun isi standard kotak P3K
Sebagai Berikut :
Tabel II-2. Isi Kotak P3K

No. Isi Kotak A 25 Kotak B 50 Kotak C 100


Pekerja Pekerja Pekerja

1 Kasa Steril terbungkus 20 40 40


2 Perban (Lebar 5 cm) 2 4 6
3 Perban (Lebar 10 cm) 2 4 6
4 Perban (Lebar 1,5 cm) 2 4 6
5 Plaster cepat 10 15 20
6 Kapas (25 gram) 1 2 3
7 Kain segitiga 2 4 6
8 Gunting 1 1 1
9 Peniti 12 12 12
10 Sarung Tangan Sekali Pakai 2 3 4
1
4
11 Pinset 1 1 1
12 Lampu Senter 1 1 1
13 Gelas Untuk Plastic Bersih 1 2 3
14 Kantong Pelastic Bersih 1 1 1
15 Aquades (100 ml) 1 1 1
16 Povidon lodin (60 ml) 1 1 1
17 Alkohol (70%) 1 1 1
18 Buku Panduan 1 1 1
19 Buku daftar Isi Kotak 1 1 1
2. Alat Evakuasi

Gambar II-6. Tandu Lipat, Alat K3 Untuk Evakuasi Korban

1
5
2.3.4. Peralatan penanggulangan keadaan Darurat (Dilengkapi dengan SOP
Tanggap Darurat)
A. Sistem Pendeteksi Dan Peralatan Pemadam Kebakaran
Sistem tanggap darurat wajib dimiliki dan diterapkan oleh setiap orang yang
menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pengangkutan Limbah B3,
Pemanfaatan Limbah B3, pengelolahan Limbah B3 dan/atau penimbun Limbah B3.
Penerapan Sistem Tanggap Darurat wajib diterapkan dan dimiliki oleh pemerintah
Daerah kota/Kabupaten ,Provinsi dan pemerintah ditingkat pusat. Sistem tanggap
darurat ini diharapkan dapat mencegah terjadinya kedaruratan. Namun ,jika terjadi
kedaruratan pun dapat diantisipasi dan ditanggulangi secara memadai dalam waktu
singkat secara tepat. Beberapa Prosedur sistem tanggap darurat Penyimpanan Limbah
B3 yang diterapkan oleh pihak PT. Harums Wela Modo, Meliputi :
a. Prosedur Persiapan Kesiagaan,meliputi :
- Perusahaan membentuk tim Tanggap Darurat yang sudah termasuk Tim
DAMKAR didalamnya serta menyediakan peralatan tanggap darurat (DAMKAR,
APD, P3K) yang sesuai dengan peraturan pemerintah.
- Perusahaan membuat dan memasang Instruksi Kerja tanggap darurat,membuat
peta jalur evakuasi dan memasang tanda evakuasi yang jelas (terlihat dan
mudah dibaca) serta disosialisasikan keseluruhan karyawan dan penghuni
perumahan untuk di pahami
- Perusahaan harus membuat Rencana pelatihan tanggap darurat dan melakukan
simulasi
b. Prosedur Tidak terjadi kondisi darurat
- Pelatihan/uji coba tanggap darurat dilaksanakan sesuai dengan Rencana yang
tertulis pada Jadwal Peatihan/Uji Coba Tanggap darurat.
- Hasil dari Peatihan/Uji coba tanggap Darurat akan di Dokumentasikan,
dievaluasi dan di buatkan Laporannya. Apabila terdapat perubahan Maka akan
direvisi sesuai kebutuhan. Apabila dari hasil pelatihan/uji coba tanggap
darurat dirasakan perlu adanya peningkatan pengetahuan maupun
keterampilan dari tim Tanggap darurat maka dapat dilakukan pelatihan ulang
atau tambahan pelatihan.
- Simulasi tanggap darurat secara periodic dilakukan serta dikaji untuk

16
penyempurnaan dan semua dokumen dan foto disimpan dengan baik.
- Melakukan pemeriksaan sevara berkala untuk peralatan dan perlengkapan
dan diperbaiki jika perlu.
c. Prosedur terjadi kondisi darurat
- Apabila terjadi keadaan darurat,setiap karyawan melihat atau menemukan
keadaan darurat harus berusaha untuk menangani keadaan darurat (bencana
alam atau kebakaran)

- Apabila mampu dan dapat segera diatasi,harus segera melaporkan kepada


petugas tanggap Darurat atau keamanan yang bertugas.
- Jika dibutuhkan evaluasi TimTanggap Darurat membuyikan alarm sesuai
instruksi kerja
- Pemberitahuan oleh petugas Tanggap Darurat kepada karyawan untuk
berkumpul di tempat berkumpul (titik point) yang sudah ditentukan dan
melakukan pendekatan/abesensi serta memeriksa kondisi kesehatan oleh
petugas kesehatan.
- Apabila kondisi darurat tersebut adalah kebakaran/ledakan dan tidak mampu
diatasi oleh Tim Tanggap Darurat Internal,maka diizinkan untuk meminta
bantuan pihak Eksternal yang terkait dan terdekat seperti (pemadam
kebakaran terdekat)
- Apabila keadaan darurat (kebakaran/ledakan) dapat diatasi oleh tim tanggap
darurat internal,maka pemulihan keadaan harus dilakukan dan segera
melaporkan kejadian kepada coordinator tim Tanggap Darurat diteruskan
kepada manajemen dan melakukan evaluasi kejadian tersebut serta
melaporkan kepada pihak terkait.
- Tim Tanggap Darurat melakukan evaluasi penyebab kejadian
kebakaran/ledakan dan melaporkan tentang situasi Dan kondisi di areal serta
membuat laporan ke pihak yang berwewenang.
- Apabila tidak mampu mengatasi segera melaporkan manajemen dan
coordinator Tanggap Darurat untuk meminta bantuan penambahan peralatan
dan pernil untuk menanggulangi kebakaran tersebut
- Apabila dari hasil evaluasi perlu adanya perbaikan, maka Tim tanggp Darurat
melakukan Tindakan Perbaikan dan pencegahan
- Prosedur ini akan ditinjau ulang apabila telah terjadi suatu kondisi darurat
17
atau minimal 3 tahun sekali.

Adapun peralatan yang digunakan dalam sistem Tanggap Darurat


Kebakaran Di lokasi tempat Penyimpanan Limbah B3 PT. Harums Wela
Modo Tertera pada Tabel Dibawah Ini :

Tabel II.1. Peralatan Pemadam Kebakaran Yang Digunakan Dalam Sistem Tanggap
Darurat PT. Harums Wela Modo

No. Jenis Limbah Potensi Alat Fungsi Alat SOP


B3 Dampak Penanggulangan Penanggulangan Penanggulangan
Yang Timbul Darurat
1 Oli Bekas Kebakaran APAR Untuk Segera
Memadamkan memadamkan
api api jika terjadi
Kebakaran
2 Kain Majun Kebakaran APAR Untuk Segera
Memadamkan memadamkan
api api jika terjadi
Kebakaran
3 Aki Bebas Korosif - - Memastikan Aki
yang Disimpan
Tidak Bocor
4 Filter Bekas Kebakaran APAR Untuk Segera
Memadamkan memadamkan
api api jika terjadi
Kebakaran
5 Kemasan Kebakaran APAR Untuk Segera
Terkontaminasi Memadamkan memadamkan
api api jika terjadi
Kebakaran
6 Limbah Keracunan APAR Untuk Segera
Elektroda dan Memadamkan memadamkan
Termasuk Kebakaran api api jika terjadi
Cathode ray Kebakaran
tube (CRT),
Lampu TL,
Printed

B. Alat Penanggulangan Keadaan Darurat Lain Yang Sesuai


Alat Penanggulangan Keadaan Darurat Lain Yang Digunakan oleh pihak PT. Harums
Wela Modo Yaitu sarung tangan, baju pengaman, headset, baju anti api, petunjuk
arah angina, dan sebagainya.

18
Gambar II-5. Peralatan Penanggulangan Keadaan Darurat Lain

3. Pengemasan Limbah B3

3.1. Jenis Kemasan Sesuai Dengan Karakteristik Limbah B3 Dan Kapasitas


Kemasan
Tabel III-1. Pengemasan Limbah B3 Berdasarkan Jenis, fase, Karakteristik Dan
Kondisi
No Jenis Limbah Fase Karakteristik Jenis Ukuran Kapasitas Kondisi
B3 Kemasan Kemasan Kemasan kemasa
n
Drum Tidak
1 Oli Bekas Cair Mudah logam Sedang Kaleng mudah
Terbakar Ukuran 250 terbakar
liter
Jumbo Bag
2 Mudah Ukuran 80
Kain Majun Padat Terbakar Plastik Sedang cm x 80 cm Baik
x 0 cm
Kontainer
3
plastik
Aki Bekas Padat Korosif Plastik Sedang ukuran 200 Baik
liter

19
Kontainer
Mudah plastik
4 Filter Bekas Padat Terbakar Plastik Sedang ukuran 50 Baik
liter
Jumbo Bag
Ukuran 80
Kemasan Padat Mudah Plastik Sedang cm x 80 Baik
5 Terkontaminasi Terbakar cm x 0 cm
Limbah
Elektronik
termasuk
Cathode Ray Kontainer
Tube (CRT) Beracun plastik
6 Lampu TL, Padat Mudah Plastik Sedang ukuran 50 Baik
Printed Circuit Terbakar liter
Board (PCB)
dan Kawat
Logam

3.2. Simbol Dan Lebel Limbah B3


a. Simbol Pengemasan Limbah B3
Setelah Selesai Dikemas,Limbah B3 yang ada di Tempat Penyimpanan
LB3 PT. Harums Wela Modo ditempel dengan symbol Limbah B3. Simbol
Limbah B3 Berbentuk bujur sangkar yang diputar 45 O Sehingga
membentuk belah ketupat. Simbol limbah B3 yang dipasang pada
kemasan dengan ukuran 15 cm x 15 cm.Simbol Limbah B3 ini harus
dibuat dari bahan yang tahan terhadap goresan dan/atau bahan kimia
yang kemungkinan akan mengenaiinya, Misalnya bahan Pelastik, kertas
atau plat logam dan melekat kuat pada permukaan kemasan. Simbol
Limbah B3 terbuat dari kertas Stiker Glossy.

Cantumkan foto ril lapangan pemasangan simbol pada wadah


penyimpanan

20
b. Label Pengemasan Limbah B3
Selain ditempel dengan symbol Limbah B3, kemasan Limbah B3 juga
ditempel atau dilekatkan label. Label limbah B3 merupakan penandaan
pelengkap yang berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul
Limbah B3, Identitas Limbah B3 serta Kuantifikasi Limbah B3. Label Limbah
B3 Berukuran 15 cm x 20 cm dengan warna dasar kuning serta garis tepi
bewarna hitam serta tulisan PERINGATAN ! dengan huruf lebih besar
bewarna merah. Label Limbah B3 diisi dengan huruf cetak yang jelas
terbaca dan tidak mudah terhapus serta dipasang pada setiap kemasan
Limbah B3.

Cantumkan foto ril lapangan pemasangan label simbol pada wadah


penyimpanan

Gambar III-1. Label Limbah B3

21
Label Limbah B3 diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca dan tidak mudah
terhapus serta dipasang pada setiap kemasan Limbah B3, dan yang disimpan di
tempat penyimpanan. Pada Label Limbah B3 wajib dicantumkan Identitas sebagai
berikut :

1. Penghasil. Nama Perusahaan yang menghasilkan Limbah B3 dalam


kemasan.
2. Alamat. Alamat jelas perusahaan diatas, termasuk kode wilayah.
3. Telp, nomor telepon penghasil,termasuk kode area.
4. Fax,nomor faksimile penghasil,termasuk kode area.
5. Nomor penghasil,nomor yang diberikan kementerian Lingkungan hidup
kepada penghasil ketika melaporkan.
6. Tgl.pengemasan,data tanggal saat pengemasan dilakukan.
7. Jenis limbah,keterangan Limbah berkaitan dengan fasa atau kelompok
jenisnya (cair, padat, sludge, anorganik atau organik dll).
8. Kode Limbah, kode Limbah yang dikemas, didasarkan pada daftar Limbah
B3 dalam lampiran IX PP.No.22 tahun 2021.
9. Jumlah Limbah,Jumlah total kuantitas Limbah dalam Kemasan (ton,kg
atau mᶾ).
10. Sifat Limbah, Karakteristik Limbah B3 yang dikemas (sesuai simbol limbah
B3 yang dipasang)
11. Nomor, nomor urut pengemasan.

Cantumkan foto ril lapangan pemasangan simbol pada wadah


penyimpanan untuk kemasan kosong

Gambar III-2. Label Limbah B3 Untuk Kemasan Kosong

22
Bentuk dasar label Limbah B3 untuk wadah dan/atau kemasan limbah B3
kosong sama dengan bentuk dasar simbol Limbah B3, Label Limbah B3
yang dipasang pada wadah dan/atau kemasan dengan ukuran- ukuran
paling rendah 10 cm x 10 cm dan pada bagian tengah terdapat tulisan
“Kosong” bewarna hitam di tengahnya.

Foto label limbah penandaan posisi yang ada di lapangan

Gambar III-3. Label Limbah B3 Penandaan posisi Tutup Wadah

Label berukuran paling rendah 7 cm x 15 cm dengan warna dasar putih


dan terdapat gambar yang terdiri dari 2 buah anak panah mengarah ke
atas sejajar di atas blok hitam terdapat dalam frame hitam. Label terbuat
dari bahan yang tidak mudah rusak karna goresan atau terkena limbah
dan bahan kimia lainya.
Sesuai dengan peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan RI
Nomor 6 Tahun 2021 tentang Tata Cara Dan Persyaratan Pengelolahan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun. Semua Bentuk Simbol dan Label
harus di lekatkan pada wadah, kendaraan pengangkut dan tempat
penyimpanan.

Foto ril kondisi lapangan

Gambar III-4. Contoh Simbol, Label dan Bentuk Kemasan


Limbah B3

23
c. Tata cara Penyimpanan Limbah B3
- persyaratan kemasan;

- persyaratan kemasan drum;

- Syarat lainnya

3.1.4 . Tata Cara Menyimpan Limbah B3


1. penyimpanan Limbah B3 pada Bangunan
a. Penyimpanan limbah B3 dengan
kemasan Persyaratan Kemasan,
Meliputi :
- Menggunakan kemasan yang terbuat dari bahan logam atau
pelastic yang mengemas limbah sesuai karakteristik Limbah B3
- Mampu mengungkung Limbah B3 Untuk tetap berada dalam
kemasan
- Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya
tumpahan serta dilakukan penyimpanan. Pemindahan dan
pengangkutan
- Berada dalam kondisi tidak bocor,tidak berkarat dan tidak
rusak. Dapat menggunakan kemasan B3 atau Limbah B3 dengan
ketentuan :
- Karakteristik sama dengan limbah B3 sebelumnya
- Karakteristik saling cocok dengan Limbah B3 yang dikemas
sebelumnya
- Telah dilakukan pencucian, untuk kemasan bekas B3,Limbah B3
yang berbeda jenis atau karakteristiknya mengikuti ketentuan
pengolahan limbah B3.
Wajib dilakukan Pegemasan,kecuali :
- Dari sumber spesifik Khusus
- Berupa peralatan elektronik utuh dan
- Tidak berbentuk cair, debu, dross, gramm logam serta cacahan
b. penyimpanan limbah B3 dengan Drum
persyaratan Drum, Meliputi :

1
- Ditumpuk berdasarkan jenis kemasan
- Jarak antara tumpukan kemasan dengan atap paling rendah 1
meter
- Disimpan dengan sistem blok dengan ketentuan, setiap blok
terdiri atas 2 x 3 m, lebar gang antar blok ≥ 60 cm

Foto ril lapangan

Gambar III-6.Pola Penyimpanan LB3 Kemasan Drum

c. Penyimpanan Limbah B3 dengan Tangki


Persyaratan Tangki, Meliputi :
- Pada kelengkapan peralatan dan sistem yang tidak menimbulkan
ceceran pada saat bongkar muat Limbah B3
- Tidak menyisakan ruang kosong dalam kemasan paling sedikit 30%
dari total kapasitas tangki untuk Limbah yang disimpan memiliki sifat
mengembang dan berbentuk gas.

4. Persyaratan Lingkungan Hidup


Selaku penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan memenuhi syarat
lingkungan hidup yang ditetapkan oleh pemerintah, antara lain sebagai berikut:

a. Memfungsikan tempat penyimpanan limbah hanya sebagai tempat


penyimpanan Limbah B3
b. Melakukan pengolahan Limbah B3 sesuai ketentuan sehingga pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup dapat dicegah

2
c. Hanya menyimpan Limbah B3 yang dihasilkan sendiri kedalam tempat
penyimpanan Limbah B3
d. Memiliki Sistem Tanggap Darurat Pengolahan Limbah B3 sebagai
Diamanatkan pada PP No. 22 tahun 2021.
e. Melakukan pemulihan terhadap media lingkungan hidup apabila terjadi
pencemaran dan/atau kerusakan Lingkungan Hidup atas Limbah B3 yang
dihasilkan.
f. Melakukan Label dan simbol Limbah B3 sesuai dengan Karakteristik dan
Fase Limbah B3
g. Melekatkan Label dan simbol Limbah B3 pada kemasan Limbah B3 Sesuai
Ketentuan.
h. Dilarang menempatkan, membuang Limbah B3 diluar tempat penyimpanan
Limbah B3 termasuk di media lingkungan hidup yang tidak memenuhi
ketentuan
i. Dilarang melakukan Open Burning terhadap Limbah B3 yang dihasilkan
j. Dilarang melakukan pencampuran terhadap limbah B3 yang berbeda kode
dan/atau fase.
k. Dilarang menyerahkan limbah B3 ke pihak lain apapun alasannya kecuali
pihak lain tersebut mmiliki perizinan berusaha untuk kegiatan bidang usaha
pengelolahan Limbah B3 dan Surat Kelayakan Operasional (SLO).

l. Dilarang melakukan pemanfaatan Limbah B3 apabila tidak memiliki


persetujuan teknis untuk kegiatan pengolahan Limbah B3 dan Surat
Kelayakan Operasional (SLO).

4.1. Tenaga Kerja Yang Memiliki Sertifikat Kompetensi Di Bidang


Pengelolahan Limbah B3
Secara tenaga kerja yang telibat dalam operasional penyimpanan
Limbah B3 adalah tenaga kerja yang memiliki sertifikat kompetensi dibidang
pengelolahan limbah B3, hal ini secara bertahap akan didukung dengan
pelatihan khusus oleh pihal PT. Harums Wela Modo. Adapun tenaga kerja
yang terlibat Langsung terhadap kegiatan operasional Penyimpanan Limbah
B3 PT. Harums Wela Modo, Sebagai berikut :

3
Tabel IV-1. Tenaga Kerja Yang Terlibat Langsung Dalam Penyimpanan
Limbah B3
No. Klasifikasi Pekerjaan Jumlah Kompetensi
1 Penanggung Jawab 1
Tempat Penyimpanan Sertifikat Kompetensi Bidang
Limbah B3 Pengelolahan Limbah
2 Tenaga Operator Tempat 1
Penyimpanan Limbah B3

4.2. Nomor Induk Berusaha (NIB) dan Izin Usaha/Industri Lainnya Yang
Dimiliki

a. Perizinan Berusaha Berbasis Resiko Nomor Induk Berusaha (NIB) :


1230000342728.

Lampiran berikut ini memuat daftar bidang usaha untuk :

Tabel IV-2. Nomor Induk Berusaha (NIB) dan Izin Usaha

No Kode Judul KBLI Lokasi Usaha Klasifikasi Perizinan Berusaha


KBLI Resiko
Jenis Legalitas

Desa Galo
Leleng,Desa/Kelur Untuk
ahan Golo Leleng, NIB Persiapan
Kec.SanoNggoang Kegiatan
, Kab. Manggara Usaha
Barat,ProvinsiNus
a Tenggara Timur
1 08103 Penggalian Kode Pos: Tinggi
Kerikil/Sirtu 86758
Untuk
Operasiona
Izin
l dan/atau
Komersial
Kegiatan
Usaha
4
b. Surat Kementrian Energi Dan Sumber Daya Mineral RI Direktorat Jendral
Mineral Dan Batubara Nomor 48/MB.03/DJB/WIUP/2021 Tentang Persetujuan
Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan Batuan Komoditas Kerikil
Berpasir Alami (Sirtu) kepada PT. Harums Wela Modo dengan luas 25.23
hektar di Desa Golo Leleng, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

5. Kewajiban Pemenuhan Rincian Teknis Penyimpanan Limbah B3


Selaku penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan akan memenuhi
kewajiban yang akan ditetapkan oleh pemerintah, antara lain :

a. Memenuhi persyaratan teknis Penyimpanan Limbah B3 termasuk


Kelengkapan Prasarana dan sarana.
b. Melakukan Identifikasi limbah B3 yang dihasilkan setiap hari
c. Melakukan pencatatan nama dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan sesuai
dengan format Lampiran IX Permen LHK Nomor 6 tahun 2021 tentang Tata
Cara Persyaratan Pengelolahan Limbah B3.
d. Melakukan Penyimpanan Limbah B3 Sesuai dengan ketentuan
e. Wajib menyerahkan Limbah B3 sesuai dengan ketentuan
f. Melakukan penyimpanan Limbah B3 paling lama :
1. 180 (seratus delapan puluh) hari sejak limbah B3 dihasilkan untuk
limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg (lima puluh kilogram)
perhari untuk limbah B3 kategori 1.
2. Kurang dari 90 (Sembilan puluh) hari apabila kapasitas tempat
penyimpanan limbah B3 sudah tidak memungkinkan untuk menampung
seluruh limbah B3 yang dihasilkan
g. Dalam hal kegiatan penyimpanan limbah b3 melampaui jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada huruf d, penghasil limbah B3 wajib :
1. Melakukan penimbunan limbah B3 dengan syarat telah memiliki
persetujuan teknis untuk kegiatan penimbunan limbah B3 dan surat
Kelayakan Operasional (SLO) dan/atau
2. Menyerahkan limbah B3 kepada pihak lain yang memiliki perizinan
5
berusaha untuk kegiatan bidang usaha pengelolahan limbah B3 dan SLO
h. Menyusun dan menyerahkan laporan pelaksanan kegiatan penyimpanan
limbah B3 yang merupakan bagian dalam pelaporan dokumen Lingkungan
dengan melampirkan Log book, neraca dan Manifest setiap 3 (tiga) bulan

6
sekali kepada DLHK Provinsi NTT selaku pejabat penerbit persetujuan
lingkungan sesuai kewenangannya bagi penghasil limbah B3 dan usaha
dan/atau kegiatan wajib AMDAL atau UKL-UPL atau menyampaikan laporan
paling sedikit 6 (enam) bulan sejak persetujuan lingkungan diterbitkan.
Laporan Penyimpanan LB3 disampaikan Secara elektronik melalui halaman
https://plb3.menlhk.go.id dengan bukti pelaporan berupa tanda terima
elektronik.
i. Format pelaporan pelaksanaan kegiatan penyimpanan limbah B3
sebagaimana pada huruf f paling sedikit memuat informasi :
1) Sumber, nama dan jumlah Limbah B3
2) Kategori dan/atau jumlah Limbah B3
3) Pelaksanaan penyimpanan Limbah B3
4) Penimbunan Limbah B3 yang dilakukan sendiri oleh penghasil Limbah B3
dan/atau Penyerahan Limbah B3 kepada pengumpul Limbah B3
j. Melakukan perubahan rincian teknis penyimpanan Limbah B3 apabila terjadi
perubahan terhadap :
1. Nama Limbah B3 yang disimpan
Diharapkan agar melakukan identifikasi Limbah B3 yang dihasilkan
dengan lebih cermat, agar tidak terdapat Limbah B3 yang tidak terdaftar
dalam rincian teknis penyimpanan LB3. Apabila terdapat LB3 yang tidak
terdaftar, maka wajib dilakukan perubahan rincian teknis
2. Lokasi tempat penyimpanan Limbah B3
Bahwa lokasi penyimpanan LB3 harus dipastikan dengan cermat
terbebas dari banjir dan rawan bencana alam termasuk banjir ROP
(pasang surut laut).
Perubahan lokasi penyimpanan LB3
3. Desain dan kapasitas fasilitas penyimpanan Limbah B3
Bahwa desain dan kapasitas fasilitas penyimpanan LB3 perlu
direncanakan sebaik-baiknya dengan mengidentifikasi jumlah dan
karakteristik LB3 yang dihasilkan, sehingg fasilitas penyimpanan LB3
dapat menyimpan (tidak Overload) sebelum diserahkan kepada pihak
ketiga yang memiliki izin.

7
8
9
DAFTAR PUSTAKA

Allaby, M. 2000. Basics of Environmental Science. Routledge 11 New Fetter Lane,


London.

Canter, L.W. 1977. Environmental Impactm Assesment. New York, Mac Graw Hill
Book Company.

Chiras. D. Daniel., 1990. Environmental Science. Action for Sustainable Future. Third
Edition. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc

Dombois,E and Ellenberg. 1974. Aims Methods vegetation Ecology. Mc.Graw Hill,
New York.

De Moor G.1988. Climatology Fac. Of Science State University of Ghent Belgium.

Evangelou. V. P., A. K. Seta., L. M. Mc. Domald., 1997. Acid Mine Drainage.


Chemistry,Pediction an Control. In Encyclopedia of Environmental Analysis
an Remediation.Jhon Wiley & Sons.

Fadely Chafid., 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Dalam Prinsip Dasar
Dan Perananya Dalam Pembangunan. Gajah Mada Press.

Gupta., 1981. Texs Book of Algae. Oxford & IBH Publishing Co.

Kochenderfer, J.N. 1970. Erosion control on logging roads in the Appalachians.


Forest service research. U.S. Dapartement of Agriculture.

Kostrzewa, M; T. Bisson and L. Brunswig. 1994. Pollution Prevention


Handbook,Wordbank.

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 43 Tahun 1996 Tentang Kriteria
Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan Bahan
Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran.

Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 1827
Tahun 2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan kaidah Teknik Pertambangan
Yang Baik.

Lee. R. and Abel. PD.1978. Water Pollution Biology. Ellis Horwood Limited Publiher-
John Wiley and Sons. New York.

Mantra. I. B., 1992. Metode Analisis Aspek Sosial Ekonomi Dalam AMDAL. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Gajah Mada.

Menteri Pertambangan dan Energi Republik Indonesia Keputusan Menteri


Pertambangan dan Energi No. 52 K/201/MPE/1992 Tentang Pedoman Teknis

1
Penyajian Informasi Lingkungan Rencana Pengelolahan Lingkungan dan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Dan Rencana Pemantauan Lingkungan
Untuk Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C.

Michael. P. 1984. Ecological Methods for Field and Laboratory Investigation. Tata
McGraw-Hill Publishing Company Limited.

Ming-Ho Yu. 2001. Environmental Texocology. Impacts of Environmental Toxicants


on Living System.Lewis Publishers.

Mola D. 1984. Sewage Treatment in that Climate.John Willey & Son, London.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Usaha


Pertambangan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1969 Tentang


Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Pertambangan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat Dan
Pemutusan Hubungan Kerja.

Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.26 Tahun
2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik Dan
Pengawasan Pertambangan Mineral Dan Batubara.

Praturan Presiden No.82 Tahun 2018 Tentang Jaminan Kesehatan.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.6 Tahun 2021 Tentang Tata Cara dan
Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Perlindungan


Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu No.6 tahun 2005 Tentang Penetapan Beku Mutu
Air Dan Kelas Air Sungai Lintas kabupaten/Kota Dalam Provinsi Bengkulu.

Rahmi Dyah Hajeng Rizkiana, 2012, Pengelolahan Usaha Penambangan Bahan


Galian Golongan C, Di Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang
Kabupaten Banyumas, Universitas Jenderal Soedirman.

Rand. M. C., and Greenberg. 1976. Standard Methods American Public Health
Associatation.

Richards, BN. 1974. Introduction to the soil Ecosytem. Longman Group Limited.

Rostiyanti, S.F. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. PT. Rinika Cipta Jakarta.

2
Shannon & Wiener (1963). Biological Parameter For Water Quality Criteria. Bio.
Scientific 18: 477 – 481.

Soemarto, CD. 1986. Hidrologi Teknik. Usaha Nasional. Surabaya.

Sri Harto. 1993. Analisis Hidrologi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Undang-Undang No. 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok


Pertambangan.

Undang-Undang No. 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.

Anda mungkin juga menyukai