Markus A.Levi
i
DAFTAR ISI
Sesuaikan dengan isi dokumen
Hal
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
DAFTAR TABEL............................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................vi
1. ….……..
2. ….………
Dan seterusnya (sesuaikan)
DAFTAR TABEL
Sesuaikan dengan isi dokumen
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Sesuaikan dengan isi dokumen
4
RINCIAN TEKNIS
PENYIMPANAN LIMBAH B3 USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN
BATUAN KOMODITAS KERIKIL BERPASIR ALAMI (SIRTU) PT. HARUMS WELA
MODO DI DESA GOLO LELENG, KECAMATAN SANO NGGORANG,
KABUPATEN MANGGARAI BARAT
Nama, sumber Karakteristik, Dan Jumlah Limbah B3 Yang Akan Disimpan Hasil identifikasi
Limbah B3 yang dihasilkan dari Rencana Kegiatan Pertambangan
Batuan Komoditas Kerikil Berpasir Alami (SIRTU) PT. Harums Wela Modo yang
berlokasi di Desa Golo Leleng, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai Barat,
Provinsi Nusa Tenggara Timur sebagai berikut :
Tabel II.1. Identifikasi Limbah B3 Yang Dihasilkan PT. Harums Wela Modo
5
No. Nama Limbah B3 Kode Sumber Karakteristik Jumlah Masa
Limbah* Limbah B3 Limbah B3 Limbah Simpan
B3(kg/bln
)
6. Limbah Elektronik Pemeliharaan
termasuk cathode ray peralatan
tube (CRT), Lampu TL, Kantor, Pos
Printer B107d Keamanan Beracun 1 (kg/bln) 3 bulan
circuit boar (PCB) dan dan
kawat logam penerangan
Keterangan*) peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2021 (lampiran IX) Tentang Daftar Limbah
B3 Dari Sumber Tidak Spesifik.
a. Lokasi Bebas Banjir, Berada dalam areal lahan kering dan sistem Drainase
mampu menanggulangi aliran permukaan sehingga terhindar dari banjir atau
genangan.
b. Tidak rawan bencana alam, berupa dataran dengan kemiringan lereng rata-rata
3-5%
c. Lantai fasilitas penyimpanan limbah B3 berupa tempat tumpukan limbah B3
(waste pile) bersifat permeabilitas ≤ 10⁻⁶ cm/detik, direkayasa sesuai
dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Kolam penampungan Limbah B3 yang dibangun dalam fasilitas penyimpanan
LB3 sesuai ketentuan :
- Permeabilitas tanah ≤ 10⁻⁵ cm/detik
- Lapisan kedap diatas tanah dengan permeabilitas ≤10 ⁻⁷ cm/detik berupa beton
6
atau dengan pelapis High Density Polyethlene (HDPE)
- Hasil uji permeabilitas tanah dari pengukuran di lapangan
e. Lokasi Titik Rencana penyimpanan limbah B3 kegiatan Pertambangan Batuan
komoditas kerikil berpasir alami (sirtu) PT. Harums Wela Modo berada di dalam
Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) dengan titik koordinat penyimpanan
limbah B3 Yaitu 120°7'28.743"E Garis Bujur 8°39'30.281"S Garis Lintang.
Lokasi letak tempat Pentimpahan Limbah B3 dapat di lihat pada gambar peta
lokasi Tempat Penyimpanan Limbah B3 berikut ini :
Gambar II-1. Peta Lokasi Tempat Pnyimpanan Limbah B3 PT. Harums Wela Modo
B. Memenuhi syarat lokasi TPS
- bebas banjir
- tidak rawan bencana dengan dilengkapi peta rawan bencana
7
Beracun,Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 yang dibangun PT. Harums Wela Modo
terpisah dengan rumah genset
(genset room), Adapun rancang bangunan desain fasilitas Penyimpanan Limbah B3
PT. Harums Wela Modo sebagai berikut:
1. Luas Bangunan Fasilitas Penyimpanan LB3
- Panjang : 4 Meter
- Lebar : 4 Meter
- Tinggi : 4,8 Meter
- Bubungan : Zincalume
- Atap : Zincalume
- Exhaust fan : 16 Inch
- Pintu rangka baja ringan zincalume : 0,4 mili Meter
- Lantai : k 175
- Pondasi batu : 1:4
- Lantai bagian dalam melandai kearah bak penampung tumpahan
dengan kemiringan maksimal 1%
- Lantai bagian luar bangunan dibuat sedemikian rupa agar air hujan
tidak masuk kedalam bangunan
- Saluran drainase untuk ceceran, tumpahan Limbah B3 dan/atau air hasil
pembersihan ceceran menuju bak penampung dalam bangunan.
8
Gambar II-2. Gambar ukuran Desain Tempat Penyimpanan Limbah B3 PT. Harums
Wela Modo
2. Ventilasi
- Panjang : 4 Meter
- Lebar : 4 Meter
- Luas bukaan ventilasi yang dibutuhkan : 16 m² x 10 % = 1,6 m²
3. Penyalur petir
- Taksiran resiko :R=A+B+C+D+E
- A (Tipe struktur Bangunan) :15
- Indeks B (Tipe Konstruksi) :1
- Indeks C (Tinggal Bangunan) :0
- Indeks D (Situasi Bangunan) :0
- Indeks E (Pengaruh Kilat) :0
- Jumlah : 15
4. Jenis Elektrode
Tipe tanah adalah lahan kering, mempunyai tahan spesifik tanah 10 Ωm.
Jenis elektrode yang digunakan adalah elektrode batang dengan panjang 5
meter sebanyak 4 buah, sedangkan ukuran minimum dari elektrode bumi
9
yaitu elektrode pipa baja berdiameter 15 mm dilapisi tembaga setebal 250
mm.
5. Pencahayaan
Pencahayaan baik dari lampu maupun cahaya matahari harus cukup
menandai karena merupakan unsur penting dalam pembuatan Tempat
Penyimpanan limbah B3. Pencahayaan yang baik akan memudahkan
proses operasional inspeksi rutin. Sakelar terpasang diluar bangunan agar
munculnya sumber api dan pemasangan lampu minimal 1 meter di atas
kemasan penyimpanan Limbah B3 dengan posisi sakelar berada di luar
bangunan.
Di dalam bangunan fasilitas penyimpanan LB3 terdapat bak penampung
tumpahan (waste impoundment) yang berguna untuk mencegah terjadi
nya kebocoran xat pencemar ke air tanah yang terlimpasnya LB3 akibat
aktivitas pengelolahan atau kejadian secara alami.
1
0
Gambar II-4 Tata Ruang Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 PT. Harums Wela Modo
7. Penampung sekunder
Dalam penyimpanan Limbah B3 untuk mencegah Limbah B3 Terlepas ke
Lingkungan, PT. Harums Wela Modo akan melengkapi dengan
penampungan sekunder, adapun rancang bangun penampung sekunder,
meliputi :
a. Dibuat atau dilapisi dengan bahan yang saling cocok dengan limbah B3
yang disimpan serta memiliki ketebalan dan kekuatan menadai untuk
mencegah kerusakan akibat pengaruh tekanan.
b. Ditempatkan pada pondasi atau dasar yang dapat mendukung
ketahanan tangka dan/atau kontainer terhadap tekanan dari atas dan
bawah dan mampu mencegah kerusakan yang diakibatkan karena
pengisian, tekanan atau gaya angkat (up lift).
c. Dilengkapi dengan sistem deteksi kebocoran yang di rancang dan
dioperasikan selama 24 (dua puluh empat) jam sehingga mampu
mendeteksi kerusakan pada struktur tangka dan/atau kontainer primer
dan sekunder atau lepas nya limbah B3 dari sistem penampung
sekunder.
d. Penampung sekunder, dirancang untuk dapat menampung dan
1
1
mengangkat cairan- cairan yang berasal dari kebocoran ,ceceran atau
presipitasi.
5. Periksa masing- masing kemasan dan jenis limbahnya, lihat apakah sudah
cocok dengan e-manifest yang menyertai limbah
6. Dalam peroses pembongkaran Limbah B3 minimal dilakukan oleh 2 (dua)
orang, dimana saat satu petugas bertugas memindahkan Limbah B3 dari
alat Transfortasi,
Petugas mengawasi dan memberikan arahan supaya limbah B3 tidak
terbentur dan aman dalam penggerakannya.
7. Koordinasikan dengan limbah B3 untuk penggunaan alat bantu angkat
(misalnya forklift), untuk meminialkan pengangkutan secara manual
8. Keluarkan Limbah Melalui bagian Belakang Truck dengan hati-hati
9. Untuk bak tertutup ,pallet bisa dibantu dorong dengan forklift dengan
membuka pintu samping box
10. Petugas wajib mengikuti arahan pnanggung jawab area penerima Limbah
B3, terkait dengan penempatan Kendaraan dan penempatan Limbah B3
11. Membuat tanda terima bahwa Limbah B3 yang dikirim telah diterima
1
2
dengan baik
12. Membuat tanda terima bahwa Limbah B3 yang dikirim telah diterima
dengan baik
13. Tutup kembali pintu bak dan kunci
14. Periksa area sekitar aktivitas muat, rapikan dan bersihkan. Jika ada
ceceran Limbah b3 bersihkan dengan spill kit yang tersedia dan
perlakukan Limbahnya sebagai limbah B3
15. Petugas lapangan menginformasikan kepada staff dengan jenis limbah,
kemasan limbah, volume/berat limbah B3 yang telah dibingkar , untuk
kemudian diinput kedalam sistem e-manifest dan diberikan approval oleh
pengangkutan dan penerima.
2.3.2. Peralatan Penanganan Tumpahan
1. Apabila terjadi tumpahan oli bekas yang disimpan di tempat Penyimpanan
Limbah B3, Maka :
- Melokasilisir area tumpahan dengan menaburkan serbuk kayu/pasir
disekitar area tumpahan
1
3
plastic kuning di tempat penyimpanan Limbah B3.
3. Apabila terjadi tumpahan, maka
- Petugas Menggunakan APD (apron,Kacamata,masker,sarung tangan)
- Ambil Klorin tumpahkan di sekeliling tumpahan sampai ketengah
searah obat nyamuk
- Tutupin tumpahan dengan Koran selama 5 menit
- Rauplah Koran tersebut dan masukan ke kantong plastic kuning
- Tumpahkan klorin pada tumpahan tersebut
- Keringkan menggunakan kain perca atau Koran yang telah disediakan
- Masukan ke kantong kuning beserta APD yang digunakan kecuali
kacamata
- Ikat kantong kuning tersebut dan bawa ketempat penyimpanan Limbah
B3 dan isi formulir tumpahan yang ada.
1
5
2.3.4. Peralatan penanggulangan keadaan Darurat (Dilengkapi dengan SOP
Tanggap Darurat)
A. Sistem Pendeteksi Dan Peralatan Pemadam Kebakaran
Sistem tanggap darurat wajib dimiliki dan diterapkan oleh setiap orang yang
menghasilkan Limbah B3, Pengumpul Limbah B3, Pengangkutan Limbah B3,
Pemanfaatan Limbah B3, pengelolahan Limbah B3 dan/atau penimbun Limbah B3.
Penerapan Sistem Tanggap Darurat wajib diterapkan dan dimiliki oleh pemerintah
Daerah kota/Kabupaten ,Provinsi dan pemerintah ditingkat pusat. Sistem tanggap
darurat ini diharapkan dapat mencegah terjadinya kedaruratan. Namun ,jika terjadi
kedaruratan pun dapat diantisipasi dan ditanggulangi secara memadai dalam waktu
singkat secara tepat. Beberapa Prosedur sistem tanggap darurat Penyimpanan Limbah
B3 yang diterapkan oleh pihak PT. Harums Wela Modo, Meliputi :
a. Prosedur Persiapan Kesiagaan,meliputi :
- Perusahaan membentuk tim Tanggap Darurat yang sudah termasuk Tim
DAMKAR didalamnya serta menyediakan peralatan tanggap darurat (DAMKAR,
APD, P3K) yang sesuai dengan peraturan pemerintah.
- Perusahaan membuat dan memasang Instruksi Kerja tanggap darurat,membuat
peta jalur evakuasi dan memasang tanda evakuasi yang jelas (terlihat dan
mudah dibaca) serta disosialisasikan keseluruhan karyawan dan penghuni
perumahan untuk di pahami
- Perusahaan harus membuat Rencana pelatihan tanggap darurat dan melakukan
simulasi
b. Prosedur Tidak terjadi kondisi darurat
- Pelatihan/uji coba tanggap darurat dilaksanakan sesuai dengan Rencana yang
tertulis pada Jadwal Peatihan/Uji Coba Tanggap darurat.
- Hasil dari Peatihan/Uji coba tanggap Darurat akan di Dokumentasikan,
dievaluasi dan di buatkan Laporannya. Apabila terdapat perubahan Maka akan
direvisi sesuai kebutuhan. Apabila dari hasil pelatihan/uji coba tanggap
darurat dirasakan perlu adanya peningkatan pengetahuan maupun
keterampilan dari tim Tanggap darurat maka dapat dilakukan pelatihan ulang
atau tambahan pelatihan.
- Simulasi tanggap darurat secara periodic dilakukan serta dikaji untuk
16
penyempurnaan dan semua dokumen dan foto disimpan dengan baik.
- Melakukan pemeriksaan sevara berkala untuk peralatan dan perlengkapan
dan diperbaiki jika perlu.
c. Prosedur terjadi kondisi darurat
- Apabila terjadi keadaan darurat,setiap karyawan melihat atau menemukan
keadaan darurat harus berusaha untuk menangani keadaan darurat (bencana
alam atau kebakaran)
Tabel II.1. Peralatan Pemadam Kebakaran Yang Digunakan Dalam Sistem Tanggap
Darurat PT. Harums Wela Modo
18
Gambar II-5. Peralatan Penanggulangan Keadaan Darurat Lain
3. Pengemasan Limbah B3
19
Kontainer
Mudah plastik
4 Filter Bekas Padat Terbakar Plastik Sedang ukuran 50 Baik
liter
Jumbo Bag
Ukuran 80
Kemasan Padat Mudah Plastik Sedang cm x 80 Baik
5 Terkontaminasi Terbakar cm x 0 cm
Limbah
Elektronik
termasuk
Cathode Ray Kontainer
Tube (CRT) Beracun plastik
6 Lampu TL, Padat Mudah Plastik Sedang ukuran 50 Baik
Printed Circuit Terbakar liter
Board (PCB)
dan Kawat
Logam
20
b. Label Pengemasan Limbah B3
Selain ditempel dengan symbol Limbah B3, kemasan Limbah B3 juga
ditempel atau dilekatkan label. Label limbah B3 merupakan penandaan
pelengkap yang berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul
Limbah B3, Identitas Limbah B3 serta Kuantifikasi Limbah B3. Label Limbah
B3 Berukuran 15 cm x 20 cm dengan warna dasar kuning serta garis tepi
bewarna hitam serta tulisan PERINGATAN ! dengan huruf lebih besar
bewarna merah. Label Limbah B3 diisi dengan huruf cetak yang jelas
terbaca dan tidak mudah terhapus serta dipasang pada setiap kemasan
Limbah B3.
21
Label Limbah B3 diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca dan tidak mudah
terhapus serta dipasang pada setiap kemasan Limbah B3, dan yang disimpan di
tempat penyimpanan. Pada Label Limbah B3 wajib dicantumkan Identitas sebagai
berikut :
22
Bentuk dasar label Limbah B3 untuk wadah dan/atau kemasan limbah B3
kosong sama dengan bentuk dasar simbol Limbah B3, Label Limbah B3
yang dipasang pada wadah dan/atau kemasan dengan ukuran- ukuran
paling rendah 10 cm x 10 cm dan pada bagian tengah terdapat tulisan
“Kosong” bewarna hitam di tengahnya.
23
c. Tata cara Penyimpanan Limbah B3
- persyaratan kemasan;
- Syarat lainnya
1
- Ditumpuk berdasarkan jenis kemasan
- Jarak antara tumpukan kemasan dengan atap paling rendah 1
meter
- Disimpan dengan sistem blok dengan ketentuan, setiap blok
terdiri atas 2 x 3 m, lebar gang antar blok ≥ 60 cm
2
c. Hanya menyimpan Limbah B3 yang dihasilkan sendiri kedalam tempat
penyimpanan Limbah B3
d. Memiliki Sistem Tanggap Darurat Pengolahan Limbah B3 sebagai
Diamanatkan pada PP No. 22 tahun 2021.
e. Melakukan pemulihan terhadap media lingkungan hidup apabila terjadi
pencemaran dan/atau kerusakan Lingkungan Hidup atas Limbah B3 yang
dihasilkan.
f. Melakukan Label dan simbol Limbah B3 sesuai dengan Karakteristik dan
Fase Limbah B3
g. Melekatkan Label dan simbol Limbah B3 pada kemasan Limbah B3 Sesuai
Ketentuan.
h. Dilarang menempatkan, membuang Limbah B3 diluar tempat penyimpanan
Limbah B3 termasuk di media lingkungan hidup yang tidak memenuhi
ketentuan
i. Dilarang melakukan Open Burning terhadap Limbah B3 yang dihasilkan
j. Dilarang melakukan pencampuran terhadap limbah B3 yang berbeda kode
dan/atau fase.
k. Dilarang menyerahkan limbah B3 ke pihak lain apapun alasannya kecuali
pihak lain tersebut mmiliki perizinan berusaha untuk kegiatan bidang usaha
pengelolahan Limbah B3 dan Surat Kelayakan Operasional (SLO).
3
Tabel IV-1. Tenaga Kerja Yang Terlibat Langsung Dalam Penyimpanan
Limbah B3
No. Klasifikasi Pekerjaan Jumlah Kompetensi
1 Penanggung Jawab 1
Tempat Penyimpanan Sertifikat Kompetensi Bidang
Limbah B3 Pengelolahan Limbah
2 Tenaga Operator Tempat 1
Penyimpanan Limbah B3
4.2. Nomor Induk Berusaha (NIB) dan Izin Usaha/Industri Lainnya Yang
Dimiliki
Desa Galo
Leleng,Desa/Kelur Untuk
ahan Golo Leleng, NIB Persiapan
Kec.SanoNggoang Kegiatan
, Kab. Manggara Usaha
Barat,ProvinsiNus
a Tenggara Timur
1 08103 Penggalian Kode Pos: Tinggi
Kerikil/Sirtu 86758
Untuk
Operasiona
Izin
l dan/atau
Komersial
Kegiatan
Usaha
4
b. Surat Kementrian Energi Dan Sumber Daya Mineral RI Direktorat Jendral
Mineral Dan Batubara Nomor 48/MB.03/DJB/WIUP/2021 Tentang Persetujuan
Pemberian Wilayah Izin Usaha Pertambangan Batuan Komoditas Kerikil
Berpasir Alami (Sirtu) kepada PT. Harums Wela Modo dengan luas 25.23
hektar di Desa Golo Leleng, Kecamatan Sano Nggoang, Kabupaten Manggarai
Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
6
sekali kepada DLHK Provinsi NTT selaku pejabat penerbit persetujuan
lingkungan sesuai kewenangannya bagi penghasil limbah B3 dan usaha
dan/atau kegiatan wajib AMDAL atau UKL-UPL atau menyampaikan laporan
paling sedikit 6 (enam) bulan sejak persetujuan lingkungan diterbitkan.
Laporan Penyimpanan LB3 disampaikan Secara elektronik melalui halaman
https://plb3.menlhk.go.id dengan bukti pelaporan berupa tanda terima
elektronik.
i. Format pelaporan pelaksanaan kegiatan penyimpanan limbah B3
sebagaimana pada huruf f paling sedikit memuat informasi :
1) Sumber, nama dan jumlah Limbah B3
2) Kategori dan/atau jumlah Limbah B3
3) Pelaksanaan penyimpanan Limbah B3
4) Penimbunan Limbah B3 yang dilakukan sendiri oleh penghasil Limbah B3
dan/atau Penyerahan Limbah B3 kepada pengumpul Limbah B3
j. Melakukan perubahan rincian teknis penyimpanan Limbah B3 apabila terjadi
perubahan terhadap :
1. Nama Limbah B3 yang disimpan
Diharapkan agar melakukan identifikasi Limbah B3 yang dihasilkan
dengan lebih cermat, agar tidak terdapat Limbah B3 yang tidak terdaftar
dalam rincian teknis penyimpanan LB3. Apabila terdapat LB3 yang tidak
terdaftar, maka wajib dilakukan perubahan rincian teknis
2. Lokasi tempat penyimpanan Limbah B3
Bahwa lokasi penyimpanan LB3 harus dipastikan dengan cermat
terbebas dari banjir dan rawan bencana alam termasuk banjir ROP
(pasang surut laut).
Perubahan lokasi penyimpanan LB3
3. Desain dan kapasitas fasilitas penyimpanan Limbah B3
Bahwa desain dan kapasitas fasilitas penyimpanan LB3 perlu
direncanakan sebaik-baiknya dengan mengidentifikasi jumlah dan
karakteristik LB3 yang dihasilkan, sehingg fasilitas penyimpanan LB3
dapat menyimpan (tidak Overload) sebelum diserahkan kepada pihak
ketiga yang memiliki izin.
7
8
9
DAFTAR PUSTAKA
Canter, L.W. 1977. Environmental Impactm Assesment. New York, Mac Graw Hill
Book Company.
Chiras. D. Daniel., 1990. Environmental Science. Action for Sustainable Future. Third
Edition. The Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc
Dombois,E and Ellenberg. 1974. Aims Methods vegetation Ecology. Mc.Graw Hill,
New York.
Fadely Chafid., 1992. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Dalam Prinsip Dasar
Dan Perananya Dalam Pembangunan. Gajah Mada Press.
Gupta., 1981. Texs Book of Algae. Oxford & IBH Publishing Co.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 43 Tahun 1996 Tentang Kriteria
Kerusakan Lingkungan Bagi Usaha Atau Kegiatan Penambangan Bahan
Galian Golongan C Jenis Lepas Di Dataran.
Keputusan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 1827
Tahun 2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan kaidah Teknik Pertambangan
Yang Baik.
Lee. R. and Abel. PD.1978. Water Pollution Biology. Ellis Horwood Limited Publiher-
John Wiley and Sons. New York.
Mantra. I. B., 1992. Metode Analisis Aspek Sosial Ekonomi Dalam AMDAL. Pusat
Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Gajah Mada.
1
Penyajian Informasi Lingkungan Rencana Pengelolahan Lingkungan dan
Rencana Pengelolaan Lingkungan Dan Rencana Pemantauan Lingkungan
Untuk Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C.
Michael. P. 1984. Ecological Methods for Field and Laboratory Investigation. Tata
McGraw-Hill Publishing Company Limited.
Mola D. 1984. Sewage Treatment in that Climate.John Willey & Son, London.
Peraturan Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.26 Tahun
2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik Dan
Pengawasan Pertambangan Mineral Dan Batubara.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.6 Tahun 2021 Tentang Tata Cara dan
Persyaratan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Peraturan Daerah Provinsi Bengkulu No.6 tahun 2005 Tentang Penetapan Beku Mutu
Air Dan Kelas Air Sungai Lintas kabupaten/Kota Dalam Provinsi Bengkulu.
Rand. M. C., and Greenberg. 1976. Standard Methods American Public Health
Associatation.
Richards, BN. 1974. Introduction to the soil Ecosytem. Longman Group Limited.
Rostiyanti, S.F. 2002. Alat Berat Untuk Proyek Konstruksi. PT. Rinika Cipta Jakarta.
2
Shannon & Wiener (1963). Biological Parameter For Water Quality Criteria. Bio.
Scientific 18: 477 – 481.