Anda di halaman 1dari 19

RINGKASAN EKSEKUTIF

(Executive Summary)

DOKUMEN INFORMASI KINERJA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH


(D I K L H D)

KABUPATEN SITUBONDO
TAHUN 2018

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO


TAHUN 2019

1
BUPATI SITUBONDO
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : H. DADANG WIGIARTO, SH


Jabatan : Bupati Situbondo
Alamat Kantor : Jl. Pb. Sudirman No.1, Plaosan, Patokan, Kec.
Situbondo, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur 68312.

Bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Situbondo Dalam


rangka upaya penyusunan Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2018 yang didalamnya memuat
perumusan dan penetapan isu prioritas secara partisipatif dengan
melibatkan para pemangku kepentingan di Kabupaten Situbondo
menetapkan 3 (tiga) aspek isu prioritas lingkungan hidup sebagai berikut :
1. Aspek Tata Guna Lahan “Optimalisasi Sumber Daya Alam yang
Berkelanjutan”
2. Aspek Kualitas Air “Pelestarian Air Untuk Keberlanjutan Ekologi”
3. Aspek Resiko Bencana “Degradasi Kualitas Ekosistem Pesisir dan
Perairan Laut”

Demikian Surat Pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana


mestinya

Situbondo, 18 April 2019


Bupati Situbondo

H. DADANG WIGIARTO, SH.

2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Pemerintah


Kabupaten Situbondo dapat menyelesaikan dokumen Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (IKPLHD) yang merupakan laporan
kinerja Kepala Daerah mengenai aspek pengelolaan hidup di Kabupaten
Situbondo.

Tekanan terhadap lingkungan berupa perubahan penduduk dari segi


kuantitas maupun aktivitas disertai keterbatasan lingkungan dan teknologi
mewajibkan Pemerintah Kabupaten Situbondo untuk melakukan respon
atau upaya-upaya pengendalian agar tidak terjadi ketidakseimbangan
ekologi. Evaluasi terhadap upaya-upaya yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Kabupaten Situbondo, masyarakat, maupun pihak lain dapat
dijadikan asas penilaian akan kesadaran lingkungan untuk tetap
mendukung konsep pembangunan berkelanjutan sehingga hal ini menjadi
poin penting dalam melakukan penyusunan dokumen IKPLHD.

Dokumen IKPLHD Kabupaten Situbondo tahun 2018 menggunakan


pendekatan DPSIR (Driving Force, Pressure, State, Impact, and
Response). Adapun informasi yang disajikan meliputi tekanan terhadap
lingkungan hidup, kondisi lingkungan hidup, dan respon atau upaya-upaya
yang dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat dalam bentuk
kebijakan serta program untuk menangani dampak lingkungan yang
terjadi. lnformasi tentang tekanan, kondisi, dan upaya yang dilakukan
terhadap lingkungan diharapkan dapat menjadi pertimbangan utama
dalam membuat perencanaan kebijakan lingkungan, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup
untuk mendukung pelaksanaan dan pengembangan kebijakan

3
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Sistem informasi
lingkungan hidup dilakukan secara terpadu dan terkoordinasi serta wajib
dipublikasikan kepada masyarakat.

Dokumen IKPLHD terwujud atas hasil kerja sama antara Organisasi


Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kabupaten Situbondo, Perguruan
Tinggi, Swasta/Perusahaan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/
Organisasi Lingkungan Hidup Situbondo serta lapisan masyarakat lainnya.
Saran dan masukan yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak
diharapkan dapat menjadikan dokumen IKPLHD lebih optimal sebagai
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terhadap
terlaksananya pembangunan yang sesuai dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan di Kabupaten Situbondo.

Atas perhatian dan kerjasamanya kami sampaikan terima kasih.

Situbondo, 18 April 2019


Bupati Situbondo

H. DADANG WIGIARTO, SH.

4
Ringkasan Eksekutif
(Executive Summary)

INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


KABUPATEN SITUBONDO 2018

I PENDAHULUAN

Kabupaten Situbondo merupakan Kabupaten yang berada di


wilayah Timur Provinsi Jawa Timur, dengan luas wilayah 1.638,50 Km2
(163.850 Ha) dengan batas administrasi sebagai berikut:
Sebelah Utara : Selat Madura
Sebelah Timur : Kabupaten Banyuwangi
Sebelah Selatan : Kabupaten Bondowoso
Sebelah Barat : Kabupaten Probolinggo

Wilayah administrasi Kabupaten Situbondo terdiri dari 17


kecamatan dan 123 desa dan 4 kelurahan. Kecamatan Banyuputih
merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Situbondo dengan luas481,67
km2 dan Kecamatan yang memiliki luas paling kecil adalah Kecamatan
Besuki dengan luas 26,41 km2. Disamping sebagai kecamatan terluas
Banyuputih memiliki desa paling luas se-Kabupaten Situbondo yakni desa
Wonorejo (239,19 km2). Desa Wonorejo bahkan lebih luas apabila
dibandingkan dengan luas Kecamatan di Kabupaten Situbondo.
Kecamatan Besuki memiliki desa dengan luas kurang dari 1 km2 yaitu
Desa Pesisir Luasnya 0,56 km2 dan Desa Kalimas luasnya 0,60 km2.
Kedua desa tersebut merupakan desa dengan luas terkecil di Kabupaten
Situbondo.

5
Gambar 1.1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Situbondo

Berdasarkan letak geografis, Kabupaten Situbondo berada pada


7O35’ – 7O44’ Lintang Selatan dan 113O30’ – 114O42’ Bujur Timur dengan
morfologi wilayah memanjang dari Barat ke Timur kurang lebih sepanjang
158 km dan lebar wilayah dari Selatan ke Utara rata rata 25 km.
Berdasarkan ketinggian wilayah, Kabupaten Situbondo terbagi menjadi
tiga wilayah yaitu daerah wilayah perbukitan, dataran dan pesisir dengan
elevasi 0 – 1.250 m di atas permukaan air laut, Bagian Selatan merupakan
daerah perbukitan dengan beberapa wilayah mempunyai kelerengan yang
sangat curam lebih dari 30%. Bagian tengah merupakan daratan yang
cukup datar yang banyak digunakan untuk Kawasan pertanian dan
permukiman.

Perumusan kebijakan terutama yang terkait dengan pengelolaan


sumber daya alam dan lingkungan di Situbondo, diperlukan suatu sarana
penyediaan data dan informasi mengenai pengelolaan lingkungan hidup.
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(IKPLHD) Kabupaten Situbondo 2018 disusun untuk menjelaskan kondisi

6
aktual lingkungan (state), tekanan terhadap lingkungan (pressure), dan
upaya – upaya yang dilakukan guna meningkatkan kualitas lingkungan
hidup (respose). Dokumen IKPLHD Kabupaten Situbondo tahun 2018
menggunakan pendekatan DPSIR (Driving Force, Pressure, State, Impact,
and Response) serangkaian kegiatan yang meliputi pembentukan tim
penyusun, pembagian tugas, penentuan isu prioritas dengan melibatkan
masyarakat melalui FGD, pengumpulan data, pengolahan dan analisis
data.

II ISU PRIORITAS LINGKUNGAN HIDUP


Penentuan isu prioritas lingkungan hidup didasari pada
permasalahan terkait lingkungan hidup yang telah, sedang dan/atau akan
dialami. Pada umumnya permasalahan lingkungan hidup menyangkut
dimensi yang luas, yaitu lintas ruang/wilayah, lintas pelaku/sector dan
lintas generasi. Penentuan isu prioritas Laporan IKPLHD Kabupaten
Situbondo dilakukan dengan pertimbangan:
a. Mendapat perhatian publik yang luas dan aktual
b. Perlu ditangani segera
c. Sesuai kebutuhan masyarakat
d. Dampak yang ditimbulkannya terhadap public
e. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi organisasi
f. Potensi menimbulkan dampak kumulatif dan efek berganda

Penetapan isu prioritas didasarkan proses secara partisipatif melalui


Focus Group Discussion (FGD) yang melibatkan pemangku kepantingan
dan masyarakat. Pelaksanaan FGD dengan melibatkan Organisasi
Perangkat Daerah (OPD), perguruan tinggi dan LSM lingkungan hidup di
Kabupaten Situbondo. Berdasarkan hasil FGD dan proses penentuan
prioritas isu lingkungan hidup yang menggunakan Analytic Hierarchy
Process (AHP) diperoleh:

7
a) Sumber daya alam yang berkelanjutan
b) Penurunan kualitas air permukaan
c) Degradasi kualitas ekosistem pesisir dan perairan laut

III ANALISIS DRIVING FORCE, PRESSURE, STATE, IMPACT


DAN RESPON ISU LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

Kondisi lingkungan Kabupaten Situbondo di tahun 2018 merupakan


gambaran kondisi tutupan lahan, kualitas lahan, kualitas air dan kualitas
udara. Berdasarkan kondisi lingkungan yang ada dapat dijelaskan sebagai
berikut:

III.1 Tata Guna Lahan dan Laut

Kebutuhan Lahan untuk permukiman meningkat selama kurun


waktu 2016 -2018 seluas 5,8 hektar lahan. Pertumbuhan Penduduk serta
komposisi usia Produktif yang relatif tinggi di Kabupaten Situbondo
merupakan salah satu faktor meningkatnya kebutuhan lahan untuk
permukiman, hal ini mendorong alih fungsi lahan dari lahan pertanian
yang dilakukan olah perseorang.
Sedangkan untuk kawasan pesisir sepanjang 158 km garis pantai
kewenangan Pemerintah Kabupaten Situbondo hanya pada 6 Pengkalan
perdaratan Ikan (PPI) di Kecamatan Banyuputih, Kecamatan Jangkar,
Kecamatan Mlandingan, Kecamatan Panurukan dan Kecematan Besuki.
Kondisi pesisir di Kebupaten Situbondo secara umum mengalami kondisi
yang kritis. Dimana dari 158 km garis pantu hanya terdapat 115.77 hektar
tutupan mangrove, yang tersebar di 10 Kecamatan dari 13 Kecamatan
yang mempunyai garis pantai, sedangkan 4 Kecamatan tidak mempunyai
garis pantai (Kecamatan Jatibanteng, Sumbermalang, Situbondo dan
Panji)

8
Dari 10 Kecamatan yang mempunyai kawasan mangrove,
Kecamatan Bayuglugur dan Kecamatan Bayuputih yang mempunyai
luasan cukup baik, karena kawasan mangrove masuk kawasan lindung
Perhutani (Kecamatan Banyuglugur) dan kawasan Taman Nasional
(Kecamatan Banyuputih). Tingakat kerapatan kawasan mangrove juga
relatif masih rendah sekitar 1000 – 2000 tanaman per hektar, kecuali di
kawasan Taman Nasional Baluran yang tingkat kerapatannya cukup baik
sekitar 3.500 tanaman per hektar.

Gambar 2.1 Hutan Mangrove


(Sumber : Hibah Ristekdikti 2018)
Upaya pendekatan secara ekologi dilakukan dengan penanaman
10000 mangrove di hari Santri 2018 di beberapa kawawasan persisir
yang terbuka seperti di Kecamatan Panarukan dan Kecamatan Kendit.
Penanaman mangrove dilakukan oleh Pemerintah dan pihak
masyarakat serta lembaga swadaya masyarakat yang ada baik yang
melakukan rehabilitasi kawasan persisir melalui progam pemberdayaan
masyarakat. Tahun 2018 kurang lebih dilakukan rehabilitasi persisir
dengan mangrove seluas 15 hektar.

9
III.2 KUALITAS AIR

Sungai

Secara geohidrologi Kabupaten Situbondo mempunyai 2 Wilayah


Sungai yaitu Wilayah Sungai Pekalen Sampea yang mencakup Kabupaten
Bondowoso dan Kabupaten Situbondo dan Wilaya Sungai Baru Bajul Mati
yang mencakup Kabupaten Situbondo dan Banyuwangi. Wilayah sungai
sampeyan yang masuk wilayah Kabupaten Situbondo terdiri dari 29
daerah aliran sungai, dan 30 sungai orde 1 dan 43 sungai orde 2 sampai
orde 4.
Kondisi kualitas air sungai di Wilayah Kabupaten Situbondo
termasuk aliran Saluran Irigasi Primer menunjukkan status mutu.
Sebagian besar sungai di wilayah Kabupaten Situbondo kondisinya
tercemar ringan, berdasarkan telaah terhadap hasil uji sampling dan
pemetaam di lapangan, sumber pencemar dominan adalah dari kegiatan
rumah tangga, peternakan, pertanian serta usaha skala kecil dan sampah
dari kegiatan rumah tangga.

Laut

Terdapat 43 usaha hatchery udang dan kerapu milik badan


usaha dan 116 hatchery milik perorangan di Kabupaten Situbondo dangan
luas total 3,5 hektar. Untuk budidaya tambak udang terdapat 63 usaha
budidaya tambak intensif dan 25 tampak perorangan dangan luas kurang
lebih 400 hektar, sedangkan untuk kegiatan usaha keramba jaringa apung
terdapat 72 kegiatan usaha yang terpusat di 5 kecamatan (Bungatan,
Kendit, Panarukan, Jangkar, dan Banyuputih) dengan luas total 2.7 hektar.
Upaya untuk mengurangi tekanan pada kualitas perairan dengan
melakukan pembangunan unit sanitasi masyarakat pesisir (IPAL),
pemantauan kinerja pengelolaan lingkungan usaha tambak, hatchery dan
keramba untuk memenuhi prinsip pengelolaan lingkungan yang baik.

10
III.3 KUALITAS UDARA

Kualitas udara wilayah Kabupaten Situbondo secara umum


dikategorikan sangat baik, sesuai dengan perhitungan indek kualitas
udara tahun 2017 dengan poin 77.19 dengan parameter yang diukur
adalah SO2 dan NO2. Berdasarkan pengukuran udara ambien di 4
(empat) kawasan (permukiman, industri, transportasi dan perkantoran)
dengan menggunakan metode passive sampler menunjukan bahwa
parameter Nox dan Sox masih jauh di bawah ambang batas yang
diizinkan kondisi udara di kabupaten situbondo dalam 3 tahun terakhir
relatif stabil dengan kondisi indeks sangat baik.
Sumber pencemaran atau emisi yang dominan di kabupaten
situbondo adalah emisi dari sumber bergerak (kendaraan bermotor),
dalam 3 (tiga) tahun terakhir, pertumbuhan jumlah pemilikan
kendaraan di kabupaten situbondo rata-rata mengalami pertumbuhan
7.4 persen pertahun dengan pertambahan tertinggi pada kendaraan
roda 2 (sepeda motor).
Pertumbuhan kendaraan bermotor ini memicu kenaikan
penggunaan bahan bakar kendaraan terutama untuk jenis bensin
(premium, pertalite, dan pertamax), dibandingkan dengan tahun 2016,
pada tahun 2017 terjadi kenaikan penggunaan bahan bakar rata-rata 5
persen dari sebelumnya 56.350 KL pada tahun 2016 menjadi 59.169 KL
tahun 2017.

Konsumsi bahan bakar untuk industri masih didominasi bahan


bakar biomas seperti, ampas tebu dan kayu dengan konsumsi rata-rata
1,7 juta ton pertahun.
Upaya yang telah dilakukan untuk menjaga kondisi kualitas
udara di kabupaten situbondo diantaranya :
1. Menambah jumlah pohon peneduh sepanjang jalan pantura
terutama untuk wilayah situbondo bagian barat seperti kecamtan

11
besuki dan kecamatan banyu glugur. Penanaman pohon ini
dimaksudkan sebagai sabuk hijau panjang jalan sehingga dapat
menangkap polutan dari kendaraan bermotor.
2. Melakukan pengawasan dan monitoring terhadap kegiatan usaha
yang berpotensi melepas emisi gas buang ke lingkugan dengan
memastikan bahwa setiap sumber emisi tidak bergerak dilengkapi
dengan init pengelola emisi gas buang.

RESIKO BENCANA

Kejadian bencana dikabupaten situbondo dalam 3 tahun terakhir


(tahun 2015-2017) mengalami peningkatan kejadian dimana pada
tahun 2014 terjadi 16 kejadian bencana, pada tahun 2015 terjadi
bencana dan pada tahun 2017 terjadi 21 kejadian bencana.

Situbondo meskipun tingkat kerusaknnya relatif kecil dan tidak


menimbuikan korban jiwa. Kondisi topografi wilayah kabupaten
situbondo yang memiliki daerah dengan kecuraman yang tinggi wilayah
selatan dan berbukit-bukit berpotensi terjadinya longsoran kecil.
Sedangkan untuk banjir umumnya disebabkan oleh curah hujan yang
tinggi dalam waktu sesaat sehingga sungai atau saluran tidak mampu
untuk menampung air hujan sehingga meluap ke permukiman.

PERKOTAAN

Permasalahan yang dihadapi diwilayah perkotaan yang paling


utama adalah masalah pengelolaan persampahan, dari potensi sampah
yang dihasilkan sebanyak 64 ton per hari baru dapat tertangani dengan
pelayanan sampah perkotaan rata-rata 30 ton per hari, sehingga masih
sekitar 53 persen yang belum tertangani. Masih rendahnya cakupan
pelayanan persampahan disebabkan beberapa faktor diantaranya :

12
1. Masih minimnya armada kendaraan pengangkut sampah, yang
sampai saat ini hanya terdapat 8 dum truk yang melayani wilayah
perkotaan dan second city
2. Kesadaran masyarakat untuk beperan dalam pengelolaan sampah
masih rendah, sebagai contoh kesadaran masyarakat untuk
membuang sampah pada TPS terdekat masih rendah, bahkan
beberapa warga yang berdekatan dengan sungai atau saluran
membuangan sampah langsung ke saluran/sungai.
Sarana pengelolaan sampah perkotaan saat ini belum maksimal
dimana jumlah armada pengangkut sampah baru 8 unit dum truk
untuk melayani wilayah perkotaan baik untuk area ibu kota kabupaten
situbondo maupun Second city. Tempat pengelolaan akhir (TPA)
sampah sudah menggunakan unit sanitary landfill dengan luas cell aktif
yang digunkan pada tahun 2017 kurang lebih 8.000 m2.

TATA KELOLA
Pemerintah Kabupaten Situbondo selalu berinovasi dalam
mengembangkan jejaring kerja khususnya di bidang pengelolaan
lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk kerjasama dengan berbagai
elemen meliputi Pemerintah Kota / Kabupaten dalam dan luar negeri,
instansi / perusahaan / institusi pendidikan di Kabupaten Situbondo.

SUMBER DAYA ALAM YANG BERKELANJUTAN

Pada tahun 2018 telah dilakukan pengajuan alih fungsi lahan sawah
produktif seluas 4.6 ha dan lahan pertanian kering seluas 525 ha yang
digunakan untuk kegiatan industri, pergudangan dan perumahan. Di
sector pertambangan sendiri terjadi alih fungsi lahan kering menjadi WIUP
seluas 500 hektar lebih dimanfaatkan untuk kegiatan pertambangan.
Alih fungsi lahan terutama untuk lahan produktif yang tidak
terkendali dikhawatirkan akan mengancam keberadaan lahan untuk

13
produksi biomass atau mengancam ketahanan pangan Kabupaten
Situbondo karena semakin berkurangnya lahan pertanian.

PENURUNAN KUALITAS AIR PERMUKAAN

Factor yang memberi tekanan pada daerah aliran sungai terutama


masuknya limbah adalah masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam
menjaga lingkungan dan memanfaatkan sumberdaya sungai secara bijak.
Dibeberapa wilayah yang dekat dengan aliran sungai, masyarakat masih
menggantungkan aktivitas sanitasi pada sungai, masyarakat masih
menggantungkan aktivitas sanitasi pada sungai, Kabupaten Situbondo
belum mempunyai Kawasan yang ditetapkan sebagai Kawasan open
defacation free (ODF), hal ini menjadi indicator bahwa masih banyak
masyarakat yang melakukan aktivitas sanitasi tidak layak.

Gambar 3.1. Contoh Point Source Pembuangan Limbah Usaha

PENURUNAN KUALITAS EKOSISTEM PESISIR DAN PERAIRAN


LAUT
Panjang pantai kabupaten Situbondo mencapai 158 Km yang
terbentang di 13 kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di kabupaten
Situbondo. Tingkat kerusakan green belt pesisir berupa Kawasan
mangrove relative tinggi di Kabupaten Situbondo, dengan Panjang
Kawasan pesisir Panjang 158 hektar, dari luas yang ada prosentase
tutupannya hanya sekitar 35% dengan kerapatan pohon rata – rata 1000

14
pohon per hektar. Kawasan mangrove yang cukup baik hanya berada di
Kabupaten Banyugugur, Kecamatan Panarukan dan dalam Kawasan
Taman Nasional Baluran.

Gambar 3.2. Contoh Kerusakan mangrove

Seiring dengan berkembangnya pemanfaatan dan meningkatnya


jumlah penduduk dari tahun ke tahun maka sebagian mangrove di
Kabupaten Situbondo telah beralih fungsi menjadi lahan pertambakan
modern dan lokasi pemanfaatan berupa jalan dan sarana lainnya. Tingkat
kerusakan green belt pesisir berupa Kawasan mangrove relative tinggi di
Kabupaten Situbondo, dengan Panjang Kawasan pesisir Panjang 158
hektar, dari luas yang ada prosentase tutupannya hanya sekitar 35%
dengan kerapatan pohon rata – rata 1000 pohon per hektar. Kawasan
mangrove yang cukup baik hanya berada di Kabupaten Banyugugur,
Kecamatan Panarukan dan dalam Kawasan Taman Nasional Baluran.
Kerusakan terumbu karang juga menjadi permasalahan yang perlu
mendapat perhatian serius Pemerintah Kabupaten Situbondo. Kabupaten
Situbondo memiliki tekad terumbu karang yang dulunya cukup baik,
namun saat ini tingkat kerusakannya cukup memprihatinkan, dimana 54%
dalam kondisi rusak dan hanya sekitar 20% dalam kondisi baik, sisanya
kondisinya menuju rusak. Kerusakan terjadi karena eksploitasi terumbu
karang yang cukup pasif, serta penggunaan racun dan bom ikan oleh
nelayan illegal.

15
Dengan berdasarkan Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan
Hidup Daerah ini Pengelolaan lingkungan hidup merupakan salah satu
prioritas program bupati Situbondo masa bakti 2016-2021 yang tercermin
dalam salah satu misi bupati Situbondo adalah mengembangkan sumber
daya alam yang memiliki daya dukung terhadap pembangunan. Misi
Bupati Situbondo ini dituangkan dalam bentuk strategi pembangunan yang
berwawasan lingkungan diantaranya dengan beberapa kebijakan
diantaranya :
1. Pengembangan media informasi dan fasilitas penyebaran informasi
lingkungan dan tindak lanjut pengaduan masyarakat.
2. Peningkatan edukasi memulai upaya pelestarian dan pengelolaan
lingkungan hidup.
3. Peningkatan rehabilitas lahan kritis, sumber mata air, kawasan pesisir,
ruang terbuka hijau (RTH) perkotaan dan hutan kota melalui upaya
konservasi untuk pemulihan fungsi dan kualitas lingkungan hidup.

UPAYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP OLEH PEMERINTAH


DAERAH
Rehabilitasi lingkungan merupakan upaya pemulihan,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi kualitas lingkungan sehingga
daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem
kehidupan tetap terjaga. Adapun kegiatan rehabilitasi yang dilakukan
adalah rehabilitasi lahan dan perbaikan ekosistem pesisir, meliputi :
1. Pembuatan Ruang Terbuka Hijau.
Pembuatan ruang terbuka hijau wilayah perkotaan terutama
untuk RTH di ibu kota kabupaten dan second City Kecamatan
Asembagus dan Kecamatan Besuki. RTH yang dibuat
merupakan kombinasi tutupan hijau dan sarana rekreasi bagi
warga masyarakat seperti penggabungan RTH dengan kolam
pancing, RTH yang digabungkan dengan aqua kultur atau
hidroponik. Selain RTH berupa pembangunan taman,

16
pemerintah kabupaten situbondo juga melakukan revitalisasi
dan rehabilitasi jalur hijau sepanjang jalan pantura, dengan
melakukan penanaman pohon peneduh sepanjang jalan pantura
terutama untuk kawasan second city Kecamatan Besuki yang
masih kurang tanaman peneduh sepanjang jalan utama.
2. Pengendalian Kerusakan Pesisir dan Laut Melalui Penanaman
Mangrove
Hutan mangrove yang sehari – hari dikenal dengan hutan
bakau merupakan salah satu ekosistem yang berperan penting
di wilayah pesisir dan laut disamping ekosistem Terumbu
Karang dan Padang Lamun. Dengan fungsi ekologisnya,
mangrove dibutuhkan oleh sebagaian besar biota laut seperti
udang ikan dan kepiting untuk memijah (Spawning ground),
daerah pembesaran / asuhan (nursery ground) dan daerah
tempat mencari makan (feeding ground) dari biota laut
tersebut. Disamping itu, peran ekologis mangrove yang cukup
penting bagi ekosistem di wilayah pantai adalah kemampuannya
dalam menahan laju abrasi pantai. Pemerintah Daerah
merehabilitasi kawasan pesisir secara ekologis dengan
penanaman mangrove melalui kegiatan penanaman 10000
mangrove pada hari SANTRI. Mengusung tema “ Dedikasi Santri
Untuk Negeri “. Pemerintah Daerah Kabupaten Situbondo
mengajak seluruh elemen masyarakat untuk turut serta
menjaga kelestarian alam dengan menanam mangrove di 6
(enam) titik kecamatan di Kabupaten Situbondo ; Kecamatan
Panarukan, Kecamatan Banyuputih, Kecamatan Banyuglugur,
Kecamatan Kendit, Kecamatan Kendit dan Kecamatan
Kapongan.

17
Gambar 4.1 Penanaman mangrove di Hari Santri
( Sumber Humas Pemkab Situbondo, 2018 )

Merujuk pada Peraturan Bupati No 13 Tahun 2017 tentang


konservasi keaneka ragaman hayati. Pemerintah Daerah
melaksanakan program “ melek lingkungan ” untuk memberikan
edukasi terhadap siswa siswi di sekolah menengah ke atas di
Kabupaten Situbondo mengenai pentingnya menjaga kelestarian
Mangrove dan Lamun. Selain itu, bekerjasama dengan seluruh
stakeholder, pada tahun 2018 Bupati Kabupaten Situbondo
meresmikan “Kampung Blekok” sebagai lahan konservasi
mangrove.

3. Sarana Sanitasi
Untuk mengurangi dampak pencemaran pada badan
lingkungan dan perairan dilakukan beberapa kegiatan
pembangunan sarana sanitasi dan Instalasi Pengelolaan Air
Limbah (IPAL) Domestik yang difokuskan untuk pengelolaan
limbah domestik di sekolah, dikawasan pesisir dan masyarakat
pedesaan melalui program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat
(STBM), pembuatan IPAL untuk kegiatan medis dan pasar.

18
Selain juga dilakukan beberapa kegiatan berbasis
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan
lainnya seperti lomba desa, pemberdayaan masyarakat untuk
perlindungan mata air, peningkatan sanitasi sehat serta pola
hidup bersih dan sehat.

4. Pengelolaan sampah dan limbah

Kegiatan revitalisasi dan optimalisasi pengelolaan sampah


dilakukan dengan pembentukan bank sampah induk,
pengoprasian TPS untuk pengelolaan kompos dan pencacah
plastic, serta perbaikan sel-sel sanitary landfill Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) sampah dengan merevitalisasi unit
penangkap gas metan sehingga dapat dilakukan pemanfaatan
gas metan secara optimal.

Revitalisasi TPA dengan melakukan penutupan sel sampah


menggunakan geotextile untuk kesehariannya, sehingga
mengurangi penggunaan tanah urug.Melakukan demplot
penguraian sampah organic dangan menggunakan cacing dan
lalat sayap hitam. Melakukan demplot pirolisis untuk
pengurangan sampah plastic dengan mengkonversi menjadi
bahan bakar.

19

Anda mungkin juga menyukai