Anda di halaman 1dari 20

RINGKASAN EKSEKUTIF

DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN


LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (DIKPLHD)
KABUPATEN DHARMASRAYA
TAHUN 2018

PEMERINTAH KABUPATEN DHARMASRAYA


PROVINSI SUMATERA BARAT
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur Kehadirat ALLAH, SWT


atas rahmat dan karunia-NYA Dokumen Informasi Kinerja
Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (DIKPLHD)
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2018 telah selesai disusun.
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki
kewajiban dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup didaerahnya dan menyebarluaskan informasi lingkungan hidup kepada
masyarakat. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang No.32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Undang-Undang
No.14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Tujuan penulisan
dokumen ini adalah untuk menyediakan data dan informasi lingkungan hidup di
Kabupaten Dharmasraya yang dilakukan melalui pengumpulan dan pengelolaan data,
analisis data berdasarkan data dan informasi pada tahun 2018 yang meliputi:
tataguna lahan, kualitas air, kualitas udara, resiko bencana, perkotaan dan tata kelola,
serta menguraikan isu lingkungan hidup daerah dengan menggunakan model DPSIR
(Driving Force, Pressure, State, Impact, and Response). Selain itu, juga memuat
kebijakan dan inovasi yang dilakukan dalam upaya perbaikan kualitas lingkungan,
perbaikan kualitas sumber daya alam, dan perbaikan tata kelola lingkungan.
Adapun isu prioritas lingkungan hidup di Kabupaten Dharmasraya yang
telah ditetapkan tahun 2018 melalui konsultasi publik adalah Penurunan Kualitas
Air, Pengelolaan Sampah, dan Alih Fungsi Lahan. Ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
penyusunan DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya Tahun 2018.
Semoga dokumen DIKPLHD ini dapat menjadi acuan dalam penyusunan
kebijakan dan perencanaan pengelolaan lingkungan hidup demi tercapainya
pembangunan berkelanjutan di Kabupaten Dharmasraya.

Pulau Punjung, 26 April 2019


Daftar Isi 2018

DAFTAR ISI

Hal.

PERNYATAAN ISU PRIORITAS DAERAH........................................ i

KATA PENGANTAR.............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................ iii

RINGKASAN EKSEKUTIF.................................................................
1

i
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan amanat Pasal 62 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009


tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam rangka
meningkatkan kualitas Status Lingkungan Hidup Daerah, pelaporan status
lingkungan hidup dijadikan sebagai sarana penyediaan data dan informasi
lingkungan hidup dalam menilai, menentukan prioritas masalah, membuat
rekomendasi bagi penyusunan kebijakan dan perencanaan untuk membantu
pemerintah daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup, dan menerapkan
mandat pembangunan berkelanjutan.
Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(DIKPLHD) merupakan laporan pengelolaan lingkungan hidup yang berisikan
data dan informasi yang disediakan secara berkala, mudah dijangkau atau
diakses, dan ditulis dalam bahasa yang mudah dipahami. Berdasarkan surat
edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI,
Penilaian DIKPLHD tidak hanya berbasis dokumen, namun juga dilakukan
penilaian kepada Kepala Daerah terhadap kinerja dan leadership yang baik
dalam melakukan pengelolaan lingkungan hidup didaerahnya. Berdasarkan
Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan RI Nomor S.1362/Setjen/Datin/ Set.0/12/2018 tanggal 12 Desember
2018 perihal Penyampaian Pedoman DIKPLHD 2019, maka Pemerintah
Kabupaten Dharmasraya melakukan penyusunan DIKPLHD, sebagai bentuk
laporan akuntabilitas kepada publik dan bahan evaluasi kinerja Pemerintah
dalam pengelolaan lingkungan hidup di Kabupaten Dharmasraya tahun 2018.
Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Penataan dan Pembentukan Kecamatan, bahwa terdapat 11 (sebelas)
kecamatan di Kabupaten Dharmasraya, dan berdasarkan Peraturan Daerah
(Perda) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Penataan Nagari,
maka terdapat 52 nagari dan 260 jorong di Kabupaten Dharmasraya dan
mengalami pemekaran kembali menjadi 541 jorong.

DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya


Ringkasan Eksekutif 2018

Kabupaten Dharmasraya terletak pada posisi geografis 00 ° 48’25,367’’-


1°41’40,269” LS (Lintang Selatan) dan 101°8’32,52’’ - 101°53’3,166’’ BT (Bujur
Timur). Kabupaten Dharmasraya terletak pada wilayah perbatasan Provinsi
Sumatera Barat dengan Provinsi Jambi dan Provinsi Riau yang dilewati jalur
Jalan Lintas Tengah Sumatera. Kabupaten Dharmasraya sebelah Utara
berbatasan dengan Kabupaten Sijunjung dan Kabupaten Kuantan Singingi
(Propinsi Riau), sebelah Selatan dengan Kabupaten Bungo dan Kabupaten
Kerinci di Propinsi Jambi, di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten
Bungo dan Kabupaten Tebo di Propinsi Jambi dan di sebelah Barat dengan
Kabupaten Solok dan Kabupaten Solok Selatan.
Kondisi topografi Kabupaten Dharmasraya mayoritas merupakan lahan
datar dengan ketinggian dari 82 meter sampai 1.525 meter dari permukaan laut.
Luas wilayah Kabupaten Dharmasraya berdasarkan Perda No 4 Tahun 2009
yaitu 296.113 Ha. Berdasarkan RTRW Kabupaten Dharmasraya memiliki luas
302.599 Ha. Kabupaten Dharmasraya memiliki kawasan lindung dan kawasan
berfungsi lindung seluas 21.797,3 Ha. Sedangkan berdasarkan SK Menteri
Kehutanan No. 35/Menhut-11/2013 tentang Fungsi dan Status Kawasan Hutan,
untuk kawasan hutan wilayah Kabupaten Dharmasraya adalah seluas 92.150 Ha
yang terdiri dari 74.755 Ha adalah hutan produksi dan sisanya 17.395 Ha
adalah hutan lindung, taman nasional dan cagar alam.
Ketersediaan sumber daya air di Kabupaten Dharmasraya cukup tinggi,
yang bersumber dari 78 sungai dan 21 embung. Salah satu sungai besar di
Kabupaten Dharmasraya adalah Sungai Batanghari yang memiliki panjang 747
m, debit maksimun 714,69 m3/detik, lebar permukaan 112 m, lebar dasar
sungai 99 m dan kedalaman 3,67 m. Terdapat Bendungan Sungai Batanghari
dan Bendungan Sungai Siat dengan pemanfaatan air untuk pertanian, mengairi
ribuan hektar lahan persawahan, perikanan, industri dan keperluan domestik.
Selain itu, sumber daya air juga berasal dari 21 embung besar dimana 17
embung berfungsi sebagai pelayanan air pertanian dan 4 embung lainnya
sebagai objek pariwisata, dengan total luas 12,07 Ha dan volume 219.775 m3.

I-2
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

Kabupaten Dharmasraya memiliki jumlah penduduk sebesar 244.248 jiwa


dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 3,39% dan kepadatan penduduk
rata-rata 1.372,63 jiwa/km2. Pendapatan Asli Daerah (PAD) sekitar 80 miliar
yang berasal dari pajak, retribusi, laba BUMD dan pendapatan lainnya yang sah.
Mata pencaharian utama penduduk berasal dari sektor pertanian, perkebunan,
perdagangan, dan jasa lainnya.
Penggunaan lahan di Kabupaten Dharmasraya mayoritas yaitu kegiatan
perkebunan sekitar 58,54% dari total luas wilayah, yang didominasi oleh
perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet dan didukung oleh
perkembangan industri pengolahan hasil perkebunan yaitu 7 (tujuh) unit pabrik
kelapa sawit dan 1 (satu) unit pabrik pengolahan karet. Nilai Produk Domestik
Bruto dari industri pengolahan terus mengalami peningkatan mencapai 10,51%.
Untuk kegiatan pertanian ditumpang dengan luas penggunaan lahan lahan
sawah mencapai 2,27%, luas lahan non pertanian 12,33%, dan lahan kering
mencapai 10,92% dari total luas wilayah. Jumlah Produk Domestik Bruto harga
berlaku untuk komoditi pertanian bahan makanan pada tahun 2017 mencapai
7,76%. Produk Domestik Bruto sektor pengadaan listrik dan gas, sektor
informasi dan komunikasi, sektor pendidikan, dan sektor jasa kesehatan dan
kegiatan sosial mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
Kabupaten Dharmasraya memiliki potensi PHBM dengan Hak Pengelolaan
Hutan Desa Lubuk Karak di Nagari Lubuk Karak Kecamatan IX Koto seluas
1.708 Ha dengan jumlah KK 303, dan Hak Pengelolaan Hutan Desa Lubuak
Simantuang di Nagari Gunung Selasih Kecamatan Pulau Punjung seluas 4.332
Ha dengan jumlah KK 1.017. Pada tahun 2018, upaya menjaga dan
melestarikan hutan melalui kearifan lokal adat dilakukan melalui pembentukan
Hutan Adat Rimbo Ubau (17Ha) dan Rimbo Tolang (18Ha) Masyarakat Hukum
Adat Nagari Koto Besar di Kecamatan Koto Besar. Selain itu juga terdapat Pusat
Rehabilitasi Satwa Harimau Sumatera Dharmasraya (PRHSD) yang berlokasi di
HGU PT TKA di Jorong Sungai Betung Nagari Lubuk Besar Kecamatan Asam
Jujuhan.

I-3
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

Penyusunan DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya dilakukan melalui proses


konsultasi publik, penyampaian isu-isu lingkungan ditampung dari pendapat
publik yang dihadiri oleh perwakilan dari kalangan pemerintahan daerah,
pemerintahan camat dan nagari, perwakilan masyarakat, akademisi, dan LSM
serta Tim Dokumen Informasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup
Kabupaten Dharmasraya. Isu prioritas adalah isu utama yang menjadi prioritas
dalam memperbaiki kualitas lingkungan hidup di daerah, dengan kriteria berupa:
kerusakan sumber daya alam; kerusakan keanekaragaman hayati; pencemaran
atau kerusakan lingkungan hidup yang terjadi berdampak signifikan terhadap
kehidupan sosial, ekonomi, budaya dan kualitas lingkungan hidup; dan
mendapat perhatian publik yang luas dan perlu ditangani segera (urgent).
Hasil konsultasi publik perumusan isu prioritas lingkungan hidup pada
Kabupaten Dharmasraya Tahun 2018 diperoleh 3 (tiga) isu prioritas lingkungan
hidup yaitu: 1) Penurunan Kualitas Air; 2) Pengelolaan Sampah; dan 3) Alih
Fungsi Lahan.
Selain presepsi publik, analisis berdasarkan metode driving force,
pressure, state, impact, dan response dari data primer dan data sekunder
diperoleh gambaran informasi sebagai berikut :

1 Tataguna Lahan
a) Berdasarkan tren penggunaan lahan untuk perkebunan, terjadi penurunan
luas yang cukup signifikan dari tahun 2016 ke tahun 2018 tetapi dari sisi
persentase jumlah luasan, luasan lahan perkebunan masih memiliki
persentase luasan tertinggi untuk jenis penggunaan lahan di Kabupaten
Dharmasraya yakni mencapai 172.347,257 Ha atau sekitar 58,54% dari
jumlah luasan wilayah administratif Kabupaten Dharmasraya;
b) Persentase penguasaan lahan di Kabupaten Dharmasraya hampir 37% lebih
dari luas wilayah Kabupaten Dharmasraya dikuasai oleh 8 perusahaan
(HGU), sedangkan lahan yang dapat diusahakan oleh masyarakat baik
pembangunan fisik sarana prasarana pemerintah maupun kegiatan
masyarakat hanya 28%, ketidakadilan dalam penguasaan lahan mendorong

I-4
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

masyarakat dengan kekuatan ulayatnya untuk mengekploitasi sumber daya


hutan yang tersisa yang mendorong perubahan penggunaan lahan di
Kabupaten Dharmasraya;
c) Luas lahan kritis di kabupaten Dharmasraya mencapai 45 ribu hektar, dan
lahan berstatus sangat kritis mencapai 16 ribu hektar. Secara persentase,
37% lahan kritis berada pada kawasan hutan dan sisanya 63% berada
diluar kawasan hutan. Sedangkan untuk yang masuk kriteria sangat kritis,
51% berada pada kawasan hutan dan 49% berada diluar kawasan hutan;
d) Program Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat (PHBM) Kabupaten
Dharmasraya yang merupakan program Kementerian Lingkungan Hidup
dan Kehutanan, telah mendapatkan legalisasi di tahun 2017 pada dua
kelompok masyarakat yaitu seluas 4.332 Ha yang dikelola oleh masyarakat
Nagari Gunung Selasih Kecamatan Pulau Punjung dan 1.708 Ha yang
dikelola oleh masyarakat Nagari Lubuk Karak Dibawah Kecamatan IX Koto;
e) Berdasarkan data dari Dinas ESDM Propinsi Sumatera Barat, dari 13 usaha
pertambangan batu galian pada tahun 2018, hanya satu IUP pertambangan
batubara dan satu IUP batuan yang masih beropersi. IUP pertambangan
batubara memiliki ijin usaha seluas 67,58 Ha, yang telah terpakai adalah
5,5 Ha dengan kapasitas 2.395 ton/tahun. Sedangkan IUP batuan memiliki
ijin usaha seluas 62 Ha dengan luasan terpakai saat ini 0,5 Ha dan
kapasitas 2.500 ton/tahun.

2 Kualitas air
a) Driving force yang memicu perubahan kualitas air adalah tingginya laju
pertumbuhan penduduk, terjadinya pertumbuhan ekonomi dan sosial,
pertumbuhan industri dan usaha/kegiatan yang menyebabkan munculnya
Pressure/tekanan terhadap lingkungan berupa pembukaan lahan baru yang
menyebabkan terjadinya erosi yang masuk ke badan air; Penambangan
emas skala kecil (PESK) yang masih menggunakan merkuri; masih
terbatasnya jumlah fasilitas pengolahan air limbah domestik, baik di
pemukiman masyarakat maupun pada usaha/kegiatan; masih kurangnya

I-5
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

fasilitas buang air besar pada kawasan pemukiman masyarakat; masih


adanya usaha/kegiatan yang tidak taat terhadap aturan pengelolaan limbah
cair; perilaku kehidupan sosial masyarakat terhadap lingkungan dan peran
aktif masyarakat dalam menjaga lingkungan; pembangunan dan
Pengembangan usaha/kegiatan yang tidak melihat aspek lingkungan, daya
dukung dan daya tampung lingkungan; serta pengolahan limbah padat dan
cair berdasarkan sumber pencemaran.
b) State, Kondisi kualitas air di Kabupaten Dharmasraya sebagai berikut:
1. Kualitas Air Tanah atau Sumur yang ada di Kabupaten Dharmasraya rata-
rata masih belum memenuhi kriteria baku mutu untuk parameter fisika,
kimia anorganik dan mikrobiologi, sehingga untuk dapat dijadikan air
baku harus dilakukan pengelolaan yang baik;
2. Curah hujan bulanan di Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2018 hasil
pengukuran di lima stasiun pemantauan memiliki pola curah hujan sangat
rendah pada bulan Januari, Februari, dan Juli, serta tinggi pada bulan
April, Mei, Agustus, dan Desember;
3. Hasil analisis air hujan tahun 2018 untuk beberapa parameter seperti SO4,
dan NH4 mengalami penurunan kualitas dibanding tahun 2017. Air hujan
tahun 2018 ini termasuk sedikit asam dibanding tahun 2017, dengan pH
terendah 5,71 pada bulan Juni;
4. Perhitungan Indeks Pencemaran Air (IPA) tahun 2018 telah dilakukan
berdasarkan hasil analisis konsentrasi dari parameter TSS, BOD, COD,
Fecal Coliform dan Total Coliform dan menunjukkan hasil bahwa Air
Sungai Batanghari memiliki status mutu air tercemar ringan. Adapun
index pencemaran lokasi titik pantau Batanghari yaitu Batu Bakawuik
(3,99), Sungai Dareh (3,48), Siguntur (4,04), Pulai (3,48), dan Teluk
Lancang (4,02). Sedangkan indeks rata-rata IPA Sungai Batanghari
secara keseluruhan bernilai 3,80 atau tercemar ringan;
5. Perbandingan Indeks pencemaran air pada tahun 2015 sampai tahun
2018 menunjukkan terjadinya penurunan kualitas air sungai Batanghari.

I-6
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

Index pencemaran air sungai Batanghari tahun 2018 merupakan yang


tertinggi dibandingkan 3 tahun sebelumnya yaitu 3,80 (cemar ringan)
yang menunjukkan kualitas air sungai Batanghari merupakan yang
terburuk dalam kurun waktu tiga tahun terakhir; Terjadi penurunan
kualitas air embung pada tahun 2018 bila dibandingkan dengan tahun
2017 untuk parameter kimia anorganik.
c) Impact, Dampak dari perubahan kualitas air antara lain tuntutan untuk
peningkatan pengelolaan air limbah, dibutuhkan peningkatan upaya
pengelolaan sumber air minum akibat turunnya kualitas air baku,
penurunan kesehatan masyarakat berupa munculnya penyakit akibat
pengelolaan air yang kurang baik seperti diare dan alergi kulit, penurunan
status daya dukung dan daya tampung lingkungan terhadap beban
pencemaran, serta konflik sosial dan kasus pengaduan masyarakat.
d) Beberapa upaya yang dilakukan pemerintah daerah pada tahun 2018
adalah sebagai berikut:
1. Melakukan konservasi air dengan membuat lubuk larangan sebagai
kearifan lokal budaya setempat, sosialisasi penangkapan ikan yang
ramah lingkungan, sosialisasi dan pembinaan kepada Kelompok
Masyarakat Pengawas Perairan Umum atau Pokmaswas yang berfungsi
menjaga dan mengawasi kelestarian perairan umum dan lubuk
larangan yang ada pada wilayah kerjanya;
2. Menggiatkan program Mina Padi sebagai salah satu Program
Pemerintah yang memanfaatkan air sawah padi sebagai kolam untuk
budidaya ikan air tawar pada lahan sawah;
3. Pembangunan dan pengembangan pelayanan sumber air minum bagi
masyarakat melalui kegiatan pengadaan sarana dan prasarana sanitasi
untuk mengatasi ketersedian fasilitas air minum;
4. Peningkatan pembangunan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
Komunal pada kawasan pemukiman melalui Program Sanitasi Berbasis
Masyarakat (Sanimas);

I-7
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

5. Peningkatan pengawasan pada usaha/kegiatan yang memiliki Izin


Lingkungan, pengelolaan limbah cair dan limbah domestik;
6. Rencana kajian Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup
Kabupaten berbasis jasa ekosistem yang akan direalisasikan pada
anggaran pada tahun 2019;
7. Sosialisasi pola hidup sehat pada masyarakat sebagai upaya
meningkatkan pendidikan lingkungan masyarakat, tingkat kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup dan tingkat
kesejahteraan masyarakat yang butuh lingkungan dan fasilitas
kesehatan yang layak;
8. Menggiatkan wisata alam yang diharapkan dapat meningkatkan
kepedulian masyarakat terhadap pelestarian lingkungan terutama
sumber daya air;
9. Pembuatan sumur resapan dan biopori di kawasan pemukiman
masyarakat untuk meningkatkan daya serap air hujan pada tanah
untuk membantu mengatasi banjir.

3 Kualitas udara
a) Driving force berupa kondisi geografis dan metorologis wilayah,
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan industri
dan usaha/kegiatan akan memicu munculnya tekanan yang akan
berpengaruh terhadap perubahan kualitas berupa pembangunan yang tidak
memperhatikan aspek lingkungan, penggunaan bahan bakar untuk industri
dan rumah tangga, perkembangan jenis kendaraan bermotor dan bahan
bakarnya, pertambahan jumlah kendaraan bermotor, implementasi
pengelolaan lingkungan pada usaha/kegiatan serta timbulan limbah padat
dan limbah cair kawasan.
b) Adapun kondisi kualitas udara dapat telihat dari informasi berikut:
1. Terjadi penurunan suhu udara rata-rata bulanan pada tahun 2018
dengan suhu udara rata-rata pertahun sekitar 29,00oC, sedangkan pada
tahun 2017 yaitu 29,80 oC;

I-8
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

2. Kualitas udara ambien di Kabupaten Dharmasraya tergolong sangat


baik. Indeks Pencemaran Udara (IPU) Tahun 2018 sebesar 99,64, yang
diukur dari nilai IPU SO2 dan NO2 masing-masing sebesar 99,65 dan
99,63. Sedikit meningkat dibanding Tahun 2017 dengan IPU sebesar
99,63;
3. Pengukuran konsentrasi pencemar SO2, NO2, CO, TSP dan kebisingan di
6 usaha/kegiatan memperlihatkan kadar pencemar SO2, NO2, CO, TSP
masih berada dibawah nilai baku mutu, namun tingkat kebisingan di PT
Sumbar Andalas Kencana titik jalur lintas CPO dan buah sudah melebihi
batas maksimal yang diperbolehkan;
4. Pada tahun 2018 terjadi penambahan panjang ruas jalan pada jenis
jalan kecil sepanjag 22,61 km dengan yang menurut kewenangannya
merupakan bagian dari jalan kabupaten. Pembiayaan penambahan ruas
jalan berasal dari dana APBD dan DAK Kabupaten Dharmasraya.

c) Dampak perubahan kualitas udara di Kabupaten Dharmasraya terlihat pada


perubahan kualitas air hujan dimana terjadi fluktuasi kualitas sesuai dengan
perubahan kualitas udara, kejadian penyakit ISPA yang diderita masyarakat,
serta peningkatan emisi gas rumah kaca.
d) Respon yang dilakukan pemerintah daerah antara lain:
1. Pemerintah Kabupaten Dharmasraya merencanakan penyusunan kajian
Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup (DDDTLH)
berbasis ekosistem dengan penganggaran tahun 2019;
2. Kegiatan pembangunan yang ramah lingkungan dengan
mengintervensikan izin lingkungan sebagai syarat penerbitan izin
usaha/kegiatan;
3. Pengawasan perizinan dan pengelolaan lingkungan hidup terhadap
usaha/kegiatan yang memiliki izin lingkungan;
4. Pengecekan kendaraan bermotor dengan uji KIR untuk mendorog
kendaraan dalam kondisi yang baik dan layak jalan;

I-9
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

5. Penanaman vegetasi untuk penyerapan karbon melalui kegiatan


penghijauan dengan menggunakan vegetasi yang memiliki kanopi besar;
6. Peranserta aktif dari masyarakat dalam menggerakkan Program
Kampung Iklim sebagai Program Nasional difasilitasi Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Dharmasraya.

4 Resiko Bencana
a) Driving force yang memicu terjadinya bencana adalah kondisi geografis dan
meteorologis wilayah, pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang
menyebabkan munculnya tekanan berupa curah hujan yang tinggi, tidak
adanya drainase dan tanggul/dam pengeturan air, pembukaan lahan baru
dengan metode pembakaran, serta pembangunan yang tidak
memperhatikan aspek lingkungan, daya dukung dan daya tampung
lingkungan.
b) Resiko bencana di Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2018 meliputi
bencana longsor, bencana banjir, dan potensi bencana kebakaran hutan
dan lahan yang telihat dari informasi berikut:
1. Bencana banjir terjadi di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Koto Salak
(7 Ha) dan Kecamatan Padang Laweh (6 Ha), kejadian ini tidak
menyebabkan warga mengungsi ataupun korban jiwa, tetapi ada
kerugian materil;
2. Bencana longsor terjadi di Kecamatan IX koto, meskipun tidak terdapat
korban jiwa, namun ada kerugian materil;
3. Bencana kebakaran hutan dan lahan tidak terjadi pada tahun 2018,
namun potensi terjadinya kebakaran lahan terlihat pada sebaran titik
panas pada 5 (lima) kecamatan.
c) Dampak dari kejadian bencana di Kabupaten Dharmasraya antara lain
terganggunya aktivitas pemerintah, peribadatan, pendidikan dan
kebudayaan serta aktivitas perekonomian, kerusakan infrastruktur dan
kehilangan aset, timbulnya penyakit, serta kerusakan ekosistem darat.

I-10
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

d) Upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk menanggulangi kejadian


bencana antara lain:
1.Pembuatan drainase dan tanggul di nagari-nagari untuk meminimalisir
terjadinya genangan akibat curah hujan yang tinggi;
2.Sosialisasi tanggap darurat kebencanaan kepada masyarakat sebagai
bentuk transfer ilmu dari pemerintah kepada masyarakat yang potensial
terkena dampak bencana;
3.Pelarangan pembukaan lahan baru dengan cara pembakaran dengan
mensinergikan program penanggulangan antara pemerintah baik
pemerintah pusat, pemerintah daerah (BPBD), TNI, POLRI, dan
perusahaan yang memiliki sumber daya serta membentuk pemberdayaan
masyarakat untuk penanggulangan kebakaran hutan dan lahan;
4.Perencanaan penyusunan peta rawan bencana oleh Badan
Penanggulangan Bencana (BPBD) Kabupaten Dharmasraya untuk
memperbaharui data pada peta kerawanan bencana;
5.Pembentukan Taruna Siaga Bencana (TAGANA), dan aspek
penanggulangan bencana berbasis masyarakat;
6.Penetapan pemukiman masyarakat melalui perizinan IMB dengan tidak
menjadikan lokasi yang berpotensi mengalami resiko bencana sebagai
kawasan pemukiman dan pusat perekonomian masyarakat;

5 Perkotaan
a) Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Dharmasraya Tahun
2011-2031, sistem perkotaan yang direncanakan pada Kabupaten
Dharmasraya berada di dua kawasan yaitu kawasan Pulau Punjung sebagai
Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) Propinsi Sumatera Barat yang
meliputi koridor Pulau Punjung – Sungai Dareh – Sikabau, dan kawasan
Sungai Rumbai sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) dalam lingkup
pelayanan Kabupaten Dharmasraya sekaligus berfungsi kawasan strategis
gerbang Timur Propinsi Sumatera Barat.

I-11
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

b) Driving force yang memicu terjadinya tekanan terhadap wilayah perkotaan


adalah jumlah penduduk dan laju pertumbuhan penduduk, kepadatan
penduduk, dan pertumbuhan usaha dan/atau kegiatan domestik
(pertumbuhan ekonomi).
c) Tekanan pada kawasan perkotaan antara lain:
1. Tekanan berupa tingkat pendidikan penduduk yang mempengaruhi
metode penyampaian program pemerintah. Tingkat pendidikan pada
Kecamatan Pulau Punjung lebih maju dibandingkan dengan
Kecamatan Sungai Rumbai dan penduduk Kabupaten Dharmasraya
secara keseluruhan;
2. Tekanan berupa informasi jumlah rumah tangga miskin berpengaruh
terhadap bentuk pengelolaan lingkungan pada pemukiman masyarakat
perkotaan. Persen rumah tangga miskin pada Kecamatan Pulau
Punjung 3,64% dan Kecamatan Sungai Rumbai 2,53%, lebih rendah
dibanding persentase rumah tangga miskin di Kabupaten Dharmasraya
yaitu 4,24% yang menunjukkan bahwa taraf hidup masyarakat pada
kedua perkotaan tersebut lebih baik dibandingkan dengan taraf hidup
masyarakat secara umum di Kabupaten Dharmasraya;
3. Tekanan berupa sarana dan prasarana lingkungan pemukiman
terutama cakupan sumber air bersih dan MCK. Mayoritas rumah tangga
menggunakan air sumur sebagai sumber air minumnya. Jumlah rumah
tangga yang memiliki fasilitas buang air besar sendiri pada Kecamatan
Pulau Punjung mencapai 91,1 % dan Kecamatan Sungai Rumbai
mecapai 95,6 %;
4. Tekanan air limbah domestik dari wilayah pemukiman, fasilitas kegiatan
perekonomian masyarakat seperti hotel dan rumah makan, serta
fasilitas sosial dan kesehatan masyarakat dengan kondisi saat ini limbah
kakus dikelola dengan septic tank yang tidak kedap air, dan limbah
domestik dilakukan pengelolaan dengan bak kontrol dan dialirkan ke
drainase;

I-12
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

5. Tekanan timbulan sampah domestik sebesar 29,74 m3/hari di


Kecamatan Sungai Rumbai dan 57,46 m3/hari di Kecamatan Pulau
Punjung. Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Dharmasraya belum
optimal, hanya menyentuh Kecamatan Pulau Punjung sebagai ibukota
kabupaten.

d) Adapun kondisi lingkungan Perkotaan Kabupaten Dharmasraya terlihat


bahwa kualitas air permukaan pada perkotaan Kecamatan Pulau Punjung
dilihat dari kualitas air Sungai Batanghari yang statusnya tercemar ringan;
Kualitas air embung kamang statusnya baik dan kualitas air sumur
penduduk kualitas baik; Kualitas udara embien perkotaan pada Kecamatan
Sungai Rumbai kondisi IPU baik (99,64%);
e) Impact kondisi lingkungan perkotaan antara lain terlihat pada:
1. Jenis penyakit yang diderita oleh masyarakatnya, pada tahun 2018
yang paling banyak adalah ISPA (31,9%) dan hipertensi (15,6%);
2. Tidak terkelolanya sampah domestik dengan baik menimbulkan
permasalahan cukup kompleks akibat terpusatnya pemukiman dan
meningkatnya laju pertumbuhan kegiatan domestik;
3. Kejadian banjir di perkotaan akibat alih fungsi lahan dari fungsi awal
sebagai wilayah serapan air hujan menjadi areal terbangun.

f) Kebijakan pengelolaan lingkungan perkotaan yang dilakukan oleh


Pemerintah Kabupaten dharmasraya antara lain:
1. Kebijakan pencegahan pencemaran melalui peningkatan kualitas
kehidupan sosial masyarakat, kualitas pendidikan masyarakat, dan
kesejahteraan masyarakat, serta penerapaan ketentuan Rencana Tata
Ruang Wilayah dan Rencanan Detail Tata Ruang pada kegiatan skala
usaha maupun kegiatan domestik masyarakat;
2. Kebijakan penanggulangan pencemaran dilakukan dengan memenuhi
sarana dan prasarana pengendalian pencemaran berupa IPAL domestik,
drainase, serta pengelolaan persampahan; optimalisasi IPLT;
optimalisasi sistem pelayanan persampahan dan pengelolaan TPA

I-13
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

Sampah di Sitiung V; serta implementasi regulasi daerah terkait


Pengelolaan Sampah dan Rencana Tata Ruang, Izin Mendirikan
Bangunan dan Izin Lingkungan;
3. Melaksanakan pengelolaan air limbah domestik dengan sistem komunal
melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik Komunal (IPAL
Komunal) dan IPAL kegiatan domestik masyarakat (IPAL Domestik);

6 Tata kelola
a) Driving force berupa kearifan lokal masyarakat dalam mengelola lingkungan,
pemberian izin pemanfaatan sumber daya alam dan izin pengelolaan
lingkungan, serta pendapatan daerah menjadi faktor pemicu timbulnya
tekanan terhadap tata kelola lingkungan berupa pengaduan masyarakat
akibat pelaksanaan pengelolaan lingkungan, anggaran pengelolaan
lingkungan, dan kejadian perdagangan satwa dan tumbuhan.
b) Kondisi tata kelola lingkungan di Kabupaten Dharmasraya terlihat pada:
1. Personil Dinas Lingkungan Hidup sebagai lembaga pengelolaan
lingkungan Kabupaten Dharmasraya pada tahun 2018 berjumlah 25
orang dengan pendidikan master (S2), sarjana (S1), diploma (D3/D4),
dan SLTA dengan berbagai latar belakang ilmu;
2. DLH memiliki 1 orang pejabat PPNS dan 1 orang pejabat PPLHD yang
telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan pejabat fungsional.
c) Dampak dari pelaksanaan tata kelola lingkungan di Kabupaten
Dharmasraya yaitu capaian penghargaan yang diterima dalam pengelolaan
lingkungan. Pada tahun 2018 Kabupaten Dharmasraya mendapat 3
penghargaan Tingkat Nasional oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Indonesia dan 5 penghargaan Tingkat Provinsi oleh Dinas
Provinsi Sumatera Barat.
d) Upaya yang dilakukan untuk peningkatan pelaksanaan tata kelola antara
lain:
1. Optimalisasi kegiatan diinisiasi masyarakat sehingga partisipasi
masyarakat dalam pengelolaan lingkungan menjadi tinggi;

I-14
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
Ringkasan Eksekutif 2018

2. Penyelesaian terhadap kasus pengaduan masyarakat secara cepar,


tepat dan tanggap sehingga masyarakat mempercayai lembaga
pengelola lingkungan sebagai lembaga penyelesai konflik yang kredibel
dan dapat dipertangungjawabkan;
3. Peningkatan anggaran pengelolaan lingkungan untuk memaksimalkan
capaian kinerja program pengelolaan lingkungan yang dicanangkan;
4. Pengajuan pejabat fungsional pengawas lingkungan hidup dan
pengendali dampak lingkungan hidup untuk pengawasan dan
pengendalian pencemaran lingkungan.

Dengan kondisi tersebut diatas, inovasi daerah dalam perlindungan dan


pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh Kabupaten Dharmasraya
berupa beberapa program prioritas yang antara lain : 1) Konservasi Air melalui
Kearifan Lokal (Kawasan Konservasi Perairan Adat/Lubuk Larangan); 2)
Program Mina Padi Berbasis Lingkungan; 3) Pembentukan Hutan Adat / Hutan
Nagari; 4) Penetapan Kawasan Konservasi Esensial Koridor Harimau Sumatera;
5) Pemulihan Kerusakan Lahan Akses Terbuka; 6) Pengelolaan Sampah di
Kabupaten Dharmasraya; 7) Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan; 8)
Pengembangan Biogas sebagai Bahan Bakar Alternatif Ramah Lingkungan; 9)
Pengembangan Wisata Alam/ Ekowisata; 10) Pengembangan Potensi Ekonomi
Berbasis Lingkungan; 11) Pengelolaan Sumber Air Baku untuk Sistem
Pengelolaan Air Minum dan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat dengan
IPAL Komunal; 12) Penguatan Tim Penegakan Hukum dalam Upaya Penertiban
Usaha/ Kegiatan Peningkatan Iklim Investasi di Kabupaten Dharmasraya; 13)
Penguatan Penataan Ruang Kabupaten; 14) Pemberdayaaan Masyarakat Nagari
dan Pengembangan Kegiatan yang Diinisiasi Masyarakat dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
Beberapa konsep inovasi daerah tersebut telah direncanakan, disusun,
dan dikembangkan serta terintegrasi melalui program dan kegiatan Pemerintah
Daerah yang secara bertahap dan berkelanjutan untuk perbaikan dan
peningkatan kualitas fungsi lingkungan dan pembangunan daerah.

I-15
DIKPLHD Kabupaten Dharmasraya
DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN DHARMASRAYA
Alamat :
Jalan Lintas Sumatera Km. 5 Sikabau Kecamatan Pulau Punjung
Kabupaten Dharmasraya Provinsi Sumatera Barat
Kode Pos 27573
Telp. (0754) 451506 - Fax. (0754) 451506
Email: blhdharmasraya02@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai