Anda di halaman 1dari 3

KONDISI DAS

1. Air
- Curah Hujan
Curah hujan tahunan di hulu DAS Bengawan Solo bervariasi antara 1.433,5 mm hingga
3.231,2 mm dengan rerata mencapai 2.224,6 mm. Tidak terjadi perubahan awal musim
hujan maupun musim kemarau, namun demikian durasi musim hujan mengalami
peningkatan dari 7 bulan (Oktober-April) pada periode 1990-1998 dan 1999-2007,
bertambah menjadi 8 bulan (Oktober-Mei) pada periode 2008-2016. Sebesar 90% curah
hujan terkonsentrasi pada musim hujan.
- kuantitas dan kualitas air
Analisis indeks kekritisan air (IKA) wilayah DAS Bengawan Solo mulai mendekati krisis air
dengan nilai rerata 49,3%-69,8% (Popi, 2014). Tingkat kekritisan air domestik mendekati
kategori sangat kritis, sehingga diperlukan adanya konservasi terhadap sumberdaya air
kawasan. Kondisi sungai Bengawan Solo pada saat ini juga telah menunjukan penurunan
kualitas air dan tercemar berat (Satriyawan dkk, 2018). Bengawan Solo kini mengalami
kerusakan yang cukup parah dan airnya tercemar oleh zat-zat berbahaya. Pencemaran sungai
Bengawan Solo oleh limbah Industri danusaha rumah tangga terjadi di beberapa wilayah,
antara lain Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta, Karanganyar dan Sragen. Limbah tersebut
mengandung unsur dan senyawa logam yaitu Timbal (Pb), Boron, Besi (Fe), dan Kadmium
(Cd). Unsur dan senyawa ini telah melebihi baku mutu kualitas air sungai Bengawan Solo
sehingga berbahaya bagi makhluk hidup di sekitarnya.
- Erosi
Bencana tanah longsor juga kerap kali terjadi pada Sub DAS Jlantah Walikum, Keduang,
dan Sub DAS Mungkung dengan intensitas kerawanan tinggi (Alif, Noor Anna dkk, 2018).

2. Sosekbud
- Penduduk
Bengawan Solo merupakan sungai yang terpanjang di Pulau Jawa yaitu sekitar 600 km
dengan luas DAS sekitar 16.100 km2 atau sekitar 12,3% dari luas Pulau Jawa. Sungai ini
mengalirmelintasi Provinsi Jawa Tengah (8 kabupaten, 1 kota) dan Jawa Timur (9
kabupaten, 2 kota) dengan melalui beberapa rangkaian pegunungan seperti: Pegunungan
Kapur, Kendeng, Merapi, Merbabu, Lawu dan Wilis. Jumlah penduduk di DAS Bengawan
Solo terus bertambah. Pada tahun 1980 sekitar 13,45 juta jiwa, tahun 1990 meningkat
menjadi 14,67 juta jiwa, tahun 1998 menjadi 15,37 juta jiwa dan tahun 2005 menjadi 17,5
juta jiwa dengan kepadatan penduduk 1.087 jiwa per km2.
- Ekonomi
Daerah Aliran Sungai (DAS) Bengawan Solo merupakan salah satu DAS terluas di
Indonesia yang mencakup dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur. Gambaran
kondisi ekonomi wilayah di DAS Bengawan Solo disajikan pada Tabel 2.Produk Domestik
Regional Bruto atas harga konstan DAS Bengawan Solo mencapai Rp 84 trilyun, sebagian
besar berada di daerah hilir DAS (45,42%) dan sisanya di daerah tengah (30,67%) dan hulu
(23,91%). Relatif dominannya daerah di hilir DAS dalam pembentukan PDRB DAS
Bengawan Solo menunjukkan potensi ekonomi dan pemanfaatan sumberdaya dalam DAS
yang relatif besar. Selain itu, peran ekonomi hilir DAS relatif lebih kuat dibandingkan
dengan hulu DAS.Dalam perspektif kependudukan, jumlah penduduk di DAS Bengawan
Solo yang hampir mencapai 15 juta jiwa tersebar merata di hulu (31,11%), tengah (37,70%)
dan hilir (31,18%) DAS. Sebaran penduduk pada kabupaten/kotaberagam dengan indikasi
pada daerah yang relatif maju dan berkembang perekonomiannya memiliki jumlah
penduduk yang relatif besar. rerata pendapatan per kapita dan rerata pertumbuhan eko-nomi
di wilayah hilir DAS lebih tinggi dibandingkan dengan daerah bagian tengah dan hulu.
Begitu pula daerah tengah DAS lebih besar pendapatan per kapita dan pertumbuhan
ekonominya dibandingkan dengan hulu. Kondisi ini menunjukkan bahwa perekonomian
daerah di hilir DAS lebih berkembang dibandingkan dengan di hulu.
- Budaya
Sungai Bengawan Solo menjadi bagian sentral bagi kehidupan masyarakat sejak dahulu.
Dari zaman ke zaman, Bengawan Solo terus hidup beriringan dengan manusia dengan
kondisi yang terus berubah. Hubungan yang harmonis antara manusia dengan sungai
Bengawan Solo yang dulu terjadi seakan-akan kini hanyalah dongeng belaka. Bagi sebagian
orang sungai seakan hanyalah aliran air saja, tidak lebih, dan bahkan menjadi tong sampah
raksasa dari sisa aktivitas manusia. Banyak di antara masyarakat di sekitaran Bengawan
Solo yang tidak sadar bahwa kebudayaan mereka terbentuk salah satunya karena peranan
sungai Bengawan Solo. Kurangnya mengenal lingkungan hidup menjadi salah satu
penyebab kurangnya kesadaran untuk menjaga kondisi sungai. Jika masyarakat lebih
mengenal lingkungan hidup maka mereka akan mencintai dan menjaga lingkungan hidup
mereka.

Sumber:

http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPPDAS/article/view/
5568/0#:~:text=Curah%20hujan%20tahunan%20di%20hulu,rerata%20mencapai
%202.224%2C6%20mm

https://konservasidas.fkt.ugm.ac.id/2020/06/18/peran-penting-integrasi-stakeholder-dalam-
pengelolaan-das-bengawan-solo/

http://ejournal.forda-mof.org/ejournal-litbang/index.php/JPHKA/article/view/1411/1278

https://jurnal.isi-ska.ac.id/index.php/brikolase/article/download/4312/3231

https://perpustakaan.bnpb.go.id/jurnal/index.php/JDPB/article/download/27/7/35

Anda mungkin juga menyukai