Anda di halaman 1dari 6

BANJIR

Jawa Timur, sebuah provinsi di Indonesia, dikenal akan keindahan alamnya yang beragam. Salah satu
aspek yang mempesona adalah sungai-sungai besar yang mengalir di wilayah ini. Dua sungai besar di
Jawa Timur yang sangat mencolok adalah Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo. Sehingga selain
keindahan alam potensi yang mungkin terjadi adalah bencana banjir.

Banjir adalah salah satu bencana alam yang paling merusak dan sering kali mempengaruhi banyak
daerah di seluruh dunia. Artikel ini akan menjelaskan pengertian banjir, penyebab utama, jenis-jenis
banjir, serta dampaknya pada manusia, lingkungan, dan ekonomi.

Sungai Brantas: Arus Hidup Jawa Timur

Sungai Brantas adalah salah satu sungai terpanjang di Jawa Timur, dengan panjang sekitar 320
kilometer. Sungai ini berasal dari Gunung Arjuno dan Gunung Welirang di Pegunungan Tengger, dan
mengalir ke timur, melintasi kota-kota seperti Malang, Batu, dan Blitar, sebelum bermuara di Selat
Madura.

Fungsi Sungai Brantas:

1. Sumber Air Bersih: Sungai Brantas adalah sumber air bersih yang sangat penting untuk wilayah
sekitarnya. Banyak masyarakat yang bergantung pada sungai ini untuk kebutuhan air sehari-hari.

2. Pertanian: Daerah di sekitar Sungai Brantas memiliki tanah yang subur, dan sungai ini
mendukung pertanian di wilayah tersebut.

3. Energi Listrik: Beberapa bendungan dan waduk telah dibangun di sungai ini untuk menghasilkan
energi listrik.

Sungai Bengawan Solo: Legenda Sungai di Jawa Timur

Sungai Bengawan Solo, juga dikenal sebagai Sungai Solo, adalah salah satu sungai terpanjang di
Indonesia dengan panjang sekitar 600 kilometer. Sungai ini berawal di Pegunungan Kendeng dan
mengalir ke timur, melalui wilayah Surakarta (Solo), dan kemudian bermuara di Laut Jawa.

Fungsi Sungai Bengawan Solo:

1. Transportasi: Sungai ini telah digunakan sebagai rute transportasi tradisional, dan masih
memiliki peran penting dalam mengangkut barang dan manusia di sepanjang aliran sungai.

2. Sumber Air: Masyarakat sekitar bergantung pada Sungai Solo untuk pasokan air bersih dan
pertanian.

3. Ekologi: Sungai ini memiliki ekosistem yang kaya, mendukung beragam flora dan fauna.

Pentingnya Pelestarian

Kedua sungai ini merupakan aset berharga bagi Jawa Timur. Namun, mereka juga menghadapi
tantangan seperti pencemaran, kerusakan alam, dan penggunaan air yang berlebihan. Konservasi dan
pengelolaan yang bijak sangat penting untuk menjaga keberlanjutan aliran sungai ini dan untuk
mendukung kehidupan masyarakat di sekitarnya.

Pengertian Banjir

Banjir adalah peristiwa berlimpahnya air yang meluap hingga meluap ke daratan, yang biasanya kering,
akibat curah hujan yang tinggi, lelehan salju, atau masalah lain yang mengakibatkan air tak dapat diserap
dengan cepat oleh tanah atau dialirkan oleh saluran air yang ada. Banjir bisa terjadi secara tiba-tiba atau
secara bertahap.

Penyebab Utama Banjir

Banjir disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:

1. Curah Hujan Tinggi: Hujan lebat yang berkepanjangan atau hujan deras dalam waktu singkat
dapat menyebabkan banjir.

2. Lelehan Salju: Pada musim semi, lelehan salju yang cepat akibat suhu yang meningkat dapat
menyebabkan banjir.

3. Pengembalian Air: Kelebihan air sungai yang tidak dapat diatasi oleh saluran air yang ada.

4. Topografi dan Drainase: Keadaan topografi dan sistem drainase yang buruk dapat
mengakibatkan air tidak dapat mengalir dengan baik.

Jenis-jenis Banjir

Ada beberapa jenis banjir, termasuk:

1. Banjir Luapan Sungai: Terjadi ketika debit sungai meluap melewati batas normalnya.

2. Banjir Luapan Laut / Rob: Disebabkan oleh naiknya permukaan laut, sering kali akibat badai,
gelombang pasang, atau kerusakan ekosistem pesisir.

3. Banjir Genangan: Terjadi ketika air menggenangi daratan rendah akibat hujan lebat.

4. Banjir Bandang: Banjir yang sangat kuat dan mendadak, seringkali disertai longsor, yang
merusak segalanya di jalur alirnya.

Dampak Banjir

Banjir memiliki dampak yang signifikan:

1. Korban Jiwa dan Luka-luka: Banjir dapat mengakibatkan korban jiwa dan luka-luka serius.

2. Kerusakan Properti: Rumah, bisnis, dan infrastruktur bisa hancur atau rusak parah.

3. Kerugian Ekonomi: Banjir bisa menyebabkan kerugian ekonomi besar akibat kerusakan dan
gangguan aktivitas ekonomi.

4. Kerugian Lingkungan: Banjir dapat merusak ekosistem sungai dan daerah pesisir.

5. Krisis Air Bersih: Air minum yang tercemar dapat menyebabkan krisis air bersih.
Tindakan Pencegahan dan Kesiapsiagaan

Tindakan pencegahan dan kesiapsiagaan penting dalam mengurangi dampak banjir:

1. Peringatan Dini: Menerima peringatan banjir dengan cepat adalah kunci untuk evakuasi yang
aman.

2. Infrastruktur Banjir: Membangun tanggul, saluran air, dan infrastruktur lain yang dapat
mengendalikan banjir.

3. Penyuluhan Publik: Edukasi masyarakat tentang tindakan keselamatan selama banjir dan peran
mereka dalam persiapan.

4. Pemantauan Cuaca: Pemantauan cuaca yang baik dapat membantu meramalkan banjir.

Kesimpulan

Banjir adalah bencana alam yang sering menghancurkan dan dapat mempengaruhi kehidupan manusia,
ekonomi, dan lingkungan. Dengan tindakan pencegahan yang tepat, peringatan dini, dan kesiapsiagaan,
kita dapat mengurangi risiko dan dampak banjir serta melindungi masyarakat dan aset mereka. Banjir
adalah pengingat akan kekuatan alam dan pentingnya beradaptasi dengan perubahan cuaca yang
ekstrem.

Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo bukan hanya elemen alam yang memukau tetapi juga sumber
daya yang berharga bagi Jawa Timur. Pelestarian dan pengelolaan yang bijak diperlukan untuk
melindungi sungai-sungai ini, memastikan pasokan air bersih yang berkelanjutan, serta mendukung
kehidupan dan mata pencaharian masyarakat yang bergantung pada mereka. Sungai-sungai ini tidak
hanya menambah pesona alam Jawa Timur tetapi juga menjadi cermin budaya dan kehidupan sehari-
hari masyarakat setempat.

Hari Hutan Internasional 2023

Tiap 21 Maret masyarakat di seluruh Dunia memperingati International Day of Forests atau Hari Hutan
Internasional (HHI). Namun, semangat Hari Hutan masih tak mampu menghentikan penyusutan tutupan
hutan alam (deforestasi) yang masih terjadi.

Organisasi Pangan dan Pertanian (Food and Agriculture Organization-FAO) dalam In Brief to The State of
the World’s Forests 2022 menyebut, seluas 420 juta hektare hutan hilang akibat deforestasi dalam
rentang waktu 1990 hingga 2020. Laju deforestasi secara global menurun, tetapi 10 juta hektare hutan
masih hilang per tahun antara 2015-2020. Pada 2000-2020, hutan primer yang hilang tercatat sekitar 47
juta hektare.

Lalu bagaimana potret hutan di Indonesia?


Terdapat dua penyebutan hutan di Indonesia, yakni hutan dan kawasan hutan. Keduanya tentu saja
memiliki arti yang berbeda.

Merujuk pada pengertian versi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hutan adalah
suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Sementara, kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

Hutan tidak selalu berada di kawasan hutan, dan kawasan hutan tidak pasti berhutan. Walaupun
berbeda, namun keduanya sama-sama terancam dan luasannya terus menyusut.

Menurut Laporan Kinerja Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan (IPSDH) Tahun
2022, dari 187,7 juta hektare total luas daratan Indonesia (118,4 juta hektare kawasan hutan daratan
dan 69,3 juta hektare areal penggunaan lain-APL), lahan berhutan (bertutupan hutan) luasnya tersisa
hanya 50,8 persen atau sekitar 95,3 juta hektare.

Dilihat dari fungsi kawasannya, 87,9 juta hektare berada di kawasan hutan dan 7,5 juta lainnya berada di
kawasan areal penggunaan lain (APL).

Masih berdasarkan data Direktorat IPSDH, lahan berhutan terluas berada di Pulau Papua sekitar 34,3
juta hektare. Pulau dengan tutupan hutan terluas selanjutnya adalah Kalimantan sebesar 27,4 juta
hektare dan Sumatera seluas 13,8 juta hektare.

Hutan alam di Indonesia ini tidak bisa dibilang aman. Lantaran potensi deforestasi masih mengancam.
Apalagi ada deforestasi terencana yang disebutkan oleh KLHK.

Deforestasi terencana adalah konversi hutan alam yang dilakukan secara legal, di antaranya area
berhutan alam di HGU dan PBPH HT yang masuk arahan produksi yang dapat dikonversi menjadi kebun
dan hutan tanaman dan juga di APL dan HPK yang berpotensi dikonversi untuk kegiatan non kehutanan.
Lalu apa yang dimaksud deforestasi?

Deforestasi adalah perubahan kondisi tutupan lahan dari kelas tutupan lahan kategori hutan (berhutan)
menjadi kelas penutupan lahan kategori non hutan (tidak berhutan). KLHK membagi deforestasi menjadi
dua versi, yakni deforestasi bruto dan deforestasi netto.

Deforestasi Bruto yakni perubahan kondisi tutupan lahan dari kelas penutupan lahan kategori berhutan
menjadi kelas penutupan lahan kategori tidak berhutan, tanpa memperhitungkan adanya reforestasi
yang terjadi. Sedangkan deforestasi netto, adalah hasil dari pengurangan deforestasi bruto dengan
reforestasi (penghutanan kembali).

Olah data oleh Direktorat IPSDH menghasilkan informasi deforestasi netto Indonesia periode 2020-2021
sebesar 113.534,3 hektare. Angka ini berasal dari angka deforestasi bruto sebesar 139.086,9 hektare
dikurangi reforestasi sebesar 25.552,6 hektare.

Luas deforestasi tertinggi terjadi di kelas hutan sekunder, yaitu 126.696,4 hektare. Dengan rincian,
90.092,4 hektare berada di dalam kawasan hutan dan sisanya seluas 36.604,0 hektare berada di luar
kawasan hutan atau APL. Sedangkan hutan primer seluas 7.735 hektare dan hutan tanaman seluas
20.897,1 hektare.

Pada Maret 2021 lalu, Pemerintah Indonesia mengklaim telah berhasil menurunkan deforestasi
sebanyak 75 persen. Luas deforestasi periode 2019-2020 sebesar 115,46 ribu hektare. Di periode
sebelumnya, pada 2018-2019, angka deforestasi mencapai 462,46 ribu hektare.

Itu versi KLHK. Versi lainnya, menurut Yayasan Auriga Nusantara, deforestasi sepanjang 2021 mencapai
229.924 hektare. Terluas terjadi di Provinsi Kalimantan Timur sebesar 26.387 hektare, Kalimantan
Tengah 25.628 hektare, Kalimantan Barat 21.003 hektare, Riau 20.175 hektare, dan Papua 16.411
hektare.
Angka tersebut didapatkan dari penghitungan tree cover loss (kehilangan tutupan pohon) yang terjadi
pada tahun tersebut, dengan basis kondisi tutupan hutan alam KLHK Tahun 2000. Berbeda dengan KLHK,
dalam penghitungan angka deforestasi, Auriga tidak memasukkan reforestasi sebagai variabel
penghitungan.

Masih berdasarkan analisis Auriga, total luas hutan alam yang hilang dalam rentang 2001-2021
mencapai 10,725,463 hektare. Menurut Auriga, deforestasi terbesar terjadi pada 2016 sebesar
1.017.118 hektare dan pada 2012 seluas 931.248 hektare

Anda mungkin juga menyukai