Anda di halaman 1dari 7

Danau Limboto Mengalami Eutrofikasi

DISUSUN OLEH :

Rizki Hagabean 195080400113020


Robertho Kissyala 195080400113021
Moch. Choiri Assydiqi 195080400113022
Yoana Ervina Febriyanti 195080400113023
Lutfia Nadhiroh 195080400113024
Hanum Faeni 195080400113025

Mata Kuliah Limnologi

Sosial Ekonomi Perikanan kelas A

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

2019

Dosen Pembimbing :
A. Eutrofikasi

Peraian darat seperti danau, sungai dan waduk adalah rumah bagi banyak
organisme air yang saling berinteraksi. Meskipun perairan darat hanya merupakan
bagian kecil dari total air yang ada di bumi, ekosistem ini sangat berpengaruh pada
kebutuhan vital kehidupan manusia seperti irigasi, pasokan air untuk akuakultur,
pemenuhan air untuk kebutuhan rumah tangga, pembangkit listrik tenaga air,
wisata dan habitat satwa liar.

“Mempertahankan keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan upaya untuk


mempertahankan fungsi ekosistem merupakan suatu tantangan. Untuk itulah ilmu
pengetahuan dan teknologi berperan untuk mengidentifikasi masalah dan
menyampaikan solusi menuju kelestarian ekosistem perairan darat,” jelas Deputi
Bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian LIPI, Zainal Arifin dalam
kegiatan International Conference on Tropical Limnology di Bogor, Jawa Barat
pada Rabu. Selain itu Zainun menambahkan Indonesia memiliki banyak sekali
danau yang patut diperhatikan keberlangsungannya. “Danau yang memiliki
keanekargaman hayati yang tinggi dengan spesies endemik menjadi salah satu
kriteria danau prioritas, disamping kerusakan yang terjadi berdasar Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup nomor 28 tahun 2009, ”

Eutrofikasi adalah suatu proses di mana suatu tumbuhan tumbuh dengan sangat
cepat dibandingkan pertumbuhan yang normal. Proses ini juga sering disebut
dengan blooming. Blooming artinya mekar dengan sangat cepat. Proses ini
biasanya terjadi pada tumbuhan yang habitatnya berada di perairan khususnya
perairan air tawar seperti di danau - danau atau sungai - sungai. Eutrofikasi adalah
pengayaan (enrichment) air dengan nutrien/unsur hara berupa bahan anorganik
yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan mengakibatkan terjadinya
peningkatan produktivitas primer perairan. Unsur hara yang dimaksud
adalah nitrogen (N) dan fosfor (P). Eutrofikasi merupakan problem lingkungan
hidup yang diakibatkan oleh limbah fosfat (PO3-), khususnya dalam ekosistem air
tawar. Definisi dasarnya adalah pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya
nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air. Air dikatakan eutrofik jika
konsentrasi total phosphorus (TP) dalam air berada dalam rentang 35-100 µg/L.
Sejatinya, eutrofikasi merupakan sebuah proses alamiah di mana danau
mengalami penuaan secara bertahap dan menjadi lebih produktif bagi tumbuhnya
biomassa. Diperlukan proses ribuan tahun untuk sampai pada kondisi eutrofik.
Proses alamiah ini, oleh manusia dengan segala aktivitas modernnya, secara tidak
disadari dipercepat menjadi dalam hitungan beberapa dekade atau bahkan
beberapa tahun saja. Maka tidaklah mengherankan jika eutrofikasi menjadi
masalah di hampir ribuan danau di muka Bumi, sebagaimana dikenal lewat
fenomena algal bloom.

B. Danau yang Mengalami Eutrofikasi

Ada 15 danau yang ditetapkan menjadi Danau Prioritas yakni Rawapening di Jawa
Tengah, Rawa Danau di Banten, Batur di Bali, Toba di Sumatera Utara, Kerinci di
Jambi, Manunjau dan Singkarak di Sumatera Barat Poso di Sulawesi Tengah,
Mahakam-Semayang-Jempang di Kalimantan Timur, Melintang dan Tondano di
Sulawesi Utara, Tempe dan Matano di Sulawesi Selatan, Limboto di Gorontalo,
Sentarum di Kalimantan Barat, dan Sentani di Papua

C. Danau Limboto
1. Jenis Danau

Danau Limboto merupakan sebuah danau yang terletak di Kecamatan Limboto,


Gorontalo, Provinsi Gorontalo, Indonesia. Danau ini memiliki kedalaman antara
5 hingga 8 meter ini, inlet danau berasal dari 23 sungai, 4 diantaranya adalah
yaitu Sungai Bionga, Sungai Molalahu, Sungai Pohu dan Sungai Meluopoi.
Sedangkan outlet danau ke arah pesisir perairan teluk Tomini yang berjarak 15
km. Danau Limboto adalah jenis danau paparan hujan. Danau paparan hujan
adalah tampungan air alami yang merupakan bagian dari sungai yang muka
airnya terpengaruh langsung oleh muka air sungai. Danau Limboto merupakan
danau dengan ukuran medium yaitu memiliki luas 8000 ha. Danau limboto
memiliki luas 56km2 , memiliki kedalaman maksimal 2,5m, dengan kategori luas
danau adalah kecil , dan kategori kedalaman danau sangat kecil dibawah 10m.

2. Penyebab Eutrofikasi pada Danau Limboto


Eutrofikasi merupakan proses pengayaan nutrisi dan bahan organik
dalam air atau pencemaran air yang disebabkan munculnya nutrisi yang
berlebihan ke dalam ekosistem perairan. Air dikatakan tercemar apabila ada
pengaruh atau kontaminasi zat organik maupun anorganik ke dalam air
Hubungan itu terkadang tidak seimbang karena setiap kebutuhan organisme
berbeda-beda. Ada yang diuntungkan karena menyuburkan sehingga dapat
berkembang dengan cepat, sedangkan organisme lain terdesak.
Perkembangan organisme perairan secara berlebihan merupakan gangguan
dan dapat dikategorikan sebagai pencemaran, yang merugikan organisme
akuatik lainnya maupun manusia secara tidak langsung. Ini merupakan
masalah yang sering dihadapi di seluruh dunia di ekosistem perairan tawar
maupun laut. Eutrofikasi dapat disebabkan beberapa hal, di antaranya karena
ulah manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan Emisi nutrisi dari industri
digadang-gadang sebagai penyebab utama eutrofikasi perairan di Pantai Ancol.
Limbah nutrisi sendiri bisa berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu
sendiri (background source), industri, detergen, pupuk pertanian, limbah
manusia, dan peternakan. Limbah yang mengandung unsur harafoslor dan
nitrogen akan merangsang pertumbuhan fitoplankton atau alga dan
meningkatkan produktivitas perairan. Sebaliknya dalam keadaan berlebihan itu
akan memicu timbulnya blooming algae yang justru merugikan kehidupan
organisme yang ada di perairan. Penumpukan bahan nutrisi itu akan menjadi
ancaman kehidupan ikan di perairan pada saat musim pancaroba. Adanya
peningkatan suhu udara, pemanasan sinar matahari, dan tiupan angin kencang
akan menyebabkan terjadinya gotakan air di perairan. Hal itu menyebabkan
arus naik dari dasar perairan yang mengangkat massa air yang mengendap.
Massa air yang membawa senyawa beracun dari dasar danau atau laut
mengakibatkan kandungan oksigen di badan air berkurang. Rendahnya
oksigen di air itulah yang menyebabkan kematian ikan secara mendadak.
Bagian yang menyurut ini banyak dijadikan lahan pertanian oleh warga.
Bahkan, banyak yang sudah menerima sertifikat hak milik. Saat musim hujan,
lahan ini tenggelam berbulan-bulan hingga musim kemarau datang. Pencaplokan
badan danau ini yang menjadi salah satu masalah dalam penanganan kawasan
Danau Limboto saat ini. Dari 23 sungai yang menjadi pemasok air danau, hanya
ada satu sungai yang mengalir ke laut. Sungai ini menghubungkan badan danau ke
Sungai Bolango sebelum air mengalir ke Teluk Tomini. Namun, jika Sungai
Bolango meluap, sungai ini juga bisa memasukkan air ke danau. “Setidaknya ada
tiga spesies ikan yang menjadikan danau ini sebagai habitat hidup pada masa
pembesaran sebelum ketiganya ke laut untuk bertelur dan memijah,” ujar Nelson
Pomalingo.
Selain itu, eceng gondok yang menyebar di danau itu juga dianggap
sebagai momok. Mengutip Invasive Species Database, eceng gondok bisa
meningkatkan penguapan air dan menurunkan jumlah cahaya dalam perairan.
Kondisi itu diperparah oleh kebiasaan masyarakat membuang sampah
sembarangan. Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi
Gorontalo, pada tahun 2018 memperkirakan timbunan sampah di Gorontalo
mencapai 520,709 ton per hari, atau 190.508,79 ton per tahun. Penyumbang
jumlah sampah terbesar ialah Kabupaten Gorontalo (28,20 persen), termasuk
Danau Limboto didalamnya. Sebanyak 65 persen dari jumlah sampah yang ada
di Gorontalo adalah sampah organik yang mudah terurai. Sedangkan sisanya
adalah sampah non-organik yang sulit terurai.

3. Dampak Eutrofikasi pada Danau Limboto

Danau yang mendapat pasokan air dari 23 sungai di sekitar DAS limboto,
dalam perkembangannya terus mengalami penurunan luas akibat sedimentasi.
Pada tahun 1900, luas danau sebesar 8.000 ha, namun saat ini hanya tinggal
2.400 ha. Danau Limboto dari tahun ke tahun luas dan tingkat kedalamannya
terus berkurang. Luas Danau Limboto pada tahun 1999 berkisar antara 1.900-
3.000 ha, dengan kedalaman 2-4 meter (Cabang Dinas Perikanan Kabupaten
Gorontalo, 2000). Pada tahun 1932, luas perairan ini mencapai 7.000 ha.

Kondisi danau yang semakin terdegradasi akibat laju sedimentasi yang tinggi
dan populasi tanaman air yang tidak terkendali menyebabkan terjadinya
pendangkalan yang berakibat pada berkurangnya luas danau dan dapat
mempengaruhi sumberdaya danau limboto salah satunya dari aspek
perikanan. Musim kemarau beberapa bulan yang lalu membuat
permukaan Danau Limboto sudah surut sekitar 200 hingga 300 meter.
akibat surutnya Danau Limboto, berbagai macam jenis ikan mati. Jumlahnya
bisa mencapai ribuan yang mati terjebak di eceng gondok. Sekarang
sangat sulit menemukan ikan-ikan tadi dijual oleh nelayan Danau Limboto di
jalan translurahan Dehuwalolo, Kecamatan Limboto. Kalaupun ada, hanya
ada dua sampai 10 ekor saja. Kelangkaan ikan khas Danau Limboto tak
terlepas dari ulah nelayan yang sering menggunakan cara instan. Selain
penyetruman, sejumlah nelayan juga masih menggunakan pukat untuk
menangkap ikan. Akibatnya, bibit-bibit ikan ikut terjala hingga memutus
pengembangbiakkan ikan-ikan itu.

4. Sifat Fisika Air Danau Limboto


Kualitas air di perairan Danau Limboto saat ini masih dalam
kondisimemenuhi baku mutu perikanan, meski pada beberapa
parameter menunjukkan kondisi semakin menurun. Kualitas Air pada

N Parameter Satua Baku Mutu Rata-rata Nilai


o n Untuk Pengamatan di
Perikanan Stasiun Pengamatan
1 Kecerahan cm > 45 10-20
0
2 Suhu Air C 20 – 32 29,1 - 32,9
3 pH unit 6,0 – 9,0 7,35 - 8,47
4 Oksigen terlarut Mg/l >3 2,95 -7,2
(O2)
Stasiun Pengamatan di danau limboto adalah sebagai berikut :

Danau Limboto kini berada pada kondisi yang sangat memperihatinkan


karena mengalami proses penyusutan dan pendangkalan akibat sedimentasi
dan tempat pembuangan sampah yang mengancam keberadaan ekosistem
dimasa yang akan datang. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
dilakukanlah penelitian dengan judul tingkat pencemaran Perairan Danau
Limboto Gorontalo. Pengukuran beberapa parameter kualitas air dilakukan
secara insitu pada 8 (delapan) stasiun yang dilakukan secara sampling dan
analisis laboratorium beberapa parameter kualitas air dilakukan pada Balai
Riset dan Standardisasi Industri Manado. Tingkat pencemaran pada perairan
Danau Limboto dihitung menggunakan indeks pencemaran Kirchoff 1991 dan
indeks pencemaran logam berat menurut KepmenLH No. 115 Tahun 2003.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa tingkat pencemaran stasiun 1, 2, 3, 4 dan
5 tergolong tercemar ringan dengan nilai indeks kimia kirchoff berkisar 59.13-
70.64, sedangkan stasiun 6, 7 dan 8 tergolong tercemar sedang dengan nilai
indeks kimia kirchoff berkisar 42.58-55.82. Tingkat pencemaran logamberat Pb
dan Cd pada perairan Danau Limboto masih berada dalam kondisi normal
dengan nilai indeks pencemaran logam 0≤PIj ≤1 yaitu memenuhi baku mutu
(kondisi baik).

Anda mungkin juga menyukai