Anda di halaman 1dari 15

Pengelolaan Sumber Daya Ikan di Danau Limboto, Gorontalo (Krismono & E.S.

Kartamihardja)

PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN


DI DANAU LIMBOTO, GORONTALO

Krismono1) dan Endi Setiadi Kartamihardja2)


1)
Peneliti pada Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jatiluhur-Purwakarta
2)
Peneliti pada Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Ancol-Jakarta
Teregistrasi I tanggal: 16 Maret 2009; Diterima setelah perbaikan tanggal: 20 April 2010;
Disetujui terbit tanggal: 30 April 2010

ABSTRAK

Danau Limboto termasuk danau tipe rawa terletak di Provinsi Gorontalo


dengan luas 2.900 ha dan kedalaman antara 1-5 m. Sumber air berasal dari 20
sungai dan empat sungai di antaranya merupakan sungai besar, yaitu Sungai
Bionga, Sungai Molalahu, Sungai Alo-pahu, dan Sungai Meluopo. Air Danau
Limboto dikeluarkan melalui Sungai Topadu yang bermuara di Teluk Tomini
dengan jarak sekitar 10 km. Masalah Danau Limboto adalah eutrofikasi dan
sedimentasi, eutrofikasi ditandai dengan pertumbuhan gulma air eceng gondok
yang berkembang terus dari tahun ke tahun. Pada tahun 1994 tumbuhan air
menutupi sekitar 35%, tahun 2004 sampai 40% dan tahun 2008 sekitar 40-60%
luas permukaan air. Struktur komunitas ikan di Danau Limboto didominansi
oleh ikan karnívora dan omnivora sehingga hanya sebagian kecil yang
memanfaatkan eceng gondok sebagai makanannya. Sekitar 1.500 kepala
keluarga hidup di selingkar Danau Limboto dengan mata pencaharian
pembudidaya ikan dan nelayan. Beberapa alat tangkap yang merusak sumber
daya ikan antara lain dudayaho, strom, dan bibilo. Untuk menjaga kelestarian
sumber daya ikan perlu dilakukan langkah-langkah pengelolaan secara
berkelanjutan meliputi rehabilitasi habitat danau melalui pengendalian eceng
gondok, penentuan tata ruang perairan danau, revitalisasi Peraturan Daerah
Kabupaten Gorontalo Nomor 67 Tahun 2000 mengenai pelarangan penggunaan
alat tangkap yang merusak sumber daya ikan, revitalisasi kelembagaan nelayan,
dan pembudidaya ikan.

KATA KUNCI: pengelolaan, sumber daya ikan, perikanan, Danau Limboto

ABSTRACT: Management of fisheries resources in Limboto Lake By:


Krismono and Endi Setiadi Kartamihardja

Lake Limboto is classified as swamp lake types located in the Province of


Gorontalo, has a water surface area of 2,900 ha and water depth range between
1-5 m. The source of water comes from 20 rivers; among others are four major
rivers, namely Bionga, Molalahu, Alo-Pahu, and Meluopo Rivers. The outlet of
the lake waters is Topadu River which empties into Tomini Bay about 15 km
distance from the lake. The main problem of the lake is eutrofication and
sedimentation which the eutrofication indicated by the nuisance growth of aquatic
weeds especially water hyacinth. In 1994, the water hyacinth covered the water
surface area of 35%, in 2004 to be 40% and in 2008 approximately covered 40-
60% of the total water surface area of the lake. Structure of fish communities is
dominated by carnivorous and omnivorous fish so that only a small part water
hyacinth utilized as fish feed. Lake Limboto support around 1,500 families live
surrounding of the lake that their livelihoods as fish farmers and fishermen. Some

___________________
Korespondensi penulis:
Jl. Cilalawi, Purwakarta, Purwakarta 41152, E-mail: irpsi@yahoo.com dan irpsi@telkomnet.id 27
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.2 No.1 Mei 2010: 27 - 41

fishing gears such as scope net of fine mesh size, electric fishing and aquatic
plant fish aggregating device has destructed the fish resources. To maintain the
sustainability of fish resources some management measures i.e. habitat
rehabilitation of the lake through water hyacinth control, zoning of the lake,
revitalization of Gorontalo District Act Nomor 67 year 2000 about prohibition on
the use of destructive fishing gears; and development of fisheries co-management
should be done.

KEYWORDS: management, fish resources, fisheries, Limboto Lake

PENDAHULUAN namun dalam jumlah tertentu mempunyai


fungsi yang menguntungkan karena dapat
Danau Limboto termasuk danau tipe rawa berfungsi sebagai tempat pemijahan,
terletak di Kabupaten dan Kota Gorontalo, mencari makan, berlindung dari predator
Provinsi Gorontalo pada posisi 0°34’57,54"- untuk jenis-jenis ikan asli dan introduksi,
0°35’06,78" LU dan 122°56’41,45"- serta jenis ikan katadromus yang hidup di
123°00’43,94" BT. Danau Limboto danau dan memijah di laut.
mempunyai luas permukaan air 2.900 ha
dengan kisaran kedalaman antara 1-5 m Sedimentasi dan eutrofikasi di Danau
dan rata-rata kedalaman 2,0 m. Sumber air Limboto disebabkan juga oleh kegiatan
Danau Limboto berasal dari 20 sungai dan masyarakat sekitar dalam pemanfaatan
empat sungai di antaranya merupakan danau seperti pembuatan bibilo untuk
sungai besar, yaitu Sungai Bionga, Sungai menangkap ikan dan kegiatan budi daya
Molalahu, Sungai Alo-Pahu, dan Sungai ikan dalam keramba jaring apung (Warsa
Meluopo. Sungai Topadu merupakan satu- et al., 2008). Berdasarkan atas kriteria dari
satunya saluran pengeluaran air danau Kementerian Lingkungan Hidup, Danau
yang bermuara di laut Teluk Tomini dengan Limboto merupakan salah satu danau di
panjang sungai sekitar 15 km (Ismail, Indonesia yang sudah termasuk dalam
2006). kriteria danau kritis akibat sedimentasi dan
eutrofikasi (Kementerian Lingkungan Hidup,
Pada tahun 1994, pertumbuhan gulma 2006).
air eceng gondok di Danau Limboto sudah
menutupi permukaan air sekitar 35% Bila sedimentasi dan eutrofikasi tidak
(Sarnita, 1994), penutupannya meningkat dicegah, maka fungsi Danau Limboto
mencapai 40% pada tahun 2004 (Hulinggi, sebagai cadangan air dan penahan banjir
2005), dan pada tahun 2008 sudah serta fungsi-fungsi ekosistem lain akan
mencapai sekitar 40-60% luas permukaan hilang. Kehilangan fungsi danau berakibat
danau (Krismono et al., 2007). Penutupan pada hilangnya sumber daya ikan danau
gulma air eceng gondok mengakibatkan dan mata pencaharian nelayan. Untuk
penyempitan luas perairan, penurunan mutu mempertahankan ekosistem perairan dan
air dan mengganggu populasi ikan. sumber daya ikan di Danau Limboto
Evaporasi pada permukaan air yang tertutup diperlukan langkah-langkah pengelolaan
oleh gulma air eceng gondok mempunyai sumber daya ikan dan perikanan yang
kecepatan tiga kali lebih cepat dibandingkan berkelanjutan.
dengan permukaan perairan yang terbuka
(Penfaund & Early, 1948). Tumbuhan eceng Tulisan ini bertujuan untuk membahas
gondok di perairan danau selain merugikan kondisi perairan dan sumber daya ikan

28
Pengelolaan Sumber Daya Ikan di Danau Limboto, Gorontalo (Krismono & E.S. Kartamihardja)

serta implikasi pengelolaannya bagi diketahui mempunyai keanekaragaman


kelestarian sumber daya ikan dan hayati yang tinggi, penting dalam proses
keberlanjutan usaha perikanan di Danau penahan laju sedimentasi, erosi dan
Limboto. pengendalian banjir, serta pengaturan
kualitas air dengan mereduksi bahan-bahan
KARAKTERISTIK SUMBER DAYA pencemar sehingga lahan basah berfungsi
PERAIRAN DAN IKAN juga sebagai cadangan air dan stabilitas
iklim secara global. Lahan basah bagi
Morfometri dan Hidrologi Danau masyarakat sekitar dapat menghasilkan
produksi dari sumber daya perikanan,
Danau Limboto berdasarkan atas pertanian, dan kehutanan. Akhir-akhir ini
klasifikasi Ramsar mengenai lahan basah penyempitan lahan basah telah terjadi di
(wetland) merupakan danau tipe rawa berbagai daerah yang disertai kerusakan
(Badan Perencanaan Pembangunan fisik dan biologis ekosistemnya (Badan
Nasional, 2003), sedangkan berdasarkan Perencanaan Pembangunan Nasional,
atas proses terbentuknya Danau Limboto 2003).
merupakan danau tipe genangan (Whitten
et al., 1987). Menurut klasifikasi Schmidt Lahan basah merupakan habitat yang
Ferguson, Danau Limboto termasuk dalam penting bagi organisme perairan dalam
tipe iklim C dengan kisaran suhu antara sebagian daur hidupnya yang menggunakan
22,2-33,3°C. Musim hujan terjadi antara ekosistem lahan basah sebagai tempat
bulan Desember sampai April dengan hidup seperti ikan sidat (Anguilla marmorata)
kisaran curah hujan berkisar antara 1.320 yang beruaya ke laut dalam pemijahannya.
sampai 1.680 mm/tahun (Ismail, 2006). Danau Limboto sebagai lahan basah juga
Tinggi muka air danau tertinggi terjadi antara berfungsi sebagai tempat untuk
bulan April sampai Mei dan terendah pada berkembang biak, berlindung, mencari
bulan September sampai Desember makan, pemijahan, serta sebagai tempat
(Anonimus, 2006). Air masuk danau mulai untuk kehidupan ikan.
bulan September sampai Desember dan
keluar danau mulai bulan Mei sampai Tingkat Kesuburan Perairan
Agustus.
Danau Limboto termasuk perairan yang
Pada tahun 1932, Danau Limboto subur (eutrofik) dengan kandungan ortofosfat
mempunyai luas permukaan air 7.000 ha (P-PO4) rata-rata 1.428 mg/L (Krismono et
dengan kedalaman 14 m, namun pada tahun al., 2009). Perairan danau yang relatif
1999, luasnya menjadi 3.000 ha dengan dangkal dengan kandungan nutrien yang
kedalaman berkisar antara 2-4 m. tinggi memacu pertumbuhan makrofita.
Pengurangan luas permukaan Danau
Limboto antara lain disebabkan oleh laju Potensi produksi ikan di suatu perairan
sedimentasi yang cukup tinggi, yaitu 38,80 danau dapat diukur dari kandungan klorofil-
cm/tahun (Ismail, 2006). a yaitu pigmen hijau yang terdapat di dalam
tumbuhan yang dapat mengubah cahaya
Danau Limboto sebagai ekosistem lahan matahari menjadi energi kimia dalam proses
basah secara ekologi merupakan fotosintesis. Kandungan klorofil-a di Danau
ekosistem yang penting untuk konservasi Limboto berkisar antara 6.338-38.803 mg/
keragaman jenis dan keanekaragaman m 3 dengan rata-rata 16.886 mg/m 3 .
genetik di alam. Lahan basah di alam, Berdasarkan atas nilai klorofil-a tersebut,

29
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.2 No.1 Mei 2010: 27 - 41

potensi produksi ikan Danau Limboto gulma air yang dominan seperti
ditaksir antara 151.678-752.479 kg/ha/tahun Potamogeton sp. dan eceng gondok. Pada
dengan rata-rata 355.013 kg/ha/tahun. saat bersamaan di Danau Maninjau tercatat
adanya eceng gondok, Hydrilla dan Najas.
Gulma Air Eceng Gondok (Eicchornia Pada tahun 1978-1979 di Danau Kerinci
crassipes) ditemukan eceng gondok yang menutup
perairan sekitar 500-600 ha.
Menurut Soerjani et al. (1976); Pancho
dalam Soerjani (1982) eceng gondok Perkembangan jenis-jenis tumbuhan air
tercatat di nomor urutan pertama jenis di Danau Limboto tertera pada Tabel 1 dan
gulma yang sangat penting baik di Dunia, 2 (Anonimus, 1991; Lamangantjo, 1991;
Asia Tenggara, dan khususnya di Indonesia. Hulinggi, 2005; Krismono et al., 2007).
Eicchhornia crassipes (Mart.) Solms adalah Eceng gondok merupakan tumbuhan air
sinonim dari Eicchhornia spiciosa Kunth, yang paling dominan serta sudah
tumbuhan ini berasal dari Brazilia dan mengganggu permukaan air danau sehingga
tersebar ke beberapa negara karena sudah termasuk gulma air. Hasil penelitian
tanaman ini memiliki bunga yang indah Lamangantjo (1991) menunjukan bahwa
(Soerjani, 1982). eceng gondok yang dijadikan bibilo
mempengaruhi penurunan suhu dan pH,
Secara taksonomis, eceng gondok sehingga mengganggu kehidupan ikan di
(Eicchhornia crassipes Solms), termasuk perairan Danau Limboto karena suhu dan
dalam klasifikasi sebagai berikut (Soerjani, pH mempengaruhi aktivitas pemijahan dan
1982): pertumbuhannya.
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae Komposisi tumbuhan air di Danau
Kelas : Monocotyledoneae Limboto didominansi oleh eceng gondok
Bangsa : Bromeliales 85%, ganggang (Hydrilla sp.), kangkung air,
Suku : Pontederiaceae rumput, tumbili masing-masing hanya
Marga : Eicchhornia 2,5%, dan teratai, serta kiambang masing-
Jenis : Eicchhornia masing 0,5% (Krismono et al., 2007). Peran
crassipes Solms eceng gondok di Danau Limboto sangat
Nama umum/ : Eceng gondok besar dilihat dari komposisi tumbuhan air
dagang (Waterhyacinth) tersebut di atas. Peran eceng gondok
tersebut dapat berdampak negatif maupun
Gulma air di Indonesia diketahui pada positif terhadap ekosistem perairan.
tahun 1928-1929 melalui Deutschen
Limnologischen Sunda Expedition dan Gulma air selain berdampak negatif juga
pertama kali dicatat 80 jenis gulma terdapat mempunyai fungsi positif bagi perikanan.
di perairan Indonesia (Van Steenis & Beberapa hasil penelitian Petr (2000);
Ruttner, 1933). Tahun 1949 tercatat 24 jenis Pokorny & Kvet (2004); Pipalova (2006);
gulma terdapat di Rawa Pening (Vass & Krismono et al. (2007) mengatakan bahwa
Schuurman, 1949), tahun 1956 di Rawa makrofita merupakan komponen yang
Aopa Sulawesi Tenggara diadakan penting dari ekosistem, sebagai penghasil
inventarisasi gulma oleh Vass (1956). oksigen untuk fotosintesis, habitat
Menurut Soerjani (1981) pada tahun 1977- pemijahan ikan, asuhan ikan, menempelnya
1978 di Danau Singkarak, ditemukan jenis pakan alami dari hewan, dan konsentrasi

30
Pengelolaan Sumber Daya Ikan di Danau Limboto, Gorontalo (Krismono & E.S. Kartamihardja)

nutrien. Secara umum, pengaruh makrofita bagian dari rantai stabilitas perairan.
pada ekosistem danau adalah merupakan
Tabel 1. Jenis-jenis tumbuhan air di Danau Limboto, tahun 2004 dan 2007
Table 1. The types of aquatic plants in Lake Limboto, in 2004 and 2007

Sumber/Sources: Hulinggi (2005); Krismono et al. (2007)

Tabel 2. Komposisi tumbuhan air di Danau Limboto, tahun 2006


Table 2. The composition of aquatic plants in Lake Limboto, 2006
Nama lokal/ Nama ilmiah/ Persentase di perairan/ Daun/
Local name Scientific name Percentage in waters (%) Leaf
Eceng gondok Eichhornia crassipes 85 Mengapung
Hydrilla Hydrilla verticillata 2,5 Tenggelam
kangkung air Ipomea aquatica 2,5 Mengapung
Nama Daerah/
Rumput Panicum repens 2,5 Mengapung
Tahun 2004 Ta
Region name
Tumbili Pistia stratiotes 2,5 Mengapung
Eceng gondok Eicchornia crassipes Eicchornia cra
- Alternanthera philoxiroides 2,5 Mengapung
Hydrilla Hydrilla verticillata Hydrilla vertici
Rumput Scirpus mucronatus 1,5 Mengapung
Kangkung air Ipomea aquatica Ipomea aquat
Teratai Nelumbium sp. 0,5 Mengapung
Tumbili Pistia stratiotes Pistia stratiote
Kiambang Azolla pinata 0,5 Mengapung
Rumput Scirpus mucronatus Scirpus mucro
Sumber/Sources: Krismono et al. (2007)
Teratai Nymphae odorata Nelumbium sp
Kiambang - Azolla pinata
Eceng gondok selain dapat berfungsi Paku airKomposisi bobot Salvinia
kering eceng
natans gondok
sebagai pembersih limbah rumah tangga terdiri atas bagian akar 41,4%, petiole
(Djaenudin, 2006), eceng gondok juga dapat 50,6%, dan daun 8%, sedangkan
membersihkan waduk dan danau dari kandungan air eceng gondok 90% dengan
cemaran pestisida dan logam berat (Hasim, pengeringan menggunakan oven pada suhu
2007; Petr, 2000; Marson, 2006). Peran 105°C (Tabel 3). Menurut Wetzel (2001)
akar makrofit (eceng gondok) menentukan bagian akar sekitar 20-50% total biomassa.
ekosistem permukaan perairan (dilihat Secara keseluruhan, kandungan protein
berdasarkan atas aspek kualitas air, eceng gondok 11,4% sedangkan menurut
plankton, ikan). Eceng gondok dapat Wahyono et al. (2006) kandungan protein
digunakan sebagai pakan ikan dan pupuk kasar dari eceng gondok 11,2%.
untuk sawah (Rahmi, 1999).

31
J. t<ebijek. Pedlan. lN- Vol.2 No-l ki X)|O: 27 - 41

Tabel3. lGmposisi bobot kering (l (9) eng gondok deri Danau timbotro
Table 3, Composition of dry weight (1 kg) of water hyaointh lram Lekc Ambatg

Baglan tanaman, Persentase/ Bagian tanaman/ Percentase/


Plant parls Percentage (1/ol Plant parls Percentase P/ol
Akar 41,4 Daun 80
Petiole 50,6
Sumber/Sources: Hasil analisis laboratorium Loka Riset Pemacuan Stok lkan Jatiluhur (2007)

Beberapa hasil analisis bahan organik Karki & Dixit (1984) dalam Haryati (2006)
pada eceng gondok tertera pada Tabel 4. rasio C/N eceng gondok 25 lebih kecil
Menurut Hakim et a\.,1986 dalam Haryatun dibanding C/N jerami padi 70 dan jagung
(2008) rasio C/N eceng gondoktermasuk 60, tetapi lebih besar dibanding kotoran
rendah, dekomposisi cepat, maka eceng ayam 10, kotoran kambing 12 serta kotoran
gondok dapat berfungsi sebagai sumber manusiadanbebekdelapan.
hara dan bahan organik. Hasil penelitian
Tabel 4. Kandungan bahan organik dalam eceng gondok
Table 4 Organic matter content in water hyacinth
Bahan organik/ Persentase/ Persentase/ Persentase/
malter
Organic Percentage Percentage percentage
N-organik 2,32 1,66 O.2g
P-organik o,24 0,27 0,001
K-organik 1,95 14,29 0,016
Gorganik 46,21 37,65 21,23
C/N rasio 19,92 22,40
Sumber/Sources: Haryatun (2008); Rahmi (1999)

Eceng gondok merupakan bahan yang Struktur Komunitas lkan


potensial untuk bahan organik. Nutrien
eceng gondok yang berbunga dan tidak Komunitas ikan di Danau Limboto terdiri
berbunga mempengaruhi ikan herbivora atas jenis-jenis ikan aslidan ikan introduksi.
yang ada di perairan sekitarnya (Center ef Jenis-jenis ikan asli adalah ikan betok
al., 2@5). Hasil penelitian Nurminem (2003) (Anabas testudineus), payangka
memperlihatkan bahwa adanya makrofita di (O ph iocara po roce ph al a), dan manggabae
perairan danau merefleksikan kualitas air ( G/ossogobru s gi u ris), jen is ikan introduksi

antara lain total N, total P, kecerahan, antara lain ikan gabus (Channasfn'afa), nila
turbiditas, kedalaman, dan dasar perairan (Oreochromis niloticus), mujair
dari danau tersebut. Perubahan kualitas air (Oreoch romis mossambicus), tawes
tersebut di atas yang disebabkan oleh (Barbonymus gonionofus), dan sepat
penambahan nutrien akan mempercepat (Trich og a ster pecto ral is), sedan g kan jen s
i

proses eutrofikasi. ikan peruaya adalah ikan sidat (Anguilla


marmorata) dan belanak (Mugil sp.).
Menurut klasifikasi Odum (1 998) komunitas

32
Pengelolaan Sumber Daya Ikan di Danau Limboto, Gorontalo (Krismono & E.S. Kartamihardja)

ikan di Danau Limboto mempunyai 639,64 ton dengan komposisi persentase


keanekaragaman yang rendah. hasil tangkapan terbesar adalah ikan nila
(24%) dan mujair (22,8%) seperti tertera
Pada tahun 2006 produksi ikan hasil pada Tabel 5 (Krismono et al., 2007).
tangkapan nelayan di Danau Limboto

Tabel 6. Status trofik komunitas ikan di Danau Limboto


Table 6. Trophic status of fish communities in Lake Limboto

Tingkat trofik/ Jenis ikan/ Jenis makanan/Type of food


Trophic level Type of fish Utama/Main Pelengkap/
Complement
Herbivora Tawes (Barbonymus gonionotus) Serasah tumbuhan Fitoplankton
Saribu (Trichogaster pectoralis) Detritus
Omnivora Nila (Oreochromis niloticus) Fitoplankton Detritus, serangga
Mujair (Oreochromis mossambicus) Larva serangga,
Dumbaya (Anabas testudineus) Serasah tumbuhan
Karnivora Manggabae (Glossogobius giuris) Ikan, udang, Serangga, siput,
Payangga (Ophiocara porocrphala) serangga kerang, serasah
Gabus (Channa striata)
Sumber/Sources: Krismono et al. (2007)

Komunitas ikan didominansi oleh jenis sangat beragam seperti tertera pada Tabel
ikan omnivora 46%, selanjutnya karnivora 7. Penangkapan ikan di Danau Limboto
31%, dan herbivora 21%, sedangkan tingkat dilakukan hampir setiap waktu dengan tipe
trofiknya tertera pada Tabel 6. Untuk ikan alat tangkap dan nelayan yang berbeda
karnivora khususnya manggabae dan secara bergantian.
payangga walaupun produksi dalam
biomassa sekitar 22,5%, tetapi dalam Bibilo adalah alat tangkap ikan dengan
jumlah individu dapat lebih dari 50% karena memanfaatkan tumbuhan air yang
ukurannya yang kecil hanya sekitar 5-50 mengelompok menyerupai pulau terapung.
g, padahal menurut Eccles (1992) panjang Kelompok tumbuhan air tersebut berukuran
maksimum ikan manggabae dapat luas 20x30 m2 sampai yang berukuran
mencapai 50 cm. besar yaitu 20x50 m2. Penangkapan ikan
dilakukan dengan cara mengurung
STATUS PERIKANAN kelompok tumbuhan air dengan jaring
polyethilene ukuran 1 inci. Penangkapan
Kegiatan perikanan yang berkembang di ikan tersebut dilakukan setiap 3-6 bulan
Danau Limboto adalah perikanan tangkap sekali. Ikan yang terkurung ditangkap
dan budi daya. Perikanan tangkap sudah menggunakan seser. Alat tangkap tiopo,
berkembang sejak lama sedangkan olate, dan amelo pada dasarnya sama
perikanan budi daya baru berkembang dengan bibilo, yang membedakan adalah
setelah tahun 1990-an. ukurannya semakin mengecil.

Perikanan Tangkap Saat ini jumlah nelayan yang


menggunakan alat tangkap jenis bibilo
Jenis alat tangkap yang digunakan oleh mencapai 785 RTP (54,6%). Apabila untuk
nelayan dalam kegiatan penangkapan ikan setiap unit bibilo yang dipasang,

33
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.2 No.1 Mei 2010: 27 - 41

memerlukan perairan seluas 100-600 m2 scope net dengan mata jaring lebih kecil
atau rata-rata 300 m 2 dan setiap RTP dari 1 inci.
memiliki 3 unit, maka luas permukaan air
danau yang tertutup sekitar 3x785x300 Dudayaho adalah alat tangkap ikan yang
m 2=720 ha atau sekitar 25% dari luas terbuat dari waring berbentuk kantong
permukaan perairan danau. Selain alat dengan panjang 5 m dan lebar 2-3 m,
tangkap bibilo yang sangat mempengaruhi sebagai penyangga digunakan bambu
keberlanjutan sumber daya ikan adalah dengan panjang kurang lebih 2 m (Gambar
penangkapan ikan yang menggunakan 1). Alat tangkap tersebut dioperasikan
seser dengan strom (electro fishing) dan nelayan menggunakan perahu bermesin
dudayaho, yaitu alat tangkap serok atau dan penangkapan ikan dilakukan setiap
hari.
Tabel 7. Jumlah RTP nelayan berdasarkan atas jenis alat tangkap yang dimiliki di
Danau Limboto
Table 7. Number of RTP based on the type of fishing gear owned by the Lake
Limboto
Persentase Rata rata-
jumlah RTP/ kepemilikan/
Jenis alat tangkap/
No. Percentage Percentage number
Types of fishing gear
number of RTP of RTP
(%) (unit/RTP)
1. Bibilo (Fish aggregating device using aquatic plant) 54,59 3
2. Tiopo (bambo trap) 6,88 1
3. Amelo (shrimp scope net) 13,75 1
4. Olate (encircling bammbo trap) 13,75 1
5. Lainnya: 11,62
1.Pancing Rawai (long lines) 3
1.Pajala (Gillnet) 3
2.Jala (castnet) 1
3.Sero (trap) 1
4.Sodo (scope net) 1
5.Bunggo/bubu (trap) 200

Gambar 1. Alat tangkap Dudayaho.


Figure 1. Dudayaho gear.

34
Pengelolaan Sumber Daya Ikan di Danau Limboto, Gorontalo (Krismono & E.S. Kartamihardja)

Pada umumnya, hasil tangkapan tebar antara 280-800 ekor benih/m2 dengan
nelayan diambil oleh pedagang pengumpul, ukuran benih ikan 3-4 cm/ekor.
sebagian kecil oleh nelayan dijual ke Pemeliharaan dilakukan selama empat
konsumen dengan cara menjajakan secara bulan. Pakan yang diberikan berupa pelet
langsung. Jumlah hasil tangkapan dan dedak jagung. Bobot panenan ikan
berfluktuasi sesuai musim, berkisar antara berkisar antara 125-200 g/ekor.
2-12 kg/RTP/hari. Hasil tangkapan ikan
tertinggi 12 kg/RTP/hari dicapai saat musim Aspek Sosial Ekonomi
ikan. Jumlah nelayan total 1.454 RTP
sedangkan yang aktif hanya 1.118 RTP Mata pencaharian masyarakat pesisir
(76,9%). Jenis ikan payangga dan danau cukup beragam, antara lain petani,
manggabai merupakan jenis ikan dengan pedagang, pengrajin, PNS, tukang,
jumlah produksi cukup tinggi, di mana karyawan, nelayan, dan buruh. Persentase
puncak produksi tertinggi dicapai pada bulan terbesar didominansi oleh masyarakat
Januari sampai Juni dengan total tangkapan petani dan nelayan, di mana masing-
508 kg ikan/ha/tahun, pada luas perairan masing mencapai 46,1 dan 16,7%.
2.900 ha. Ikan manggabai dan belut
merupakan jenis ikan yang bernilai Jumlah nelayan di Danau Limboto
ekonomis tinggi, harga ikan manggabai mencapai 1.454 RTP yang tersebar hampir
mencapai Rp.10.000/ekor (ukuran 200-250 di selingkar danau, khususnya di Desa
g/ekor) atau sekitar Rp.40.000/kg, Payunga, Iluta, Lemehe Timur, Bua,
sedangkan harga ikan belut mencapai Hungaluwa, Barakati, dan Dembe. Di desa-
Rp.50.000/kg. desa tersebut jumlah rumah tangga yang
bermata pencaharian sebagai nelayan
Perikanan Budi Daya mencapai 30-64% dari total rumah tangga.

Budi daya ikan dilakukan dengan sistem Nelayan di Danau Limboto merupakan
keramba jaring apung dan keramba tancap. nelayan yang berusia antara 14-51 tahun,
Saat ini ada sekitar 379 RTP pembudidaya, komposisi terbesar adalah nelayan yang
dengan jumlah petak yang diusahakan berusia antara 25-44 tahun (68,5%). Hal ini
berkisar antara 6-12 petak per RTP. Ukuran menggambarkan bahwa usia nelayan
petak yang digunakan bervariasi antara 5x10 termasuk usia produktif, yang berarti bahwa
m2; 5x5m2; dan 5x7m2. Jenis ikan yang usia muda pada umumnya relatif lebih
dipelihara adalah ikan mas dan nila. Lokasi ekonomis dan aktif dalam mengadopsi ilmu
budi daya ikan tersebar di beberapa perairan pengetahuan dan teknologi.
seperti Illuta dan Tabumela.
Berdasarkan atas tingkat pendidikan,
Keramba untuk keperluan budi daya sebagian besar nelayan di Danau Limboto
dengan sistem ini terbuat dari kayu atau hanya berpendidikan setingkat SD (61,5%).
bambu dan kawat kasa. Keramba dipasang Sisanya yaitu 30,8% memiliki pendidikan
terapung dengan jalan menggantungkan setingkat SLTP dan SLTA, dan 7,7% nelayan
pada tiang bambo yang dipancangkan pada yang tidak mengikuti pendidikan formal.
dasar perairan. Ikan yang dipelihara adalah
ikan nila dan mas. Jumlah benih berkisar Pendapatan usaha penangkapan ikan di
antara 7.000-20.000 ekor/petak tergantung Danau Limboto berkisar antara Rp.10.000-
dari ukuran luas keramba. Rata-rata padat 180.000,-/RTP/hari. Pendapatan nelayan

35
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.2 No.1 Mei 2010: 27 - 41

tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah alat Pada perikanan budi daya, hampir
tangkap yang dimiliki. Investasi yang seluruh ikan hasil budi daya dijual di lokasi
diperlukan dalam kegiatan usaha yang budi daya. Pembeli mendatangi lokasi budi
dikeluarkan nelayan berkisar antara daya secara periodik dan membeli hasil budi
Rp.500.000-Rp.1.400.000,-. daya secara bertahap. Tingkat harga jual
di lokasi untuk jenis ikan nila dapat
Kelayakan usaha penangkapan mencapai Rp.12.000/kg, dengan tingkat
menunjukan bahwa pada beberapa jenis harga tersebut maka pembudidaya dapat
alat tangkap, usaha penangkapan ikan memperoleh keuntungan usaha rata-rata
cukup menguntungkan dan layak untuk Rp.14.278 juta/petak/ musim. Dari hasil
diusahakan, dengan tingkat kelayakan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa
usaha bervariasi antara 2,3-21,6 (Tabel 8). nilai B/C mencapai 2,1 artinya bahwa untuk
setiap rupiah yang dikeluarkan akan
Saat ini jumlah pembudidaya ikan dalam memberikan kontribusi keuntungan Rp.2,1.
keramba 379 RTP yang terdiri atas Kegiatan budi daya sistem keramba tancap
pembudidaya ikan keramba (29 RTP), dan di Danau Limboto cukup menguntungkan
pembudidaya ikan jaring apung (350 RTP). dan layak untuk diusahakan.

Tabel 8. Kelayakan usaha pada beberapa jenis alat tangkap di Danau Limboto
Table 8. Feasibility study on several types of fishing gear in Lake Limboto

Kepemilikan Pendapatan/Income
Jenis alat Hasil Kelayakan
alat tangkap/ Jenis ikan
tangkap/ tangkapan/ usaha/
Ownership tangkapan/ Rp/bulan*)
Types of Haul Feasibility
fishing Type of fish Rp/hari dan atau
fishing (kg/trip)/ study
gear catches (Rp/musim)
gear (kg/musim) (R/C ratio)
(unit/RTP)
Pajala 3 4,8 Mujair, nila, 25.376 761.265 3,9
/Gillnet manggabai,
tawes, sepat,
payangga,
gabus
Dudayaho 1 30,0 Hulu’u 25.509 765.292 2,4
Jaring 1 6,0 Nila, 35.175 1.055.250 3,0
tancap manggabai
Bunggo 200 7,0 Sogili, 186.356 5.590.679 21,6
mangagbai,
payangka
Bibilo 3 600 Nila, mujair, 42.476 7.645.689 11,3
(200 m 2) gabus,
tawes

PENGELOLAAN PERIKANAN 1. Rehabilitasi habitat danau

Berdasarkan atas uraian sebelumnya Rehabilitasi habitat danau perlu


maka langkah-langkah pengelolaan dilakukan terutama dengan cara
perikanan yang perlu dilakukan meliputi: mengendalikan gulma air eceng gondok.

36
Pengelolaan Sumber Daya Ikan di Danau Limboto, Gorontalo (Krismono & E.S. Kartamihardja)

Beberapa cara pengendalian yang dapat 2. Penentuan tata ruang usaha perikanan
dilakukan sebagai berikut:
a. Pengendalian gulma air eceng gondok Berdasarkan atas analisis kesesuaian
menggunakan cara campuran antara kondisi biolimnologi yang dikaitkan dengan
fisik dan biologis. Ikan koan dipelihara penataan ruang perairan dan meminimalisir
dalam kolam pagar atau hampang (pen kemungkinan terjadinya kemungkinan
culture) menggunakan pakan eceng konflik pemanfaatan ruang maka perlu
gondok. Apabila dapat dikembangkan dilakukan klasifikasi berdasarkan atas
sekitar 1.000 unit hampang dengan karakteristik lokasi dan analisis keruangan
pakan 100 kg eceng gondok per hari dan khususnya menata sektor perikanan di
lama pemeliharaan empat bulan maka Danau Limboto.
jumlah eceng gondok yang dapat
dimanfaatkan 120.000 kg x Hasil analisis spasial terhadap
1.000=120.000 ton atau setara dengan kesesuaian ruang di Danau Limboto dapat
120 ha luasan eceng gondok yang dikelompokan dalam dua jenis pemanfaatan
menutupi permukaan air danau. yaitu:
b. Pengendalian dengan cara pengurangan a. Kawasan inti. Kawasan ini diperuntukan
jumlah kepemilikan bibilo. Jumlah sebagai kawasan perlindungan sumber
pemilik bibilo di Danau Limboto 750 RTP. daya ikan atau suaka perikanan.
Rata-rata kepemilikan tiap nelayan tiga Berdasarkan atas kriteria kesesuaian
bibilo. Luas rata-rata setiap bibilo 400 untuk daerah suaka perikanan tersebut
m2. Untuk mengurangi gulma, maka maka dapat diidentifikasi beberapa
kepemilikan diubah menjadi kelompok lokasi yang memenuhi syarat sebagai
(minimum tiga orang per bibilo) sehingga daerah calon suaka perikanan di Danau
terjadi pengurangan bibilo 500 unit bibilo Limboto antara lain perairan sekitar
atau setara dengan pengurangan gulma Dembe, perairan teluk daerah
sekitar 20 ha. Hunggaluwa dan perairan teluk daerah
c. Pengendalian secara fisik. Pada saat air Payunga. Dari ketiga lokasi tersebut
surut selama enam bulan satu orang perairan Dembe merupakan perairan
nelayan diwajibkan untuk mengangkat yang paling memenuhi syarat sebagai
seluas satu meter persegi eceng gondok calon suaka perikanan dengan parameter
setiap hari. Jika hal ini dilakukan maka pendukung antara lain fluktuasi tinggi
1.500 orang x 180 hari x 1 m2 luas eceng muka air, kondisi biolimnologi, vegetasi
gondok sama dengan 270.000 m2 atau alami dan landuse, serta integritas
27 ha luas eceng gondok dapat diangkat ekologi.
ke luar perairan. b. Kawasan pemanfaatan. Kawasan ini
dapat digunakan untuk budi daya ikan,
Dengan demikian dari ketiga cara perikanan tangkap, dan pemanfaatan
pengendalian tersebut dalam satu tahun lain.
permukaan eceng gondok dapat dikurangi 1. Kawasan budi daya: Selain kondisi
seluas 167 ha. Hal ini akan meningkatkan biolimnologi yang sesuai dengan
produksi primer perairan yang terbuka baku mutu untuk perikanan,
1.670.000 m2 x 2 m x 16,9 mg = 56.446 beberapa persyaratan daerah budi
ton/tahun. daya di perairan danau antara lain

37
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.2 No.1 Mei 2010: 27 - 41

merupakan perairan yang sifatnya tertangkap dengan alat tangkap dudayaho


luas, tergenang sepanjang tahun berukuran 1,5-5,0 cm (3-5 g). Alat tangkap
dengan aksesibilitas yang cukup dudayaho dapat menangkap 10.000-20.000
mudah. Hasil identifikasi menunjukan ekor/hari, sedangkan alat tangkap
bahwa lokasi yang sesuai untuk budi dudayaho yang beroperasi di Danau Limboto
daya berada di perairan sekitar Iluta. sekitar 10-15 buah alat dudayaho, jadi sehari
Namun yang perlu diperhatikan tertangkap sekitar 200.000 ekor x 4 g =
dalam kegiatan budi daya adalah 800.000 g atau 800 kg ikan, dengan harga
pembatasan jumlah keramba sesuai ikan Rp.10.000,-/kg akan dihasilkan nilai
dengan daya dukung perairan setara produksi Rp.8.000.000. Apabila alat
dengan 1.000 unit keramba. dudayaho dan stroom dapat dihilangkan
2. Kawasan penangkapan: Meliputi maka ikan payangga dan manggabae dapat
seluruh perairan danau kecuali tumbuh membesar sampai ukuran sekitar
daerah yang dilindungi sebagai 50 dan 100 g (rata-rata 75 g). Dengan
kawasan suaka perikanan dan kelulusan hidup sekitar 60%, maka hasil
kawasan yang telah ditetapkan untuk tangkapan 800 kg/hari di atas akan menjadi
budi daya, dan jalur transportasi atau 200.000 ekor x 60% x 75 g = 90.000 kg.
pelayaran. Dengan harga ikan yang sama Rp.10.000,-
3. Kawasan pemanfaatan lain: /kg maka akan dihasilkan nilai produksi
Merupakan kawasan di mana Rp.90.000.000,-. Dengan demikian, upaya
berbagai aktivitas pemanfaatan dapat pengendalian ini akan dapat meningkatkan
dilakukan dengan tetap produksi ikan dan pendapatan nelayan
memperhatikan kaidah-kaidah sekitar 10 kali lipat dan sekaligus
kelestarian sumber daya perikanan melestarikan sumber daya ikan.
seperti pengembangan wisata dan
usaha pertanian pasang surut. 4. Revitalisasi kelembagaan nelayan dan
pembudidaya ikan
3. Revitalisasi Peraturan Daerah
Kabupaten Gorontalo Nomor 67 Tahun Pengelolaan perairan umum daratan
2000. termasuk danau akan efektif bila melibatkan
peran serta masyarakat yang tergabung
Isi peraturan daerah tersebut diatas dalam unit kelompok pengelola perikanan.
antara lain melarang penggunaan alat Dalam hal ini peran kelompok pembudidaya
tangkap yang merusak, seperti stroom dan dan nelayan dalam mengelola perikanan
Dudayaho. Bila peraturan daerah tersebut akan lebih menonjol. Pengembangan rezim
efektif diterapkan, maka akan pengelolaan perikanan secara bersama
menghasilkan peningkatan produksi ikan (fisheries comanagement) akan lebih
dan konservasi sumber daya ikan asli (ikan sesuai untuk diterapkan. Untuk itu
payangga dan manggabae). Ikan payangga kelompok-kelompok yang sudah ada perlu
yang tertangkap di Danau Limboto memiliki diaktifkan dan ditingkatkan peran sertanya.
kisaran ukuran panjang 5,2-18,2 cm dan Hal ini dimaksudkan untuk menjaga
bobot 3,1-63,1 g sedangkan ukuran panjang keberlanjutan usaha, produksi hasil
ikan manggabai 4,9-28,5 cm dan bobot 0,9- tangkapan dan budi daya ikan serta
178,1 g. Alat tangkap yang digunakan untuk kelestarian sumber daya ikan. Kelompok
menangkap kedua jenis ikan tersebut di juga dapat berperan dalam menetapkan
antaranya jaring insang (gillnet), dudayaho, harga ikan sehingga tidak tergantung pada
dan bunggo (trap). Ukuran ikan yang tengkulak.

38
Pengelolaan Sumber Daya Ikan di Danau Limboto, Gorontalo (Krismono & E.S. Kartamihardja)

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI B. Rayamajhi. 2005. Herbivory alters


competitive interactions between two
Danau Limboto sudah termasuk danau invasive aquatic plants. Biological
kritis akibat masalah sedimentasi dan Control. 33: 173-185.
eutrofikasi sehingga memerlukan langkah-
langkah penyelamatan baik secara fisik Djaenudin. 2006. Pengolahan air limbah
maupun biologis. Untuk menjamin domestik menggunakan tumbuhan
kelestarian sumber daya ikan dan perairan eceng gondok dalam sistem lahan basah
Danau Limboto diperlukan langkah-langkah buatan dengan aliran umpan kontinu.
sebagai berikut: Indonesia Symposium on Science and
Technology. Pusat Penelitian Kimia.
1. Penetapan tata ruang pemanfaatan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
sumber daya perairan danau.

2. Pengendalian eceng gondok secara fisik Eccles, D. H. 1992. Species identification


dan biologis (menggunakan ikan koan sheets for fishery porpuses. Field Guide
dengan sistem budi daya dalam keramba to the Freshwater Fishes of Tanzania.
jaring apung). FAO. Rome. VI+145 pp.

3. Revitalisasi Peraturan Daerah Haryatun. 2008. Teknik identifikasi jenis


Kabupaten Gorontalo Nomor 67 Tahun gulma dominan dan status ketersediaan
2000 tentang kelembagaan kelompok hara nitrogen, fosfor dan kalium
pembudidaya ikan dan nelayan. beberapa jenis gulma di lahan rawa
Lebak. Buletin Teknik Pertanian. 13 (1):
DAFTAR PUSTAKA 19-21.

Anonimus. 2006. Ringkasan eksekutif. Hasim. 2007. Eceng Gondok Pembersih


Kajian Ekohidrologi sebagai Dasar Polutan Logam Bobot. Dosen Biokimia
Penetapan Pengelolaan Danau Limboto dan Toxikologi. Fakultas Matematika dan
secara Terpadu. Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan Alam. Pascasarjana.
Limnologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Institut Pertanian Bogor.
Indonesia Bekerjasama dengan SKNVT.
PBPP Gorontalo. 74 pp. Hulinggi, S. M. 2005. Analisis vegetasi
tumbuhan air di perairan Danau Limboto,
Anonimus. 1991. Danau Limboto. Masalah Kabupaten Gorontalo. Skripsi.
Pengembangan dan Pemanfaatannya. Universitas Negeri Gorontalo. 47 pp.
Daerah Tingkat II, Kabupaten Gorontalo,
Sulawesi Utara. 28 pp. Ismail, G. 2006. Masterplan penyelamatan
Danau Limboto. Pemerintahan Provinsi
Badan Perencanaan Pembangunan Gorontalo dalam Seminar Penyelamatan
Nasional. 2003. Strategi dan rencana Danau Limboto. Jakarta. Tanggal 21 April
aksi keanekaragaman hayati Indonesia 2006.
2003-2020. Dokumen Nasional. 150 pp.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2006.
Center, T. D., T. K. Van, A. F. Dray, S. J. Pengelolaan Kualitas Air dan
Franks, M. T. Rabelo, P. D. Pratt, & M. Pengendalian Kerusakan Danau.

39
J. Kebijak. Perikan. Ind. Vol.2 No.1 Mei 2010: 27 - 41

Kementrian Lingkungan Hidup. 2003. Status review. FAO Fisheries Technical Paper.
Lingkungan Hidup Indonesia 2002. No.396. Rome. 185 pp.
Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.
151 pp. Pipalova, I. 2006. A review of grass carp use
for aquatic weed control and its impact
Krismono, L. P. Astuti, & Y. Sugiyanti. 2009. on water bodies. J. Aquat. Plant.
Karakteristik kualitas air Danau Limboto, Manage. 44: 1-12.
Provinsi Gorontalo. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia. 15 (1): 59-68. Pokorny, J. & J. Kvet. 2004. Aquatic plant
and lake ecosystems in the lakes.
Krismono, A. Suryandari, A. Nurfiarini, N. Handbook. Vol.1 Limnology and Limnetic
Widarmanto, Mujiyanto, L. P. Astuti, & Ecology. ed. By O’Sullivan, P. E. & C.
Y. Sugianti. 2007. Rehabilitasi dan S. Reynolds. Blackwell Publishing. 309-
konservasi sumber daya perikanan 340.
Danau Limboto. Laporan Akhir. Loka
Riset Pemacuan Stok Ikan (Tidak Rahmi, A. 1999. Pengaruh waktu pemberian
Dipublikasikan). eceng gondok dan urea tablet terhadap
kandungan N tanah, kandungan N
Lamangantjo, C. J. 1991. Bibilo dan tanaman, dan hasil padi gogo (Oryza
pengaruhnya terhadap ekosistem sativa L.). Pada Ultisols sebagai Bekas
perairan Danau Limboto. Skripsi. Ditumbuhi Alang-Alang. Fakultas
Universitas Negeri Gorontalo. 79 pp. Pertanian. Universitas Mulawarman.
Samarinda. 12 pp. (Tidak Dipublikasi).
Marson. 2006. Jenis dan peranan tumbuhan
air bagi perikanan di perairan Lebak Sarnita, A. S. 1994. Kajian tentang sumber
Lebung. BAWAL Widya Riset daya perikanan Danau Limboto,
Perikanan Tangkap. Pusat Riset Sulawesi Utara. Prosiding Seminar
Perikanan Tangkap. 1 (2): 49-52. Perikanan Air Tawar. Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar. 53-66.
Nurminem, L. 2003. Macrophyte species
competition reflecting water quality Soerjani, M. 1982. Masalah gulma di
changes in adjacent water bodies of lake Indonesia. Prosiding No.1. Seminar
Hindiidenvesi, S. W. Finland. Perikanan Perairan Umum. Badan
Ann.Bot.Fennici. 40: 199-208. Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. 33-41.
Odum, E. P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi.
Alih Bahasa Samingan. T. Edisi Ketiga. Soerjani, M. 1981. Dampak eutrofikasi
Universitas Gadjah Mada Press. perairan terhadap gulma air. Seminar
Yogyakarta. Terbatas Pengaruh Penggunaan Pupuk
dan Pestisida terhadap Lingkungan.
Penfaund, W. T. & T. T. Early. 1948. The Lembaga Ekologi. Universitas
biology of the water hyacinth. Ecologycal Padjajaran. Bandung.
Monographs. 18: 447-472.
Soerjani, M., C. Parker, S. Tjitrosemito, G.
Petr, T. 2000. Interaction between fish and E. Allen, C. K. Varshney, D. S. Mitchell,
aquatic macrophytes in inland waters a & J. V. Pancho. 1976. Aquatic weed.

40
Pengelolaan Sumber Daya Ikan di Danau Limboto, Gorontalo (Krismono & E.S. Kartamihardja)

Proceeding of Southwest Asian Lembaga Penelitian. Fakultas


Workshop on Aquatic Weed. Biotrop Peternakan. Universitas Padjajaran.
Special Publ. 1: 45 pp.
Warsa, A., Krismono, & L. P. Astuti. 2008.
Steenis, C. G. G. J. van, & F. Ruttner. 1933. Evaluasi kesesuaian habitat grass carp
Die Pteridophyten and Phanerogamen (Ctenopharyngodon idella) untuk
der Deutschen Limnologischen Sunda pengendalian eceng gondok (Eicchornia
Expedition. Archiv. Fur Hydrobiologie. crassipes) di Danau Limboto. Prosiding
Sup. BandXI. Tropische Seminar Nasional Limnologi IV. Pusat
Cinnengewasser Band III. E. Penelitian Limnologi. Lembaga Ilmu
Scheiwerbartsche Verlagbuch handlung. Pengetahuan Indonesia. 92-102.
Stuttgart.
Warsa, A., Krismono, A. Nurfiarini, & L.P.
Vass, K. P. & J. J. Schuurman. 1949. On Astuti. 2008. Danau Limboto:
the Ecology and Fisheries of Some Kepentingan ekonomi nelayan VS
Javanese Freshwater, Mededeling van kelestarian lingkungan. Prosiding
het algemeen Proefstation Voor de Seminar Nasional Tahunan V Hasil
Landbouw. No. 97. Penelitian Perikanan dan Kelautan.
Universitas Gadjah Mada dan Badan
Vaas, K. P. 1956. Ekologi dan Perikanan Riset Kelautan dan Perikanan. 12: 1-6.
dari Rawa Aopa (Sulawesi Tenggara)
Indonesia. Lembaga Penelitian Wetzel, R. G. 2001. Limnology Lake and
Perikanan Darat. Laporan. No.8. River Ecosystem Third Edition.
Academic Press. California.
Wahyono, M. H., M. Nasoetion, I.
Mangasih, & S. Sumarsih. 2006. Whitten, A. J., M. Mustafa, & G. S.
Kandungan Asam Amino dan Kecernaan Henersen. 1987. Ekologi Sulawesi.
Nutrien Eceng Gondok Terfermentasi Gadjah Mada University Press.
Aspergillus niger pada Itik Tegal. Yogyakarta.

41

Anda mungkin juga menyukai