Anda di halaman 1dari 6

PERMASALAHAN EKOSISTEM DANAU

Danau hampir menyediakan 90% air tawar permukaan di Bumi, dan berperan sebagai
pengatur siklus karbon, nitrogen, dan fosfor (Borre, 2001). Dalam sudut pandang
kehidupan manusia, danau memiliki peran penting. Di berbagai tempat, danau
digunakan sebagai sumber air bersih, irigasi lahan pertanian dan perkebunan, daerah
tujuan wisana, hingga tempat untuk melaksanakan kegiatan keagamaan. Adapun
manfaat danau bagi kehidupan manusia menurut Kementerian Lingkungan Hidup
(KLH) (2008) adalah sebagai berikut.

Sebagai sumber air baku untuk penduduk di sekitarnya


Sebagai lahan pertanian untuk penduduk yang berkebun di sempadan danau,

atau air irigasi di hilir danau


Sebagai lahan perikanan tangkap dan perikanan budidaya di danau atau pada

sungai/saluran air yang berasal dari danau


Sebagai sumber daya tenaga listrik atau PLTA, baik yang dibangun pada outlet

danau ataupun pada sungai yang keluar dari danau.


Sebagai pengendali banjir, karena menyimpan air pada saat musim hujan
Sebagai daerah tujuan pariwisata bagi penduduk di sekitarnya maupun

wisatawan domestik dari daerah lain, serta wisatawan asing


Sebagai sumber plasma nuftah. Tempat berlangsungnya siklus hidup jenis flora

dan fauna yang penting


Sebagai reservoir alam tempat penyimpanan kelebihan air yang berasal dari air

hujan, aliran permukaan, sungai-sungai atau sumber-sumber air bawah tanah


Sebagai pemelihara iklim mikro. Keberadaan ekosistem danau dapat

mempengaruhi kelembaban dan tingkat curah hujan setempat


Sebagai sarana pendidikan, rekreasi dan objek wisata

Di tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ditambah gaya hidup


industrialisasi yang semakin tinggi, dampak negatif pada kelestarian ekosistem danau
tidak dapat dihindari. Dampak tersebut tentu mewajibkan manusia untuk menemukan
solusi penanggulangannya, karena jika tidak, maka akan berdampak negatif bagi
kehidupan manusia pula.
Alih fungsi air danau yang digunakan untuk irigasi dan industri, invasi spesies
tumbuhan dan hewan di dalamnya, serta terkontaminasi oleh racun dan senyawa industri
saat ini merupakan ancaman besar bagi ekosistem danau (Borre, 2001) . Ekosistem

danau yang terdiri atas ekosistem akuatik dan ekosistem terestrial daerah tangkapan air
danau banyak menghadapai berbagai permasalahan lingkungan yang berdampak kepada
kelestariannya serta fungsinya sebagai penjaga keseimbangan ekosistem dan sumber air
bagi manusia
Menurut KLH (2008) pada daerah aliran sungai (DAS) dan daerah tangkapan air danau
(DTA), serta sempadan danau, potensi kerusakan yang dapat terjadi pada umumnya
adalah sebagai berikut.

Kerusakan lingkungan dan erosi lahan yang disebabkan oleh penebangan hutan
dan pengolahan lahan yang tidak benar, sehingga menimbulkan erosi,
sedimentasi, dan menyebabkan pendangkalan serta penyempitan danau.

Pembuangan limbah penduduk, industri, pertambangan dan pertanian yang


menyebabkan pencemaran air danau.

Berbagai aktivitas manusia yang berlangsung pada perairan danau juga berpotensi
menimbulkan kerusakan pada ekosistem danau, yaitu:

Penangkapan ikan dengan cara yang merusak sumber daya (overfishing).

Pembudidayaan ikan dengan keramba jaring apung yang tidak terkendali


sehingga berpotensi pembuangan limbah pakan ikan dan pencemaran air.

Pengambilan air danau sebagai air baku ataupun sebagai tenaga air (PLTA) yang
kurang memperhitungkan keseimbangan hidrologi danau sehingga mengubah
karakteristik permukaan air danau dan sempadan danau.

Penggunakan kawasan pinggir danau sebagai lahan perkebunan tanpa


memperhitungkan keberadaan danau dapat memicu pendangkalan danau

Berkembangnya kawasan agroindustri di sekitar danau dapat menyebabkan


pencemaran danau jika limbah yang dibuang tidak mendapatkan treatment
terlebih dahulu.

Berbagai sumber dan dampak permasalahan danau tersebut mengancam dan telah
terjadi di beberapa danau di Indonesia. Adapun kategori kerusakan yang terjadi adalah
sebagai berikut,

Pendangkalan danau
Lahan kritis pada DAS dan DTA danau telah menyebabkan pendangkalan dan
penyempitan danau. Pendangkalan danau telah terjadi pada danau dangkal
maupun danau dalam. Pada danau dangkal dampaknya sangat nyata dan
menghawatirkan karena secara perlahan status ekosistem danau berubah menjadi
rawa dan kemudian menjadi lahan daratan. Perubahan status tersebut akan
menyebabkan kehilangan nilai ekosistem yang sesungguhnya merupakan ciri
khas danau tersebut. Pendangkalan danau juga berdampak menurunnya sumber

air bersih yang digunakan dalam aktivitas manusia sehari-hari.


Pencemaran air
Pencemaran air danau umumnya disebabkan oleh limbah agroindustri yang
berada di sekitar danau dialirkan secara langsung tanpa mengalami proses
pengolahan limbah terlebih dahulu. Limbah yang masuk ke dalam perairan
danau sebagian akan diserap oleh tumbuhan air. Tumbuhan air memiliki
kemampuan terbatas untuk menyerap limbah tersebut yang mengakibatkan
sebagaian limbah lainnya akan mengendap di dasar perairan afotik. KLH (2010)
mengungkapkan
Bila sewaktu-waktu terjadi pembalikan massa air zona afotik ke
fotik, peristiwa blooming alga dapat mengancam kehidupan di
perairan Ancaman biasanya terjadi pada malam hari akibat adanya
persaingan kebutuhan oksigen antara tumbuhan dengan hewan. Bila
pembalikan massa air berasal dari kolom hypolimnion, peristiwanya
akan lebih fatal, tidak hanya di malam hari tapi juga di siang hari.
Hal ini terjadi karena massa air kolom hypolimnion selain anaerob
juga mengandung gas-gas beracun H2S (hidrogen sulfida), NH3
(amoniak), dan CH4 (methan).

Fluktuasi volume air danau


Perubahan fluktuasi muka air danau antara lain disebabkan oleh kerusakan DAS
dan DTA. Perubahan karakteristik aliran air di musim hujan dan musim kemarau
terjadi karena lahan tidak mampu menyerap dan menyimpan air hujan. DAS dan
DTA yang rusak menyebabkan fluktuasi debit air di musim hujan dan debit

sangat rendah di musim kemarau.


Kehilangan biodiversitas

Kehilangan biodiversitas adalah dampak langsung yang dapat terjadi sebagai


akibat akumulasi dari pendangkalan danau, pencemaran air, dan fluktuasi
volume air danau yang signifikan. (Borre, 2001) menyatakan bahwa apabila
ilmuan melakukan kesalahan dalam proses penyelamatan ekosistem danau dan
sekitarnya, maka banyak burung, amfibi, serangga, tumbuhan air, serta banyak
komunitas endemik laninnya akan punah.

Gambar 1: pendangkalan danau Buyan, Bali (Sumber: Nusa Bali)

Gambar 2: upaya konservasi (Sumber: Nusa Bali)

KONSERVASI EKOSISTEM DANAU


Pada dasarnya kegiatan konservasi atau penyelamatan danau menjadi tanggung jawab
seluruh lapisan masyarakat. Pemerintah dan masyarakat selayaknya melakukan
kerjasama secara terintegrasi. Dalam sudut pandang pemerintah, hendaknya pemerintah
mengeluarkan regulasi dan sanksi bagi para pelanggar peraturan. Di pihak lain
kesadaran masyarakat terhadap pentingnya peran danau dalam aktivitas manusia harus
ditanamkan dan dilaksanakan. Beberapa aktivitas yang dapat dilakukan oleh masyarakat
dalam menjaga kelestarian danau adalah sebagai berikut.

Meminimalisasi penggunaan pestisida kimia bagi masyarakat yang memiliki

lahan perkebunan di kawasan sempadan danau.


Mengurangi pembuangan limbah domestik langsung ke danau
Melakukan pembatasan pembuatan keramba apung sehingga mengurangi tingkat

pencemaran danau oleh limbah pakan ikan


Secara swadaya membersihkan tumbuhan-tumbuhan yang dapat menyebabkan
pendangkalan danau.

Menurut KLH (2010) adapun strategi umum konservasi ekosistem danau adalah sebagai
berikut,

Konservasi kualitas air


Perairan danau menampung berbagai bahan pencemaran air dari DAS dan DTA
termasuk daerah sempadan danau, yang disebut pencemaran allochthonous.
Sumber pencemarannya adalah limbah domestik, pertanian, peternakan, dan
industri. Selain itu terdapat juga sumber pencemaran air yang bersumber dari
berbagai kegiatan pada perairan danau yang disebut pencemaran autochthonous.
Autochthonous dapat bersumber dari kegiatan transportasi dan wisata air yang
menggunakan perahu bermotor dapat mencemari air danau akibat kebocoran
atau tumpahan bahan bakar dan pelumasnya. Program pengendalian pencemaran
allochthonous dilaksanakan pada DAS dan DTA serta daerah sempadan danau.
Sedangkan untuk pengendalian pencemaran autochthonous dilakukan pada
perairan danau, melalui proses pembinaan dan pelatihan tentang penertiban,
perizinan dan pengawasan.

Konservasi biodiversitas
Diperlukan program pendataan dan evaluasi spesies endemik danau, pemetaan
jenis dan wilayah perkembangbiakan spesies-spesies penting. Hasil pemetaan
tersebut dapat digunakan untuk penetapan kawasan prioritas perlindungan
khusus.

Konservasi

yang

benar

dan

pemanfaatan

yang

bijak

atas

keanekaragaman hayati danau dapat menjamin berfungsinya ekosistem secara


efektif yang pada akhirnya mampu memberi berbagai manfaat bagi manusia.

DAFTAR RUJUKAN
Borre, L. (2001). Biodiversity Conservation of the Worlds Lakes:, (July).
Tim Penyusun (2010). Pedoman Pengelolaan Ekosistem Danau. Jakarta: Kementerian
Lingkungan Hidup

Anda mungkin juga menyukai