gadis@limnologi.lipi.go.id
ABSTRAK
Danau merupakan ekosistem perairan darat yang keberadaannya sangat penting bagi
kehidupan manusia. Selain sebagai sumber air minum dan sumber air untuk keperluan sehari-
hari, danau juga dimanfaatkan sebagai sumber air baku industri, sarana transportasi air, irigasi,
pariwisata, serta sumber protein dari perikanan. Pemanfaatan yang multisektor serta adanya
aktivitas di kawasan sekitar danau menyebabkan kondisi ekosistem danau mengalami degradasi
yang semakin berat hingga saat ini. Indonesia sebagai negara yang memiliki lebih dari 840 danau
yang indah dan unik, perlu melakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan lingkungan di
ekosistem danau agar danau tetap dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia. Ada 8 strategi
yang diusulkan dalam tulisan ini sebagai alternatif solusi pengelolaan danau secara
berkelanjutan.
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang sangat besar, salah
satunya adalah ekosistem danau. Jumlah danau di Indonesia lebih dari 740 buah
dengan luas genangan lebih dari 685.700 ha. Ekosistem danau merupakan
tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya di masa kini
dan masa mendatang, karena ekosistem danau menyediakan sumberdaya alam
yang produktif baik sebagai sumber air baku untuk minum dan kebutuhan sehari-
hari, sumber protein, mineral dan energi, media transportasi, maupun sebagai
kawasan wisata.Tipologi danau di Indonesia sangat bervariasi dan sebagian besar
danau di Indonesia merupakan danau alami .
Jumlah danau di Indonesia mencapai 840 danau besar dan kecil. Di Pulau
Sumatera terdapat 170 danau dengan jumlah luas maksimum 3.700 km2, di Pulau
Kalimantan 139 danau dangan luas maksimum 1.142 km2, di Pulau Jawa dan Bali
sebanyak 31 danau luas total 62 km2, di Pulau Sulawesi ada 30 danau dengan luas
1.599 km2, dan di Pulau Papua ada 127 danau dengan luas lebih dari 600 km2
(Giesen, 1991). Berdasarkan informasi tersebut diketahui bahwa Sumatera
memiliki paling banyak danau dan Sulawesi memiliki luas rata-rata danau yang
paling besar. Sumatera memiliki danau yang terbesar yaitu Danau Toba dengan
luas badan air hampir 1.200 km2, kedalaman maksimum yang diukur pada tahun
2002 adalah 505 m (529 m pada tahun 1933) dengan permukaan air danau pada
902,5 m di atas permukaan laut (Haryani & Hehanussa, 2002).
Banyak danau di Sumatera merupakan danau tektonik dan volkano-
tektonik dengan kolom air yang oligotrofik dengan kedalaman besar, tebing dasar
danau yang curam dan dasar yang rata seperti terlihat di Danau Toba, Singkarak,
dan Maninjau. Di Sulawesi juga dijumpai sejumlah danau tektonik dengan sifat
badan air oligotrofik, tebing sekeliling danau dan dinding dasar danau yang curam
seperti Danau Matano, Towuti, Poso, dan Lindu. Sejumlah danau di Papua juga
memperlihatkan dasar danau yang curam seperti di Danau Sentani dan Paniai
meski dengan kedalaman yang tidak terlalu besar. Di Pulau Kalimantan pada
umumnya danau dangkal dan tidak terkait dengan gerak tektonik. Anomali yang
terlihat di Jawa karena tidak ada danau besar. Pulau Bali memiliki empat danau
yang unik karena tidak ada aliran sungai yang mengalir keluar, sedang di Lombok
terdapat Danau Segara Anak pada lereng Gunung Rinjani dengan kedalaman
200m.
Pembangunan yang merupakan proses perubahan untuk meningkatkan taraf
hidup manusia, juga tidak terlepas dari aktivitas pemanfaatan sumberdaya alam
seperti ekosistem danau. Aktivitas ini sering menyebabkan perubahan-perubahan
yang berdampak terhadap ketersediaan sumberdaya alam dan memberikan
pengaruh pada kualitas lingkungan hidup. Makin tinggi laju pembangunan, makin
tinggi pula tingkat pemanfaatan sumberdaya alam dan semakin besar pula
perubahan yang terjadi pada lingkungan hidup. Eksploitasi danau sebagai
sumberdaya alam yang tidak disertai kearifan menimbulkan berbagai masalah
besar, seperti kerusakan sumberdaya alam, hilangnya sumberdaya dan timbulnya
berbagai limbah, yang berakibat pada penurunan kualitas lingkungan hidup.
Di Indonesia, seperti halnya di negara-negara lain di dunia, pemanfaatan
ekosistem danau semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang
saat ini sudah mencapai 250 juta orang. Hal ini akan mendorong meningkatnya
permintaan terhadap kebutuhan sumberdaya dan jasa lingkungan. Selain itu,
pemanfaatan, danau di Indonesia bersifat multistakeholders dan ekosistem danau
sebagian besar melintasi batas administrasi pemerintahan. Hal ini mengakibatkan
PEMANFAATAN DANAU
Pemanfaatan air danau di Indonesia sangat beragam di antaranya adalah
sebagai sumber energi khususnya energi listrik yang telah dilakukan di beberapa
danau seperti yang ditampilkan di tabel 2 di bawah ini.
danau baik di ekosistem daerah tangkapan air (DTA) danau, badan air, maupun di
daerah sempadan danau.
Dampak yang terlihat adalah turunnya kualitas fisik dan kimiawi air, dan
turunnya kemampuan daya dukung ekosistem untuk mendukung produktivitas
perairan. Minimal, teridentifikasi empat dampak limnologis akibat terlampauinya
daya dukung ekosistem danau yaitu:
Gambar 1. Satuan wilayah sungai (WS) sebagai unit pengelolaan danau / reservoir
Rencana pengelolaan sebuah danau atau reservoir tidak patut hanya terbatas
pada badan air danau atau reservoir itu saja tetapi harus memasukkan daratan
yang mengapitnya baik di hulu maupun di hilir. Satuan pengelolaan yang dapat
dipakai ialah sebuah Wilayah Sungai (WS) sebagaimana yang ditetapkan dalam
Undang-Undang No. 7/2004 tentang Sumber Daya Air. Pemikiran yang melandasi
penetapan satuan itu ialah kesepakatan untuk melaksanakan manajemen
konjungtif (conjunctive management) antara air permukaan dan air tanah termasuk
air hujan, kedalam satu kesatuan pengelolaan. Wilayah Sungai (WS) adalah satu
kesatuan wilayah, terdiri dari satu atau gabungan beberapa DAS, yang disusun
dalam satu rencana pengelolaan. Sebuah DAS dimana danau atau reservoir itu
berada (dalam membentuk WS itu), diperlakukan sebagai bagian dari rencana
keseluruhan pengelolaan WS. Pengelolaan DAS dapat dirinci kedalam satuan
wilayah yang lebih kecil yaitu pengelolaan di Sub-DAS daerah sebelah hulu
danau dan di Sub-DAS hilir danau. Lebih terinci pengelolaan di sebuah danau
dapat dibedakan menjadi (1) manajemen kegiatan di sekeliling, di tepi, dan di
pantai/sempadan danau; (2) manajemen badan air danau secara keseluruhan; dan
(3) kegiatan yang terkait dengan manajemen kualitas air danau.
disekitarnya serta manusia sebagai bagian dari ekosistem. Hal ini juga untuk
mengakomodir semua kepentingan terhadap keberadaan dan fungsi ekosistem
danau secara harmonis. Ekosistem danau sangat erat kaitannya dengan ekosistem
alam di sekitarnya karena daerah disekitar danau merupakan daerah tangkapan air
yang berfungsi sebagai pengumpul air yang merupakan sumber air danau.
Keterkaitan antara badan air danau dengan lingkungan sekitarnya termasuk daerah
tangkapan air demikian eratnya sehingga gangguan pada suatu ekosistem akan
berdampak negatif pada ekosistem lainnya, demikian pula terhadap flora, fauna
serta masyarakat yang ada di sekitarnya yang menjadi bagian dari ekosistem. Oleh
karena itu danau sebagai unit ekologis tidak dapat dipisahkan pengelolaannya
berdasarkan batasan administratif serta diperlukan satu dasar pengetahuan yang
komprehensif untuk dapat mengelola danau secara baik dan benar sehingga
pemanfaatan danau dapat berlangsung secara berkelanjutan.
Strategi keenam, membangun sistem informasi serta basis dan asimilasi data
danau yang diperkuat dengan pembangunan sistem online monitoring kondisi
kualitas dan kuantitas air danau sebagai bagian dari sistem peringatan dini
terhadap perubahan lingkungan ekosistem danau. Dengan adanya sistem ini akan
mempercepat kesiapan dalam mengantisipasi kemungkinan bencana yang akan
terjadi di danau. Selain itu adanya basis data danau yang akurat yang mutakhir
mempermudah dan mengefektifkan pengelolaan yang tepat sasaran.
Strategi ketujuh, peningkatan pemahaman dan persepsi menyeluruh oleh
pemangku kepentingan serta pemberdayaan dan peningkatan peran serta
masyarakat, sehingga semua fihak terutama pemerintah daerah dan masyarakat
sekitar danau sebagai bagian independen dapat menjadi penentu yang efektif
dalam pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem danau berkelanjutan untuk
kesejahteraan masyarakat dengan memperkuat kearifan lokal seperti halnya
upacara meopudi di danau Matano, Sulawesi Selatan.
Strategi kedelapan, perlu dibentuk kelembagaan dan mekanisme koordinasi
sebagai pengelola danau di tingkat daerah dan nasional yang mengkoordinir
kepentingan seluruh pihak terkait dalam pengkajian, monitoring, supervisi
pengelolaan ekosistem danau dan perubahan iklim. Lembaga ini bersifat
independen namun mempunyai otoritas dan kewenangan dalam mengakses
PENUTUP
Sebagai penutup dari keseluruhan bahasan di atas, dapat dicatat bahwa ada
beberapa hal penting untuk menyelaraskan pemanfaatan kawasan sumberdaya
ekosistem danau dengan pembangunan berkelanjutan yang sejalan dengan
keberlanjutan ekologi.
Yang pertama adalah adanya perhatian yang mulai terbangun terhadap
pengelolaan ekosistem danau oleh berbagai pihak yang tercermin dari adanya
kesepakatan Penyelamatan Danau di Indonesia, sesuatu yang patut dijaga bersama
dan menjadi program yang berkesinambungan sehingga keberadaan danau di
Indonesia dapat tetap lestari.
Upaya penyelamatan danau di Indonesia yang telah disepakati bersama
sebaiknya segera diterapkan secara simultan dan terintegrasi antar lembaga terkait
pada saat yang bersamaan di satu danau tertentu misalnya danau Toba yang
merupakan danau yang terbesar di Asia Tenggara. Danau Toba dimanfaatkan
untuk berbagai kepentingan yang terkait dengan 9 instansi yang telah bersepakat
sehingga akan lebih terlihat hasil aksi penyelamatan danau bila ke 9 instansi
bersama-sama pemerintah Daerah Pusat dan pemerintah Kabupaten beserta
masyarakat melakukan kegiatan di lokasi tsb.
Yang kedua adalah perlunya perhatian yang lebih khusus dalam bentuk
perencanaan yang matang dalam pemanfaatan ekosistem danau yang kondisinya
masih sangat alamiah, belum terkena dampak negatif aktivitas pembangunan
(pristine) seperti Danau Tolire di Ternate, dan Danau Paniai di Enarotali, Provinsi
Papua, untuk mencegah terjadinya degradasi lingkungan dan penurunan jasa
ekosistem di sejumlah danau tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Giesen, 1991. Indonesian Major Freshwater Lakes: A Review of Current
Knowledge, Delevopment Processes and Threats, Conservation and
Management of Tropical Inland Water Problems, Hongkong.
Haryani Gadis Sri, 2013. Danau Sebagai Dasar Pijak Pengelolaan Sumber Daya
Ikan Air Tawar Berkelanjutan. Naskah Orasi Pengukuhan Profesor Riset.
LIPI. 57 hal.
Haryani G.S. and P.E. Hehanussa, 1997, Preliminary Ecotone Studies of Two
Tectonic Lakes in Sulawesi island, Its Relevance to Lake Management
Planning. Proceedings of Workshop on Ecological Approach for Lake and
Reservoir Management in Indonesia, UNESCO-IHP-LIPI-PU, Bali,
Indonesia.Limnologi-LIPI. Bogor.Hal: xiii-xxvi.
Haryani Gadis Sri & P.E. Hehanussa, 1999. Pendekatan Ekohidrologi, Paradigma
Baru Implementasi Penataan Ruang Untuk Pengelolaan Danau dan Waduk.
Prosiding Semiloka nasional Pengelolaan dan Pemanfaatan Danau dan
Waduk. PPLH-LP, IPB. Hal: IX-1-IX-7.
Haryani, Gadis Sri dan P.E. Hehanussa, 2002. Masalah, Tantangan, dan Kendala
Pengelolaan Danau di Indonesia. dalam Peluang dan Tantangan Pengelolaan
Sumberdaya Air di Indonesia. Sutopo P.N., Seno Adi, Bambang Setiadi
(editor). P3-TPSLK BPPT & HSF, Jakarta. 183-211.
Hehanussa, P.E. dan G.S. Haryani. 2009. Klasifikasi Morfogenesis Danau di
Indonesia untuk Mitigasi Dampak Perubahan Iklim. Prosiding Konferensi
Nasional Danau Indonesia I, Bali, 13-15 Agustus 2009. Hal.290-302.
Jeppesen, E., Meerhoff, M., Jakobsen, B.A., Hansen, R.S., Sndergaard, M.,
Jensen, J.P., Lauridsen, T.L., Mazzeo, N., Branco, C. 2007. Restoration of
shallow lakes by nutrient control and biomanipulation. the successful
strategy varies with lake size and climate. Hydrobiologia 581(1): 269-285.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012. Statistik Kelautan dan Perikanan
2011. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Republik Indonesia. Jakarta.
272 hal.
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, 2012. Grand Design
Penyelamatan Ekosistem Danau Indonesia. 72 hal.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup RI, 2008. Pedoman Pengelolaan
Ekosistem Danau. Jakarta. 119 hal.
Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah, 2004. Strategi Nasional
dan Rencana Aksi Pengelolaan Lahan Basah Indonesia. Jakarta.
Kementerian Lingkungan Hidup. 153 hal.
Ludwig F & M. Moench. 2009. The Impact of climate change on Water dalam
Climate change adaptation in the water sector. Eds. Ludwig, Pavel Kabat,
Henk van Schaik & Michael van der Valk.. 274 p.
Lukman, 2012. Konsep Pengelolaan Perikanan Sidat di Perairan Poso Sulawesi
Tengah. Timbangan Ilmiah. Pusat Penelitian Limnologi-LIPI. 48 hal.
Soerjani, M.2005. Ilmu Lingkungan sebagai Pendukung Pembangunan. Dalam
Air Untuk Pembangunan Berkelanjutan. Editor: Hehanussa et al.). Jakarta:
LIPI Press. 113 hal.
Vincent, W.F. 2009. Effects of Climate change on Lakes. Elsevier Inc. 55-60 p.