Anda di halaman 1dari 3

Perlindungan dan Pelestarian Sumber Air tentang

Daerah Aliran Sungai


oleh : Muhammad Anugerah (0906553274)

Wilayah Propinsi Sumatera Selatan mencakup areal seluas 109.254 kilometer


persegi. Pada tahun 1990 tata guna lahan di wilayah Propinsi Sumatera Selatan
meliputi areal hutan seluas 37.583 kilometer persegi atau 34,4 persen, areal semak
belukar seluas 23.490 kilometer persegi atau 21,5 persen, areal padang rumput seluas
11.253 kilometer persegi atau 10,3 persen, areal ladang seluas 15.296 kilometer
persegi atau 14,0 persen, areal dataran tinggi seluas 4.916 kilometer persegi atau 4,5
persen, areal sawah seluas 4.370 kilometer persegi atau 4,0 persen, areal per- kebunan
seluas 4.261 kilometer persegi atau 3,9 persen, areal perairan darat seluas 1.093
kilometer persegi atau 1,0 persen, areal 273 permukiman seluas 4.589 kilometer
persegi atau 4,2 persen, dan untuk budi daya lainnya seluas 2.404 kilometer persegi
atau 2,2 persen dari seluruh luas wilayah.

Propinsi Sumatera Selatan merupakan wilayah daratan dan kepulauan yang


pada beberapa bagian terdiri atas rawa dan payau yang dipengaruhi oleh pasang surut
air laut serta daerah pegunungan, dan berada pada ketinggian antara 0-1.200 meter di
atas permukaan laut. Wilayah ini memiliki perairan umum berupa sungai. Iklim
daerah Sumatera Selatan termasuk tropis basah, dengan curah hujan beragam antara
1.500-3.200 milimeter per tahun. Suhu udara beragam antara 21,5° Celsius-32,7°
Celsius.Wilayah Sumatera Selatan mempunyai beberapa kawasan yangrawan
terhadap bencana banjir.Lahan di Propinsi Sumatera Selatan sebagian besar telah
dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian, hutan produksi, dan pertambangan. Selain itu,
sumber daya lainnya yang dimiliki adalah minyak dan gas bumi dan bahan galian
golongan C yang potensial untuk dikembangkan.

Pada tahun 1990 penduduk Propinsi Sumatera Selatan berjumlah 6.344.300


jiwa, dengan kepadatan penduduk 58 jiwa perkilometer persegi. Daerah tingkat II
yang terpadat penduduknya adalah Kotamadya Palembang dengan kepadatan 5.138
jiiva per kilometer persegi, sedangkan yang terendah adalah KabupatenMusi Rawas
dengan kepadatan 24 jiwa per kilometer persegi. Penduduk yang tinggal di kawasan
perkotaan berjumlah 1.837.785 jiwa atau 29,3 persen dari jumlah penduduk Propinsi
Sumatera Selatan. Jumlah penduduk perkotaan mengalami peningkatan yang cukup
berarti dengan rata-rata laju pertumbuhan antara tahun 1971 dan 1990 sebesar 3,66
persen per tahun. Secara administratif Daerah Tingkat I Sumatera Selatan terdiri atas
8 kabupaten daerah tingkat II, yaitu Kabupaten Ogan Kome-ring Ulu, Ogan Komering
Ilir, Musi Rawas, Bangka, Belitung, Muara Enim, Lahat, Musi Banyuasin, dan 2
kotamadya daerah tingkat II, yaitu Kotamadya Palembang sebagai ibukota propinsi
dan Pangkal Pinang. Dalam wilayah Daerah Tingkat I Sumatera Selatan
terdapatempat kota administratif, yaitu Kota Administratif Prabumulih, Baturaja,
Lubuk Linggau, dan Pagar Alam, 101 wilayah kecamatan,serta 2.606 desa dan
kelurahan.
Jumlah populasi manusia yang ada beriringan dengan aktivitas dan
pemanfaatan yang tidak diiringi dengan perlindungan dan pelestarian sumber air yang
ada pada daerah aliran sungai. Maka dari itu menyebabkan permasalahan yang
muncul yaitu DAS kritis yang terdapat di DAS Musi (sebagian DAS-nya terletak di
Provinsi Bengkulu). Mengakibatkan kurangnya kemampuan DAS untuk menyimpan
air di musim kemarau sehingga besaran dan frekuensi banjir semakin meningkat,
begitu juga sedimentasi dan pendangkalan di waduk dan sungai.

SUNGAI
Terdapat 40 sungai dan alur alami yang masuk ke dalam Danau Ranau,
sedangkan outletnya yaitu Sungai Komering, Sungai Way Rekuk sepanjang 26 Km,
merupakan sungai terpanjang yang masuk ke danau di daerah Kotabatu. Sungai-
sungai utama lainnya yang masuk ke Danau Ranau yaitu : Sungai Sebarak dan Sungai
Kang- kung dari sisi Utara, Sungai Sebakau dan Sungai Upang dari sisi Se- latan,
serta Sungai Segaroh dari sisi Barat Laut. Vegetasi perairan Danau Ranau, terdapat
berbagai jenis tumbuhan yang paling dominan dan hidup terapung di atas permukaan
air antara lain enceng gondok dan rumput laut, sedangkan di tepi danau banyak
terdapat semak belukar. Jenis ikan yang hidup di perairan danau dan yang paling
dominan adalah ikan mujair dan ikan salam.
Berdasarkan Permen PU No.11A Tahun 2006, Wilayah kerja Balai Wilayah
Sungai Sumatera VIII mencakup 3 (tiga) Wilayah Sungai (WS) yaitu WS Musi, WS
Banyuasin, dan WS Sugihan. Wilayah sungai yang dikelola Pemerintah Pusat,
pelaksanaan pengelolaannya berada pada Balai Wilayah Sungai Sumatera II adalah
WS Musi, WS Banyuasin, WS Sugihan, WS Pulau Bangka dan WS Pulau Belitung.
Danau Ranau terletak di dua provinsi yaitu sebagian besar masuk wilayah
Provinsi Sumatera Selatan dan sebagian kecil masuk wilayah Provinsi Lampung.
Sebagian besar wilayah Danau terletak di Kab. Ogan Komering Ulu Selatan posisi
4°51′45″bujur selatan dan 103°55′50″bujur timur dengan elevasi 550 m dpl. Fungsi
dan manfaat antara lain untuk perikanan, jalur transportasi, wisata, pertanian, air baku,
dan pembangkit tenaga listrik.Luas Danau Ranau sekitar 11.250 Ha, kedalaman
maksimum 220 m, luas muka air 127 Km², kapasitas tampung efektif 254 juta m³, ele-
vasi muka air tertinggi 543 m, normal 542.5 m, rendah 540.5 m dan debit banjir 1000
tahunan sebesar 1.767 m³/dt. DAS Danau Ranau seluas 508 Km² pada outletnya di
Sungai Silabung merupakan awal dari Sungai Komering. Sungai Silabung mempunyai
debit rerata tahunan sebesar 18.5 m³/d

PEMANFAATAN
Pemanfaatan daerah aliran sungai (DAS) Provinsi Sumatera Selatan salah
satunya ialah pada sektor irigasi. Berikut adalah daerah irigasi Provinsi Sumatera
Selatan menurut Kepmen PU 390/KPTS/M/2007 tentangPenetapan status daerah
irigasi yang pengelolaannya menjadi Wewenang dan tanggung jawab
pemerintah,pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota:
Langkah-langkah Provinsi Sumatera Selatan dalam perlindungan dan
pelestarian sumber air dan daerah aliran sungai (DAS) didorong oleh beberapa
peristiwa yang sering menyebabkan kerugian akibat pengelolaan DAS yang kurang
baik,seperti fenomena bencana alam banjir dan tanah longsor selalu menjadi topik
hangat di Sumatera Selatan. Selain faktor alam yang berperan seperti curah hujan
yang cukup tinggi pada bulan Januari dan Februari, aspek pengelolaan DAS yang
kurang bijaksana menyumbang andil yang cukup banyak atas terjadinya bencana alam
tersebut. Kurangnya pengetahuan masyarakat akan definisi Daerah Aliran Sungai
(DAS) membuat masyarakat salah kaprah dalam memandang DAS. Selama ini DAS
dianggap hanyalah tanggungjawab satu pihak saja, seperti kehutanan. Padahal pada
hakikatnya seluruh daratan di muka bumi ini terbagi habis atas DAS. sehingga dalam
pengelolaannya suatu DAS harus dilakukan secara terpadu dan menyeluruh oleh
semua sektor. Untuk itu, diperlukan suatu wadah yang dapat menjembatani seluruh
sektor yang terlibat dalam pengelolaan DAS yaitu melalui pembentukan Forum
DAS. Forum DAS ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dan
rekomendasi terhadap seluruh sektor sehingga dapat terwujud "integrated program"
dalam DAS. Perjuangan dalam membentuk Forum DAS di Provinsi Sumatera Selatan
sudah dirintis oleh BPDAS Musi sebagai fasilitator sejak Tahun 2007. Berbagai
kendala yang ditemui mengakibatkan proses tersebut sempat terhenti (vacum). Namun
hal tersebut tidak serta merta melunturkan semangat untuk terus menginisiasi
terbentuknya Forum DAS di Provinsi Sumatera Selatan.
Selain itu kontribusi industri terhadap pemanfaatan sumber daya air dan
pencemaran yang ditimbulkan oleh seluruh aktivitas yang dilakukan, sudah
sepantasnya ikut turut serta dalam pelestarian DAS,seperti yang telah dilakukan oleh
perusahaan PT.Bukit Asam yang melakukan rehabilitasi daerah aliran sungai 3660
hektare, dimana diantaranya 2770 hektare DAS Muara Enim, 590 hektare di
kabupaten Lahat dan 300 hektare di kabupaten Musi Banyuasin. Upaya ini juga
diharapkan bisa diikuti oleh perusahaan-perusahaan lain yang terdapat di Provinsi
Sumatera Selatan.

Anda mungkin juga menyukai