BAB 1
EVALUASI DAN PENGEMBANGAN IPA CIBINONG
Universitas Indonesia
2
Periode Perencanaan
Periode perencanaan merupakan jangka waktu yang diberikan kepada
instalasi pengolahan untuk dapat melayani kebutuhan air masyarakat di wilayah
perencanaan. Periode perencanaan instalasi pengolahan air minum pada umumnya
adalah 20-25 tahun. Pada perencanaan ini ditetapkan 20 tahun sebagai periode
perencanaan. Periode perencanaan ini diambil dengan pertimbangan bahwa
perkembangan penduduk di masa mendatang hanya dapat diprediksi dengan baik
untuk periode 20 tahun. Apabila periode perencanaan dilakukan melebihi 20 tahun
maka dikhawatirkan keadaan perkembangan penduduk di masa mendatang justru
sangat berbeda dari apa yang telah diprediksi.
Proyeksi Jumlah Penduduk
Prediksi jumlah penduduk di masa yang akan datang sangat penting
dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum di masa yang akan datang.
Prediksi ini didasarkan pada laju perkembangan kota dan kecenderungannya,
arahan tata guna lahan serta ketersediaan lahan untuk menampung perkembangan
jumlah penduduk.
Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk masa
lampau, maka metode statistik merupakan metode yang paling mendekati untuk
memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa
mendatang yaitu :
Aritmatika
Geometrik
Linear
Eksponensial
Universitas Indonesia
3
Logaritmik
Metode Aritmatika
Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode ini
digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif
sama tiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat
pertumbuhan ekonomi kota rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat.
Rumus metode ini adalah :
Dengan:
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n
P0 = jumlah penduduk awal
r = jumlah pertambahan penduduk tiap tahun
Tn = tahun yang diproyeksi
T0 = tahun awal
P1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)
P2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)
Metode Geometrik
Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data
jumlah penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu.
Rumus metode geometrik :
Dengan:
Pn = jumlah penduduk tahun yang diproyeksi
P0 = jumlah penduduk tahun awal
r = rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun
n = jangka waktu
Metode Regresi Linear
Metode regresi linear dilakukan dengan menggunakan persamaan :
Universitas Indonesia
4
Metode Eksponensial
Metode eksponensial dilakukan dengan menggunakan persamaan :
Metode Logaritmik
Metode logaritmik dilakukan dengan menggunakan persamaan :
Universitas Indonesia
5
Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan nilai standar deviasi
terendah dan koefisien korelasi paling besar. Pola perkembangan kota sesuai
dengan fungsi kota di masa mendatang juga dijadikan acuan dalam menentukan
metode proyeksi. Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan
kecenderungan pertambahan penduduk di masa mendatang.
Pemilihan Proyeksi Jumlah Penduduk
Dengan menggunakan lima metode yang telah dijelaskan sebelumnya
maka diperoleh hasil proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2023 yang
ditunjukkan oleh Tabel 1.
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Universitas Indonesia
8
60 : 40.
RTRW Kabupaten X menyebutkan bahwa luas lahan yang digunakan
sebagai acuan dalam proyeksi penduduk adalah lahan dengan persyaratan sesuai
untuk kegiatan perkotaan. Lahan ini tidak meliputi wilayah air permukaan, lahan-
lahan kritis serta lahan-lahan dengan kemiringan lebih dari 15%. Jadi, lahan yang
ditinjau tidak seluruh luas lahan secara administratif.
Menurut data dari RTRW Kab. X, lahan perkotaan di daerah X memiliki
luas sebesar 31.11 km2. Berdasarkan luas ini maka lahan yang dapat digunakan
sebagai perumahan adalah 18.67 km2. Dengan menggunakan asumsi yang telah
ditetapkan oleh RTRW Kabupaten X maka :
Total luas lahan yang dapat digunakan untuk setiap tipe rumah.
Total rumah yang ada di lahan perkotaan adalah 243748 rumah. Dengan
asumsi jumlah jiwa per umpi adalah 4 orang maka total penduduk maksimal yang
dapat ditampung oleh wilayah perencanaan adalah 974992 jiwa.
Berdasarkan hasil analisa regresi, jumlah penduduk pada akhir periode
perencanaan adalah 384996 jiwa. Jumlah penduduk ini tidak melebihi jumlah
penduduk maksimal yang dapat ditampung oleh wilayah perkotaan daerah
perencanaan berdasarkan RTRW sehingga hasil proyeksi dengan menggunakan
analisa regresi eksponensial dapat digunakan. Pola pertumbuhan penduduk yang
mengikuti pola eksponensial yaitu peningkatan jumlah penduduk yang sangat
Universitas Indonesia
9
Fasilitas Pendidikan
Secara umum fasilitas pendidikan telah mencukupi kebutuhan dan
penyebarannya cukup merata karena semua desa telah memiliki SD. Penambahan
SD tidak diprioritaskan karena pemenuhan kebutuhan akan SD diperkirakan
masih dapat ditampung dengan meningkatkan jumlah ruang di SD yang sudah
ada. Jumlah fasilitas TK, SLTP dan SMU harus ditingkatkan. Dengan
peningkatan jumlah penduduk maka diperkirakan pada 10 tahun mendatang akan
dibangun sebuah perguruan tinggi skala kecil karena wilayah ini tidak dijadikan
sebagai pusat pendidikan. Hasil proyeksi fasilitas pendidikan ditunjukkan
olehTabel 3.
Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan sudah cukup menyebar dan memenuhi kebutuhan.
Universitas Indonesia
10
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas ini dikembangkan dengan pertimbangan utama tingkat
pelayanan yang maksimal dengan mendekati daerah perumahan penduduk.
Fasilitas yang ada belum mencukupi terutama balai pengobatan dan apotek.
Rumah sakit perlu dibangun karena jumlah penduduk telah melebihi 150000 jiwa.
Hasil proyeksi fasilitas kesehatan ditunjukkan olehTabel 5.
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Fasilitas Olahraga
Kondisi eksisting belum mencukupi kebutuhan karena sarana yang ada
tidak dapat menampung aktivitas penduduk. Direncanakan akan dibangun sebuah
GOR. Hasil proyeksi fasilitas olahraga ditunjukkan oleh Tabel 8.
Kegiatan Industri
Pola pengembangan kegiatan industri didasarkan kepada fungsi
Kecamatan X sebagai kota satelit dan pusat kegiatan industri terutama industri
tekstil. Hal ini menyebabkan akan terjadi peningkatan kegiatan industri baik
besar, sedang maupun kecil/rumah tangga. Peningkatan ini diiringi pula dengan
peningkatan jumlah tenaga kerja. Hasil proyeksi kegiatan industri ditunjukkan
oleh Tabel 9.
Tabel 9. Proyeksi Kegiatan Industri di Kecamatan X
Universitas Indonesia
13
Tabel 10. Standar Kebutuhan Air Minum (PU Cipta Karya, 1998)
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
15
Universitas Indonesia
16
Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah hidran yang digunakan untuk mengambil air
jika terjadi kebakaran. Menurut Al-Layla, kebutuhan air untuk hidran kebakaran
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Universitas Indonesia
17
Dengan:
Q = debit kebutuhan (L/menit)
P = populasi dalam ribuan
Pada perencanaan ini ditentukan bahwa kebutuhan air untuk hidran
kebakaran adalah 10 % dari total kebutuhan air.
Tata Kota
Kebutuhan air untuk tata kota meliputi kebutuhan air bagi pemeliharaan
taman-taman di wilayah perencanaan. Jumlah air yang disediakan adalah 5% dari
total kebutuhan air.
Universitas Indonesia
18
Tingkat Pelayanan
Periode perencanaan selama 20 tahun terbagi menjadi dua tahap dan
setiap tahap berlangsung selama 10 tahun. Tingkat pelayanan air minum di setiap
tahap berbeda-beda dan di setiap tahap terjadi peningkatan pelayanan. Kondisi
topografi dan tingkat kepadatan penduduk yang berada di wilayah perencanaan
menyebabkan keterbatasan dalam pelayanan penyediaan air minum. Berdasarkan
faktor-faktor yang menentukan daerah pelayanan maka tingkat pelayanan tiap
tahap perencanaan adalah sebagai berikut :
Tahap I (2004-2013) : 40 %
Tahap II (2014-2023) : 50 %
Universitas Indonesia
19
mencukupi untuk mengatasi kebutuhan air saat hari maksimum maupun pada jam
puncak. Data fluktuasi pemakaian air bersih juga dapat digunakan untuk
menghitung kapasitas dari bak penampung atau reservoir.
Fluktuasi pemakaian ini dapat dibedakan menjadi dua (2) jenis yaitu
fluktuasi pemakaian pada waktu hari maksimum dan pada saat jam puncak.
Fluktuasi pemakaian air bersih di tiap daerah dapat berbeda-beda dipengaruhi oleh
beberapa hal. Diantaranya adalah:
Kebiasaan konsumen dalam penggunaan air.
Tingkat sosial ekonomi di daerah pelayanan.
Untuk menghitung kebutuhan air bersih, diperlukan pula angka faktor
pengali tertentu yaitu faktor maksimum harian (fm) dan faktor jam puncak (fp)
sehingga akan diperoleh kebutuhan air maksimum dan kebutuhan air puncak.
Faktor Hari Maksimum (fm)
Yang dimaksud dalam fluktuasi hari maksimum adalah fluktuasi yang
dapat terjadi dari hari ke hari yang bervariasi namun terdapat satu hari dimana
pemakaian air lebih besar dibanding hari lainnya dalam satu tahun tadi.
Kebutuhan air maksimum harian dihitung dari kebutuhan rata-rata dikalikan
dengan faktor maksimum harian. Faktor ini merupakan perbandingan antara
pemakaian pada hari terbesar dengan pemakaian air rata-rata selama satu tahun.
Besarnya kebutuhan air pada hari maksimum dapat dipengaruhi oleh:
Tingkat ekonomi dan kondisi sosial budaya. Tingkat ekonomi
masyarakat berpengaruh terhadap pola penggunaan air. Semakin tinggi tingkat
ekonomi masyarakat maka pemakaian air juga akan bertambah besar dan semakin
beragam tingkat sosial budaya masyarakat begitu pula dengan pemakaian airnya
yang menjadi semakin besar.
Iklim. Iklim akan berpengaruh terhadap fluktuasi pemakaian air. Seperti
pada umumnya daerah di Indonesia, Kota X juga dipengaruhi oleh dua musim dan
perbedaan temperatur yang tidak terlalu besar. Namun demikian tetap terdapat
perbedaan pola penggunaan air diantara kedua musim tersebut dimana pada
musim kemarau terjadi kecenderungan pemakaian air yang lebih besar daripada
musim hujan.
Faktor Jam Puncak (fp)
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
Perhitungan
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
Fasilitas Peribadatan
Kebutuhan air untuk fasilitas peribadatan ditentukan dengan
menggunakan standar kebutuhan setiap tempat peribadatan yaitu :
Mesjid: 1500 L/unit/hari
Mushala: 750 L/unit/hari
Gereja: 500 L/unit/hari
Pura: 200 L/unit/hari
Vihara: 200 L/unit/hari
Pesantren: 5000 L/unit/hari
Perhitungan kebutuhan air fasilitas peribadatan diberikan oleh Tabel 7.
Tabel 7. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Fasilitas Peribadatan
Fasilitas Kesehatan
Kebutuhan air untuk fasilitas kesehatan ditentukan dengan menggunakan
standar kebutuhan setiap fasilitas kesehatan yaitu :
Rumah sakit: 200 L/tempat tidur/hari
Pukesmas: 2000 L/unit/hari
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
27
Fasilitas Olahraga
Kebutuhan air untuk fasilitas olahraga ditentukan dengan menggunakan
standar kebutuhan setiap fasilitas olahraga yaitu :
Universitas Indonesia
28
Kegiatan Industri
Kebutuhan air untuk kegiatan industri ditentukan dengan menggunakan
standar kebutuhan setiap kegiatan indutri yaitu :
Industri besar dan sedang: 10 L/pegawai/hari
Industri rumah tangga: 10 L/pegawai/hari
Perhitungan kebutuhan air kegiatan industri diberikan oleh Tabel 12.
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia