Anda di halaman 1dari 29

1

BAB 1
EVALUASI DAN PENGEMBANGAN IPA CIBINONG

Kebutuhan air minum masyarakat kabupaten bogor,


1.1 Proyeksi kebutuhan air
Kebutuhan air semakin bertambah seiring pertambahan jumlah penduduk
dan aktivitas manusia yang semakin kompleks. Untuk memenuhi kebutuhan air
yang semakin bertambah, kapasitas unit pengolahan air minum perlu ditingkatkan.
Peningkatan kebutuhan air diketahui dengan melakukan proyeksi kebutuhan air
dimana sebelumnya perlu dilakukan proyeksi jumlah penduduk masyarakat derah
layanan IPA Cibinong.
1.1.1 Proyeksi penduduk Kabupaten Bogor
Penduduk kabupaten

Dalam merencanakan instalasi pengolahan air minum diperlukan


informasi mengenai kebutuhan air minum di wilayah perencanaan. Kebutuhan air
minum sangat ditentukan oleh kondisi wilayah perencanaan, pertambahan jumlah
penduduk dan tingkat sosial ekonomi penduduk yang mempengaruhi pola
pemakaian air.
Penentuan kebutuhan air minum didasarkan pada beberapa hal yaitu :
Daerah pelayanan
Periode perencanaan
Proyeksi jumlah penduduk, fasilitas umum dan fasilitas sosial selama
periode perencanaan
Pola pemakaian air di suatu wilayah
Daerah Pelayanan
Kebutuhan air minum di wilayah perencanaan sangat tergantung kepada
kondisi daerah pelayanan yang menjadi tujuan perencanaan. Daerah pelayanan
yang ditentukan dalam perencanaan ini adalah wilayah Kecamatan X dengan
pertimbangan :
Daerah yang kekurangan air bersih

Universitas Indonesia
2

Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi


Daerah yang telah menerima pelayanan air bersih tetapi belum maksimal
Aspek teknis seperti topografi yang menentukan proses distribusi
Aspek ekonomi
Daerah-daerah dengan kepadatan penduduk rendah dan komunitas yang
sangat rendah tidak akan memperolah pelayanan karena pertimbangan ekonomis.

Periode Perencanaan
Periode perencanaan merupakan jangka waktu yang diberikan kepada
instalasi pengolahan untuk dapat melayani kebutuhan air masyarakat di wilayah
perencanaan. Periode perencanaan instalasi pengolahan air minum pada umumnya
adalah 20-25 tahun. Pada perencanaan ini ditetapkan 20 tahun sebagai periode
perencanaan. Periode perencanaan ini diambil dengan pertimbangan bahwa
perkembangan penduduk di masa mendatang hanya dapat diprediksi dengan baik
untuk periode 20 tahun. Apabila periode perencanaan dilakukan melebihi 20 tahun
maka dikhawatirkan keadaan perkembangan penduduk di masa mendatang justru
sangat berbeda dari apa yang telah diprediksi.
Proyeksi Jumlah Penduduk
Prediksi jumlah penduduk di masa yang akan datang sangat penting
dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum di masa yang akan datang.
Prediksi ini didasarkan pada laju perkembangan kota dan kecenderungannya,
arahan tata guna lahan serta ketersediaan lahan untuk menampung perkembangan
jumlah penduduk.
Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk masa
lampau, maka metode statistik merupakan metode yang paling mendekati untuk
memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa
mendatang yaitu :
Aritmatika
Geometrik
Linear
Eksponensial

Universitas Indonesia
3

Logaritmik
Metode Aritmatika
Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode ini
digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif
sama tiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat
pertumbuhan ekonomi kota rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat.
Rumus metode ini adalah :

Dengan:
Pn = jumlah penduduk tahun ke-n
P0 = jumlah penduduk awal
r = jumlah pertambahan penduduk tiap tahun
Tn = tahun yang diproyeksi
T0 = tahun awal
P1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui)
P2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui)
Metode Geometrik
Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data
jumlah penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu.
Rumus metode geometrik :

Dengan:
Pn = jumlah penduduk tahun yang diproyeksi
P0 = jumlah penduduk tahun awal
r = rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun
n = jangka waktu
Metode Regresi Linear
Metode regresi linear dilakukan dengan menggunakan persamaan :

Universitas Indonesia
4

Metode Eksponensial
Metode eksponensial dilakukan dengan menggunakan persamaan :

Metode Logaritmik
Metode logaritmik dilakukan dengan menggunakan persamaan :

Dasar Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk


Untuk menentukan metode paling tepat yang akan digunakan dalam
perencanaan, diperlukan perhitungan faktor korelasi, standar deviasi dan keadaan
perkembangan kota di masa yang akan datang. Koefisien korelasi dan standar
deviasi diperoleh dari hasil analisa dan perhitungan data kependudukan yang ada
dengan data penduduk dari perhitungan metode proyeksi yang digunakan.
Korelasi, r, dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Universitas Indonesia
5

Kriteria korelasi adalah sebagai berikut:


r < 0, korelasi kuat, tetapi bernilai negatif dan hubungan diantara
keduanya berbanding terbalik.
r = 0, kedua data tidak memiliki hubungan.
r > 1, terdapat hubungan positif dan diperoleh korelasi yang kuat,
diantara kedua variabel memiliki hubungan yang berbanding lurus.
Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan nilai standar deviasi
terendah dan koefisien korelasi paling besar. Pola perkembangan kota sesuai
dengan fungsi kota di masa mendatang juga dijadikan acuan dalam menentukan
metode proyeksi. Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan
kecenderungan pertambahan penduduk di masa mendatang.
Pemilihan Proyeksi Jumlah Penduduk
Dengan menggunakan lima metode yang telah dijelaskan sebelumnya
maka diperoleh hasil proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2023 yang
ditunjukkan oleh Tabel 1.

Tabel 1. Analisa Statistik Jumlah Penduduk di Kecamatan X

Universitas Indonesia
6

Berdasarkan Tabel 1 dapat ditentukan salah satu metode yang digunakan


sebagai acuan untuk proyeksi penduduk adalah metode eksponensial karena
menunjukkan nilai korelasi yang kuat dan standar deviasi paling kecil. Hasil
proyeksi penduduk selama periode perencanaan ditunjukkan oleh Tabel
2 dan Gambar 1.

Gambar 1. Proyeksi Penduduk di Kecamatan X

Tabel 2. Proyeksi Jumlah Penduduk di Kecamatan X

Universitas Indonesia
7

Selain dengan menggunakan hasil analisa regresi, proyeksi penduduk


juga dilakukan dengan mempertimbangkan Rencana Umum Tata Ruang dan
Wilayah yang telah ditetapkan untuk wilayah perencanaan. Berdasarkan RTRW
Kabupaten X diketahui bahwa jumlah lahan yang dapat digunakan sebagai tempat
tinggal/perumahan akan mempengaruhi daya tampung penduduk di suatu wilayah.
Ada beberapa asumsi yang digunakan untuk menentukan jumlah penduduk
maksimal yang dapat ditampung oleh suatu wilayah yaitu :
Jumlah jiwa per umpi adalah 3-4 orang.
Rumah terbagi menjadi 3 kavling yaitu besar (180 m2), sedang (120 m2)
dan kecil (60 m2).
Komposisi jumlah kebutuhan menurut tipe rumah didasarkan pada 1 : 3 :
6.
Luas kebutuhan lahan perumahan belum termasuk kebutuhan lahan untuk
fasilitas umum dan prasarana penunjang, sebagai acuan digunakan perbandingan

Universitas Indonesia
8

60 : 40.
RTRW Kabupaten X menyebutkan bahwa luas lahan yang digunakan
sebagai acuan dalam proyeksi penduduk adalah lahan dengan persyaratan sesuai
untuk kegiatan perkotaan. Lahan ini tidak meliputi wilayah air permukaan, lahan-
lahan kritis serta lahan-lahan dengan kemiringan lebih dari 15%. Jadi, lahan yang
ditinjau tidak seluruh luas lahan secara administratif.
Menurut data dari RTRW Kab. X, lahan perkotaan di daerah X memiliki
luas sebesar 31.11 km2. Berdasarkan luas ini maka lahan yang dapat digunakan
sebagai perumahan adalah 18.67 km2. Dengan menggunakan asumsi yang telah
ditetapkan oleh RTRW Kabupaten X maka :
Total luas lahan yang dapat digunakan untuk setiap tipe rumah.

Jumlah rumah yang dapat dibangun untuk setiap lahan peruntukan.

Total rumah yang ada di lahan perkotaan adalah 243748 rumah. Dengan
asumsi jumlah jiwa per umpi adalah 4 orang maka total penduduk maksimal yang
dapat ditampung oleh wilayah perencanaan adalah 974992 jiwa.
Berdasarkan hasil analisa regresi, jumlah penduduk pada akhir periode
perencanaan adalah 384996 jiwa. Jumlah penduduk ini tidak melebihi jumlah
penduduk maksimal yang dapat ditampung oleh wilayah perkotaan daerah
perencanaan berdasarkan RTRW sehingga hasil proyeksi dengan menggunakan
analisa regresi eksponensial dapat digunakan. Pola pertumbuhan penduduk yang
mengikuti pola eksponensial yaitu peningkatan jumlah penduduk yang sangat

Universitas Indonesia
9

pesat, sangat sesuai dengan fungsi Kecamatan X sebagai kota penyangga


kehidupan metropolis kota X. Dengan daya tampung penduduk yang masih tinggi
maka di masa mendatang diperkirakan akan terjadi peningkatan jumlah penduduk
dengan sangat pesat.
Proyeksi Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial
Proyeksi fasilitas umum dan fasilitas sosial digunakan untuk menentukan
kebutuhan air non domestik. Proyeksi dilakukan dengan mengacu kepada
karakteristik wilayah perencanaan, RUTR yang telah ditetapkan dan standar
penduduk pendukung untuk setiap fasilitas umum dan fasilitas sosial yang telah
ditetapkan oleh Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum.

Fasilitas Pendidikan
Secara umum fasilitas pendidikan telah mencukupi kebutuhan dan
penyebarannya cukup merata karena semua desa telah memiliki SD. Penambahan
SD tidak diprioritaskan karena pemenuhan kebutuhan akan SD diperkirakan
masih dapat ditampung dengan meningkatkan jumlah ruang di SD yang sudah
ada. Jumlah fasilitas TK, SLTP dan SMU harus ditingkatkan. Dengan
peningkatan jumlah penduduk maka diperkirakan pada 10 tahun mendatang akan
dibangun sebuah perguruan tinggi skala kecil karena wilayah ini tidak dijadikan
sebagai pusat pendidikan. Hasil proyeksi fasilitas pendidikan ditunjukkan
olehTabel 3.

Tabel 3 Proyeksi Fasilitas Pendidikan di Kecamatan X

Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan sudah cukup menyebar dan memenuhi kebutuhan.

Universitas Indonesia
10

Penambahan fasilitas perlu dilakukan akibat tuntutan pertambahan jumlah


penduduk. Fasilitas yang perlu dikembangkan adalah mesjid yang menjadi pusat
orientasi penduduk kota. Jumlah penganut agama Kristen yang cukup banyak
menuntut diperlukan adanya pembangunan gereja pada lima tahun pertama.
Fasilitas pura dan vihara tidak menjadi sasaran pembangunan karena jumlah
penganut agama Hindu dan Budha tidak terlalu banyak. Hasil proyeksi fasilitas
peribadatan ditunjukkan oleh Tabel 4.
Tabel 4 Proyeksi Fasilitas Peribadatan di Kecamatan X

Fasilitas Kesehatan
Fasilitas ini dikembangkan dengan pertimbangan utama tingkat
pelayanan yang maksimal dengan mendekati daerah perumahan penduduk.
Fasilitas yang ada belum mencukupi terutama balai pengobatan dan apotek.
Rumah sakit perlu dibangun karena jumlah penduduk telah melebihi 150000 jiwa.
Hasil proyeksi fasilitas kesehatan ditunjukkan olehTabel 5.

Tabel 5. Proyeksi Fasilitas Kesehatan di Kecamatan X

Fasilitas Perdagangan dan Jasa

Universitas Indonesia
11

Kegiatan perdagangan tumbuh di sekitar jalan utama sehingga


menyebabkan kemacetan. Kondisi ini menyebabkan perlu dibentuk pusat bisnis
baru. Kebijaksanaan pemerintah tentang kota X sebagai kota satelit menuntut
harus dapat menjadi pusat perdagangan regional. Dengan dijadikannya Kecamatan
X sebagai pusat perdagangan dan industri maka akan meningkatkan kegiatan
ekonomi sehingga jumlah fasilitas dagang dan jasa akan meningkat pula. Hasil
proyeksi fasilitas perdagangan dan jasa ditunjukkan oleh Tabel 6.

Tabel 6. Proyeksi Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Kecamatan X

Fasilitas Umum dan Rekreasi


Fasilitas umum seperti kantor pos hanya terdiri dari satu unit dengan
wilayah pelayanan meliputi seluruh Kecamatan X. Kondisi ini tidak mampu
memenuhi kebutuhan penduduk, oleh karena itu diperlukan penambahan unit ini
terutama di daerah dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi selain ibukota
kecamatan.
Kecamatan X merupakan tempat singgah dari jalur wisata yang berada di
daerah X Selatan. Hal ini merupakan potensi yang baik untuk meningkatkan
sarana yang berhubungan dengan pariwisata dan rekreasi seperti hotel dan
restoran. Untuk memenuhi kebutuhan hiburan maka perlu dibangun sebuah
bioskop lokal. Hasil proyeksi fasilitas umum dan rekreasi ditunjukkan oleh Tabel
7.
Tabel 7. Proyeksi Fasilitas Umum dan Rekreasi di Kecamatan X

Universitas Indonesia
12

Fasilitas Olahraga
Kondisi eksisting belum mencukupi kebutuhan karena sarana yang ada
tidak dapat menampung aktivitas penduduk. Direncanakan akan dibangun sebuah
GOR. Hasil proyeksi fasilitas olahraga ditunjukkan oleh Tabel 8.

Tabel 8. Proyeksi Fasilitas Olahraga di Kecamatan X

Kegiatan Industri
Pola pengembangan kegiatan industri didasarkan kepada fungsi
Kecamatan X sebagai kota satelit dan pusat kegiatan industri terutama industri
tekstil. Hal ini menyebabkan akan terjadi peningkatan kegiatan industri baik
besar, sedang maupun kecil/rumah tangga. Peningkatan ini diiringi pula dengan
peningkatan jumlah tenaga kerja. Hasil proyeksi kegiatan industri ditunjukkan
oleh Tabel 9.
Tabel 9. Proyeksi Kegiatan Industri di Kecamatan X

Proyeksi Kebutuhan Air Minum


Proyeksi kebutuhan air minum dilakukan dengan mempertimbangkan
faktor-faktor yang dapat menunjang atau menyebabkan pertambahan kebutuhan
air minum. Faktor-faktor tersebut adalah :
Pertambahan jumlah penduduk

Universitas Indonesia
13

Tingkat sosial ekonomi penduduk


Keadaan iklim daerah setempat
Rencana daerah pelayanan dan perluasannya
Untuk memperkirakan kebutuhan air minum kota maka dapat
diklasifikasikan beberapa jenis pemakaian air yaitu adalah :
Pemakaian untuk kebutuhan domestik/rumah tangga
Pemakaian untuk kebutuhan nondomestik
Pemakaian untuk keperluan perkotaan

Standar Kebutuhan Air Minum


Untuk menentukan besarnya kebutuhan air minum maka dapat digunakan
standar kebutuhan air. Ada berbagai macam standar kebutuhan seperti standar
yang telah ditetapkan oleh Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum
dalam Petunjuk Teknis Tata Cara Rancangan Teknik Bidang Air Minum. Standar
kebutuhan air minum ditunjukkan oleh Tabel 10.

Tabel 10. Standar Kebutuhan Air Minum (PU Cipta Karya, 1998)

Untuk menentukan jumlah konsumsi air dapat juga digunakan pedoman


perencanaan penentuan jumlah konsumsi air yang diberikan oleh Iwaco-Waseco
seperti ditunjukkan olehTabel 11.

Universitas Indonesia
14

Tabel 11. Pedoman Perencanaan Jumlah Konsumsi Air (dalam


L/org/hari) (Iwaco-Waseco, 1990)

Kebutuhan Air Domestik


Kebutuhan air domestik ialah pemakaian air untuk aktivitas di
lingkungan rumah tangga. Penyediaan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga
dihitung berdasarkan :
Jumlah penduduk
Persentase jumlah penduduk yang akan dilayani
Cara pelayanan air
Konsumsi pemakaian air
Berdasarkan cara pelayanan air minum maka kebutuhan air domestik
terbagi menjadi dua jenis yaitu :
Sambungan Rumah
Hidran Umum
Kebutuhan Air untuk Sambungan Rumah
Sambungan rumah adalah jenis sambungan pelanggan yang menyediakan
air langsung ke rumah-rumah dengan menggunakan sambungan pipa-pipa
distribusi air melalui water meter dan instalasi pipa yang dipasang di dalam
rumah. Pelayanan air minum dengan menggunakan sambungan rumah ditujukan
bagi warga yang telah menempati rumah permanen. Golongan masyarakat ini
akan sanggup membayar air untuk mendapatkan air bersih demi kesehatan.
Biasanya yang termasuk golongan ini adalah golongan ekonomi kelas menengah
hingga atas.
Selama periode perencanaan, diperkirakan jumlah rumah permanen akan
meningkat sesuai dengan fungsi kota yaitu sebagai pusat industri dan
permukiman. Fungsi kota ini berpengaruh kepada perekonomian masyarakat yang
diperkirakan akan meningkat seiring berjalannya waktu. Proyeksi kebutuhan air

Universitas Indonesia
15

untuk sambungan rumah ditunjukkan oleh Tabel 12.

Tabel 12. Proyeksi Kebutuhan Air untuk Sambungan Rumah di


Kecamatan X

Kebutuhan Air untuk Hidran Umum


Hidran umum adalah jenis sambungan yang menyediakan air melalui
kran yang dipasang di suatu tempat tertentu agar mudah dipergunakan oleh
masyarakat umum untuk mencukupi kebutuhan mandi, cuci dan minum.
Pelayanan air minum ini ditujukan bagi masyarakat dengan golongan ekonomi
bawah atau menempati rumah non permanen yaitu rumah yang terbuat dari bambu
atau kayu. Golongan ini berpenghasilan rendah dan lebih mengutamakan
penggunaan air tanah yang bebas biaya sehingga tingkat penggunaan air dengan
sumber air permukaan akan menjadi sangat rendah karena memerlukan biaya.
Jumlah penduduk yang menempati rumah non permanen di masa
mendatang akan mengalami penurunan karena diperkirakan akan terjadi
peningkatan kondisi perekonomian masyarakat. Proyeksi kebutuhan air untuk
hidran umum ditunjukkan oleh Tabel 13.

Tabel 13. Proyeksi Kebutuhan Air untuk Hidran Umum di Kecamatan X

Universitas Indonesia
16

Kebutuhan Air Non Domestik


Kebutuhan air non domestik merupakan kebutuhan air yang digunakan
oleh berbagai fasilitas penunjang kegiatan masyarakat seperti :
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas Peribadatan
Fasilitas Kesehatan
Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Fasilitas Umum dan Rekreasi
Fasilitas Olahraga
Kegiatan industri
Jumlah kebutuhan air non domestik selama periode perencanaan
ditunjukkan oleh Tabel 14.
Tabel 14. Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik di Kecamatan X

Kebutuhan Air untuk Keperluan Kota


Kebutuhan air untuk keperluan perkotaan terbagi menjadi dua bagian
yaitu untuk :

Hidran Kebakaran
Hidran kebakaran adalah hidran yang digunakan untuk mengambil air
jika terjadi kebakaran. Menurut Al-Layla, kebutuhan air untuk hidran kebakaran
dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Universitas Indonesia
17

Dengan:
Q = debit kebutuhan (L/menit)
P = populasi dalam ribuan
Pada perencanaan ini ditentukan bahwa kebutuhan air untuk hidran
kebakaran adalah 10 % dari total kebutuhan air.
Tata Kota
Kebutuhan air untuk tata kota meliputi kebutuhan air bagi pemeliharaan
taman-taman di wilayah perencanaan. Jumlah air yang disediakan adalah 5% dari
total kebutuhan air.

Rekapitulasi Kebutuhan Air di Wilayah Perencanaan


Berdasarkan perhitungan kebutuhan air untuk berbagai keperluan maka
total kebutuhan air di wilayah perencanaan dapat diketahui dan ditunjukkan oleh
Tabel 15.
Tabel 15. Rekapitulasi Kebutuhan Air di Kecamatan X

Universitas Indonesia
18

Tingkat Pelayanan
Periode perencanaan selama 20 tahun terbagi menjadi dua tahap dan
setiap tahap berlangsung selama 10 tahun. Tingkat pelayanan air minum di setiap
tahap berbeda-beda dan di setiap tahap terjadi peningkatan pelayanan. Kondisi
topografi dan tingkat kepadatan penduduk yang berada di wilayah perencanaan
menyebabkan keterbatasan dalam pelayanan penyediaan air minum. Berdasarkan
faktor-faktor yang menentukan daerah pelayanan maka tingkat pelayanan tiap
tahap perencanaan adalah sebagai berikut :
Tahap I (2004-2013) : 40 %
Tahap II (2014-2023) : 50 %

Tingkat Kehilangan Air


Kehilangan air adalah besarnya selisih air yang diproduksi dengan air
yang didistribusikan. Nilai ini perlu diperhitungkan dalam pengolahan air karena
dijadikan pedoman untuk melihat performance dari suatu instalasi pengolahan air
minum. Semakin besar tingkat kehilangan air maka semakin buruk pula
performance dari instalasi pengolahan. Penyediaan air minum dengan jaringan
besar biasanya memiliki tingkat kehilangan air yang besar dan sebaliknya.
Penyebab kehilangan air terbagi menjadi dua macam yaitu :
Fisik. Kehilangan air disebabkan oleh jaringan pipa yang sudah rusak,
tua dan bocor, kerusakan meter air dan pengaliran air tidak tercatat oleh meter air.
Administrasi. Kehilangan air disebabkan oleh keberadaan sambungan
ilegal dan ketidakakuratan dalam pencatatan administrasif.
Tingkat kehilangan air pada perencanaan ini untuk setiap tahap
diperkirakan sebagai berikut :
Tahap I : 30 %
Tahap II : 25 %

Fluktuasi Kebutuhan Air


Dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air bersih, dikenal istilah
fluktuasi pemakaian air. Data tentang fluktuasi pemakaian air bersih ini
merupakan data yang sangat penting. Hal ini dikarenakan kapasitas sistem harus

Universitas Indonesia
19

mencukupi untuk mengatasi kebutuhan air saat hari maksimum maupun pada jam
puncak. Data fluktuasi pemakaian air bersih juga dapat digunakan untuk
menghitung kapasitas dari bak penampung atau reservoir.
Fluktuasi pemakaian ini dapat dibedakan menjadi dua (2) jenis yaitu
fluktuasi pemakaian pada waktu hari maksimum dan pada saat jam puncak.
Fluktuasi pemakaian air bersih di tiap daerah dapat berbeda-beda dipengaruhi oleh
beberapa hal. Diantaranya adalah:
Kebiasaan konsumen dalam penggunaan air.
Tingkat sosial ekonomi di daerah pelayanan.
Untuk menghitung kebutuhan air bersih, diperlukan pula angka faktor
pengali tertentu yaitu faktor maksimum harian (fm) dan faktor jam puncak (fp)
sehingga akan diperoleh kebutuhan air maksimum dan kebutuhan air puncak.
Faktor Hari Maksimum (fm)
Yang dimaksud dalam fluktuasi hari maksimum adalah fluktuasi yang
dapat terjadi dari hari ke hari yang bervariasi namun terdapat satu hari dimana
pemakaian air lebih besar dibanding hari lainnya dalam satu tahun tadi.
Kebutuhan air maksimum harian dihitung dari kebutuhan rata-rata dikalikan
dengan faktor maksimum harian. Faktor ini merupakan perbandingan antara
pemakaian pada hari terbesar dengan pemakaian air rata-rata selama satu tahun.
Besarnya kebutuhan air pada hari maksimum dapat dipengaruhi oleh:
Tingkat ekonomi dan kondisi sosial budaya. Tingkat ekonomi
masyarakat berpengaruh terhadap pola penggunaan air. Semakin tinggi tingkat
ekonomi masyarakat maka pemakaian air juga akan bertambah besar dan semakin
beragam tingkat sosial budaya masyarakat begitu pula dengan pemakaian airnya
yang menjadi semakin besar.
Iklim. Iklim akan berpengaruh terhadap fluktuasi pemakaian air. Seperti
pada umumnya daerah di Indonesia, Kota X juga dipengaruhi oleh dua musim dan
perbedaan temperatur yang tidak terlalu besar. Namun demikian tetap terdapat
perbedaan pola penggunaan air diantara kedua musim tersebut dimana pada
musim kemarau terjadi kecenderungan pemakaian air yang lebih besar daripada
musim hujan.
Faktor Jam Puncak (fp)

Universitas Indonesia
20

Jam puncak merupakan jam dimana terjadi pemakaian air terbanyak


dalam 24 jam. Faktor jam puncak (fp) mempunyai nilai yang berbanding terbalik
dengan jumlah penduduk. Semakin tinggi jumlah penduduk maka besarnya faktor
jam puncak akan semakin kecil. Hal ini terjadi karena dengan bertambahnya
jumlah penduduk maka aktivitas penduduk tersebut pun akan semakin beragam
sehingga fluktuasi pemakaian akan semakin kecil pula.
Faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kebutuhan jam puncak adalah
perkembangan dari kota yang bersangkutan. Perkembangan yang terjadi dapat
menentukan karakteristik kota. Namun secara garis besar, untuk kota besar nilai fp
akan sebesar 1,3, kota sedang sekitar 1,5, dan untuk kota kecil adalah 2.
Tabel 16. Nilai Faktor Maksimum dan Faktor Puncak untuk Beberapa
Kategori Kota

Berdasarkan Tabel 16 maka nilai fm dan fp pada perencanaan ini adalah


1.1 dan 1.5.

Rekapitulasi Kebutuhan Air Terlayani


Dalam usaha penyediaan air minum, kebutuhan air minum di wilayah
perencanaan tidak dapat dilayani secara keseluruhan. Berdasarkan tingkat
pelayanan, kebocoran dan nilai fluktuasi yang direncanakan maka dapat diketahui
jumlah kebutuhan air terlayani. Nilai ini ditunjukkan oleh Tabel 17.

Tabel 17. Rekapitulasi Kebutuhan Air Terlayani di Kecamatan X

Universitas Indonesia
21

Perhitungan

Standar Kebutuhan Air Minum


Kebutuhan air minum dihitung dengan mengacu kepada standar
kebutuhan air minum yang telah berlaku dan pola penggunaan air di wilayah
perencanaan. Berbagai standar kebutuhan air diberikan pada Tabel 1, 2 dan 3.
Tabel 1. Standar Pemakaian Air menurut PPSAB, Jawa Barat

Universitas Indonesia
22

Tabel 2. Standar Pemakaian Air Menurut PU Cipta Karya

Universitas Indonesia
23

Tabel 3. Pedoman Perencanaan Jumlah Konsumsi Air (dalam


L/org/hari) (Iwaco-Waseco)

Kebutuhan Air Domestik


Kebutuhan air domestik meliputi kebutuhan air untuk sambungan rumah
dan hidran umum. Standar kebutuhan air untuk sambungan rumah dan hidran
umum mengacu kepada jumlah kebutuhan eksisting dari PDAM Kab. Bandung
yaitu :
Sambungan Rumah: 100 L/orang/hari
Hidran Umum: 30 L/orang/hari
Perhitungan kebutuhan air domestik diberikan oleh Tabel 4 dan 5.
Tabel 4. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Sambungan Rumah

Universitas Indonesia
24

Tabel 5. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Hidran Umum

Kebutuhan Air Non Domestik


Kebutuhan air non domestik meliputi kebutuhan air untuk berbagai
fasilitas umum dan sosial yang berada di wilayah perencanaan selama periode
perencanaan.
Fasilitas Pendidikan
Kebutuhan air untuk fasilitas pendidikan ditentukan dengan
menggunakan standar kebutuhan setiap tingkat pendidikan yaitu :
TK : 10 L/murid/hari
SD : 10 L/murid/hari
SLTP: 10 L/murid/hari
SMU: 10 L/murid/hari
Perguruan Tinggi: 10 L/murid/hari
Perhitungan kebutuhan air fasilitas pendidikan diberikan oleh Tabel 6.

Tabel 6. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Fasilitas Pendidikan

Universitas Indonesia
25

Fasilitas Peribadatan
Kebutuhan air untuk fasilitas peribadatan ditentukan dengan
menggunakan standar kebutuhan setiap tempat peribadatan yaitu :
Mesjid: 1500 L/unit/hari
Mushala: 750 L/unit/hari
Gereja: 500 L/unit/hari
Pura: 200 L/unit/hari
Vihara: 200 L/unit/hari
Pesantren: 5000 L/unit/hari
Perhitungan kebutuhan air fasilitas peribadatan diberikan oleh Tabel 7.
Tabel 7. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Fasilitas Peribadatan

Fasilitas Kesehatan
Kebutuhan air untuk fasilitas kesehatan ditentukan dengan menggunakan
standar kebutuhan setiap fasilitas kesehatan yaitu :
Rumah sakit: 200 L/tempat tidur/hari
Pukesmas: 2000 L/unit/hari

Universitas Indonesia
26

Puskesmas Pembantu: 1000 L/unit/hari


BKIA/RS Bersalin: 750 L/unit/hari
Balai Pengobatan: 1500 L/unit/hari
Apotek: 100 L/unit/hari
Perhitungan kebutuhan air fasilitas kesehatan diberikan oleh Tabel 8.

Tabel 8. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Fasilitas Kesehatan

Fasilitas Perdagangan dan Jasa


Kebutuhan air untuk fasilitas perdagangan dan jasa ditentukan dengan
menggunakan standar kebutuhan setiap fasilitas perdagangan dan jasa yaitu :
Warung/Toko: 8 L/unit/hari
Bank: 250 L/unit/hari
Pasar: 3000 L/unit/hari
Koperasi: 750 L/unit/hari
Asuransi: 1100 L/unit/hari
Terminal: 4500 L/unit/hari
Supermarket: 2000 L/unit/hari
Restoran: 100 L/kursi/hari
Perhitungan kebutuhan air fasilitas perdagangan dan jasa diberikan
oleh Tabel 9.

Tabel 9. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Fasilitas Perdagangan dan


Jasa

Universitas Indonesia
27

Fasilitas Umum dan Rekreasi


Kebutuhan air untuk fasilitas umum dan rekreasi ditentukan dengan
menggunakan standar kebutuhan setiap fasilitas umum dan rekreasi yaitu :
Balai Pertemuan: 2000 L/unit/hari
Kantor Pos: 2000 L/unit/hari
Kantor Polisi: 2000 L/unit/hari
Bioskop: 2000 L/unit/hari
Hotel/Penginapan: 150 L/tempat tidur/hari
Perhitungan kebutuhan air fasilitas umum dan rekreasi diberikan
oleh Tabel 10.
Tabel 10. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Fasilitas Umum dan
Rekreasi

Fasilitas Olahraga
Kebutuhan air untuk fasilitas olahraga ditentukan dengan menggunakan
standar kebutuhan setiap fasilitas olahraga yaitu :

Universitas Indonesia
28

GOR: 1500 L/unit/hari


Kolam renang: 1200 L/unit/hari
Perhitungan kebutuhan air fasilitas olahraga diberikan oleh Tabel 11.

Tabel 11. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Fasilitas Olahraga

Kegiatan Industri
Kebutuhan air untuk kegiatan industri ditentukan dengan menggunakan
standar kebutuhan setiap kegiatan indutri yaitu :
Industri besar dan sedang: 10 L/pegawai/hari
Industri rumah tangga: 10 L/pegawai/hari
Perhitungan kebutuhan air kegiatan industri diberikan oleh Tabel 12.

Tabel 12. Perhitungan Kebutuhan Air untuk Kegiatan Industri

Rekapitulasi Kebutuhan Air Non Domestik


Jumlah dari kebutuhan air non domestik selama periode perencanaan
dapat diketahui padaTabel 13.

Tabel 13. Rekapitulasi Kebutuhan Air Non Domestik

Universitas Indonesia
29

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai