DESA TLOGOAGUNG
KECAMATAN BANCAR KABUPATEN TUBAN
Dsn. Nggetas Desa Tlogoagung Bancar Tuban
Nomor
Lamp.
Perihal
: 06/KT-SB/IX/2012
: 1 (SATU) Expl.
: Permohonan Bantuan
Pembangunan Embung
Kepada
Yth. Bpk : Kepala Dinas Pertanian Dan
Kehutanan Kab. Tuban
Di_
Tuban
Dengan Hormat,
Bersama ini kami sampaikan dengan hormat proposal permohonan
bantuan dana untuk Pembangunan Embung yang akan dipelihara Kelompok
Tani Sumber Agung Desa Tlogoagung Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban.
Dalam rangka upaya peningkatkan kegiatan Pertanian dalam bercocok
Tanam di Pedesaan diperlukan kerjasama dari semua pihak terutama perhatian
pemerintah
dalam
memberikan
bantuan
dana
melengkapi
sarana
dan
prasarananya.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas maka kami yang tergabung
dalam kelompok Tani Sumber Agung Desa Tlogoagung Kec. Bancar, Kab.
Tuban, dalam rangka peningkatan mutu budidaya Tanaman Pangan
pedesaan,
dengan ini mengajukan permohonan bantuan dana kepada Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kab. Tuban.
Sebagai bahan pertimbangan ini kami lampirkan proposal dimaksud.
Demikian pemohonan ini kami ajukan dan atas bantuan serta atas kerjasama
yang baik diucapkan terimakasih.
Tlogoagung, 6 September 2012
Mengetahui,
Kepala Desa Tlogoagung
MUSTAIN
ABDUL ROSYID
KATA PENGANTAR
Dampak kekeringan dan banjir kini dirasakan semakin besar dan resiko
pertanian semakin meningkat dan sulit diprediksi. Sementara itu, tekanan
penduduk yang luar biasa menyebabkan kerusakan hutan dan daur hidrologi
tidak terelakkan lagi. Indikatornya, debit sungai merosot tajam di musim
kemarau,
sementara
di
musim
penghujan
debit
air
meningkat
tajam.
Rendahnya daya serap dan kapasitas simpan air di DAS ini menyebabkan
pasokan air untuk pertanian semakin tidak menentu. Kondisi ini diperburuk
dengan terjadinya kekeringan agronomis akibat pemilihan komoditas yang
tidak sesuai dengan kemampuan pasokan airnya. Untuk mengatasi kekeringan,
maka salah satu strategi yang paling murah, cepat dan efektif serta hasilnya
langsung terlihat adalah dengan memanen aliran permukaan dan air hujan di
musim penghujan melalui water harvesting. Teknologi ini sudah berkembang
sangat pesat dan luas tidak saja di negara maju seperti Eropa, Amerika dan
Australia, melainkan juga di negara seperti China yang padat penduduk dan
luas pemilikan lahannya sangat terbatas. Upaya water harvesting yang
dibarengi dengan memperbesar daya simpan air tanah di sungai, waduk dan
danau yang akan dapat menjaga pasokan sumber-sumber air untuk keperluan
pertanian, domestik, municipal dan industri. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk memanfaatkan limpahan air hujan adalah dengan membangun
embung ( onfarm reservoir).
Proposal Pengajuan Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung ini
disusun untuk Sekiranya
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya dan faktor determinan yang menentukan
kinerja sektor pertanian, karena tidak ada satu pun tanaman pertanian dan
ternak yang tidak memerlukan air. Meskipun perannya sangat strategis, namun
pengelolaan air masih jauh dari yang diharapkan, sehingga air yang semestinya
merupakan sehabat petani berubah menjadi penyebab bencana bagi petani.
Indikatornya, di musim kemarau, ladang dan sawah sering kali kekeringan dan
sebaliknya di musim penghujan, ladang dan sawah banyak yang terendam air.
Secara kuantitas, permasalahan air bagi pertanian terutama di lahan
kering adalah persoalan ketidaksesuaian distribusi air antara kebutuhan dan
pasokan menurut waktu ( temporal) dan tempat ( spatial). Persoalan menjadi
semakin kompleks, rumit dan sulit diprediksi karena pasokan air tergantung
dari sebaran curah hujan di sepanjang tahun, yang sebarannya tidak merata
walau di musim hujan sekalipun. Oleh karena itu, diperlukan teknologi tepat
guna, murah dan aplicable untuk mengatur ketersediaan air agar dapat
memenuhi kebutuhan air ( water demand) yang semakin sulit dilakukan dengan
cara-cara alamiah ( natural manner). Teknologi embung atau tandon air
merupakan
salah
satu
pilihan
yang
menjanjikan
karena
teknologinya
kemarau.
Secara
operasional
sebenarnya
embung
berfungsi
untuk
maksud
dan
tujuan
dari
Pembangunan
Embung
yang
Menampung air hujan dan aliran permukaan ( run off) pada wilayah
sekitarnya serta sumber air lainnya yang memungkinkan seperti mata
air, parit, sungai-sungai kecil dan sebagainya.
Agung.
6.
1. Tertampungnya air hujan dan aliran permukaan ( run off) pada wilayah
sekitarnya serta sumber air lainnya yang memungkinkan.
2. Tersedianya air untuk suplesi irigasi di musim kemarau untuk tanaman
palawija, hortikultura semusim, tanaman perkebunan semusim dan
peternakan.
3. Para petani anggota kelompok Tani Sumber Agung secara efisien dan
efektif dapat melakukan pengairan untuk lahan pertanianya pada saat
mereka membutuhkannya.
4. Secara bertahap para anggota kelompok Tani dapat mengubah cara
pengolahan pertanian dilakukan secara tradisional menjadi bentuk dan
cara yang lebih profesional sebagai wujud peningkatan kualitas anggota
kelompok.
5.
Kelompok
mampu
meningkatkan
income
permanen
dari
usaha
D. Pengelola Bantuan
Bantuan Pembanguan Embung
Kelompok Tani Sumber Agung
II. PENUTUP
A. Penutup
Demikian proposal ini dibuat untuk memberikan gambaran tentang
rencana Pembanguan Embung oleh Kelompok Tani Sumber Agung Desa
Tlogoagung Kecamatan Bancar untuk dapat dijadikan acuan seperlunya bagi
Dinas Pertanian Kabupaten Tuban untuk memberikan persetujuan sesuai
dengan yang diharapkan guna tercapainya kemajuan di sektor pertanian.
Dibuat di
: Tlogoagung
Pada Tanggal : 6 September 2012
Sekretaris,
ABDUL ROSYID
DASIRUN
Mengetahui
Kepala Desa Tlogoagung,
Kecamatan Bancar
MUSTAIN
SUMAJI,SP
Penata Muda Tk I
NIP 19641020 199401 1 007
II. PELAKSANAAN
Pengembangan lokasi embung harus memenuhi persyaratan lokasi dan persyaratan petani dan kelompok
tani.
A. Persyaratan Lokasi
1.
2.
3.
4.
Terdapat sumber air yang dapat ditampung baik berupa air hujan, aliran permukaan dan
mata air atau parit atau sungai kecil.
5.
Wilayah sebelah atasnya mempunyai daerah tangkapan air atau wilayah yang mempunyai
sumber air untuk dimasukkan ke embung, seperti mata air, sungai kecil atau parit dan lain
sebagainya.
Bersedia menyediakan lahan untuk embung tanpa ganti rugi dan dinyatakan dalam surat
pernyataan.
2.
Kelompok tani yang terpilih adalah kelompok tani yang telah ada sebelumnya, bukan
kelompok tani yang baru dibentuk karena ada kegiatan ini.
3.
biaya
operasional
dan
pemeliharaan
dan
dinyatakan
dalam
surat
pernyataan.
C. Survey CP/CL
Penanggung jawab kegiatan (Dinas Pertanian Kabupaten/Kota) menentukan Calon Lokasi dan Calon
Kelompok Tani sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan pada butir A dan B.
D. Pencatatan Koordinat
Lokasi
embung
yang
akan
dibuat
Lintang
Ketinggian
supaya
dicatat
koordinat
geografisnya
yang
meliputi
dan
bujur
lokasi
(dpl)
dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) atau dengan ekstrapolasi peta topografi yang
tersedia. Data koordinat sumur resapan ini selanjutnya diperlukan untuk menyusun sistem basis data
pengelolaan lahan dan air sekaligus memantau kinerja pelaksanaan kegiatan yang telah berjalan.
E. Desain Sederhana
Desain sederhana dibuat oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bersama dengan petani/kelompok tani.
Desain diusahakan sesederhana mungkin agar dapat dibaca oleh pelaksana (petani/kelompok tani) di
lapangan. Dalam penyusunan Desain perlu diperhatian hal-hal sbb:
1.
Melakukan observasi lapangan untuk menentukan kontruksi embung yang paling sesuai
dengan kondisi lokasi setempat. Misalnya pada kondisi tanah yang porus, dinding embung
harus lebih kuat dan kedap air. Embung dapat dibangun dengan memanfaatkan alur
alami,
saluran
drainase,
menampung mata air atau menggali tanah, atau langsung menampung air hujan.
2.
Menentukan
letak
geografis
embung.
Dalam
menentukan
letak
embung
diperhatikan
harus
posisi
lahan dan areal pertanaman, lokasi sumber air, ketinggian dan kemiringan lahan.
Sebaiknya letak embung lebih tinggi dibandingkan lahan usahatani agar distribusi dan
pengaliran air ke lahan pertanian/peternakan dapat dilakukan dengan sistem gravitasi.
3.
Daerah atas calon lokasi embung sebaiknya merupakan daerah tangkapan air hujan, yang
aliran permukaannya dapat diarahkan masuk ke embung.
Penggalian dapat pula dilakukan di dekat alur alami/saluran drainase/mata air untuk dapat dijadikan
sebagai sumber pengisian air ke dalam embung.
3. Dinding pinggir embung
Dinding pagar embung dibuat miring atau tegak dengan kedalaman 2 s/d 2,5 m (tergantung kondisi
lapangan). Tanggul dibuat agak tinggi untuk menghindari kotoran yang terbawa air limpasan.
4. Memperkokoh dinding embung
a. Prinsip tahapan ini adalah agar embung tidak mudah retakdan air yang telah berada embung tidak
bocor. Jika struktur tanah yang ada kuat dan memungkinkan air di embung tidak bocor, maka kegiatan ini
tidak diperlukan. Penguatan dinding embung ini juga dapat dilakukan pada bagian-bagian tertentu yang
rawan bocor, seperti pada Gambar 3.
Tersedianya air untuk usaha pertanian pada saat diperlukan (sebagai suplesi).
C. Manfaat ( Benefit)
-
Mengurangi
resiko
usaha
pertanian
akibat
kekeringan.
Terhadap kegiatan perencanaan meliputi antara lain pemilihan lokasi, sosialisasi, rencana
pembiayaan, dukungan dari pemerintah daerah setempat dan lain-lain.
2.
3.
Terhadap
pengendalian
dan
pengawasan
meliputi
peranan
pengawasan,
teknis
Apabila lahan bertopografi miring (Iereng), maka air dapat dialirkan dari petak ke petak
lahan usahatani secara gravitasi.
2.
Apabila lahan agak datar, maka dapat digunakan teknik irigasi pompa (bertekanan seperti
tetes, sprinkler, atau disalurkan langsung ke lahan), atau dengan alat manual lainnya.
Kebutuhan air tanaman harus menjadi acuan utama dalam pemberian air irigasi suplementer.
Untuk menjaga keberlanjutan embung, maka beberapa komponen pemeliharaan embung yang perlu
mendapatkan perhatian antara lain :
1.
Mengurangi kehilangan air karena penguapan. Untuk mengurangi kehilangan air oleh
penguapan
dapat
dilakukan
dengan,
antara
lain
a. Buat tiang peneduh di pinggir bibir embung kemudian di atas embung dibuat anyaman
untuk
media
rambatan
tanaman
dan
ditanami
dengan
tanaman
merambat.
b. Tiang penahan angin disamping embung ( wind breaker) pada sisi datangnya angin dan
bisa ditanam tanaman merambat atau pohon sebagai pengganti tiang.
2.
Memelihara/Melindungi
Embung
b.
Pengangkatan
c.
Perbaikan
endapan
tanggul
Lumpur.
yang
bocor.
ditujukan
ke
Dinas
Pertanian/Perkebunan/Peternakan
Propinsi
dengan
tembusan
Ditjen
Pengelolaan Lahan dan Air Cq. Dit. Pengelolaan Air dengan alamat Jl. Taman Margasatwa No. 3 Ragunan,
Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
2) Laporan akhir
Setelah pelaksanaan Pengembangan embung selesai, penanggung jawab kegiatan di tingkat kabupaten
wajib menyiapkan dan menyampaikan laporan akhir pelaksanaan program Pengembangan Embung baik
dari segi fisik maupun keuangan. Laporan akan lebih informatif dan komunikatif bila dilengkapi dengan
foto-foto dokumentasi minimal kondisi sebelum dan setelah kegiatan. Out line laporan akhir adalah seperti
Lampiran 3
V. PENUTUP
1.
dapat
bekerja
3.
Apabila terjadi perubahan-perubahan rencana fisik dan hal-hal yang belum jelas, dan
belum tertuang dalam Pedoman Teknis ini agar segera berkonsultasi kepada koordinator
tingkat Propinsi (Dinas Pertanian Tanaman Pangan/ Perkebunan/Peternakan Propinsi) atau
Penanggungjawab Program/Teknis di tingkat Pusat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1998. Petunjuk Teknis Pembuatan Embung Pertanian Direktorat Bina Rehabilitasi dan
Pengembangan Lahan, Jakarta.
Anonim, 2003. Pengembangan Sarana Konservasi Air Penunjang Pertanian Direktorat Pemanfaatan Air
Irigasi, Jakarta.
Syafruddin Karama, Kekeringan dan Banjir, Bom Besar Bagi Pertanian Indonesia, Harian Suara
Pembaharuan, 16 September 2004, Jakarta
Sumber: pla.deptan.go.id/pedum2007/
Embung Air
1. Pembuatan Rancangan Embung Air
a. Persiapan
1.
Pemilihan
calon
lokasi
Lokasi calon embung sebagaimana tercantum dalam RTT Gerhan. Untuk pemilihan lokasi
tapak (site) dilakukan dengan cara inventarisasi terhadap beberapa calon lokasi embung
air
dengan
a)
Daerah
b)
Topografi
c)
d)
kriteria
kritis
bergelombang
Air
Tanah
dan
sebagai
kekurangan
dengan
tanah
liat
berlempung
berikut:
air
(defisit)
kemiringan
<30%
sangat
atau
lempung
dalam
berdebu
Orientasi
lapangan,
konsultasi,
pengadaan
bahan
dan
administrasi
secara
teknis
Penyiapan
a)
b)
acuan
Mempelajari
Pertemuan
dan
rancangan
dengan
embung
masyarakat/kelompok
kelembagaan
yang
dalam
telah
disahkan,
rangka
sosialisasi
Pembuatan
sarana
dan
prasarana
Pengadaan peralatan/sapras diutamakan untuk jenis peralatan dan bahan yang habis
pakai.
Sedang
pembuatan
memperlancar
lapangan
a)
sarana
dan
prasarana
pelaksanaan
yang
dibuat
dengan
pekerjaan
antara
Pembuatan
lain
jalan
tujuan
untuk
di
:
masuk
Penataan
areal
kerja
a)
Pembersihan
lapangan
b)
Pengukuran
kembali
c)
Pemasangan
patok
/profil
d) Pembuatan embung, apabila dilaksanakan di tanah milik masyarakat, maka tidak ada
ganti rugi.
b. Pembuatan
1.
2.
3.
Pemadatan/pelapisan badan embung air dengan tanah liat, batu kapur, plastik atau
dengan pasangan batu
4.
c. Pemeliharaan
1.
2.
3.
Pengerukan lumpur
d. Organisasi Pelaksana
Sebagai pelaksana pembuatan embung adalah kelompok masyarakat setempat dibawah koordinasi Dinas
Kabupaten/Kota yang mengurusi kehutanan.
e. Jadwal Kegiatan
Tahapan dalam pelaksanaan sesuai dengan jadwal pelaksanaan yang tertuang dalam rancangan.
f. Hasil Kegiatan
Bangunan embung yang telah dibuat sesuai rancangan, dan untuk pemeliharaan diserahkan kepada
aparat desa/kelompok tani.
Sumber: Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 22/Menhut-V/2007 Tanggal : 20
Juni 2007: BAGIAN PERTAMA PEDOMAN TEKNIS GERAKAN NASIONAL REHABILITASI HUTAN
DAN LAHAN (GN-RHL/Gerhan) DEPARTEMEN KEHUTANAN 2007
Embung
Pengertian
Bangunan konservasi air berbentuk kolam untuk menampung air hujan dan air limpahan atau air
rembesan di lahan sawah tadah hujan yang berdrainase baik.
Sketsa Embung
Tujuan
Sebagai tempat persediaan air di musim kemarau, mengendalikan limpasan, serta dapat digunakan untuk
berbagai keperluan (pertanian, peternakan, dan rumah tangga).
Persyaratan Teknis
1.
2.
3.
4.
Gambar Teknis
Sumber: Tim Peneliti BP2TPDAS IBB 2002. Pedoman Praktik Konservasi Tanah dan Air.
Surakarta: BP2TPDAS IBB.
Sesungguhnya, tidak salah jika Pemkot Bandar Lampung berkukuh untuk membangun embung. Karena,
embung memang merupakan bangunan yang dapat mengurangi debit puncak banjir pada suatu daerah
aliran sungai (DAS) dan menahan kelebihan air tersebut untuk beberapa waktu lamanya. Sehingga,
potensi banjir di suatu kawasan/daerah dapat diminimalisasi bahkan dieliminisasi.
Hanya, perlu diperhatikan konsep atau ketentuan dasar dalam upaya merealisasikan embung tersebut.
Karena, implikasi logisnya adalah pada timbulnya pertanyaan, benarkah yang sedang dan akan dibangun
Pemkot Bandar Lampung itu adalah embung?
Karena, membangun embung atau penyebutan embung tersebut jika tanpa merujuk ketentuan atau
konsep yang ada akan berpotensi menimbulkan misunderstanding pada beberapa kalangan. Yang hal itu
jelas akan dapat mengarah ke misinterpretation dalam penerapan di lapangan.
Konservasi Air
Dari beberapa literatur seputar embung, seperti Pedoman Membuat Desain Embung Kecil untuk Daerah
Semi Kering di Indonesia (1997) oleh Departemen Pekerjaan Umum, diperoleh definisi bahwa embung
adalah bangunan penyimpan air yang dibangun di daerah depresi, biasanya di luar sungai.
Embung akan menyimpan air di musim hujan, kemudian airnya dapat dimanfaatkan oleh suatu desa
hanya selama musim kemarau atau saat kekurangan air. Itu pun dalam memenuhi kebutuhan harus
dengan urutan prioritas, yaitu penduduk, ternak, dan sedikit kebun.
Sementara, menurut Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pengembangan Embung (2007) oleh
Departemen Pertanian, dinyatakan bahwa embung merupakan waduk berukuran mikro di lahan pertanian
(small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan di musim hujan yang
memenuhi kriteria air bersih.
Air bersih yang ditampung tersebut selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi suplementer untuk budi
daya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi (high added value crops) di musim kemarau atau di
saat curah hujan makin jarang.
Berdasar peristilahan di atas maka embung dapat digolongkan sebagai salah satu upaya atau teknik
pemanenan air (water harvesting) yang sangat sesuai di segala jenis agroekosistem. Di lahan rawa
namanya pond, yang berfungsi sebagai tempat penampungan air drainase saat kelebihan air di musim
hujan dan sebagai sumber air irigasi pada musim kemarau.
Sementara, pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan intensitas dan distribusi hujan yang
tidak merata, embung dapat digunakan untuk menahan kelebihan air dan menjadi sumber air irigasi pada
musim kemarau.
Prinsipnya, secara operasional embung berfungsi untuk mendistribusikan dan menjamin kontinuitas
ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan.
Sehingga, nuansa pembangunan embung adalah lebih kental untuk konservasi air.
Secara historis dan teoritis, konsep dasar konservasi air adalah jangan membuang-buang sumber daya
air. Pada awalnya konservasi air diartikan sebagai penyimpan air dan menggunakannya untuk keperluan
yang produktif di kemudian hari. Konsep ini disebut konservasi segi suplai. Perkembangan selanjutnya
mengarah pada pengurangan atau pengefisienan penggunaan air, dikenal sebagai konservasi sisi
kebutuhan.
Konservasi air yang baik merupakan gabungan dari kedua konsep tersebut, yaitu menyimpan air di kala
berlebihan dan menggunakannya sesedikit mungkin untuk keperluan tertentu yang produktif. Sehingga,
konservasi air domestik berarti menggunakan air sesedikit mungkin untuk mandi, mencuci, menggelontor
toilet, dan penggunaan rumah tangga lain.
Konservasi air industri berarti penggunaan air sesedikit mungkin untuk menghasilkan suatu produk.
Konservasi air pertanian berarti penggunaan air sesedikit mungkin untuk menghasilkan hasil pertanian
yang sebanyak-banyaknya.
Konservasi air penting bagi kelangsungan kehidupan suatu bangsa, khususnya daerah defisit air tanah,
yaitu daerah kering (arid) dan semi kering (subhumid). Konservasi air ditujukan tidak hanya
meningkatkan volume air tanah, tapi juga meningkatkan efisiensi penggunaannya, memperbaiki
kualitasnya sesuai peruntukannya.
Konservasi air mempunyai efek berganda; mengurangi kerugian akibat air, mengurangi biaya pengolahan
air, mengurangi ukuran jaringan pipa, dll. Dalam kurun dua dekade, konservasi air menjadi kunci untuk
meningkatkan suplai air bersamaan dengan peningkatan manajemen kebutuhan.
Beberapa teknik konservasi air antara lain dengan pembuatan embung, sumur resapan, rorak, dam aprit
dan cara lain untuk mengurangi penguapan (evaporasi) dengan memanfaatkan mulsa.
Berdasarkan penjelasan di atas maka kembali kita dapat melihat dan menilai apakah benar Pemkot
Bandar Lampung sedang berupaya membangun bangunan yang berfungsi untuk konservasi air. Kalau itu
yang dilakukan tentunya apresiasi dan dukungan patut diberikan kepada pemerintah. Salah besar jika ada
yang berani menentang atau menolaknya.
Akan tetapi, perlulah ditelisik lebih dalam upaya pembangunan embung ini. Dari wacana yang ada
tampaknya Pemkot Bandar Lampung akan membangun embung di beberapa tempat yang jauh dari
sumber air yang bersih, bahkan nyaris tidak ada alias minim.
Air yang bakal mengisi embung berasal dari saluran drainase yang ada di sekitar embung yang akan
dibangun tersebut. Karena, tujuannya adalah untuk mengurangi kelebihan debit air saja dari saluran
drainase yang berpotensi menimbulkan banjir.
Namun, seperti diketahui bersama, saluran drainase di kota ini, baik itu yang alami seperti sungai
ataupun buatan seperti selokan sangat diragukan kualitasnya. Penelitian dari Haris Kadarusman, dkk
(2006) dari Politeknik Kesehatan Tanjungkarang mempertegas realita di atas.
Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa dari 13 sungai di Bandarlampung yang diteliti, hampir
semuanya dalam kondisi tercemar berat terutama di daerah hilir sungai (Seminar Dewan Air Kota
Bandarlampung di Poltekes Tanjungkarang, 18 April 2007).
Hal ini mempertegas pernyataan Clarke (1991) yang menyatakan bahwa meningkatnya jumlah penduduk
perkotaan, berkembangnya kegiatan industri, serta semakin tingginya standar hidup seperti penggunaan
mesin cuci, pencucian mobil dan sebagainya, telah meningkatkan jumlah kebutuhan air.
Akibatnya, produksi limbah cair juga meningkat, yang selanjutnya diikuti dengan meningkatnya
pencemaran/polusi air.
Parahnya, sistem drainase Bandar Lampung saat ini adalah sistem drainase campuran, yakni sistem
drainase yang selain berfungsi mengalirkan air hujan yang bersih juga bercampur dengan air kotor atau
limbah yang berasal dari domestik penduduk maupun industri.
Jika demikian, kondisi air yang ada di dalam embung nantinya, maka manalah mungkin secara optimal
dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan seperti sumber air bersih untuk warga, petani, peternak
maupun petambak seperti definisi yang diungkap di atas.
Lebih-lebih jika akan digunakan untuk wisata atau taman rekreasi masyarakat, sungguh tidak tepat. Di
samping itu pula sangat diragukan kontinuitas ketersediaan air yang akan mengisinya. Ada dua
kemungkinan jika embung tetap dibangun. Pertama, air yang terus ditahan tidak diganti-ganti karena
minimnya pasokan air tersebut akan menebar aroma yang tidak sedap dan jelas akan merusak
pemandangan karena proses pembusukan di dalamnya.
Kalau itu yang diambil maka Pemkot Bandar Lampung sangat perlu melakukan upaya terpadu, yakni juga
membangun IPAL (instalasi pengolahan air limbah) buatan atau yang alami, misalnya, dengan taman
tanaman air untuk menjernihkan air buangan tersebut (self purification, eco-sanitary atau eco-san).
Pilihan kedua adalah nantinya akan dikuras habis manakala hujan berhenti, sehingga tinggalah embung
tersebut yang kosong. Jelas itu bukan embung, lebih tepat disebut dengan bangunan kolam retensi
(detention pond atau retarding basin).
Karena, bangunan jenis ini hanya berfungsi manakala kapasitas saluran drainase sudah diduga akan
limpas dan menimbulkan banjir. Daripada air menggenangi permukiman penduduk atau fasilitas vital
lainnya, lebih baik ditahan dulu di suatu tempat untuk nantinya dilepas kembali jika hujan telah reda.
Pasti akan ada sanggahan yang menyatakan bahwa itukan hanya perbedaan istilah saja antara embung
dengan kolam retensi. Namun, penulis justru memandang bahwa dari perbedaan itulah akan berimbas
dan merembet ke banyak hal.
Mulai dari perbedaan jenis survei yang akan dilakukan, lalu metode kajian atau studi yang harus
dipikirkan, selanjutnya analisis dampak lingkungan yang harus diperhitungkan masak-masak, kemudian
perencanaan apa yang harus dibuat akibat perbedaan bangunan pelengkap yang sedikit berbeda sampai
nantinya berujung pada upaya operasional dan perawatannya.
Sehingga, sedikit perbedaan peristilahan itu saja, sesungguhnya akan menjadi perbedaan yang sangat
bisa dirasakan manakala telah terwujud nyata di hadapan kita.
Kolam retensi pun biasanya memiliki banyak fungsi, setidaknya minimal dwifungsi. Yakni, fungsi pertama
seperti yang disebut di atas yaitu menahan air ketika hujan deras maka kolam akan terisi air. Kemudian,
bila telah menunaikan fungsinya menahan air, ia akan beralih fungsi, misalnya, sebagai area parkir
maupun sarana olahraga. Model seperti ini banyak dilakukan di beberapa negara, contohnya, Jepang.
Di Jepang, kolam retensi merangkap sebagai lahan parkir dalam basement. Jika hujan deras difungsikan
untuk menampung air, tapi jika telah dibuang airnya maka akan menjadi lahan untuk parkir. Hal ini
dilakukan untuk menyiasati daerah-daerah yang tidak bisa tidak pasti akan mengalami banjir alias
langganan banjir.
Karena, bangunan atau gedung tersebut berada di daerah rendah yang dalam hal ini amat sangat sulit
untuk direlokasi mengingat pentingnya bangunan atau gedung tersebut. Atau, biaya yang diperlukan
untuk merelokasi dengan pembuatan kolam retensi ternyata lebih realistis pilihan kedua dibanding pilihan
pertama.
Sedangkan untuk lokasi yang masih luas dan lapang maka penggunaan kolam retensi dapat dioptimlakan
dengan menambah fungsi lain yang memiliki nilai manfaat yang cukup tinggi pula dilihat dari sisi
ekonomisnya. Seperti, kolam retensi terbuka yang berfungsi juga untuk lahan olahraga bagi masyarakat
sekitar.
Contoh itu dapat dilihat secara nyata di banyak tempat, seperti di Kirigauka Regulating Pond yang berada
dekat Sungai Tsurumi. Pada kolam ini tersedia lapangan tenis yang banyak. Manakala hujan deras
melanda dan diprediksi akan banjir, maka tempat tersebut dikosongkan dan segera akan berubah menjadi
danau.
Namun, dalam kondisi normal alias tidak hujan maka kolam tersebut akan menjadi tempat berolahraga
tenis, yang akan dimanfaatkan dengan maksimal oleh masyarakat.
Sekali lagi, memang keduanya, baik embung atau kolam retensi dapat mengurangi potensi banjir. Namun,
kriteria dan konsep dasar pembangunan dari kedua bangunan air ini berbeda. Sehingga, jangan dibolakbalik, misalnya, penyebutan embung itu serupa dengan kolam retensi, dan kolam retensi itu adalah
embung.
Atau yang berkembang saat ini asumsi beberapa pihak menyebut embung itu adalah kolam ikan.
(Lampung Post, edisi 8 Mei). Jelas ini tidak tepat, walaupun seperti penjelasan semula bahwa embung
dapat juga digunakan sebagai budi daya ikan, tapi fungsi embung yang utama bukanlah sebagai kolam
ikan.
Kolam retensi, kolam ikan bisa dibangun di mana saja alias tak perlu harus melulu disuplai air bersih, air
kurang bersihpun bisa, sedangkan embung tidak, yakni harus air bersih yang dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Nah, sekarang terserah Pemkot Bandar Lampung hendak membangun apa. Mau membangun
embung silakan, mau membangun kolam retensi juga monggo, atau mau membangun kolam ikan pun
boleh, asal sesuai dengan kriteria, kajian, dan peruntukannya. Bukan begitu? n
Sumber: Lampung Post, Rabu, 30 Mei 2007
Meningkatkan produktivitas lahan, masa pola tanam dan pendapatan petani di lahan
tadah hujan.
Mengaktifkan tenaga kerja petani pada musim kemarau sehingga mengurangi urbanisasi
dari desa ke kota.
PERSYARATAN LOKASI
Beberapa syarat yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan pembuatan embung yaitu:
Tekstur tanah:
Agar fungsinya sebagai penampung air dapat terpenuhi, embung sebaiknya dibuat pada lahan dengan
tanah liat berlempung.
Pada tanah berpasir yang porous (mudah meresapkan air) tidak dianjurkan pembuatan embung karena
air cepat hilang. Kalau terpaksa, dianjurkan memakai alas plastik atau ditembok sekeliling embung.
KEMIRINGAN LAHAN
Embung sebaiknya dibuat pada areal pertanaman yang bergelombang dengan kemiringan antara 8
30%. Agar limpahan air permukaan dapat dengan mudah mengalir kedalam embung dan air embung
mudah disalurkan ke petak-petak tanaman, maka harus ada perbedaan ketinggian antara embung dan
petak tanaman.
Pada
lahan
yang
datar
akan
sulit
untuk
mengisi
air
limpasan
ke
dalam
embung.
Pada lahan yang terlalu miring (> 30%), embung akan cepat penuh dengan endapan tanah karena erosi.
LOKASI
Penempatan embung sebaiknya dekat dengan saluran air yang ada disekitarnya, supaya pada saat hujan,
air
Lebih
di
baik
permukaan
lagi
kalau
tanah
dibuat
mudah
di
dekat
dialirkan
areal
tanaman
kedalam
yang
embung.
akan
diairi.
PEMBUATAN EMBUNG
Bentuk
Bentuk embung sebaiknya dibuat bujur sangkar atau mendekati bujur sangkar, hal tersebut dimaksudkan
agar diperoleh Wiling yang paling pendek, sehingga resapan air melalui tanggul lebih sedikit.
Penggalian tanah
Setelah diketahui letak, ukuran dan bentuk embung yang diinginkan tahapan selanjutnya adalah
penggalian tanah yang dapat dikerjakan secara gotong royong. Cara penggaliannya adalah sebagai
berikut
Untuk memudahkan pemindahan tanah, maka tanah digali mulai dari batas pinggir dari permukaan
tanah.
Untuk menghindari masuknya kotoran kedalam embung terbawa air limpasan, maka keliling tanggul
dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah.
Saluran pemasukan air limpasan dan pembuangan dibuat sedemikian rupa, sehingga air embung tidak
penuh/meluap. Jarak saluran pembuangan dari permukaan tanggul berkisar 25 50 cm.
Pelapisan tanah liat
Supaya tanggul tidak mudah bobol, sebaiknya dilakukan pemadatan secara bertahap dengan cara : tanah
liat (lempung) dibasahi dan diolah sampai berbentuk pasta, lalu ditempel pada dinding embung setebal
25
cm,
mulai
dari
dasar
kemudian
secara
berangsur
naik
ke
dinding
embung.
Sambungan tanah yang berbentuk pasta tersebut dibuat menyatu sehingga air embung tidak mudah
meresap ke tanah.
Untuk menekan kelongsoran, pelapis dinding embung dipapas sampai mendekati kemiringan 70 80
atau dibuat undakan.
Pada tanah berpasir resapan air kebawah (perkolasi) maupun melalui tanggul agak cepat. Oleh karena itu
dinding embung perlu dilapisi, bisa dari plastik, tembok atau campuran kapur dengan tanah liat.
Campuran kapur tembok dan tanah liat untuk memperkeras dinding embung dibuat dengan perbandingan
1 : 1 dengan cara kapur dibasahi dan dicampur dengan tanah liat sampai berbentuk pasta. Pasta tersebut
ditempelkan pada dinding dan dasar embung hingga mencapai ketebalan 25 cm.
Sumber:
PUSLITBANG
Disusun
TANAMAN
oleh
Diproduksi
Sumber
PANGAN,
BADAN
LITBANG
Ir.
:
Dana
PERTANIAN
DEPTAN,
Eddy
Purnomo
IPPTP
:
APBD
1994
Wonocolo
Tk.
Jatim
disekitarnya.
Embung Kulak Secang berada di Anak Sungai Kulak Secang Desa Jatigreges Kecamatan Pace Kabupaten
Nganjuk, Propinsi Jawa Timur.
3. MAKSUD, TUJUAN DAN MANFAAT
Maksud
a.
tujuan
Membantu
dan
manfaat
kebutuhan
b.
air
dibangunnya
irigasi
71
Embung
Ha
Pengembangan
Kulak
terutama
obyek
Secang
di
musim
adalah
kemarau.
wisata
SUMBER
DANA
Biaya Pembangunan diperoleh melalui Dana Anggaran Pendapatan Belanja Negara tahun 2005 sebesar
Rp. 1.945.786.000,-.
6. DATA TEKNIK
6.1. Kolam Embung