Anda di halaman 1dari 62

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu permasalahan fundamental dalam pengembangan usaha


tani adalah ketersediaan air menurut ruang dan waktu. Air bagi
tanaman maupun ternak merupakan faktor utama yang menentukan
tingkat keberhasilan usaha tani, terlebih pada kawasan pertanian lahan
kering dimana air merupakan kendala utamanya.

Peran air dalam usahatani sangat strategis. Namun pengelolaannya


masih jauh dari yang diharapkan, sehingga air yang semestinya
merupakan sahabat petani berubah menjadi penyebab bencana bagi
petani. Indikatornya, di musim kemarau ladang dan sawah sering kali
kekeringan dan sebaliknya, di musim penghujan ladang dan sawah
banyak yang terendam air.

Secara kuantitas, permasalahan air bagi pertanian terutama di lahan


kering adalah persoalan ketidaksesuaian distribusi air antara
kebutuhan dan pasokan menurut waktu ( temporal) dan tempat
(spatial). Persoalan menjadi semakin komplek, rumit dan sulit
diprediksi karena pasokan air tergantung dari sebaran curah hujan
sepanjang tahun, yang pada kenyataannya sebaran curah hujan tidak

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


1
Parit
merata walau di musim hujan sekalipun. Oleh karena itu, diperlukan
teknologi konservasi air tepat guna, murah dan aplicable untuk
mengatur ketersediaan air agar dapat memenuhi kebutuhan air ( water
demand) yang semakin sulit dilakukan dengan cara-cara alamiah
(natural manner).

Teknologi konservasi air yang sederhana, biayanya relatif murah dan


dapat dijangkau kemampuan petani antara lain embung/dam parit.
Embung atau tandon air merupakan waduk berukuran mikro ( small
farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan
dan aliran permukaan di musim hujan. Air yang ditampung tersebut
selanjutnya digunakan sebagai sumber irigasi suplementer untuk
budidaya komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi ( high added
value crops) di musim kemarau atau di saat curah hujan tidak
memenuhi kebutuhan irigasi. Embung merupakan salah satu teknik
pemanenan air (water harvesting) yang sangat sesuai di segala jenis
agroekosistem. Pada ekosistem tadah hujan atau lahan kering dengan
intensitas dan distribusi hujan yang tidak merata, embung dapat
digunakan untuk menahan kelebihan air dan menjadi sumber air
irigasi pada musim kemarau. Secara operasional sebenarnya
embung berfungsi untuk menampung, mendistribusikan dan menjamin
kontinuitas ketersediaan pasokan air untuk keperluan tanaman
ataupun ternak di musim kemarau dan penghujan.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


2
Parit
Sedangkan dam parit prinsip kerjanya adalah memanfaatkan aliran
permukaan (run off) dan curah hujan yang masuk ke parit dengan
cara membendung dan menaikkan tinggi muka air, untuk selanjutnya
digunakan sebagai sumber air/suplesi irigasi. Pembangunan dam parit
secara bertingkat (case cade) juga ditujukan untuk dapat mengurangi
banjir melalui penurunan debit puncak ( peak discharge) dan
memperpanjang waktu menuju debit puncak ( time to peak discharge)
DAS (Irianto., et al., 2000)

B. Tujuan

Pembuatan bangunan konservasi air bertujuan antara lain untuk :


1. Menampung air dari aliran permukaan ( run off) saat hujan, dari
parit atau sungai - sungai kecil, mata air serta sumber air lainnya
yang memungkinkan untuk ditampung.
2. Menyediakan sumber air sebagai suplesi irigasi untuk tanaman
pangan, hortikultura semusim, tanaman perkebunan semusim dan
peternakan.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


3
Parit
C. Sasaran

Sasaran pembangunan bangunan konservasi air untuk pertanian


antara lain :
1. Tertampungnya air dari aliran permukaan ( run off) dari parit atau
sungai-sungai kecil, mata air serta sumber air lainnya yang
memungkinkan untuk ditampung.
2. Tersedianya air untuk suplesi irigasi bagi tanaman palawija,
hortikultura semusim, tanaman perkebunan semusim dan
peternakan.

D. Istilah

Dalam Pedoman Teknis ini dijumpai istilah - istilah yang memiliki


pengertian sebagai berikut :
1. Embung
Embung adalah bangunan konservasi air berbentuk
kolam/cekungan untuk menampung air dari hujan, parit atau
sungai kecil, mata air serta sumber air lainnya untuk mendukung
usaha pertanian (pangan/hortikultura), perkebunan dan
peternakan.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


4
Parit
2. Dam Parit
Dam parit adalah suatu bangunan konservasi air berupa bendung
kecil pada parit – parit alamiah atau sungai – sungai kecil yang
dapat menahan air dan meningkatkan tinggi muka air untuk
disalurkan sebagai air irigasi.

3. Parit alami
Adalah parit yang terbentuk secara alami dari alur limpasan
hujan yang akhirnya menjadi aliran permukaan. Parit tersebut
merupakan bagian dari sub daerah aliran sungai di wilayah
tersebut. Parit seperti ini bisa disebut juga sungai kecil

4. Dinas Pertanian
Dinas Pertanian adalah dinas yang di dalam tugas pokok dan
fungsinya mendapat mandat di bidang pertanian tanaman
pangan dan hortikultura/perkebunan/peternakan.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


5
Parit
II. PELAKSANAAN

Untuk melaksanakan pengembangan bangunan konservasi air


beberapa tahapan kegiatan dan persyaratannya yaitu :

A. Sosialisasi

Dinas Pertanian harus melakukan sosialisasi pembangunan


embung/dam parit kepada masyarakat calon penerima manfaat.
Petani sebagai penerima manfaat kegiatan ini harus diberikan
pengertian bahwa mereka adalah subyek dari kegiatan ini. Diharapkan
dengan adanya sosialisasi ini akan timbul semangat partisipasi dan
output kegiatan semakin baik.

B. Persyaratan Lokasi

Persyaratan ini supaya menjadi perhatian agar kegiatan dapat


dilaksanakan dengan baik.
1. Persyaratan lokasi pembuatan embung adalah sebagai berikut :
a. Embung dibangun pada cekungan diantara 2 punggung bukit
(gully) tempat mengalirnya aliran permukaan saat terjadi
hujan, dengan membendung pada bagian bawahnya.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


6
Parit
Gambar 1. Lokasi pembangunan embung berupa cekungan
diantara 2 punggung bukit

Pada lokasi seperti ini, luasan tangkapan air ( catchment area)


harus cukup sehingga aliran permukaannya dapat mengisi
embung.

b. Embung dapat juga dibangun dengan membendung parit atau


sungai kecil sehingga terbentuk dam parit. Pada lokasi ini
kemiringan parit/sungainya dicari yang agak landai sehingga
volume tampungan airnya maksimal.

c. Diupayakan lahan tempat embung dibangun tidak porus. Bila


terpaksa dibangun di tempat yang porus, maka dasar embung

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


7
Parit
harus dilapis (linning/plastik/tanah liat/geotekstil).
d. Di daerah atau sekitar daerah pertanian/perkebunan/
peternakan yang memerlukan pasokan air dari embung
sebagai suplesi air irigasi.

e. Bendung dapat ditempatkan sehingga volume


tampungan embung optimal. Oleh karenanya kemiringan
lahan sebaiknya antara 4 - 6%.

2. Persyaratan lokasi pembuatan dam parit adalah sebagai


berikut :
a. Terdapat parit - parit alamiah atau sungai - sungai kecil
dengan debit air yang memadai untuk keperluan irigasi.
b. Terdapat saluran air untuk menghubungkan dam parit ke
lahan usahatani yang akan diairi.
c. Bila belum/tidak ada saluran, maka petani bersedia
membuat saluran air secara partisipatif.
d. Letak dam parit harus memperhatikan kemudahan dalam
membendung dan memdistribusikan air serta struktur
tanah yang kuat untuk pondasi bendung.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


8
Parit
Gambar 2. Contoh bangunan dam parit

C. Persyaratan Petani/Kelompok Tani

Persyaratan petani/kelompok tani untuk dibantu pembangunan


embung/dam parit adalah :
1. Telah terbentuk Kelompok Tani/P3A.
2. Diutamakan Kelompok Tani/P3A yang mempunyai semangat
partisipatif.
3. Kelompok Tani/P3A terpilih belum pernah mendapat bantuan
sejenis.
4. Bersedia menyediakan lahan tanpa ganti rugi yang dinyatakan
dalam surat pernyataan bermaterai cukup.
5. Bersedia mengoperasikan dan memelihara bangunan yang
dinyatakan dalam surat pernyataan.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


9
Parit
D. Survey, Investigasi, Desain (SID)

Penanggung jawab kegiatan (Dinas Pertanian Kabupaten/Kota)


harus melakukan survey untuk menentukan Calon Petani dan Calon
Lokasi (CPCL) sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan
pada butir A dan B.

Setelah menentukan CPCL, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota


bersama dengan petani/kelompok tani dan petugas penyuluh
lapangan (PPL) membuat desain. Desain diusahakan sesederhana
mungkin agar dapat dipahami oleh pelaksana (petani/kelompok tani)
di lapangan. Hal-hal prinsip mengenai desain sebaiknya
dikonsultasikan kepada ahli atau yang berpengalaman dalam
mendesain embung/dam parit.

Desain embung/dam parit dapat disesuaikan dengan kondisi wilayah


setempat, antara lain topografi lahan, sumber air yang digunakan,
jenis tanah, jenis usahatani. Namun demikian secara umum
penyusunan desain embung perlu memperhatikan hal - hal sebagai
berikut :
1. Mudah dalam pengambilan sumber airnya, untuk itu embung
sebaiknya berada di bawah daerah tangkapan air atau di jalur
lintasan aliran permukaan (mata air, parit, sungai kecil).

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


10
Parit
Keberhasilan pembangunan embung sangat ditentukan oleh
kemudahan dalam pengisian airnya.
2. Kapasitas tampung embung sebesar mungkin, untuk itu sedapat
mungkin mencari lokasi cekungan dan tempat melintas/berkumpul
air, kedap air, sehingga dapat menekan biaya untuk galian dan
pembuatan tanggul/dinding.
3. Diupayakan mempunyai komponen bangunan yang lengkap agar
embung kuat, dapat berfungsi optimal dan memudahkan dalam
operasional dan pemeliharaan. Komponen tersebut antara lain
terdiri dari saluran masuk beserta bak kontrol, badan embung,
bendung, pelimpas, pintu penguras, pintu keluar/irigasi. Desain
embung sudah memperhitungkan adanya sedimentasi yang masuk
dan kemudahan perawatan. Kekuatan bendung harus
diperhitungkan adanya volume puncak. Dimensi dan posisi
komponen - komponen bangunan tersebut dapat disesuaikan
dengan kondisi setempat.
4. Mudah dan efisien dalam penyaluran airnya, untuk itu posisi
embung sebaiknya dekat dan berada lebih tinggi dari pada lokasi
lahan usaha tani dan air irigasi dapat diberikan secara gravitasi.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


11
Parit
Dalam penyusunan desain dam parit perlu diperhatian hal - hal
sebagai berikut :
1. Penempatan bendung yang paling efisien dalam biaya dan
penyaluran air.
2. Sebaiknya dekat dengan saluran irigasi yang sudah ada.
3. Konstruksinya kuat menahan debit puncak.
4. Mudah dalam operasional dan pemeliharaan.
Karena komponen biaya pembuatan dam parit tidak termasuk
saluran irigasinya, maka pembangunan ini dapat digunakan
untuk membuat/merehab bendung - bendung pada irigasi desa
yang menggunakan parit sebagai sumber airnya dan telah
rusak.
Dimungkinkan juga kegiatan ini dipadukan dengan kegiatan
pengembangan irigasi permukaan.

E. Pencatatan Koordinat

Lokasi yang akan dibuat bangunan embung/dam parit supaya dicatat


koordinat geografisnya yang meliputi :
- Lintang dan bujur
- Ketinggian lokasi (dpl)
Dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) atau
dengan ekstrapolasi peta yang tersedia. Data koordinat ini

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


12
Parit
selanjutnya diperlukan untuk menyusun sistem basis data
pengelolaan lahan dan air sekaligus memantau kinerja pelaksanaan
kegiatan yang telah berjalan.

F. Konstruksi

Konstruksi pembangunan bangunan konservasi air (embung/dam


parit) dilakukan oleh pelaksana yang telah ditunjuk (kelompok tani)
dan dilaksanakan secara padat karya agar petani mampu
mengembangkan bangunan konservasi air tersebut dan merasa ikut
memiliki. Di dalam pelaksanaan fisik bangunan perlu diawasi oleh ahli
bangunan yang ditunjuk oleh Dinas Pertanian Kabupaten.

1. Embung
a. Bendung dan Pelimpah
Bendung berfungsi untuk membendung, menahan dan
meninggikan permukaan air. Pada bagian bendung ini harus
dilengkapi dengan pelimpah yang berfungsi untuk
menyalurkan/melimpaskan air secara langsung saat volume air
melebihi kapasitas tampungan embung. Oleh karena itu
konstruksi bendung harus kuat. Pada bagian pelimpas perlu
dibuat kolam olak agar air yang melimpah tidak merusak
bendung. Bendung bisa terbuat dari pasangan batu atau tanah,

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


13
Parit
namun pada bagian pelimpasnya harus terbuat dari pasangan
batu/cor.

Gambar 3. Bendung embung Gambar 4. Bendung embung


terbuat dari pasangan batu dan terbuat dari pasangan batu dan
dilengkapi dengan pintu irigasi tanah serta dilengkapi dengan pintu
dan pelimpah irigasi/penguras

Gambar 5. Bendung embung terbuat dari tanah dan dilengkapi dengan


pintu irigasi/penguras dari pasangan batu.

b. Pintu Penguras
Bangunan ini sangat penting untuk perawatan dan menjaga
volume tampungan embung. Berfungsi untuk menguras dan
membersihkan sedimen yang ada dalam embung serta untuk
mengosongkan seluruh isi embung bila diperlukan untuk

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


14
Parit
perawatan. Pintu bisa berupa pintu sekat balok atau pintu
sorong, bahkan jika sumber air yang digunakan tidak membawa
sedimen, dimungkinkan saluran penguras cukup dibuatkan
saluran dari pipa yang bisa di buka/tutup.
c. Pintu/Saluran Pemasukan (Inlet)
Kebutuhan bangunan ini disesuaikan dengan kondisi lapangan.
Berfungsi untuk mengarahkan air agar mudah masuk ke dalam
embung dan menyaring kotoran/sedimen yang mungkin masuk
ke embung. Untuk itu pada saluran ini perlu dibuat bak kontrol
atau penyaring kotoran
d. Pintu Irigasi/Saluran Pengeluaran (Outlet)
Berfungsi untuk mengatur air untuk irigasi ke lahan pertanian.
Pintu irigasi bisa berupa sekat balok atau pintu sorong. Jika
elevasi lahan pertanian lebih tinggi daripada embung,
pembuatan saluran pengeluaran tidak diperlukan, sedangkan
pemanfaatan airnya bisa menggunakan pompa.

2. Dam Parit
a. Talud/Jagaan (free board), berfungsi untuk
menjaga pinggir parit tidak tergerus oleh air
dan akan menjadi pegangan bendung.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


15
Parit
Gambar 6. Talud/Jagaan

b. Bangunan bendung/pelimpah, berfungsi untuk membendung


aliran/meninggikan muka air di parit dan sekaligus
melimpahkan air saat volume air melebihi kapasitas tampung.

Gambar 7. Bendung/Pelimpah

c. Pengendali/Pintu Air, berfungsi untuk mengatur volume air


yang akan dialirkan ke lahan usaha tani melalui saluran
irigasi. Pengendali/pintu air ini dapat dibangun di samping
atau di pinggir bendung.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


16
Parit
Gambar 8. Pintu Air Untuk Mengatur Volume Air Yang
Masuk Ke Saluran Irigasi

d. Pintu penguras, berfungsi untuk menguras dan


membersihkan bendung dari kotoran dan sedimentasi.

Gambar 9. Pintu Penguras

e. Saluran irigasi, berfungsi menyalurkan air dari bendung ke


lahan usaha tani.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


17
Parit
Gambar 10. Saluran Irigasi dan Pintu Air

f. Kolam olak, berfungsi agar air yang terjun melalui pelimpas


tidak merusak bendung.

Gambar 11. Kolam Olak

g. Komponen bangunan dam parit tersebut juga dapat


disederhanakan untuk menekan biaya konstruksi, misalnya
pada gambar 12, pintu penguras hanya terbuat dari pipa
paralon. Saat musim hujan saluran ini dibuka untuk
mengurangi sedimen di bendung.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


18
Parit
Gambar 12. Dam Parit Dengan Saluran Penguras
Sederhana

G. Pengawasan

Aparat Dinas Pertanian sebagai penanggung jawab kegiatan harus


melakukan pengawasan selama proses pembangunan sejak
perencanaan hingga konstruksi selesai.

H. Pembiayaan

Biaya Pembangunan Embung/Dam Parit disediakan melalui dana


Tugas Pembantuan dengan Akun Belanja Lembaga Sosial Lainnya.
Dana tersebut bisa digunakan untuk insentif tenaga kerja (Padat
Karya), pembelian bahan bangunan, bahkan bisa untuk kebutuhan
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
19
Parit
lain yang berkaitan dengan konstruksi fisik (misalnya sewa alat).
Proporsi pembagian dananya disesuaikan dengan kebutuhan
lapangan. Prosedur pengelolaan dana tersebut mengacu kepada
Pedoman Pengelolaan Bantuan Sosial.

III. INDIKATOR KINERJA

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


20
Parit
A. Keluaran ( Output )
Terbangunnya, berfungsi dan termanfaatkannya bangunan
embung/dam parit atau di kawasan pertanian untuk tanaman
pangan, hortikultura, tanaman perkebunan semusim dan usaha
peternakan.

B. Hasil ( Outcome )
Tersedianya air untuk usaha pertanian pada saat diperlukan (sebagai
suplesi irigasi).

C. Manfaat ( Benefit )
- Mengurangi resiko kegagalan usaha pertanian akibat kekeringan.
- Meningkatnya kesempatan berusaha tani terutama pada musim
kemarau.

D. Dampak ( Impact )
Meningkatnya produktifitas usaha pertanian dan atau indeks
pertanaman bagi usahatani.

IV. PENGENDALIAN

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


21
Parit
Kepala Dinas/Kepala Satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran
dan penanggung jawab pembangunan embung/dam parit harus
melakukan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan tersebut (baik
teknis maupun administrasi). Satuan Pelaksana Pengendalian
Internal bertugas melakukan pengendalian dan review atas kinerja
pelaksanaan kegiatan pembangunan embung/dam parit sehingga
pelaksanaan kegiatan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang
ditetapkan dengan efektif, efisien, ekonomis, tertib dan akuntabel.
Secara singkat pengawasan / pengendalian dapat dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut :

A. Analisa Resiko

Dalam pelaksanaan pembangunan embung/dam parit dilakukan


analisa bagian – bagian atau dalam tahapan mana yang memiliki
resiko dapat mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan kegiatan.
Dilakukan analisa titik - titik kritis pelaksanaan kegiatan, penyebab
dan dampak/resiko yang ditimbulkannya. Resiko dapat terjadi
pada setiap tahapan kegiatan pengembangan irigasi bertekanan
baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan evaluasi,
serta tahap pelaporan dan tindak lanjut. Resiko yang tidak dapat
terdeteksi atau tidak dapat dikelola dengan baik akan
mengakibatkan tujuan dari kegiatan pembangunan embung/dam

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


22
Parit
parit yang telah ditetapkan tidak tercapai atau pencapaiannya tidak
optimal.

B. Penanganan Resiko

Dengan telah diketahui titik-titik kritis dalam pelaksanaan kegiatan


pembangunan embung/dam parit penyebab dan dampaknya
terhadapat pencapaian tujuan, maka dilakukan perumusan/ upaya
penanganan atau pembinaan sehingga tidak terjadi kesalahan –
kesalahan yang mungkin terjadi pada titik - titik atau tahapan kritis
tersebut. Pembinaan dan atau pengawasan perlu dilakukan lebih
intensif pada titik - titik kritis tersebut.

Untuk memudahkan pelaksanaan pengendalian dapat dilakukan


dengan menggunakan/ membuat daftar analisa resiko,
penanganan resiko dan ceklist seperti contoh pada Lampiran 1,2
dan 3.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


23
Parit
V. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan Evaluasi dilakukan terhadap keseluruhan kegiatan


pembangunan yang meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian, yaitu :
1. Terhadap kegiatan perencanaan meliputi antara lain pemilihan
lokasi, sosialisasi, rencana pembiayaan, dukungan dari
pemerintah daerah setempat dan lain-lain.
2. Terhadap pelaksanaan meliputi kegiatan persiapan, penyusunan
rencana kegiatan, organisasi, tugas dan fungsi pelaksana,
pengadaan dan penggunaan bahan/alat, pelaksanaan kegiatan
fisik, produktivitas pekerjaan dan lain-lain.
3. Terhadap pengendalian dan pengawasan meliputi peranan
pengawasan, teknis pelaksanaan pekerjaan fisik dan lain-lain.

B. Operasional dan Pemeliharaan

Operasional dan pemeliharaan bangunan dilakukan oleh


petani/kelompok tani. Pemanfaatan air dilakukan dengan membuat
jaringan/ saluran air ke lahan usahatani. Ada beberapa cara untuk
mengairi lahan usahatani, antara lain :
1. Apabila posisi lahan usaha tani berada di bawah embung/dam
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
24
Parit
parit, maka air dapat dialirkan dari petak ke petak lahan usahatani
secara gravitasi.
2. Apabila posisi lahan usaha tani di atas embung/dam parit, maka
dapat digunakan teknik irigasi pompa (tetes, sprinkler, atau
disalurkan langsung ke lahan), atau dengan alat manual lainnya.
Kebutuhan air tanaman harus menjadi acuan utama dalam pemberian
air irigasi suplementer.
Untuk menjaga keberlanjutan bangunan, maka beberapa komponen
pemeliharaan yang perlu mendapatkan perhatian antara lain :
1. Mengurangi kehilangan air karena penguapan.
2. Memelihara/melindungi bangunan.
a. Pemagaran sementara untuk mencegah gangguan ternak
terhadap tanggul embung/dam parit.
b. Pengangkatan sedimen/endapan lumpur.
c. Sesegera mungkin melakukan perbaikan tanggul/talud jika ada
yang bocor/rusak.
d. Tidak membuang sampah padat/cair ke dalam embung/dam
parit.

C. Pelaporan

Laporan diperlukan untuk mengetahui perkembangan pelaksanaan


kegiatan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Adapun

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


25
Parit
macam laporan adalah :
1. Laporan Bulanan

Laporan bulanan merupakan laporan perkembangan


pelaksanaan kegiatan selama pelaksanaan konstruksi. Laporan
ini dilaporkan tim teknis dari Kabupaten ke Propinsi, dengan
tembusan ke Pusat (Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana
Pertanian). Laporan Bulanan menggunakan form PSP 01 seperti
pada lampiran 5.

Untuk mengetahui dampak kegiatan pembangunan embung/dam


parit supaya dilaporkan rencana luas lahan (ha)/jumlah hewan
(ekor) yang mendapatkan manfaat kegiatan tersebut. Khusus
laporan ini dapat di fax ke Direktorat Pengelolaan Air Irigasi (021)
7823975.

2. Laporan Tahunan/Akhir
2.1. Laporan Tahunan/Akhir Oleh Kabupaten

Laporan ini dibuat oleh Kabupaten disampaikan ke Propinsi,


tembusan ke Pusat. Laporan tahunan ini menggunakan form PSP
03. Selain mengisi form tersebut, penanggung jawab kegiatan di
tingkat Kabupaten wajib menyiapkan dan menyampaikan laporan

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


26
Parit
akhir pelaksanaan program pembangunan embung/dam parit baik
dari segi fisik maupun keuangan. Laporan akan lebih informatif dan
komunikatif bila dilengkapi dengan foto - foto dokumentasi minimal
kondisi sebelum dan setelah kegiatan. Outline laporan akhir adalah
seperti Lampiran 9.

2.2. Laporan Tahunan/Akhir Oleh Propinsi

Laporan ini dibuat oleh Propinsi disampaikan ke Pusat. Isi laporan ini
merupakan rekap Kabupaten. Laporan ini menggunakan form PSP 04.
Laporan akhir ke Pusat dikirimkan ke Direktorat Jenderal Prasarana
dan Sarana Pertanian cq. Direktorat Pengelolaan Air Irigasi dengan
alamat Jl. Taman Margasatwa No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


27
Parit
VI. PENUTUP

1. Mengingat pembangunan embung/dam parit ini merupakan


kegiatan pendukung usaha pertanian, khususnya dalam
antisipasi penyediaan air untuk pertanian pada saat musim
kemarau maka seluruh jajaran yang terkait baik secara langsung
maupun tidak langsung diharapkan dapat bekerja dengan penuh
tanggungjawab yang berorientasi kepada kepentingan
masyarakat pertanian. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan
untuk tercapainya pembangunan yang lebih baik.
2. Untuk terwujudnya pelaksanaan yang efisien dan efektif, setiap
penanggungjawab kegiatan diharapkan menyusun rencana
pelaksanaan kegiatan secara terinci.
3. Apabila terjadi perubahan-perubahan rencana fisik dan hal-hal
yang belum jelas, dan belum tertuang dalam pedoman teknis ini
agar segera berkonsultasi kepada koordinator tingkat Propinsi
(Dinas Pertanian Tanaman Pangan/Perkebunan/Peternakan
Propinsi) atau Penanggungjawab Program/Teknis di tingkat
Pusat.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


28
Parit
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1998. Petunjuk Teknis Pembuatan Embung Pertanian


Direktorat Bina Rehabilitasi dan Pengembangan Lahan,
Jakarta.

Anonim, 2003. Pengembangan Sarana Konservasi Air Penunjang


Pertanian Direktorat Pemanfaatan Air Irigasi, Jakarta.

Syafruddin Karama, Kekeringan dan Banjir, Bom Besar Bagi Pertanian


Indonesia, Harian Suara Pembaharuan, 16 September 2004,
Jakarta

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


29
Parit
Lampiran 1
DAFTAR RESIKO
UNIT KERJA :
NAMA PIMPINAN :
NIP :
KEGIATAN : Pembangunan Embung/Dam Parit
TUJUAN :
No. Resiko Penyebab Dampak
a. Anggaran tidak sesuai Calon petani dan lokasi tidak Pemborosan anggaran
peruntukannya dan atau sesuai
penggelembungan harga
Embung
b. Bangunan Embung tidak Pembuatan desain dan Air irigasi tidak dapat
berfungsi dengan baik pelaksanaan konstruksi kurang dimanfatkan sehingga
tepat produksi usahatani tidak
maksimal
c. Jenis dan volume pekerjaan a. Kurang teliti dalam menyusun Realisasi pekerjaan rendah
tidak sesuai dengan desain perencanaan dan RUKK.
b. Tim teknis tidak memeriksa
hasil pekerjaan lapangan
dengan baik.
d. Masa pelaksanaan pekerjaan a. Kurang tersedianya peralatan Keterlambatan
melampaui batas yg b. Tenaga kerja kurang dan tidak pemanfaatan bangunan
ditentukan terampil Embung , hal ini dapat
mempengaruhi produksi
c. Faktor iklim/bencana alam
dan produktivitas usahatani
(banjir, longsor)
e Pertanggungjawaban Bansos a. Tim teknis/Korlap kurang Terjadi kesalahan
tidak tertib memahami bansos administrasi
b. Kelompok tidak melakukan
pencatatan dan pembukuan
secara baik dan benar

Disetujui Tanggal,…………………….. Dibuat Tanggal,…………………..


Pimpinan Unit Kerja Penyusun,

(…………………….) (…………………….)
NIP. NIP.

Diperiksa Tanggal,…………………..
Pemeriksa,

(...........................)

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


30
Parit
Lampiran 2
DAFTAR PENANGANAN RESIKO

UNIT KERJA :
NAMA PIMPINAN :
NIP :
KEGIATAN : Pembangunan Embung/Dam Parit
TUJUAN :
Penanganan
No Resiko Penyebab Dampak
a. Anggaran tidak sesuai Calon petani dan Pemborosan CP/CL dilaksanakan
peruntukannya dan lokasi tidak sesuai anggaran dan dilaporkan sesuai dengan
atau peng gelembunan kondisi lap.
harga

b. Bangunan Embung Pembuatan desain Air irigasi tidak Perencanaan/pembuat


berfungsi dengan baik dan pelaksanaan dapat an desain sederhana
konstruksi kurang dimanfatkan serta pengawasan pe
tepat sehingga laksanaan konstruksi
produksi oleh Tim Teknis di
usahatani tidak laksanakan dengan intensif
maksimal

c. Jenis dan volume a. Kurang teliti dalam Realisasi RUKK disusun berdasarkan
pekerjaan tidak sesuai menyusun pekerjaan musyawarah kelompok dan
dengan desain perencanaan dan rendah didampingi oleh tim teknis/korlap
RUKK.

b. Tim teknis tidak


memeriksa hasil
pekerjaan lapangan
dengan baik.

d. Masa pelaksanaan a. Kurang tersedianya Keterlambatan Pelaksanaan kegiatan aga


pekerjaan melampaui peralatan pemanfaatan berpedoman dengan jadwal
batas yg ditentukan Embung/, hal palang yg telah disusun
ini dapat
b. Tenaga kerja
mempengaruhi
kurang dan tidak produksi dan
terampil produktivitas
usahatani
c. Faktor
iklim/bencana alam
(banjir, longsor)

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


31
Parit
No Resiko Penyebab Dampak Penanganan
e. Pertanggungjawaban a. Tim Terjadi Pedoman bansos harus
Bansos tidak tertib teknis/Korlap kesalahan dipahami oleh Tim Teknis/korlap
kurang administrasi dan pengurus kelompok tani
memahami
bansos
b. Kelompok tidak
melakukan
pencatatan dan
pembukuan
secara baik dan
benar

Disetujui Tanggal, ………………………. Dibuat Tanggal, …………………….


Pimpinan Unit Kerja, Penyusun,

(…………………….) (…………………….)
NIP. NIP.

Diperiksa Tanggal,……………………
Pemeriksa,

(...........................)

Lampiran 3
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
32
Parit
DAFTAR ISIAN (CHECK LIST)
PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN EMBUNG/DAM PARIT

KETERANGA
No. URAIAN KEGIATAN N
I PERSIAPAN
1. Juklak Ada/tidak ada
2. Juknis Ada/tidak ada
3. Organisasi/kelembagaan Ada/tidak ada
4. SID Sederhana
4.1. Calon lokasi
a. Apakah di lokasi tersebut kekurangan air irigasi Ya/tidak
b. Apakah ada sumber air yang bias ditampung Ada/tidak ada
c. Apakah calon lokasi merupakan daerah cekungan Ya/tidak
d. Apakah calon lokasi dilengkapi dengan titik koordinat Ya/tidak
e. Apakah calon lokasi diperkuat dengan SK Bupati/Kepala Dinas Ya/tidak
4.2. Calon Petani
a. Apakah petani bersedian menyediakan lahan tanpa ganti rugi Bersedia/tidak
b. Apakah sudah terbentuk kelompok tani/P3A Ya/tidak
c. Apakah kelompok tani mempunyai respon positif terhadap kegitan ini Ya/tidak
d. Apakah calon petani diperkuat dengan SK Bupati/Kepala Dinas Ya/tidak
4.3. Desain Sederhana
a. Apakah ada peta situasi Sudah/belum
a. Apakah ada peta desain Sudah/belum
a. Apakah ada peta topografi Sudah/belum
5. RAB
a. Apakah ada RAB kegiatan Sudah/belum
b. Apakah RAB dilengkapi dengan rincian biaya Sudah/belum
c. Apakah RAB sudah dilegalisir oleh Kadis Kab/Kota Sudah/belum
d. Apakah RAB sesuai dengan tahapan kegiatan Sudah/belum
6. Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan sosialisasi Sudah/belum
No
. URAIAN KEGIATAN KETERANGAN
7. Apakah penyusunan RUKK dilaksanakan melalui musyawarah kelompok Ya/tidak

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


33
Parit
8. Apakah RUKK sudah dilegalisir oleh Kadis Kab/Kota Sudah/belum
9. Apakah mekanisme pencairan rekening kelompok melalui "contra sign" antara
Ketua Tim Teknis dan Petani/masyarakat Ya/tidak
10. Apakah perjanjian kerjasama sudah ditandatangani para pihak Ya/tidak
II PERSIAPAN
1. SK KPA, PPK, Bendahara Pengeluaran Ada/tidak ada
2. SK Tim Teknis /Koorlap Ada/tidak ada
3. SK Penetapan Lokasi dan Petani oleh Kepala Dinas Ada/tidak ada
III PELAKSANAAN
1. Pelaksanaan konstruksi telah mengikuti desain Ya/tidak
2. Pelaksanaan konstruksi telah mengikuti jadwal palang Ya/tidak
3. Hasil pelaksanaan (pembangan Embung) telah dimanfaatkan Sudah/belum
IV MONEV DAN PELAPORAN
4.1. Monitoring
a. Apakah sudah dibuat pedoman monitoring Sudah/belum
b. Apakah sudah dibuat jadwal monitoring Sudah/belum
c. Apakah sudah dibentuk Tim/Petugas monitoring Sudah/belum
d. Apakah sudah dibuat laporan pelaksanaan dan hasil monitoring Sudah/belum
4.2. Evaluasi
a. Apakah sudah dibuat pedoman evaluasi Sudah/belum
b. Apakah sudah dibuat jadwal evaluasi Sudah/belum
c. Apakah sudah dibentuk Tim/Petugas evaluasi Sudah/belum
d. Apakah sudah dibuat laporan pelaksanaan dan hasil evaluasi Sudah/belum
4.3. Pelaporan
a. Laporan pertanggungjawaban dana sesuai tahap kegiatan Sesuai/tdk sesuai
b. Apakah sudah dibuat laporan bulanani Sudah/belum
c. Apakah sudah dibuat laporan akhir Sudah/belum

No. URAIAN KEGIATAN KETERANGAN


V PERTANGGUNGJAWABAN

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


34
Parit
5.1. Apakah sudah dibuat BA Penyelesaian Pekerjaan Sudah/belum
5.2. Apakah sudah dibuat dokumentasi (sebelum, dalam pelaksanaan dan akhir) Sudah/belum
5.3. Apakah sudah dibuat dokumen bukti pembayaran Sudah/belum
5.4. Apakah sudah dibuat pembukuan Sudah/belum

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


35
Parit
Lampiran 4
Kelompok : .............................
Ds./Kel. : .............................
Kecamatan : .............................
Kab./Kota : .............................
Provinsi : .............................

RENCANA USULAN KERJA KELOMPOK


......................,.....................................
Kepada Yth :
Kuasa Pengguna Anggaran ........................
Kab/Kota .....................................................
Sesuai dengan Surat Keputusan
*)......No......tanggal...........tentang penetapan kelompok sasaran
kegiatan....................dengan ini kami mengajukan permohonan
Dana Bantuan Sosial kepada petani sebesar Rp................
(terbilang................) sesuai Rencana Usulan Kerja Kelompok
(RUKK) dengan rekapitulasi kegiatan sebaga berikut :
Biaya (rupiah)
No. Kegiatan Partisipasi
Pemerintah Jumlah
Masyarakat
1 2 3 4 5
A. Insentif Tenaga Kerja
1................................
2..................................
3..................................
B. Bahan/Material
1................................
2..................................
3..................................
C. Lainnya.....................
Jumlah
Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama
Nomor..................tanggal................., Dana Bantuan Sosial kelompok tersebut agar dipindahbukukan ke
rekening petani/kelompok......................No. Rekening...........pada cabang/unit
Bank...................di.....................

MENYETUJUI
Ketua Tim Teknis, Ketua Kelompok,

.................................. .............................
NIP
MENGETAHUI/MENYETUJUI
Pejabat Pembuat Komitmen
Kabupaten/Kota..............

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


36
Parit
....................................
NIP
*) Bupati/Walikota atau Kepala Dinas lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk
**) Format ini dapat disesuaikan untuk kegiatan pada DIPA Pusat dan DIPA Propinsi

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


37
Parit
Lampiran 5

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


38
Parit
Lampiran 6

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


39
Parit
Lampiran 7

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


40
Parit
Lampiran 8

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


41
Parit
Lampiran 9

Out Line dari Laporan Akhir ini adalah :

Kata Pengantar
Daftar Isi
I. Pendahuluan
A. Latar belakang
B. Tujuan dan Sasaran
II. Pelaksanaan
A. Lokasi
B. Tahap Pelaksanaan
C. Hasil Pelaksanaan
D. Perkiraan Manfaat
III. Permasalahan dan Upaya Pemecahan
IV. Kesimpulan dan Saran
Lampiran
Dokumentasi setiap tahapan kegiatan
Tabel perkembangan kegiatan
Tabel daftar bangunan sejenis yang pernah
dibangun/dilaksanakan Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


42
Parit
Lampiran 10

PROFIL P3A/KELOMPOK TANI


PELAKSANAAN KEGIATAN PEMBANGUNAN EMBUNG/DAM PARIT
TAHUN 2011

1. Lokasi
1.1. Titik koordinat :
1.2. Dusun :
1.3. Desa :
1.4. Kecamatan :
1.5. Kabupaten :
1.6. Propinsi :

2. Pelaksana
2.1. KT/P3A/Gapoktan :
2.2. Tahun pembentukan :
2.3. Legalitas P3A :
2.4. Nama Ketua : (lihat KTP)
2.5. Sekretaris : (lihat KTP)
2.6. Bendahara : (lihat KTP)
2.7. Jumlah anggota :
2.8. Luas hamparan kelompok :
2.9. Nomor rekening :

3. Luas areal pertanian di unit tersebut (TP/H/Bun/Nak) : Ha

4. Foto-foto (gambar) diambil dari sudut/titik yang sama


- Foto gambar lokasi 0% (beberapa sudut pengambilan)
- Foto gambar lokasi 50% (beberapa sudut pengambilan)
- Foto gambar lokasi 100% (beberapa sudut pengambilan)

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


43
Parit
Lampiran 11

Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam


44
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
45
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
46
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
47
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
48
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
49
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
50
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
51
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
52
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
53
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
54
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
55
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
56
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
57
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
58
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
59
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
60
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
61
Parit
Pedoman Teknis Konservasi Air Melalui Pembangunan Embung /Dam
62
Parit

Anda mungkin juga menyukai