Anda di halaman 1dari 4

1.

Pra bencana

a. Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.

b. Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku untuk air bersih.

c. Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di lingkungan
tinggal kita.

d. Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.

e. Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau
ubin keramik.

f. Kampanye hemat air, gerakan hemat air, perlindungan sumber air

g. Perlindungan sumber-sumber air pengembangannya.

h. Panen dan konservasi air

Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran permukaan pada
saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah. Panen air harus diikuti dengan
konservasi air, yakni menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Pembuatan
rorak merupakan contoh tindakan panen air aliran permukaan dan sekaligus juga tindakan konservasi
air.

Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering (dengan curah hujan <
100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan pada musim hujan curah hujannya sangat
tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen) untuk
digunakan pada musim kemarau. Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman, sehingga sebagian lahan masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta
mengurangi risiko erosi pada musim hujan.

1) Rorak

Rorak adalah lubang kecil berukuran panjang/lebar 30-50 cm dengan kedalaman 30-80 cm, yang
digunakan untuk menampung sebagian air aliran permukaan. Air yang masuk ke dalam rorak akan
tergenang untuk sementara dan secara perlahan akan meresap ke dalam tanah, sehingga pengisian pori
tanah oleh air akan lebih tinggi dan aliran permukaan dapat dikurangi.

Rorak cocok untuk daerah dengan tanah berkadar liat tinggi-di mana daya serap atau infiltrasinya
rendah—dan curah hujan tinggi pada waktu yang pendek.

2) Saluran buntu

Saluran buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa meter (sehingga disebut sebagai
saluran buntu). Perlu diingat bahwa dalam pembuatan rorak atau saluran buntu, air tidak boleh
tergenang terlalu lama (berhari-hari) karena dapat menyebabkan terganggunya pernapasan akar
tanaman dan berkembangnya berbagai penyakit pada akar.

3) Lubang penampungan air (catch pit)


Bibit yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan dari kekurangan air. Sistem
'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung air, sehingga kelembaban tanah di dalam lubang
dan di sekitar akar tanaman tetap tinggi. Lubang harus dijaga agar tidak tergenang air selama berhari-
hari karena akan menyebabkan kematian tanaman.

4) Embung

Embung adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan. Embung sebaiknya
dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah aliran sungai (DAS) mikro. Selama musim hujan, embung
akan terisi oleh air aliran permukaan dan rembesan air di dalam lapisan tanah yang berasal dari
tampungan mikro di bagian atas/hulunya. Air yang tertampung dapat digunakan untuk menyiram
tanaman, keperluan rumah tangga, dan minuman ternak selama musim kemarau.

Embung cocok dibuat pada tanah yang cukup tinggi kadar liatnya supaya peresapan air tidak terlalu
besar. Pada tanah yang peresapan airnya tinggi, seperti tanah berpasir, air akan banyak hilang kecuali
bila dinding dan dasar embung dilapisi plastik atau aspal. Cara ini akan memerlukan biaya tinggi.

5) Bendungan Kecil (cek dam)

Cek dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim hujan, sedangkan
pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air dan sedimen dari sungai kecil tersebut
terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada musim hujan permukaan air menjadi lebih tinggi dan
memudahkan pengalirannya ke lahan pertanian di sekitarnya. Pada musim kemarau diharapkan masih
ada genangan air untuk tanaman, air minum ternak, dan berbagai keperluan lainnya.

6) Panen air hujan dari atap rumah

Air hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki untuk dimanfaatkan selama musim
kemarau untuk mencuci, mandi, dan menyiram tanaman. Untuk minum sebaiknya digunakan air dari
mata air karena pada awal musim hujan, air hujan mengandung debu yang cukup tinggi.

Antisipasi penanggulangan kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi yaitu perencanaan
jangka pendek dan perencanaan jangka panjang.

a) Perencanaan jangka pendek (satu tahun musim kering):

· Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan.

· Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.

· Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang mempunyai waduk.

· Perbaikan sarana dan prasarana pengairan.

· Penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan dampaknya.

· Penyiapan cadangan pangan.

· Penyiapan lapangan kerja sementara (padat karya) untuk meringankan dampak.

· Persiapan tindak darurat.

· Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.


· Penyediaan air minum dengan mobil tangki.

· Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.

· Penyediaan pompa air.

b. Sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi antara lain:

· Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu.

· Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, embung).

· Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di wilayah sungai.

· Penggunaan air secara hemat.

· Penciptaan alat sanitasi hemat air.

· Pembangunan prasarana daur ulang air.

· Penertiban pengguna air tanpa ijin dan yang tidak taat aturan.

2. Saat terjadi Bencana

Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan dampak yang ditimbulkan
akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air dapat dilakukan melalui:

· Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.

· Penyediaan air minum dengan mobil tangki.

· Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.

· Penyediaan pompa air.

· Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).

Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait antara lain dengan
upaya:

a. Dampak Sosial:

 Penyelesaian konflik antar pengguna air.

 Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang mengalami kekeringan.

b. Dampak Ekonomi:

 Peningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk baru, optimalisasi fungsi


embung, situ, penghijauan daerah tangkapan air, penghentian perusakan hutan, dll.

 Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air, daur ulang pemakaian air.

 Mempertahankan produksi pertanian, peternakan, perikanan, dan kayu/ hutan melalui


diversifikasi usaha.
 Meningkatkan pendapatan petani, dan perdagangan hasil pertanian melalui perbaikan sistem
pemasaran.

c. Dampak Keamanan:

 Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.

 Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam penggunaan api.

d. Dampak Lingkungan:

 Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).

 Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.

 Membangun waduk-waduk baru untuk menambah cadangan air pada musim kemarau.

 Mempertahankan kualitas udara (debu, asap, dll) melalui pencegahan pencemaran udara
dengan tidak melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan kebakaran yang menimbulkan
terjadinya pencemaran udara.

 Mencegah atau mengurangi kebakaran hutan dengan pengolahan lahan dengan cara tanpa
pembakaran.

3. Pasca Bencana

Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang akibat bencana
kekeringan antara lain:

 Bantuan sarana produksi pertanian.

 Bantuan modal kerja.

 Bantuan pangan dan pelayanan medis.

 Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa, dll.

 Penggunaan air secara hemat dan berefisiensi tinggi.

 Penciptaan alat-alat sanitasi yang hemat air.

Kejadian kekeringan mempengaruhi sistem sosial, disamping sistem fisik dan sistem lingkungan,
sehingga manajemen kekeringan merupakan suatu tanggung jawab sosial, yang pada dasarnya terarah
pada upaya pasokan air dan mengurangi/meminimalkan dampak (Yevjevich-1978).

Anda mungkin juga menyukai