Anda di halaman 1dari 14

RAIN WATER HARVESTING

Alwanul Mubin (H73216029)

Memanen air hujan merupakan alternative sumber air yang sudah dipraktekkan selama
berabad-abad di berbagai negara yang sering mengalami kekurangan air (Chao-Hsien Liaw &
Yao-Lung Tsai, 2004). Air hujan yang dipanen dapat digunakan untuk multi tujuan seperti
menyiram tanaman, mencuci, mandi dan bahkan dapat digunakan untuk memasak jika kualitas
air tersebut memenuhi standar kesehatan (Sharpe, William E., & Swistock, Bryan, 2008; Worm,
Janette & van Hattum, Tim, 2006).
1. PENTINGNYA RAIN WATER HARVESTING
Secara ekologis ada empat alasan mengapa memanen air hujan penting untuk konservasi air
(Worm, Janette & Hattum, Tim van, 2006), yaitu:
 Peningkatan kebutuhan terhadap air berakibat meningkatnya pengambilan air bawah tanah
sehingga mengurangi cadangan air bawah tanah. Sistem pemanenan air hujan merupakan
alternatif yang bermanfaat.
 Keberadaan air dari sumber air seperti danau, sungai, dan air bawah tanah sangat fluktuatif.
Mengumpulkan dan menyimpan air hujan dapat menjadi solusi saat kualitas air permukaan,
seperti air danau atau sungai, menjadi rendah selama musim hujan, sebagaimana sering
terjadi di Bangladesh.
 Sumber air lain biasanya terletak jauh dari rumah atau komunitas pemakai. Mengumpulkan
dan menyimpan air di dekat rumah akan meningkatkan akses terhadap persediaan air dan
berdampak positif pada kesehatan serta memperkuat rasa kepemilikan pemakai terhadap
sumber air alternatif ini.
 Persediaan air dapat tercemar oleh kegiatan industri mupun limbah kegiatan manusia
misalnya masuknya mineral seperti arsenic, garam atau fluoride. Sedangkan kualitas air
hujan secara umum relatif baik.
2. KOMPONEN DASAR
Ada tiga komponen dasar yang harus ada dalam sistem pemanenan air hujan yaitu:
 catchment, yaitu penangkap air hujan berupa permukaan atap
 delivery system, yaitu sistem penyaluran air hujan dari atap ke tempat penampungan
melalui talang
 storage reservoir, yaitu tempat penyimpan air hujan berupa tong, bak atau kolam. Selain
ketiga komponen dasar tersebut, dapat dilengkapi dengan komponen pendukung seperti
pompa air untuk memompa air dari bak atau kolam penampung. (Worm, Janette & van
Hattum, Tim 2006; Chao-Hsien Liaw & Yao-Lung Tsai 2004).

Catchment

Delivery System

Storage Reservoir
3. KENDALA
yang dihadapi dalam memanen air hujan antara lainfrekuensi dan kuantitas hujan yang
fluktuatif serta kualitas air hujan belum memenuhi pedoman standar air bersih WHO. Ada dua
isu terkait kualitas air hujan, yaitu isu bacteriological water quality dan isuinsect vector.
 Isu bacteriological water quality. Air hujan dapat terkontaminasi oleh kotoran yang ada di
catchment area (atap) sehingga disarankan untuk menjaga kebersihan atap. Penampung
air hujan juga harus memiliki tutup agar terhindar dari kotoran. Bacteria tidak dapat hidup di
air yang bersih. Lumut dapat hidup jika ada sinar matahari menembus tong penampung air,
oleh sebab itu tong penampung air hujan sebaiknya dibiarkan gelap dan diletakkan di
tempat teduh agar lumut tidak dapat tumbuh.
 Isu insect vector. Serangga dapat berkembang biak dengan meletakkan telurnya dalam air.
Oleh karena itu sebaiknya tong penampung air ditutup rapat untuk menghindari masuknya
serangga seperti nyamuk. Ada beberapa metode perlakuan sederhana dalam pemakaian
air hujan, antara lain: merebus air akan mematikan bakteri, menambahkan chlorine (35ml
sodium hypochlorite per 1000 liter air) akan mendisinfeksi air, filtrasi pasir (biosand) akan
menghilangkan organism berbahaya (Thomas, tanpa tahun). Worm & van Hattum (2006)
menyebutkan sekarang dikembangkan teknik SODIS (Solar Water Disinfection) yaitu botol
plastic yang sudah dicat hitam diisi air dan dijemur beberapa jam dengan tujuan untuk
mematikan bacteria dan mikroorganisme dalam air hujan.
4. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN SISTEM RAINWATER HARVESTING

Kelebihan Kekurangan
Konstruksi Yang Sederhana. Biaya Yang Cukup Tinggi.
Konstruksi sistem Rainwater Harvesting Biaya dalam membangun sistem Rainwater
cukup sederhana hingga penduduk lokal Harvesting sebagian besar terpakai pada saat
dapat dilatih untuk membuat sendiri. Hal iniproses pembangunan. Namun begitu biaya
mengurangi biaya pekerja. dapat ditekan dengan desain konstruksi
sederhana dan penggunaan material local
Perawatan Terjamin. Perawatan Intensif.
Perawatan berkala dan maintenance dapat Tuntutan akan pentingnya perawatan berkala
diawasi oleh pemilik secara langsung. kadangkala sering dilupakan.
Kualitas Air Relatif Baik. Kualitas Air Juga Rawan.
Kemungkinan lebih baik daripada sumber air Tercemar polusi, kotoran burung, serangga,
lain seperti sumur. debu, dan kotoran lain.
Minim Dampak Negatif. Suplai Air BergantungKepada Musim.
Air hujan adalah sumber daya alam Musim kemarau berkepanjangan ditakutkan
terbarukan dan tidak merusak lingkungan. menghabiskan suplai air hujan.
Sumber Air Dekat. Suplai Terbatas.
Air hujan yang sudah ditampung dapat Suplai dibatasi oleh jumlah air hujan yang turun,
langsung dipergunakan karena luas bidang penangkap air hujan, serta
jarak penampungan air tidak jauh. kapasitas penyimpanan air.
Sumber: Worm dan Van Hattum (2006).
5. ALUR PIKIR
Alur pikir yang digunakan dalam memahami paparan modul ini dapat dilihat gambar

BAK
AIR HUJAN FILTRASI AIR BERSIH
PENAMPUNGAN

6. DETAIL SYSTEM KERJA PEMANENAN AIR HUJAN

Gambar 1. Ilustrasi pemanfaatan hasil pemanenan air hujan skala rumah tangga.
Beberapa langkah atau urutan dalam merancang sebuah sistem rainwater harvesting, yaitu:
 Menentukan jumlah total kebutuhan air.
Total kebutuhan air yang akan digunakan sebagai acuan adalah kebutuhan air per tahun.
Untuk mengetahui jumlah tersebut didapati persamaan:
Kebutuhan Air = Rata rata konsumsi air per orang x jumlah penghuni x 365 hari
Walaupun pada kenyataannya konsumsi air tiap orang pasti berbeda, namun dengan asumsi
rata-rata konsumsi harian orang, persamaan ini dapat dijadikan acuan yang valid.
 Merancang area penangkap air hujan.
Desain area penangkap air hujan diharapkan efisien dan memenuhi luas rata-rata yang
dibutuhkan agar meningkatkan jumlah air yang dapat dipanen. Di wilayah Kepulauan Meranti,
alat penangkap dapat menggunakan atap rumah atau bangunan dengan desain seperti pada
gambar 1.
 Merancang sistem pengiriman air hujan.
Pada umumnya, rainwater harvesting pada rumah tempat tinggal menggunakan sistem talang
air di ujung genteng. Material yang digunakan sebagai talang pada umumnya adalah
Aluminium dikarenakan material Aluminium memiliki sifat anti karat. Namun, pengaplikasian
talang tersebut dibatasi hanya pada bangunan yang menggunakan atap miring. Lain halnya
dengan bangunan yang memiliki area penangkap air hujan dengan desain khusus, sistem
pengiriman tidak memerlukan talang air sebagai komponen penyambung area penangkap
dengan pipa pengirim.
 Menentukan ukuran dan desain tempat penyimpanan air yang diperlukan.
Ukuran penyimpanan air dapat ditentukan berdasarkan persamaan pertama pada tahap 1.
Berdasarkan kebutuhan air dan prakiraan jumlah air yang akan diperoleh, dapat diketahui pula
ukuran penyimpanan air yang dibutuhkan. Ukuran tempat penyimpanan juga dapat
disesuaikan dengan kondisi keuangan keluarga tersebut.
7. DAMPAK PENGGUNAAN SISTEM RAINWATER HARVESTING
Dampak pada Aspek Ekonomi
Membuat sistem pemanenan air hujan tidaklah sulit, seperti telah di uraikan sebelumnya, ada
beberapa hal yang perlu disiapkan, yaitu:
1. Penangkap atau permukaan atap yang berfungsi untuk menangkap air hujan.
2. Sistem pengiriman untuk memindahkan air hujan yang sudah ditangkap dari penangkap
atau permukaan atap ke bak penyimpanan.
3. Bak penyimpanan atau tangki air untuk menyimpan air hingga air itu dipergunakan.
Bagaimana sistem panen air hujan bisa mengatasi kebutuhan air bersih di wilayah Kepulauan
Meranti? Masyarakat di Kepulauan Meranti guna memenuhi kebutuhan air bersih dalam
kehidupan sehari-hari menggunakan beragam cara, antara lain menggali tanah sedalam 2-3
meter, membuat sumur bor (sumur artesis) dan membuat tampungan air hujan menggunakan
bak atau ember kecil. Dengan menggali sumur akan di dapat air yang berwarna merah, hal ini
karena tanah di Kepulauan Meranti adalah tanah gambut, selain berwana merah, kalau satu
minggu tidak hujan air akan mengeluarkan bau seperti besi berkarat dan lengket kalau dipakai
mandi. Air ini jarang dipakai untuk mencuci karena bisa merusak struktur warna pakaian.
Tetapi ketika musim kemarau tiba dan lebih dari 2 bulan tidak turun hujan, maka harga air
bersih menjadi mahal. terpaksa masyarakat di Kepulauan Meranti menggunakan air merah
dari sumur mereka untuk keperluan mandi, tetapi untuk mencuci dan masak mereka membeli
air dengan harga yang tidak murah, bahkan ada yang satu jerigen 30 liter Rp 20.000, untuk
minum mereka membeli air galon dari harga Rp. 5.000 sampai Rp. 10.000 yang dibeli dari
Tanjung Balai Karimun Propinsi Kepulauan Riau sehingga terkadang pengiriman sampai
terlambat dan tidak ada persediaan air galon lagi di toko-toko sehingga masyarakat di
Kepulaua Meranti menggunakan air kemasan gelas satu karton dengan harga Rp. 14.000
untuk keperluan minum dan memasak.
Dengan demikian seandainya masyarakat mau berkorban untuk mengeluarkan biaya agak
sedikit, maka akan mendapatkan keuntungan lebih banyak, maksudnya dengan adanya sistem
pemanenan air hujan atau Rainwater Harvesting maka untuk membuat kolam dengan lahan
panjang, lebar dan kedalaman masing-masing 10 x 5 x 1,5 = 75 m3. Pada areal seluas itu bila
terjadi hujan selama 1 jam dengan intensitas 500 mm/jam. Bila semua areal lahan itu
kebanyakan merupakan areal kedap air (atap, halaman dari semen, jalan aspal) maka nilai
karakteristik tangkapan (catchment characteristic, cc = 0,90) (Apriyanto, 2012).
Dengan demikian jumlah air yang terakumulasi dari areal lahan tersebut menjadi 0,90 x 500 x
0,001 = 0,45 m3. Jika dalam satu musim hujan ada 6 bulan, satu bulan terjadi hujan 20 kali,
maka air sebanyak 54 m3 yang dapat tersimpan di dalam kolam. Belum dari air larian
permukaan yang masuk ke dalam kolam. Jika musim kemarau satu jerigen air 30 liter harganya
Rp. 5.000,- maka kolam tersebut mampu menampung 1800 jerigen, maka keuntungannya
adalah Rp. 9.000.000,-satu kali musim hujan. Dan keadaan ini akan berlangsung sepanjang
tahun.
Dasar ilustrasi perhitungan tersebut maka, penggunaan rainwater harvesting bagi masyarakat
Kepulauan Meranti sangat menguntungkan karena lebih murah daripada harus beli air bersih
tiap musim kemarau datang. Kekurangan dari pengunaan rainwater harvesting bagi
masyarakat Kepulauan Meranti adalah harus menyiapkan modal lumayan banyak untuk modal
awal.
Bagi Pemkab Kepulauan Meranti, dengan adanya penggunaan rainwater harvesting
mempunyai keuntungan yaitu dapat mengurangi anggaran pemerintah dalam hal belanja air
bersih, karena jika ditiap bangunan di perkantoran yang ada di Pemkab Kepulauan Meranti
memiliki bak penampung sendiri, maka Pemkab tidak perlu mengeluarkan biaya lagi untuk
pembelian air bersih terutama pada musim kemarau datang, karena digunakan untuk
kebutuhan sehari-hari pegawai misalnya untuk memasak (membuat teh atau kopi), kebutuhan
air di kamar mandi (toilet) dan menyiram tanaman di halaman.

Dampak pada Aspek Sosial Budaya


Dampak sosial dari kekeringan dapat terjadi konflik antar pengguna air yang saling berebut air,
khususnya air bersih. Secara tidak langsung kekeringan juga akan meningkatkan kriminalitas,
misalnya pencurian air. Di wilayah Kecamatan Tebingtinggi di Kabupaten Kepulauan Meranti
hal ini sering terjadi, pencuri mengambil air hujan yang ada di gentong yang berada di luar
rumah penduduk, sehingga terjadi saling kecurigaan antar tetangga, karena yang mengetahui
keberadaan tempat penampungan air dan waktu ada orang atau tidak di rumah tersebut
adalah tetangga dekat.
Selain itu jika terjadi musim kemarau maka semua masyarakat akan berlomba saling berebut
air, bahkan ada yang sampai bertengkar dan beradu mulut sehingga kadang sesama teman
atau tetangga hubungannya menjadi tidak harmonis lagi. Adanya sistem pemanenan air hujan
atau Rainwater Harvesting ini maka diharapkan setiap rumah dapat menyimpan air dalam
jangka waktu yang lama minimal dari musim penghujan sampai musim penghujan lagi. Dengan
demikian maka dampak sosial kemasyarakatan seperti pencurian dan konflik pertengkaran
antar anggota masyarakat dapat dihindarkan. Masyarakat pun secara tidak langsung juga
akan berhemat dalam penggunaan air bersih.
Bagi Pemerintah Daerah Kepulauan Meranti, dengan sistem pemanenan air hujan atau
rainwater harvesting maka terpenuhinya kebutuhan akan air bersih bagi masyarakatnya
sehingga akan menciptakan suasana yang aman dan kondusif. Tidak ada lagi tindak pencurian
air dan pertengkaran antar tetangga. Maka fungsi sebagai pengayom masyarakat dapat
terlaksana dengan baik. Selain itu dengan adanya bak penampungan air maka para pegawai
di Pemkab Kepulauan Meranti akan terasa nyaman bekerja, karena tersedianya air bersih
untuk kebutuhan sehari-hari mereka di kantor meskipun kemarau panjang.
Dampak pada Aspek Lingkungan
Jika musim kemarau tiba maka di Kabupaten Kepulauan Meranti sangat rentan terjadi
kebakaran lahan atau rumah, terutama karena di sini tanah atau lahan gambut jadi jika ada
orang membakar sampah dimungkinkan masih ada sisa-sisa api di dalam tanah dan hanya
bisa dihilangkan dengan disiram air, hal ini dikarenakan di dalam tanah tidak tersimpan
cadangan air, sehingga kandungan air dalam tanah hilang. Jika pengambilan air tanah
berkurang maka kekeringan di Kabupaten Meranti akan berkurang hal ini dapat mengurangi
bencana kebakaran lahan. Seperti kita ketahui bahwa lahan gambut adalah lahan yang mudah
terbakar.
Dampak lain adalah menurunnya kualitas kesehatan masyarakat, seperti menyebarnya
penyakit malaria, diare dan demam berdarah dan penyakit kulit. Ketika masyarakat
kekurangan air bersih, maka mandi akan menggunakan air gambut seadanya, yang tidak
memenuhi standar kesehatan, seperti warna merah pekat cenderung hitam, bercampur
lumpur, bau busuk dan lengket di kulit
Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah terbawa
angin. Hal ini menyebabkan debu ada di mana-mana, sehingga mengganggu kualitas
lingkungan. Kekeringan terjadi karena tanah tidak mampu menahan air di dalam tanahnya,
sehingga kandungan air dalam tanah hilang. Hal ini di karenakan beberapa hal, misalnya tidak
adanya tumbuhan di tempat tersebut, karena akar tumbuhan dapat berguna sebagai pengikat
air di dalam tanah. Jika pengambilan air tanah berkurang maka kekeringan di Kabupaten
Kepulauan Meranti akan berkurang.
Semakin maraknya pengambilan air tanah dalam dengan metode sumur bor (artesis) untuk
memperoleh air bersih, menyebabkan lapisan air dalam tanah akan habis. Hal ini
menyebabkan tanah menjadi tandus dan gersang. Ketika tanah tidak banyak mengandung air,
maka tumbuhan tidak bisa tumbuh.
Apabila penggunaan air tanah semakin banyak, maka penurunan permukaan tanah akibat
habisnya air di dalam tanah semakin besar. Ditambah lagi wilayah Kecamatan Tebingtinggi
khususnya di kabupaten Kepulauan Meranti banyak bangunan beton berlantai 4 yang dapat
memicu terjadinya penurunan tanah karena tanah menanggung beban berat diatasnya
sehingga banyak bangunan atau rumah-rumah yang tanahnya ambles dan akhirnya bangunan
atau rumah menjadi miring.
Dengan adanya sistem pemanenan air hujan atau Rainwater Harvesting, penggunaan air
tanah akan semakin berkurang. Sehingga kebutuhan akan air untuk keperluan menyiram
tanaman, mencuci dapat diperoleh dengan murah dan mudah. Selain itu tanah akan banyak
mengandung air, sehingga tumbuhan dapat tumbuh dengan subur sehingga kualitas
lingkungan menjadi baik dan dapat menjamin kelangsungan hidup hewan, tumbuhan dan
khususnya masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti.
DAFTAR PUSTAKA

PerMen PU No. 01/PRT/M/2009 tanggal 25 FEBRUARI 2009 tentang Penyelenggaraan


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Bukan Jaringan Perpipaan
http://www.sps.itb.ac.id/riset/index.php/tag/rainwater-harvesting/

Jurnal SISTEM RAINWATER HARVESTING SEBAGAI SALAH SATU ALTERNATIF


MEMENUHI KEBUTUHAN SUMBER AIR BERSIH Oleh Eko Sutrisno, Fakultas Teknologi
Pertanian UNIM

Anda mungkin juga menyukai