di
dalam
dan
di
luar
rumah
maupun
bisnis
(www.rainharvesting.com.au).
Menurut peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 12 tahun 2009
pasal 1 ayat 1: Pemanfaatan air hujan adalah serangkaian kegiatan
mengumpulkan, menggunakan, dan/atau meresapkan air hujan ke dalam tanah.
Sedangkan pada pasal 3 disebutkan, kolam pengumpul air hujan adalah kolam
atau wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh di atap
bangunan (rumah, gedung perkantoran atau industri) yang disalurkan melalui
talang.
Pemamenan Air Hujan Melalui Atap
Sebuah sistem pemanenan air hujan terdiri dari tiga elemen dasar: area
koleksi, sistem alat angkut, dan fasilitas penyimpanan. Tempat penampungan
dalam banyak kasus adalah atap rumah atau bangunan. Luas efektif atap dan
bahan yang digunakan dalam membangun atap mempengaruhi efisiensi
pengumpulan dan kualitas air.
Sebuah sistem pengangkutan biasanya terdiri dari talang atau pipa yang
memberikan air hujan yang jatuh di atas atap untuk tangki air atau kapal
penyimpanan lain. Baik drainpipes dan permukaan atap harus terbuat dari bahan
kimia lembam seperti kayu, plastik, aluminium, atau fiberglass, untuk
menghindari efek buruk pada kualitas air.
Air akhirnya disimpan dalam tangki penyimpanan atau tadah, yang juga
harus terbuat dari bahan inert. beton bertulang, fiberglass, atau stainless steel
adalah bahan yang cocok. Tangki Penyimpanan dapat dibangun sebagai bagian
dari bangunan, atau mungkin dibangun sebagai unit terpisah letaknya agak jauh
dari gedung. Salah satu contoh sistem pemanenan atau penampungan air hujan
yang berasal dari atap rumah dapat dilihat seperti pada Gambar 6.1.
Gambar 6.1 : Salah Satu Contoh Sistem Penampungan Air Hujan Yang
Berasal Dari Atap.
Ada berbagai teknik penerapan pemanenan air hujan yang dapat dipilih
disesuaikan dengan kondisi setempat. Penampung air hujan (PAH) merupakan
wadah yang dipergunakan untuk menampung air hujan yang jatuh di atas
bangunan (rumah, gedung perkantoran, atau industri) yang disalurkan melalui
talang. PAH sudah banyak dipakai masyarakat secara tradisional sebagai cadangan
air bersih. PAH dapat dibangun atau diletakkan di atas permukaan tanah (Gambar
6.2) atau di bawah permukaan tanah (Gambar 6.3) atau di bawah bangunan rumah
yang disesuaikan dengan ketersediaan lahan.
PAH yang diletakkan di atas permukaan tanah mempunyai berbagai
keuntungan
seperti
mudah
dalam
mengambil/
memanfaatkan
airnya
Gambar 6.4 : Salah Satu Contoh Sistem Penampungan Air Hujan Di pemukiman Pesisir,
Tarakan, Kaltim.
Gambar 6.6 : Salah Satu Contoh Sistem Penampungan Air Hujan Untuk Peternakan Sapi, Sangata,
Kaltim.
Gambar 6.7 : Sistem Penampungan Air Hujan (PAH) dan Sumur Resapan.
Pemanenan air hujan akan mampu menahan air dalam jumlah besar dan
sangat siknifikan dalam mengurangi jumlah aliran permukaan. Jika dilakukan
dalam jumlah besar dan missal dapat mengurangi banjir atau genangan pada suatu
wilayah. Pemanenan air hujan juga mengantisipasi limpasan air pada wilayahwilayah yang sangat lambat dalam peresapan atau pada tempat-tempat yang
mempunyai air permukaan yang tinggi, disamping itu air hasil tangkapan sangat
bermanfaat untuk keperluan sehari-hari, mengurangi ketergantungan pada air
tanah dan PDAM.
Air yang tidak tertampung dalam pemanenan akan diresapkan pada sumur
resapan biasa, dengan volume yang disesuaikan dengan kondisi dilapangan. Air
yang sudah tertampung kedalam tangki PAH dapat dimanfaatkan sebagai air
bersih yang dapat digunakan untuk keperluan mandi, cuci, kakus (MCK). Untuk
itu dilengkapi dengan pompa sedot, filter multi media dan kontrol panel. Kontrol
panel berfungsi untuk mengatur opersional pompa, memberikan tanda kepada
operator apakah dalam tangki PAH ada air atau kosong. Indikasi adanya air dalam
tangki PAH ditandai dengan lampu yang menyala hijau. Sistem opersional
penampungan air hujan, sumur resapan serta pengolahan air hujan dengan filter
multi media dapat dilihat pada Gambar 6.8. Sedangkan penampungan air hujan
serta filter multi media yang telah terpasang dapat dilihat pada Gambar 6.9 dan
Gambar 6.10.
Gambar 6.10 : Filter Multi media Untuk Pengolahan Air Hujan Untuk Keperluan Air Bersih.
cadangan air tanah yang meresap di di dalam tanah. Jika hal ini terjadi maka
kondisi air tanah di wilayah tersebut akan bertambah, dan jika embung terletak di
wilayah pegunungan seiring dengan berjalannya waktu maka pada musim
kemarau air tanah tersebut akan muncul ke permukaan di daerah yang lebih
rendah berupa mata air.
Embung juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat budidaya ikan untuk usaha
sampingan sebelum air itu digunakan sebagai pengairan. Jenis ikan yang
dipelihara terutama ikan-ikan yang mempunyai toleransi tinggi terhadap kondisi
lingkungan perairan yang buruk, sesuai dengan kondisi perairan embung yang
tergenang. Ikan mujair biasanya dapat hidup dengan baik, Selain untuk usaha
pemeliharaan ikan embung juga dapat dijadikan sebagai tempat rekreasi dan yang
lebih penting adalah digunakannya embung sebagai penyedia air bersih untuk
kebutuhan rumah tangga. Beberpa contoh embung dapat dilihat pada Gambar 6.10
dan Gambar 6.11.
Pembuatan embung sebenarnya tidak terlalu sulit untuk dilaksanakan, namun
harus memenuhi beberapa kriteria misalnya jenis tanah, kemiringan, tipe curah
hujan, ukuran dan luas daerah tangkapan hujan. Penandaan alur air limpasan harus
segera diketahui melalui pengamatan pada musim hujan, sehingga arah aliran air
tersebut sebagai dasar penentuan letak embung. Disamping itu yang lebih penting
lagi adalah dasar filosofi pembuatan embung secara ekologi - hidrolik haruslah
berorientasi pada embung yang alami artinya bahwa dalam pengelolaannya
berangkat dari filosofi embung alami bukan berangkat dari filosofi reservoir atau
kolam tando bangunan sipil hidro.
Embung yang alami memenuhi kondisi ekologi-hidrolik dan dilingkari oleh
pohon dan vegetasi yang secara umum dibedakan menjadi tiga ring. Ring pertama
pada umumnya ditumbuhi pohon-pohon besar yang biasa ada di daerah yang
bersangkutan. Ring kedua dipenuhi dengan pepohonan yang lebih kecil yang
relative kurang rapat dibanding ring pertama. Ring ketiga atau ring luar
berbatasan dengan daerah luar embung, dengan tingkat kerapatan tanaman yang
lebih jarang. Jika kondisi ini punah maka kan mempengaruhi umur dari embung
itu sendiri. (Toto Subagyo).
Untuk dapat mengkondisikan menjadi embung alami maka perlu
penggalakan penghijauan daerah disekitar embung sehingga akan menciptakan
daerah tangkapan hujan yang makin luas dan akan mengakibatkan terjaminnya
ketersediaan air pada embung tersebut. Selain itu perlu diberikan penyuluhan
kepada masyarakat tentang pemeliharaan embung bukan hanya menjadi tugas
pemeintah tetapi merupakan tugas bersama antara masyarakat dan pemerintah.
Gambar 6.12 : PAH no. 84625 di Brazil Dalam Program Untuk 1 Juta Tangki Air.
Sumber: UNEP/SEI, 2009
6.5.2 Pemanenan Air Hujan di China
Provinsi Gansu terletak di dataran tinggi Loess di Cina tengah, merupakan
satu wilayah paling kering di pegunungan dan merupakan daerah termiskin di
Cina. Di wilayah ini, curah hujan tahunan sangat variabel dengan 60% dari curah
hujan tahunan terjadi di 3 bulan antara bulan Juli dan September. Rata - rata curah
hujan tahunan adalah sekitar
300 milimeter. Faktor rendahnya curah hujan ini telah dihubungkan dengan
kemiskinan dan Gansu dipandang sebagai salah satu daerah miskin di Cina.
Secara tradisional, masyarakat Provinsi Gansu selalu tergantung pada air hujan
sebagai sumber utama pasokan air; penggalian 20 meter kubik tanah liat berjajar
tangki air bawah tanah di tanah loess untuk menyimpan aliran permukaan sangat
umum di daerah ini. Walaupun dengan usaha pembuatan tangki air bawah tanah,
pada tahun-tahun kering, usaha ini tidak bisa selalu membantu keterediaan air
yang cukup dan orang-orang dipaksa untuk perjalanan jauh ke sungai atau untuk
bergantung pada truk air pemerintah.
The
Gansu
Research
Institute
meluncurkan
proyek
1-2-1
untuk
Gambar 6.13 : Salah satu Contoh Sistem Pemanenan Air Hujan Di Gansu, Cina.
90
111 toilet telah terhubung ke sistem pemanenan air hujan. Pompa vakum
pendingin yang digunakan untuk sterilisasi ini efektif. Air hujan dengan suhu max
20 C, beredar melalui PAH dalam sistem tertutup, sehingga limbah panas dapat
digunakan kembali (Knig, 2008). Pada tahun 2007, diperlukan 384 m 3 air minum
selama periode kering, sedangkan hasil pemanenan air hujan sebanyak 2.180 m 3.
Selain itu dapat ditambahkan 4.000 m3 air pendingin yang disimpan setiap tahun
sehingga jumlah air yang dilestarikan mencapai 6.180 m3.
Sejak tanggal 1 Januari 2003 banyak manfaat diperoleh Klinik Bad
Hersfeld. Klinik Bad Hersfeld dapat menghemat 13,500 per tahun dengan
penerapan RH yang meliputi biaya operasional termasuk perawatan filter dan
listrik untuk pompa RH, dan menetralkan air pendingin. Penerapan RH berarti
penghematan energi dan mengurangi emisi CO2.
yang melibatkan pembangunan sekitar seratus tanki 5-meter kubik untuk suplai air
rumah tangga. Dua desain dikembangkan sebuah tangki bawah permukaan bata
dan tangki forrocement permukaan. Untuk atap berukuran rata-rata 60 meter
kubik rumah tangga di wilayah proyek bisa berharap yang setara pasokan air
hujan menjadi antara 150-200 liter per hari atau bahkan lebih tinggi selama
sebagian tahun basah. Forum-pemanenan air hujan Srilanka didirikan pada tahun
1996 untuk mempromosikan penerapan air hujan untuk aplikasi air hujan untuk
93
mengalami monsun barat daya. Curah hujan tahunan berkisar dari 102 cm di timur
laut hingga lebih dari 380 cm di semenanjung. Secara tradisional orang
mengumpulkan air hujan untuk menggunakannya secara eksklusif untuk minum
dan memasak. Orang lebih suka air hujan hingga untuk air lainnya karena rasanya.
Untuk rakyat perdesaan Thailand umumnya menggunakan setidaknya dua sumber
air. Air hujan dari stoples dan tangki serta air tanah dangkal dari tabung sumur.
Pembangunan lebih dari 10 juta 1-2 guci forrocement meter kubik untuk
penyimpanan air hujan di Thailand telah menunjukkan potensi dan kesesuaian
sistem tangkapan sebagai teknologi pasokan air utama perdesaan.
Pemanenan air hujan dengan guci hampir digunakan oleh semua rumah
individu dan dengan demikian mereka memiliki akses ke sepanjang tahun untuk
air bersih. Wadah didatangkan dalam berbagai kapasitas dari 100 sampai 3.000
liter dan dilengkapi dengan tutup, keran, dan tirisan. Ukuran yang paling populer
adalah 2.000 liter, dengan biaya 750 Baht, dan menyimpan air hujan cukup untuk
sebuah rumah tangga enam orang selama musim kering, berlangsung hingga enam
bulan. Contoh Penerapan pemanenan air hujan di Thailand dapat dilihat pada
Gambar 6.17.
abstraksi air hujan. Skema telah memasukkan penggunaan air hujan dari atap
gedung-gedung bertingkat tinggi, dari run-off di bandara untuk keperluan nonminum, dan sistem terintegrasi dengan menggunakan kombinasi run-off dari
kompleks industri, pertanian akuakultur dan lembaga pendidikan. Singapura
meningkatkan kebutuhan untuk air dan mulai mencari sumber alternatif dan
metode inovatif pemanenan air hujan.
6.5.7.1 Pemanenan Air Hujan Di Changi Airport
Changi Airport melakukan sistem pemanenan air hujan dengan cara
mengumpulkan dan memanfaatkan air hujan dari atap, yang menyumbang 2833% dari total air yang digunakan, menghasilkan penghematan biaya sekitar S $
390.000 per tahun. Potensi untuk menggunakan atap sebagai daerah tangkapan
cukup tinggi. Sistem yang dikembangkan adalah merupakan hasil penelitian yang
intensif. Sebuah program komputer yang sederhana ini dikembangkan dan disusun
berkaitan nomogram daerah atap, ukuran tangki dan roofwater yang tersedia.
Penerapan sistem pemanenan air hujan di bandara Changi dapat dilihat pada
Gambar 6.18.
97
yang paling penting dari skema ini adalah bahwa hampir seperempat dari wilayah
tangkapan ini adalah di daerah perkotaan yang memiliki gedung atau bangunan
tinggi dan industri, sehingga air limpasan permukaan (run-off) tercemar oleh
polutan yang bermacam-macam. Oleh karena itu pengendalian pencemaran air
dan penggunaan teknologi yang relevan adalah prioritas utama dari skema
pemanenan air hujan.
Untuk wilayah Seletar Bawah dilakukan dengan cara membuat bendungan
di muara sungai Seletar, yang memiliki daerah tangkapan air sekitar 3200 ha,
sehingga menjadi reservoir Seletar Bawah. Reservoir Seletar Bawah (Lower
Seletar Reservoir) dibangun di bawah Skema Sungei Seletar /Skema Air Bedok,
selesai dibangun pada tahun 1986. Skema ini melibatkan pembendungan Sungai
Seletar (Yishun Dam) untuk membentuk Reservoir Seletar Bawah, pembuatan
Reservoir Bedok dari bekas tambang pasir dan pembangunan penyediaan air
minum (Waterworks) Bedok. Keunikan dari skema tersebut adalah pembangunan
sembilan stasiun pengumpulan air hujan (stormwater) untuk memanfaatkan
limpasan air hujan (runoffs) dari daerah tangkapan wilayah pemukiman di
sekitarnya. Delapan dari stasiun-stasiun pengumpulan tersebut adalah kolam di
Yishun, Tampines, Bedok dan kota baru Yan Kit .
Reservoir tersebut saling berhubungan dan air baku dari reservoir Bedok
diolah sampai tingkat air minum sebelum didistribusikan. Sisa dari luas daerah
tangkapan 2.625 ha merupakan wilayah perkotaan (urban) dan limpasan
permukaan air hujan dari kedua wilayah tersebut di alirkan ke reservoir Bedok.
(Sumber : http://www.rainwaterharvesting.org/international/singapore.htm)
rata-rata 1.380 mm (55 inci), dengan musim panas yang basah dan kering
dimusim dingin. Sampai tahun 1990-an, fokus utama untuk aplikasi pemanenan
air hujan untuk penyediaan air domestik. Pada tahun 1994, konferensi air hujan
internasional Tokyo diselenggarakan di Jepang. Keluaran dari konferensi ini
penting karena merupakan titik balik persepsi mengenai peran, aplikasi dan
potensi untuk teknologi sistem tangkapan (pemanenan) air hujan di dunia luas.
Pemanenan air hujan memainkan peranan penting dalam menyelesaikan krisis air
di Tokyo dan
99
tumbuh di kota besar di seluruh dunia, terutama di Asia. Di Tokyo dan di tempat
lain di Jepang ikut tertarik dalam penggunaan sistem penyimpanan air rumah
tangga, yakni untuk pemadam kebakaran dan untuk keperluan lain. Resevoir
rumah tangga tersebut juga bisa menyediakan pasokan air darurat domestik
termasuk untuk setiap peristiwa gempa besar. Walaupun air hujan masih belum
banyak dimanfaatkan di Tokyo, telah ada investigasi serius ke peran potensi
sistem tangkapan air hujan yang bisa berperan dalam penyediaan air, penanganan
stratagies banjir dan mitigasi bencana.
Pada tingkat masyarakat, fasilitas air hujan pemanfaatan sederhana dan
unik, "Rojison", telah didirikan oleh penduduk setempat di distrik Mukojima
Tokyo untuk memanfaatkan air hujan yang dikumpulkan dari atap rumah-rumah
pribadi untuk penyiraman kebun, pemadam kebakaran dan air minum dalam
keadaan darurat. Sistem pemanfaat air hujan sederhana di Tokyo Jepang dapat
dilihat pada Gambar 6.20. Untuk saat ini, sekitar 750 bangunan swasta dan publik
di Tokyo telah memperkenalkan koleksi dan sistem pemanfaatan air hujan.
Pemanfaatan air hujan sekarang berkembang baik di tingkat publik dan swasta.
Sebuah arena Sumo-gulat di kota Sumida menggunakan air hujan dalam
skala besar. Atap dengan luas 8.400 m 2 di arena ini berfungsi sebagai daerah
tangkapan permukaan untuk sistem pemanfaatan air hujan. Sistem saluran
mengumpulkan air hujan ke tangki penyimpanan 1.000 m3 bawah tanah dan
menggunakannya untuk menyiram toilet dan pendingin udara. Melalui contoh
dibawah ini, banyak fasilitas umum baru termasuk Balai Kota yang sudah mulai
memperkenalkan sistem pemanfaatan air hujan.
terdiri dari sebuah fondasi batu, kolom air, dan sebuah batang untuk mengukur
tingginya curah hujan. Sejak itu, dan hingga tahun 1907, jaringan alat ukur hujan
nasional dibangun, yang digunakan untuk mengumpulkan data curah hujan dari
kantor lokal. Meskipun beberapa bagian dari jaringan ini telah dihancurkan,
catatan curah hujan selama 250 tahun masih tetap ada, dan merupakan sumber
data paling penting untuk membantu memahami pola jangka panjang perubahan
iklim.
101
Gambar 6.21 : Alat Pengukur Curah Hujan Pertama Di Dunia (di Korea).
Catatan: Alat pengukur curah hujan ini dibangun pada tahun 1441 oleh Raja
Agung Sejong dan telah digunakan sejak saat itu. Alat ini diditribusikan kepada
pemerintahan lokal dibawah pengawasan raja. Data curah hujan yang diukur
dikumpulkan melalui jaringan nasional dan catatannya disimpan lebih dari 500
tahun setelah pengembangannya.
Juga
selama
dinasi
Chosun,
sebuah
badan
khusus,
Je-Eon-Sa
manusia tetap ada di setiap bagian Negara, mengangani banjir, kekeringan, serta
menambah keanekaragaman hayati dari bangsa kita yang ramah lingkungan.
6.5.9.1 Paradigma Baru Pengelolaan Air Hujan di Korea Selatan
Sejak korea mengalami kondisi cuaca yang paling parah, yang diperkirakan
akan menjadi lebih parah karena prubahan iklim, maka perlu sebuah paradigma
baru dalam pengelolaan air hujan. Walaupun paradigma ini dikembangkan dalam
konteks area monsoon, konsep serupa bisa diaplikasikan di daerah kering atau
basah lainnya, atau daerah yang mungkin akan mengalami kondisi cuaca
abnormal di seluruh dunia. Pada
102
permeabilitas
permukaan
tanah
yang
disebabkan
oleh
pembangunan atau curah hujan yang besar akibat perubahan iklim dapat dengan
tajam meningkatkan jumlah limpasan. Tidakan yang ada saat ini untuk
menghadapi hal tersebut adalah dengan cara mengalirkan ke sungai terdekat,
termasuk menggunakan stasiun pompa air hujan, bendungan, dan meninggikan
tanggul. Langkah ini berhadapan dengan limpasan dalam rantai struktur
(manajemen menurut garis). Mungkin akan lebih baik untuk membuat sejumlah
kolam penahanan atau fasilitas penyimpanan dalam skala kecil di seluruh area
dimana hujan turun. Hal ini tidak hanya mencegah banjir, tetapi juga mengurangi
efek kekeringan. Air yang disimpan dapat digunakan untuk menciptakan danau
kecil atau lahan basah untuk lingkungan yang lebih baik.
C Pengelolaan Terdesentralisasi (Bukan Sentralisasi)
air
dan
transportasinya.
Sebaliknya,
sebuah
sistem
yang
kecil untuk kekeringan. Hukum atau peraturan penyediaan air hanya menangani
manajemen sumber daya air, dengan sedikit penekanan pada bidang utama
lainnya. Sebuah model pengelolaan ideal akan mencakup semua permasalahan
utama.
Gambar 6.22 : Sistem Pengelolaan Air Hujan Multi Fungsi (Tujuan) di Korea.
sistem pemanenan air hujan pada bulan Desember 2004. Tujuan utama adalah
untuk menanggulangi banjir perkotaan. Tujuan kedua adalah untuk menghemat
air. Ini diharapkan dapat menjamin keamanan kota dan meningkatkan
kesejahteraan warga negara sebagai hasilnya. Warga diminta untuk bekerjasama
dengan mengisi dan mengosongkan tangki air hujan menurut arahan dari instansi
pencegahan bencana.
Sebuah fitur khusus dari sistem baru adalah penyediaan jaringan untuk
memantau tingkat permukaan air di semua tangki air di pusat badan pencegahan
bencana di kantor pusat (Gambar 4.52), yang dikumpulkan dari setiap kantor-Gu,
yang mana merupakan organisasi regional di Kota. Tergantung pada curah hujan
yang diharapkan, pusat lembaga pencegahan bencana dapat mengeluarkan
perintah kepada pemilik bangunan untuk mengosongkan tangki air hujan mereka,
baik seluruhnya atau sebagian. Sebuah program insentif direncanakan bagi
mereka yang mengikuti aturan dan beberapa hukuman diberikan bagi mereka
yang tidak mengikutinya. Setelah peristiwa badai, air yang tersimpan dapat
digunakan untuk pemadam kebakaran dan atau atau tujuan lain-lain seperti untuk
air bilas toilet serta untuk siram taman.
Bangunan-bangunan yang termasuk dalam peraturan tersebut adalah sebagai
berikut:
tangki air hujan 3000 m3 dipasang di ruang bawah tanah dan dibagi menjadi tiga
bagian, masing-masing 1000 m3. Bagian yang pertama mengumpulkan air hujan
dari permukaan tanah tak beraspal. Tangki harus tetap kosong pada sebagian besar
waktu kecuali ketika ada hujan deras. Bagian 1000 m3 kedua mengumpulkan air
hujan dari atap, yang harus digunakan untuk penyiram toilet dan tujuan lansekap.
Bagian 1000 m3 ketiga harus diisi dengan air tawar dan digunakan untuk pasokan
dalam keadaan darurat, seperti memadamkan kebakaran atau kecelakaan.
107
dari
masyarakat
untuk
mengimplementasikan
manajemen
desentralisasi. Hal ini memerlukan pengelolaan air hujan proaktif, dan melibatkan
pendidikan masyarakat, anak sekolah, serta tentara. Beberapa contoh pendidikan
aktif mereka adalah kepentingan yang paling utama. Pendidikan sangat penting
baik untuk anak sekolah maupun orang dewasa. Sekitar 50 sekolah di Provinsi
Kyounggi telah memasang sistem pemanfaatan air hujan untuk tujuan pendidikan
tentang air hujan. Lebih banyak sekolah menjadi tertarik pada pendidikan
lingkungan dan menggunakan pemanenan air hujan sebagai bagian dari program
insentif untuk mengurangi tingkat konsumsi air mereka. Beberapa contoh untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat tentang air hujan meliputi:
Sebuah program baru di Kementerian Pertahanan untuk mengajarkan tentara
mengenai pentingnya air hujan selama periode pengabdian wajib mereka
tengah dipersiapkan. Hal ini akan memungkinkan kita untuk mengajarkan
setengah dari orang Korea dewasa tentang pentingnya air hujan.
Museum air hujan pertama dibuka di sebuah sekolah menengah.
Banyak orang mengunjungi pusat air hujan (Rainwater Center) untuk
melihat sistem air hujan yang dikembangkan di kampus Universitas
Nasional Seoul.
Program khusus mengenai pentingnya air hujan yang disiarkan oleh SBS
(Seoul Broadcasting System) secara teratur.
Sebuah jaringan tingkat dunia dibentuk melalui Asosiasi Air Internasional
(International Water Association).
-
mempromosikan sistem air hujan di tingkat rumah tangga di Kota Seoul. Sistem
ini terdiri dari filter downpipe air hujan, sebuah tangki air hujan 400-1000 L
(piggy bank / celengan), water meter, dan sebuah kotak infiltrasi opsional
(Gambar 6.25).
Program ini dibiayai dari gabungan sumber uang pemerintah, industri, dan
pengguna. SMG mengeluarkan peraturan sehingga mereka secara finansial dapat
mendukung beberapa bagian dari biaya. Sebagai upaya gabungan dengan
pemerintah, perusahaan donor, dan warga relawan, sebuah proyek khusus telah
dirancang. SMG akan menyumbangkan 50% dari biaya instalasi, dan perusahaan
donor akan membayar 25%. 25% sisanya harus dibayar oleh pengguna, baik
secara tunai atau dengan tenaga kerja untuk memasang dan memelihara sistem air
hujan.
109
akan
menyetorkan
uang
yang
akan
disimpan
dengan
menggunakan air hujan ke dana Rainwater Piggy Bank untuk membantu orang
lain memasang tangki mereka sendiri. Misalnya, jika rumah tangga menghemat
uang dalam tagihan airnya dengan memanfaatkan air hujan, mereka dapat
menyimpan uang ke dalam tabungan yang nyata, sebaiknya sebagai upaya
bersama dengan anak-anak untuk menyimpan uang saku mereka dalam celengan
yang sebenarnya. Dengan melibatkan anak-anak, mereka belajar untuk
menyimpan dan berbagi. Setelah beberapa waktu, jika celengan sudah penuh,
maka mereka bisa menyumbangkannya ke tetangga atau teman. Sekitar 10 piggy
bank air hujan telah dipasang di sekitar Seoul National University sebagai kasus
percontohan. Diharapkan hal ini akan menjadi luas, dengan keterlibatan publik
yang kuat berkat proses pembiayaan baru dan juga melalui sumbangan.
Pertukaran Informasi
Meskipun dengan kondisi cuaca yang paling parah di dunia, kebijaksanaan dan
budaya tentang bagaimana bertahan hidup telah terbukti sepanjang milenium.
Sangat bermanfaat untuk menggunakan informasi yang telah terbukti sepanjang
waktu dan telah dikembangkan dalam rangka mencari solusi yang mungkin bagi
banyak permasalahan air dunia. Karena mungkin ada banyak aplikasi yang
berbeda sesuai dengan situasi yang berbeda, pertukaran informasi sangat penting.
Berkat teknologi informasi yang tersedia saat ini, kita bisa berbagi kebijaksanaan,
pengetahuan, dan pengalaman dari studi kasus dengan cara yang relatif mudah.
3
Cara yang paling penting dan efisien untuk memecahkan masalah air dunia adalah
untuk mengajarkan generasi berikutnya ketika mereka berada di sekolah dengan
memasukkan dalam program belajar mereka. Di Republik Korea, museum air
hujan ini terbuka untuk mahasiswa dan masyarakat, menunjukkan pentingnya
pemanenan air hujan dengan menampilkan teknologi serta budaya yang berbeda.
Cara terbaik untuk menginformasikan generasi saat ini adalah dengan
menggunakan media massa, seperti TV, surat kabar, dan internet. Untuk setiap
kelompok khusus, sebuah program pendidikan yang unik dapat dikembangkan.
Misalnya, mengingat dinas militer wajib bagi laki-laki di Republik Korea,
program pendidikan tentang RWH di ketentaraan dengan mudah dapat
meningkatkan kesadaran setengah dari populasi Korea. Salah satu cara yang
paling efisien pendidikan menggunakan DVD, terutama bagi generasi muda dan
masyarakat umum.
Jaringan Internasional
Jaringan baik untuk ahli dan warga di dunia disarankan. Para ahli di bidang
pengelolaan sumber daya air dapat bekerja sama dalam penelitian, regulasi, dan
pengembangan teknologi. Untuk jaringan warga, sebuah website dibuka untuk
membangun persahabatan dan pemahaman antara
generasi sekarang dan masa depan. Melalui jaringan ini, orang dapat berbagi informasi
tentang air hujan dan budaya air hujan serta menikmati interaksi antar satu sama lain.
Beberapa acara sampingan menarik dapat diselenggarakan, yang meliputi kontes
pengumpulan air hujan, esai air hujan, kontes menggambar dan foto, serta aktivitas lain untuk
menemukan budaya dan tradisi yang berhubungan dengan air hujan. Kelompok spesialis
Pemanenan dan pengelolaan air hujan telah didirikan di IWA (International Water
Association) untuk melakukan penelitian, promosi dan membuat jaringan internasional.