Anda di halaman 1dari 26

MITIGASI BENCANA ALAM

KEBANJIRAN

Dosen Pengampu:
Prof. Ni Made Pujani, M.Si.
Dr. Nia Erlina, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:
Sayu Putu Noviana 2113071001
Shofi Hidayah 2113071026
I Made Lanang Sudarmayana 2114101151

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Mitigasi Bencana Alam yang berjudul
“Kebanjiran” dengan tepat waktu. Tujuan pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
mata kuliah Mitigasi Bencana Alam tahun pelajaran 2023.Dalam penyusunan makalah ini, kami
telah memperoleh bantuan dari berbagai pihak, untuk itu kami menyampaikan terima kasih
kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ni Made Pujani, M. Si. dan Ibu Dr. Nia Erlina, S.Pd, M.Pd. selaku dosen
pengampu mata kuliah Astronomi.
2. Seluruh teman-teman yang telah mendukung kami serta terlibat baik secara langsung atau
tidak langsung dalam penyelesaian makalah ini.
Makalah ini penulis susun berdasarkan data dari berbagai sumber yang penulis dapatkan dan
penulis mencoba menyusun data-data itu hingga menjadi sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk
makalah. Selama proses pembuatan makalah ini, banyak hal yang penulis d apatkan, termasuk ilmu
pengetahuan baru tepatnya mengenai materi “Kebanjiran” secara mendalam.
Semoga dengan tersusunnya makalah ini bisa memberikan manfaat bagi pembacanya.Penulis
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak kekurangan, sebab pengetahuan penulis
yang sangat terbatas. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan agar kedepannya
dapat memperbaiki kesalahan-kesalahan tersebut.

Singaraja, 22 November 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
1.3 Tujuan............................................................................................................. 2
1.4 Manfaat .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................... 6
2.1 Hujan Monsun.............................................................................................. 6
2.1.1 Pengertian Hujan Monsun........................................................................ 6
2.1.2 Proses Terjadinya Hujan Monsun ............................................................ 6
2.1.3 Karakteristik Hujan Monsun .................................................................... 7
2.1.4 Dampak Hujan Monsun ........................................................................... 8
2.2 Hujan Konvektif .......................................................................................... 9
2.2.1 Pengertian Hujan Konvektif .................................................................... 9
2.2.2 Ciri Hujan Konvektif ............................................................................... 9
2.2.3 Proses Terjadinya Hujan Konvektif......................................................... 9
2.2.4 Dampak Hujan Konvektif ........................................................................ 10
2.3 Mekanisme Bencana Banjir ........................................................................ 12
2.3.1 Pengertian Bencana Banjir ....................................................................... 12
2.3.2 Jenis-jenis Bencana Banjir ....................................................................... 13
2.3.3 Mekanisme Bencana Banjir ..................................................................... 17
2.3.4 Dampak Bencana Banjir........................................................................... 18
2.3.5 Upaya Penanggulangan Bencana Banjir .................................................. 19
BAB III PENUTUP ................................................................................................. 23
3.1 Kesimpulan........................................................................................................... 23
3.2 Saran..................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 25

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Proses Hujan Konvektif ............................................................................ 10


Gambar 2 Banjir Akibat Luapan Air Sungai ............................................................. 13
Gambar 3 Banjir Bandang ......................................................................................... 14
Gambar 4 Banjir Akibat Pasang Surut Air Laut ........................................................ 14
Gambat 5 Banjir Lumpur ........................................................................................... 15
Gambar 6 Banjir Akibat Hujan Secara Tiba-tiba ....................................................... 15
Gambar 7 Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru ....................................................... 16
Gambar 8 Banjir Missoula ......................................................................................... 16
Gambar 9 Proses Banjir Secara Alamiah ................................................................... 17
Gambar 10 Banjir Akibat Non-Alamiah (ulah manusia) ........................................... 18

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana saat ini semakin diperhatikan. Kesadaran akan bahaya yang ditimbulkan
menjadi faktor banyaknya upaya mitigasi bencana. Dalam undang-undang
penanggulangan bencana dinyatakan bahwa bencana merupakan suatu peristiwa yang
dapat mengancam maupun mengganggu peri kehidupan manusia yang disebabkan faktor
alam maupun faktor manusia sehingga dapat menimbulkan korban jiwa, kerusakan
lingkungan dan dampak psikologi. Bencana yang saat ini seringkali terjadi adalah
kebakaran, tanah longsor, kekeringan, dan banjir. Kebanjiran merupakan bencana alam
yang dapat memiliki dampak serius terhadap kehidupan manusia, lingkungan, dan
ekonomi. Fenomena ini tidak hanya berdampak secara lokal tetapi juga dapat menjadi
masalah global, terutama dengan meningkatnya intensitas perubahan iklim.
Dalam beberapa dekade terakhir, terjadi peningkatan frekuensi dan intensitas
kebanjiran di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia. Di Indonesia kebanjiran masih
menjadi masalah utama. Selain dari faktor-faktor seperti perubahan iklim, penebangan
hutan, dan perkembangan perkotaan, budaya masyarakat juga menjadi penyebab yang
berkontribusi pada meningkatnya risiko kebanjiran.
Perubahan iklim, termasuk kenaikan suhu global dan perubahan pola curah hujan,
membawa tantangan tambahan dalam mengelola risiko kebanjiran. Upaya adaptasi dan
mitigasi harus diperkuat untuk mengurangi dampak perubahan iklim pada tingkat
kebanjiran.
Berdasarkan penyebabnya, kebanjiran dapat disebabkan oleh hujan deras, tanah
longsor, naiknya permukaan air laut, atau bahkan kerusakan struktur bendungan.
Memahami pola kebanjiran yang beragam menjadi kunci dalam upaya mitigasi dan
penanggulangan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan beberapa masalah, yaitu:
1. Apa yang dimaksud hujan monsun?
2. Apa yang dimaksud hujan konvektif?

4
3. Bagaimana mekanisme bencana banjir?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan memahami hujan monsun.
2. Untuk mengetahui dan memahami hujan konvektif.
3. Untuk mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya bencana banjir.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat penulisan makalah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan tentang hujan monsun, hujan konvektif , dan
mekanisme bencana banjir.
2. Bagi Pembaca
Dapat mengetahui dan memahami tentang hujan monsun, hujan konvektif, dan mekanisme
bencana banjir.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hujan Monsun
2.1.1 Pengertian Hujan Monsun
Hujan Muson adalah hujan yang terjadi akibat adanya hembusan angin
muson yang bertiup di suatu wilayah. Hujan muson adalah fenomena cuaca yang
umum terjadi di wilayah tropis dan subtropis.
Secara khusus, hujan muson melibatkan angin muson panas yang membawa
uap air dari lautan ke daratan. Ketika udara lembap ini naik dan bertemu dengan
udara yang lebih dingin atau angin dari arah yang berlawanan, terjadi pembentukan
awan dan hujan. Hujan muson memiliki peran penting dalam menyediakan air yang
cukup untuk pertanian di wilayah tropis, tetapi juga dapat menyebabkan bencana
alam seperti banjir dan tanah longsor jika curah hujan terlalu tinggi.
Fenomena ini umumnya terjadi di beberapa wilayah di dunia, termasuk
namun tidak terbatas pada Asia Selatan, Asia Tenggara, Australia Utara, dan
wilayah-wilayah di sekitar Samudera Hindia dan Pasifik. Hujan muson memiliki
siklus tahunan yang teratur, dengan musim panas yang basah dan musim dingin
yang kering, menciptakan pola cuaca yang berubah-ubah sepanjang tahun.
2.1.2 Proses Terjadinya Hujan Monsun
Proses terjadinya hujan muson melibatkan interaksi antara panas, angin, dan
uap air. Hujan muson terjadi sebagai bagian dari siklus musiman yang
memengaruhi wilayah tropis dan subtropis. Berikut proses terjadinya hujan
monsun:
a. Perubahan Arah Angin
Muson terkait dengan perubahan arah angin musiman. Pada musim panas,
daratan di wilayah tropis lebih cepat memanas daripada laut, menyebabkan
udara di atas daratan naik. Udara yang naik ini digantikan oleh udara dari laut
yang lebih dingin, membentuk suatu aliran angin yang disebut angin muson.
b. Angin Muson Membawa Uap Air

6
Angin muson membawa uap air dari permukaan laut yang lembap menuju
daratan. Seiring dengan perjalanan ke daratan, uap air ini naik ke atas karena
adanya suhu yang lebih panas di permukaan daratan.
c. Pembentukan Zona Konvergensi
Saat angin muson bertemu dengan angin dari arah yang berlawanan atau angin
lainnya, terbentuklah zona konvergensi di permukaan daratan. Zona ini
merupakan area pertemuan dua massa udara dengan karakteristik yang berbeda.
d. Peningkatan Ketinggian dan Pendinginan Udara
Udara yang membawa uap air naik ke ketinggian karena panas yang terus
bertambah seiring dengan perjalanan ke daratan. Ketika mencapai ketinggian
yang lebih tinggi, udara ini mengalami pendinginan karena tekanan atmosfer
yang lebih rendah. Pendinginan udara menyebabkan uap air yang dibawa
bersamanya mengalami kondensasi, membentuk awan.
e. Pembentukan Awan dan Hujan
Awan yang terbentuk adalah awan konvektif yang tebal, seperti awan
cumulonimbus. Ketika uap air mengkondensasi, terjadi pelepasan panas laten,
yang lebih lanjut meningkatkan proses konveksi dan pertumbuhan awan. Titik-
titik air dalam awan berkumpul bersama dan membentuk tetesan air yang cukup
berat untuk jatuh ke permukaan tanah sebagai hujan.

2.1.3 Karakteristik Hujan Monsun


Adapun beberapa karakteristik dari hujan monsun adalah sebagai berikut:
1. Musim Panas yang Basah
Di banyak wilayah tropis, hujan muson terjadi selama musim panas. Sebagian
besar curah hujan tahunan dapat terakumulasi dalam waktu singkat selama
beberapa bulan musim panas.
2. Pentingnya untuk Pertanian
Hujan muson sangat penting untuk pertanian di wilayah tropis. Tanaman
membutuhkan air yang cukup selama periode pertumbuhan mereka.
3. Potensi Bencana Alam

7
Meskipun hujan muson penting untuk pertanian, curah hujan yang sangat tinggi
dapat menyebabkan banjir. Banjir ini dapat merusak tanaman, merusak
infrastruktur, dan mengancam keselamatan penduduk.
2.1.4 Dampak Hujan Monsun
Hujan monsun dapat membawa dampak positif dan negatif. Dampak positif dari
hujan monsun antara lain:
1. Dampak Positif
- Membantu pertanian, hujan monsun dapat membantu petani dalam
pengairan dan meningkatkan produktivitas pertanian.
- Mengurangi polusi udara, hujan monsun dapat membantu mengurangi
polusi dan debu yang berada di udara
- Mengurangi risiko kebakaran hutan, hujan monsun juga dapat mencegah
terjadinya kebakaran hutan yang disebabkan oleh keringnya tumbuh-
tumbuhan
2. Dampak Negatif
- Menimbulkan banjir, hujan monsun dapat menyebabkan banjir dan tanah
longsor
- Menurunkan produktivitas pertanian, hujan monsun yang berlebihan dapat
merusak tanaman dan menurunkan produktivitas pertanian
- Mengganggu aktivitas nelayan, hujan monsun yang berlebihan juga dapat
mengganggu aktivitas nelayan
- Meningkatkan penyebaran penyakit, hujan monsun dapat meningkatkan
penyebaran penyakit

Jika dihubungkan bahwa di Indonesia, angin muson barat dapat membawa


dampak positif seperti membantu pertanian dan irigasi, mengurangi polusi
udara, dan mengurangi risiko kebakaran hutan. Namun, angin muson barat juga
dapat menyebabkan banjir dan tanah longsor. Sedangkan angin muson timur
dapat membantu petani dalam melakukan panen dengan tenang dan membuat
pakaian cepat kering, namun juga dapat menyebabkan kekeringan dan
kebakaran hutan.

8
2.2 Hujan Konvektif
2.2.1 Definisi Hujan Konvektif
Hujan konvektif atau hujan Zenithal adalah proses hujan yang terjadi karena
adanya ketidaksamaan panas antara lapisan udara dan permukaan tanah. Semakin
tinggi di atmosfer, maka udara dengan suhu tinggi akan berubah menjadi udara
dingin, sampai uap air mengembun akhirnya mulai membentuk awan kumulus
yang jatuh sebagai hujan. Namun, jenis hujan ini tidak terjadi di seluruh
daerah, tetapi hanya di sebagian kecil, sehingga Anda mungkin hanya melihat
hujan lebat di beberapa daerah dan tidak melihat hujan lebat di daerah sekitarnya.
Jenis hujan ini juga dikenal dengan hujan lebat. Adapun asal dari hujan ini
adalah berasal dari awan konvektif, seperti awan cumulonimbus. Seperti namanya,
maka curah hujan ini sangat deras dan terjadi dengan intensitas yang dapat berubah
dengan cepat. Pada umumnya, hujan jenis ini, hanya berlangsung dalam waktu
yang relatif singkat. Hal ini dikarenakan jangkauan horizontal dari awan konvektif
hanya terbatas. Selain itu, hujan ini biasanya terjadi di daerah tropis. Sementara itu,
di lintang tengah, curah hujan konvektif ini terputus-putus dan seringkali
dihubungkan dengan batas barklinik, seperti front hangat, front dingin, dan front
datar. Hujan zenital memiliki nama lain yaitu hujan ekuatorial, hujan konveksi, atau
hujan naik tropis. Hal ini selaras dengan ciri-ciri hujan zenithal. Berikut ini adalah
beberapa cir-ciri, proses dan dampak dari hujan konvektif, diantaranya:
2.2.2 Ciri-Ciri Hujan Konvektif
1. Hujan terjadi di daerah dengan iklim tropis
2. Hujan terjadi dua kali dalam satu tahun
3. Hujan terjadi pada siang hari dengan kondisi cerah dan terik matahari
4. Hujan tidak mencakup wilayah yang luas
5. Hujan ditandai dengan awan gelap bahkan awan hitam
6. Hujan terjadi dengan sangat lebat
7. Hujan disertai dengan Guntur
2.2.3 Proses Terjadinya Hujan Konvektif

9
Gambar 1 Proses Hujan Konvektif

Terdapat pula proses hujan konveksi yang dapat dijelaskan secara ilmiah. Hujan ini
terjadi dengan dipicu suhu udara yang terlampau panas serta adanya sumber air.
Berikut proses terjadinya hujan konveksi:

1. Pada suatu daerah beriklim tropis ketika matahari cukup terik, terjadilah
penguapan pada sumber air di permukaan bumi. Sumber air tersebut meliputi
laut, sungai, danau dan sebagainya.
2. Selain terjadi penguapan, udara di sekitar juga mengalami pengembangan.
Udara yang mengembang tersebut akan naik secara vertikal membawa uap air.
3. Ketika sampai di atas, terjadi pendinginan pada uap air. Lantas uap tersebut
berubah menjadi titik-titik air yang dinamakan pengembunan.
4. Terakhir titik-titik air tersebut mengalami kejenuhan dan jatuh ke bumi yang
hingga kini dikenal sebagai hujan.
2.2.4 Dampak Hujan Konvektif
Hujan Konvektif memiliki dampak positif dan negatif yang signifikan. Penting
untuk memahami bagaimana mengelola dan merespons hujan konvektif, terutama
di daerah yang rentan terhadap banjir dan longsor, untuk meminimalkan dampak
negatif dan memanfaatkan dampak positifnya. Beberapa dampak dari Hujan
konvektif antara lain:
1. Dampak Positif
a. Pengisian Sumber Air
Hujan konvektif membantu mengisi sumber air, seperti sungai, danau,
dan waduk. Ini penting untuk memastikan pasokan air tawar yang
mencukupi untuk konsumsi manusia, pertanian, dan industri.

10
b. Dukungan bagi Pertanian
Hujan konvektif yang teratur sangat penting bagi pertanian. Ini
memberikan air yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, sehingga
mendukung produksi pangan dan hasil pertanian.
c. Penurunan Temperatur
Hujan konvektif sering datang dengan penurunan suhu yang menyegarkan,
yang bisa meredakan panas dan membuat cuaca lebih nyaman.
d. Pembersihan Udara
Hujan dapat membantu membersihkan atmosfer dari polusi dan partikel
debu, membuat udara lebih bersih dan segar.
e. Mengurangi Risiko Kebakaran Hutan
Hujan konvektif dapat membantu mengurangi risiko kebakaran hutan
dengan membasahi tanah dan vegetasi, menjaga hutan dan ekosistem
yang sehat
2. Dampak Negatif
a. Banjir
Hujan konvektif yang intens dapat menyebabkan banjir, terutama jika
hujan terjadi dalam waktu singkat atau jika daerah tersebut memiliki
drainase yang buruk. Banjir dapat merusak properti, infrastruktur, dan
mengancam keselamatan manusia.
b. Longsor
Hujan yang berlimpah dapat memicu longsor tanah dan batu di daerah
pegunungan, yang dapat mengancam rumah dan jiwa.
c. Erosi Tanah
Hujan konvektif yang deras dapat menyebabkan erosi tanah,
menghilangkan lapisan tanah subur dan mengancam produktivitas
pertanian.
d. Kekeringan Sesaat
Di beberapa kasus, hujan konvektif mungkin tidak mencukupi untuk
mengatasi kekeringan yang sedang berlangsung, terutama di daerah
dengan curah hujan yang rendah.

11
e. Kerusakan Infrastruktur
Hujan konvektif yang kuat dapat merusak jalan, jembatan, bangunan, dan
sarana lainnya.
2.3 Mekanisme Bencana Banjir
2.3.1 Definisi Bencana Banjir
Banjir merupakan fenomena bencana alam yang biasa terjadi di suatu
kawasan yang banyak dialiri oleh aliran sungai. Berikut adalah definisi banjir
menurut beberapa ahli:

a. Menurut Khotimah (2013), banjir adalah aliran atau genangan air yang
menimbulkan kerugian ekonomi atau bahkan menyebabkan kehilangan jiwa,
sedangkan dalam istilah teknik diartikan sebagai aliran air sungai yang
mengalir melampaui kapasitas tampung sungai tersebut.
b. Menurut Rahayu (2009), banjir adalah tergenangnya suatu tempat akibat
meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu wilayah dan
menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi.
c. Menurut Ligal (2008), banjir adalah peristiwa dimana daratan yang biasanya
kering (bukan daerah rawa) menjadi tergenang oleh air, hal ini disebabkan oleh
curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi wilayah berupa dataran rendah
hingga cekung.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimbulkan bahwa banjir adalah


suatu keadaan ketika tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang
melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dengan penyebab utama yaitu
curah hujan dan topografi suatu wilayah sehingga dapat menimbulkan korban jiwa,
kerugian fisik, sosial dan ekonomi. Bencana alam banjir merupakan salah satu
bencana alam yang paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan ataupun
ekonomi. Biasanya bencana banjir terjadi karena adanya peningkatan volume air di
suatu badan air seperti sungai dan danau, sehingga menjebol bendungan atau air
keluar dari batasan alaminya sehingga merendam daratan. Bencana banjir dapat
disebabkan oleh berbagai hal, seperti curah hujan yang tinggi, topografi suatu
wilayah, rendahnya kemampuan ilfiltrasi tanah, berkurangnya daerah resapan air

12
akibat pembangunan, dan aliran air sungai yang tidak lancar akibat tumpukan
sampah yang menyumbat,dsb.

2.3.2 Jenis-jenis Bencana Banjir


Menurut Ristya (2012), berdasarkan sumber asal limbahan air yang
menyebabkan banjir, terdapat dua jenis banjir, yaitu banjir lokal dan banjir
kiriman. berdasarkan asal sumber air dan berdasarkan jenis air nya. Berikut
adalah penjelasannya:
a. Berdasarkan Asal Sumber Air
1. Banjir Lokal
Banjir lokal merupakan bencana banjir yang bersifat setempat (lokal) sesuai
dengan sebaran luasan hujan lokal. Banjir lokal disebabkan oleh tingginya
intensitas hujan dan belum tersedianya sarana drainase memadai. Banjir
lokal dapat mengganggu fungsi jalan kabupaten/kota bandara lokal, jalan
kereta api lintas, sentra produksi pangan lokal, kawasan industri dan
perdagangan skala kecil, kawasan strategis kabupaten/ kota lainnya dan
merupakan tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota.
2. Banjir Kiriman
Banjir kiriman merupakan adalah kondisi yang menggambarkan ketika
terjadi banjir meskipun tidak terjadi hujan atau intensitas hujan di daerah
tersebut ringan. Banjir kiriman terjadi karena hujan lebat di daerah atas
hingga menyebabkan aliran sungai di daerah bawah ikut meluap.
b. Berdasarkan Jenis Air
1. Banjir Air

Gambar 2 Banjir Akibat Luapan Sungai

13
Banjir air merupakan jenis banjir yang sudah umum terjadi saat ini.
Banjir air ini dapat disebabkan karena meluapnya air sungai, danau, atau
selokan sehingga air akan meluber lalu menggenangi daratan. Umumnya
banjir seperti ini disebabkan oleh hujan yang turun terus-menerus sehingga
sungai atau danau tidak mampu lagi menampung air.
2. Banjir Bandang

Gambar 3 Banjir Bandang

Banjir bandang merupakan banjir yang terjadi di daerah pegunungan


yang disebabkan oleh hujan yang turun secara terus menerus. Banjir
bandang muncul secara tiba-tiba yang dikarenakan banyaknya air yang ada
di suatu tempat. Banjir bandang terjadi akibat penjenuhan air yang berada
di wilayah tersebut yang berlangsung secara cepat, sehingga tanah tidak
mampu lagi untuk menyerap air. Tidak hanya banjir dengan materi air, tetapi
banjir bandang juga mengangkut material air berupa lumpur. Banjir
bandang mampu menghanyutkan apapun, karena itu daya rusaknya sangat
tinggi. Banjir ini biasa terjadi di area dekat pegunungan, dimana tanah
pegunungan seolah longsor karena air hujan lalu ikut terbawa air ke daratan
yang lebih rendah.
3. Banjir Rob

Gambar 4 Banjir Akibat Pasang Air Laut

14
Banjir rob adalah banjir yang disebabkan oleh pasangnya air laut.
Banjir rob dapat terjadi disebabkan oleh meluapnya air laut sehingga
menggenangi sebagian dataran pantai atau tempat yang lebih rendah dari
permukaan air laut pasang. Banjir seperti ini kerap melanda kawasan di
wilayah sekitar pesisir pantai. Air laut yang pasang ini umumnya akan
menahan air sungai yang sudah menumpuk, akhirnya mampu menjebol
tanggul dan menggenangi daratan.
4. Banjir Lumpur

Gambar 5 Banjir Lumpur Lapindo, Sidoarjo

Banjir Lumpur adalah peristiwa penyemburan lumpur panas dari dalam


perut bumi menuju permukaan bumi. Banjir lumpur ini identik dengan
peristiwa banjir Lapindo di daerah Sidoarjo. Banjir ini mirip banjir bandang,
tetapi lebih disebabkan oleh keluarnya lumpur dari dalam bumi dan
menggenangi daratan. Lumpur yang keluar dari dalam bumi bukan
merupakan lumpur biasa, tetapi juga mengandung bahan dan gas kimia
tertentu yang berbahaya. Banjir lumpur mengandung bahan yang berbahaya
dan bahan gas yang mempengaruhi kesehatan makhul hidup lainnya.
5. Banjir Cileunang

Gambar 6 Banjir Akibat Hujan Secara Tiba-tiba

15
Jenis banjir yang satu ini hampir sama dengan banjir air. Namun
banjir cileunang ini disebakan oleh hujan yang sangat deras dengan debit air
yang sangat banyak. Banjir akhirnya terjadi karena air-air hujan yang
melimpah ini tidak bisa segera mengalir melalui saluran atau selokan di
sekitar rumah warga. Jika banjir air dapat terjadi dalam waktu yang cukup
lama, maka banjir cileunang adalah banjir dadakan (langsung terjadi saat
hujan tiba).
6. Banjir Lahar Dingin

Gambar 7 Banjir Lahar Dingin Gunung Semeru

Banjir jenis ini biasanya hanya terjadi ketika erupsi gunung berapi.
Erupsi ini kemudian mengeluarkan lahar dingin dari puncak gunung dan
mengalir ke daratan yang ada di bawahnya. Lahar dingin ini mengakibatkan
pendangkalan sungai, sehingga air sungai akan mudah meluap dan dapat
meluber ke pemukiman warga.
7. Banjir Misoulla

Gambar 8 Banjir Missoula

Banjir Missoula adalah banjir yang bersifat periodik dan terjadi di wilayah
Amerika Serikat. Banjir ini terjadi pada musim dingin dan musim semi.

16
2.3.3 Mekanisme Terjadinya Bencana Banjir
Bencana banjir dapat disebabkan oleh 2 faktor penting, yaitu faktor alam
dan faktor manusia. Berikut adalah proses terjadinya bencana banjir berdasarkan
dua faktor tersebut:
1. Proses Terjadinya Banjir secara Alamiah
Pada siang hari, air di laut, danau, hingga sungai akan menguap karena sinar
matahari. Kemudian, air yang menguap berkumpul menjadi awan. Nantinya,
awan tersebut ditiup ke daratan dan menurunkan uap lewat hujan. Hujan dapat
turun di berbagai daerah seperti pemukiman dan pegunungan. Air hujan yang
turun akan diserap oleh tanah dan ditahan tumbuh-tumbuhan. Namun jika
jumlah air hujan yang masuk ke dalam tanah tidak bisa sepenuhnya terserap
oleh tanah. Mengingat kapasitas akar tumbuh-tumbuhan dan pepohonan dalam
menyerap air sangat terbatas.Apalagi di daerah tersebut tidak adanya
pepohonan dan tumbuhan untuk menyerap air hujan. Hal tersebut bisa
membuat banyak genangan air di daratan.

Gambar 9 Proses Banjir secara Alamiah

2. Proses Terjadinya Banjir secara Non – Alamiah


Banjir non-alamiah disebabkan oleh ulah manusia, seperti membuang sampah
sembarangan. Pada kasus ini, pembuangan sampah secara sembarang dapat

17
membuat aliran air tersumbat. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat membuat
sampah dan air meluap, sehingga banjir terjadi.

Gambar 10 Banjir akibat Non- Alamiah (Ulah Manusia)

2.3.4 Dampak Bencana Banjir


Dampak dari bencana banjir dibagi menjadi tiga bagian yaitu primer, sekunder,
dan tersier yang terbagi sesuai tingkat kepentingannya. Berikut adalah
penjelasannya:
a. Dampak Primer
Dampak dari bencana banjir memberikan kerugian besar bagi penduduk di
wilayah tersebut. Seperti kehilangan harta benda yang berharga hingga yang
paling parah adalah kehilangan korban jiwa akibat bencana tersebut. Selain
penduduk di wilayah yang terkena banjir, fasilitas umum yang ada di
lingkungan tersebut akan dapat mengalami kerusakan, seperti jembatan rusak,
mobil rusak, pohon tumbang, jalan raya menjadi rusak, bangunan terendam air,
ekosistem menjadi rusak, transportasi menjadi terganggu,dll. Akibat adanya
banjir juga seringkali membuat air bersih ikut berkurang, seperti yang kita tahu
bahwa air bersih merupakan hal dasar setiap manusia sehingga dapat
mengganggu kegiatan sehari-hari seseorang.
b. Dampak Sekunder
Dampak sekunder dari bencana banjir adalah dengan adanya bencana banjir
yang berisi air yang sudah tercampur berbagai hal yang membuatnya kotor. Di
dalam air tersebut seringkali membawa wabah penyakit yang dapat menyerang

18
masyarakat khususnya para anak-anak dan juga lansia. Hal ini juga
berhubungan dengan minimnya air bersih yang tersedia karena air tanah di
daerah tersebut sudah terkontaminasi sehingga sulit bagi penduduk untuk
mendapatkan air bersih.
c. Dampak Tersier (Jangka Panjang)
Dampak tersier dari bencana banjir adalah dapat membuat suatu daerah
menjadi kesulitan ekonomi. Hal tersebut dikarenakan jika kawasan tersebut
merupakan wilayah lokasi wisata, maka pengunjung yang datang akan
menurun karena adanya bencana tersebut, ditambah lagi dengan adanya
fasilitas yang harus diperbaiki dan pembangunan ulang yang membuat biaya
pengeluaran semakin besar.
Dari berbagai dampak negatif yang ditimbulkan, ternyata banjir (banjir air
skala kecil) juga dapat membawa banyak keuntungan, seperti mengisi kembali air
tanah, menyuburkan serta memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir
menyediakan air yang cukup di kawasan kering dan semi-kering yang curah
hujannya tidak menentu sepanjang tahun. Air banjir tawar memainkan peran
penting dalam menyeimbangkan ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor
utama dalam penyeimbangan keragaman makhluk hidup di dataran. Banjir
menambahkan banyak nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan
industri perikanan pada tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan
dataran banjir untuk pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi).

2.3.5 Upaya Penanggulangan Banjir


Upaya penanggulangan bencana alam banjir dapat dilakukan dengan 2 metode,
yaitu metode struktur dan metode non-struktur. Berikut adalah penjelasannya:
a. Metode Struktur
Pengendalian banjir menggunakan metode struktur adalah pembuatan
infrastruktur untuk mengendalikan banjir, di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Bendungan (dam)

19
Bendungan digunakan untuk menampung dan mengelola distribusi aliran
sungai. Pengendalian diarahkan untuk mengatur debit air sungai di
sebelah hilir bendungan.
2. Kolam Penampungan (retention basin)
Kolam penampungan (retention basin) berfungsi untuk menyimpan
sementara volume air banjir sehingga puncak banjir dapat dikurangi dan
dilepaskan kembali pada saat air surut. Wilayah yang digunakan untuk
kolam penampungan biasanya didaerah dataran rendah.
3. Tanggul Penahan Banjir
Tanggul penahan banjir adalah penghalang yang didesain untuk menahan
banjir di palung sungai untuk melindungi daerah sekitarnya.
4. Saluran By pass
Saluran bay pass adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan
sebagian atau seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit
banjir pada daerah yang dilindungi.
5. Sistem pengerukan sungai/normalisasi Sungai
Sistem pengerukan atau pengerukan saluran adalah bertujuan
memperbesar kapasitas tampung sungai dan memperlancar aliran.
Normalisasi diantaranya mencakup kegiatan melebarkan sungai,
mengarahkan alur sungai dan memperdalam sungai (pengerukan).
b. Metode Non-Struktur
Adapun pengendalian banjir non struktur dapat dilakukan dengan beberapa hal,
antara lain yaitu sebagai berikut:
1. Pengamatan tinggi muka air pada pos-pos pengamat
Cara ini dilakukan dengan melakukan pengamatan tinggi muka air sungai
pada beberapa pos pengamatan. Apabila tinggi muka air banjir pada pos
hulu diketahui, maka dapat diramalkan waktu yang diperlukan untuk banjir
sampai pada daerah yang diamankan berdasarkan analisa flood routing.
Selang waktu sebelum banjir tiba dipergunakan untuk mengabarkan pada
instansi terkait.
2. Telemetering (Pengamatan curah hujan)

20
Untuk daerah yang bahaya banjirnya tinggi, biasanya menggunakan
peramalan yang lebih dini yaitu menggunakan radar pencatat hujan di
daerah aliran sungai. Cara ini bekerja otomatis dan menggunakan peralatan
yang modern, sehingga hanya dipakai pada sungai-sungai yang berbahaya.
3. Pemberitaan Banjir
Sebelum banjir tiba, perlu adanya persiapan penanggulangan banjir di
antaranya kegiatan pemberitaan bahaya banjir. Pemberitaan ini
diinformasikan ke kantor-kantor terlebih dahulu untuk diteruskan ke
masyarakat. Gejala awal akan terjadinya banjir pada umumnya dapat
diketahui dari kedudukan tinggi muka air sungai dan kondisi banjir
terhadap tanggul. Tingkat bahaya suatu sungai dapat ditentukan
berdasarkan kedua hal tersebut. Pemberitaan dilakukan pada awal masing-
masing tingkat siaga (1, 2, dan 3).
4. Tinjauan hidrologi
Analisis hidrologi diperlukan untuk memperoleh besarnya debit banjir
rencana suatu wilayah. Debit banjir rencana merupakan debit maksimum
dengan periode ulang tertentu yaitu besarnya debit maximum yang rata-
rata terjadi satu kali dalam periode ulang yang ditinjau.
5. Analisis Curah Hujan yang Mewakili DAS
Untuk keperluan perencanaan sistem pengendalian banjir pada suatu
wilayah, perlu diketahui besarnya curah hujan yang mewakili DAS,
dimana dapat diperoleh dari analisa data curah hujan harian maksimum
tahunan dari beberapa stasiun penakar hujan yang ada di wilayah
tangkapan hujan (catchment area).
6. Analisis Intensitas hujan Rencana
Intensitas adalah laju hujan atau tinggi air per satuan waktu (mm/menit,
mm/jam, mm/hari). Sedangkan curah hujan jangka pendek biasanya
dinyatakan dengan intensitas per-jam yang disebut intensitas curah hujan.
Intensitas curah hujan digunakan sebagai parameter perhitungan debit
banjir.
7. Debit Banjir Rencana

21
Penentuan debit banjir rencana dapat dilakukan melalui analisis debit
banjir yang pernah terjadi. Hal ini merupakan data banjir yang tercatat
secara akurat dengan waktu pencatan data misalnya 20 tahun. Selanjutnya
dari seri data banjir tersebut dilakukan analisis frekuensi dan ditentukan
jenis sebarannya, sehingga dihasilkan debit banjir rencana.
c. Metode Lain
Cara atau metode lainnya yang dapat dilakukan dalam menanggulangi bencana
banjir adalah sebagai berikut:
1. Penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai fungsi lahan.
2. Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai
yang sering menimbulkan banjir.
3. Tidak membangun rumah dan pemukiman di bantaran sungai serta daerah
banjir sehingga air sungai tidak meluap ke pemukiman.
4. Tidak membuang sampah ke dalam sungai dan selokan yang menjadi
penyebab utama pendangkalan dan tersumbatnya aliran sungai.
5. Pemasangan Pompa untuk daerah yang lebih rendah dari permukaan laut.
6. Program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu di laksanakan serta
mengurangi aktifitas dibagian sungai rawan banjir.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hujan Muson adalah hujan yang terjadi akibat adanya hembusan angin muson yang
bertiup di suatu wilayah. Proses terjadinya hujan monsun yaitu perubahan arah angin, angin
muson membawa uap air, pembentukan zona konvergensi, peningkatan ketinggian dan
pendinginan udara dan pembentukan awan dan hujan. sedangkan karakteristik hujan muson
yaitu musim panas yang basah, pentingnya untuk pertanian dam potensi bencana alam.
Hujan konveksi adalah hujan yang disebabkan oleh meningkatnya massa udara panas
dengan membawa uap air karena pemanasan radiasi matahari. Adapun ciri-ciri hujan konveksi
diantaranya yaitu terjadi pada wilayah tropis tepatnya berada pada 23,5ᵒ garis lintang utara
sampai 23,5ᵒ garis lintang selatan, terjadi pada saat cuaca cerah dan di siang hari, hujan
ini turun di kawasan yang sempit dan lain sebagainya. Dampak hujan konveksi terdiri
dari 2 yaitu dampak positif dan dampak negatif. dampak positif dari hujan zenital yaitu
memberikan sensasi sejuk, menyuburkan tanah dan tanaman, mengurangi polusi dan
menambah persediaan air alami. sedangkan dampak negatif yaitu menyebabkan gangguan
pada jaringan listrik dan menciptakan banyak genangan.
Banjir adalah suatu keadaan ketika tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air yang
melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dengan penyebab utama yaitu curah hujan
dan topografi suatu wilayah sehingga dapat menimbulkan korban jiwa, kerugian fisik, sosial
dan ekonomi. Jenis-jenis banjir terbagi menjadi 2 yaitu berdasarkan asal sumber dan jenis air.
Sedangkan dampak banjir yaitu dibedakan menjadi 3 yaitu dampak primer, sekunder dan
tersier (jangka panjang). Adapun upaya penanggulangannya terdiri dari 2 metode yaitu
metode struktur dan non struktur. Metode struktur yaitu seperti bendungan (dam), kolam
penampungan (retention basin), tanggul penahan banjir dan lain sebagainya. Sedangkan
metode non struktur yaitu seperti pengamatan tinggi muka air pada pos-pos pengamat,
telemetering (pengamatan curah hujan) dan lain sebagainya. Selain kedua metode tersebut
terdapat pula metode lain seperti penataan daerah aliran sungai secara terpadu dan sesuai
fungsi lahan, pembangunan sistem pemantauan dan peringatan dini pada bagian sungai yang
sering menimbulkan banjir dan lain sebagainya.

23
3.2 Saran
Melalui makalah ini penulis dan pembaca bisa mengetahui dan memperhatikan bagaimana
bencana kebanjiran, khususnya mengenai hujan monsun, hujan konvektif, dan mekanisme
bencana banjir yang terjadi di bumi ini. Studi mengena bencana alam dan penanggulangannya
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pengetahuan kita tentang bencan alam.

24
DAFTAR PUSTAKA
Khotimah, N.S., dan Nurhadi. 2013. Analisis Kerentana Banjir Di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Code Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Rahayu, Harkunti P. 2009. Banjir dan Upaya Penanggulangannya. Bandung: Promise Indonesia.
Ligal, Sebastian. 2008. Pendekatan Pencegahan dan Penanggulangan Banjir. Jurnal Dinamika
Teknik Sipil.
Ristya, Wika. 2012. Kerentanan Wilayah Terhadap Banjir di Sebagian Cekungan Bandung.
Jakarta: Universitas Indonesia.
Hardiyanto, Sari. (2020). Apa Itu Angin Monsun, Siklus Hingga Dampaknya. Diakses di
https://www.kompas.com/tren/read/2020/01/10/150500265/mengenal-angin-monsun-
siklus-hingga-dampaknya?page=all#google_vignette pada tanggal 18 November 2023.
Juliansyah, Ricky(2023). Hujan Dan Angin Kencang, Atap Tribun Barat Stadion Merpati Depok
Ambruk. Diakses di https://metro.tempo.co/read/1798512/hujan-dan-angin-kencang-atap-
tribun-barat-stadion-merpati-depok-ambruk?tracking_page_direct pada tanggal 18
November 2023.
Yarda, Vegistha. (2022). Apa Itu Hujan Monsun? Hujan Yang Sebabkan Bnjir Bandang Dan
Tewaskan Ribuan Orang Di Pakistan. Diakses di
https://bangka.tribunnews.com/2022/08/29/apa-itu-hujan-monsun-hujan-yang-sebabkan-
banjir-bandang-dan-tewaskan-ribuan-orang-di-pakistan?page=2 pada tanggal 18
November 2023
Welianto, Ari. (2020) Dampak Terjadinya Angin Muosn Barat. Diakses di
https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/01/173000169/dampak-terjadinya-angin-
muson-barat?page=all pada tanggal 18 November 2023.
Kurniawan, Ferdinand Wahyu. 2023. Kaitan Hujan Dengan Hutan. Tersedia pada laman
https://www.studocu.com/id/document/universitas-hasanuddin/manajemen-hutan/tipe-
tipe-hujan/75245432. Diakses pada tanggal 22 November 2023.

25

Anda mungkin juga menyukai