OLEH :
KELOMPOK 4
1. Nanang Pramayudi 9. Annisa Farhanah
2. Dwi Damyanti Jonathan 10. Ananda Prastuti Sutrisno
3. Tri Ulfa Amelda 11. MimiAgustika sastka
4. Rahayu Maya Sari 12. Reflina Sari
5. Dian Agusti Tanjung 13. Ernisah
6. Azina Fithra Sari 14. Rita Sri Hartati
7. Yolanda Sukarma 15. Soya OdisaAmri
8. Miftahul Jannah 16. Efa Sulastri
DOSEN KOORDINATOR :
Ns. Elvi Oktarina, M.Kep, Sp. Kep. MB
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana merupakan peristiwa atau kejadian yang berlebihan yang
mengancam dan menggangu aktifitas normal kehidupan masyarakat yang
terjadi akibat prilaku perbuatan manusia maupun akibat anomali peristiwa
alam (Sigit, 2018). Bencana juga merupakan kejadian baik alami maupun
buatan manusia yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya
nyawa manusia, memburuknya layanan kesehatan (Roccaforte, 2014).
Bencana juga diartikan sebagai gangguan serius yang terjadi dan berdampak
tidak berfungsinya tatanan kehidupan di suatu komunitas atau masyarakat
(Heylin, 2015).
Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak
pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu Lempeng Benua Asia, Benua
Australia, L empeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik (Badan Nasional
Penanggulangan Bencana [BNPB], 2019). Serta Indonesia secara geologis
terletak pada rangkaian cincin api yang membentang sepanjang lempeng
pasifik yang merupakan lempeng tektonik paling aktif didunia. Deretan
gunung api di Indonesia ini merupakan bagian dari gunung api yang sering
disebut Ring Of Fire atau Deret Sirkum Pasifik (Rachmawati, 2013). Kondisi
tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti letusan gunung
berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor (BNPB, 2019).
Kejadian bencana mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun
2016 terdapat 1.986 kejadian bencana dan pada tahun 2020 terdapat 2.925
kejadian bencana (Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB], 2020).
Menurut laporan EM-DAT (international disaster database) pada tahun 2018
di laporkan terjadi peristiwa bencana alam di seluruh dunia yang
mengakibatkan kematian sebanyak 11.804 orang, dan lebih dari 73 juta orang
terdampak bencana (WHO, 2019). Sedangkan menurut DIBI (Data Informasi
4
dengan ketinggian sampai 10 m dari permukaan laut. Dari hal tersebut jika
tidak diimbangi dengan kesiapsiagaan masyarakat Kota Padang maka akan
berdampak pada tingginya jumlah kerugian dari bencana ini baik dari materil
maupun jiwa sehingga perlunya kesiapsiagaan pada masyarakat.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang
tepat guna dan berdaya guna. (UU Nomor 24 Tahun 2007). Kesiapsiagaan
bencana juga merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintah,
organisasi, masyarakat, komunitas dan individu untuk mampu menanggapi
suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna, termasuk menyusun rencana
penanggulangan bencana, pemeliharaan dan pelatihan personil (Mohd Robi
Amri et al., 2016).
Praktik keperawatan bencana merupakan adaptasi dari keterampilan
keperawatan professional dalam mengenali dan memenuhi kebutuhan fisik
dan emosional keperawatan akibat suatu bencana. Tujuan keseluruhan dari
keperawatan bencana adalah untuk mencapai tingkat kesehatan terbaik bagi
orang-orang dan komunitas yang terlibat dalam bencana. Pelaksanaan praktek
profesi dilaksanakan melalui tahapan antara lain : observasi fisik lingkungan,
penyebaran kuesioner untuk memperolaeh data kejadian bencana pada
msyarakat, musyawarah masyarakat pertama untuk menindak lanjuti hasil
survei dan kuesioner (hasil angket), implementasi kegiatan sesuai dengan
rencana yang telah disepakati oleh masyarakat dan musyawarah masyarakat
kedua untuk menyampaikan hasil evaluasi kegiatan yang telah direcanakan
Praktik keperawatan bencana pada mahasiswa profesi Unand
dilakukan di RW.009 Kelurahan Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah
Kota Padang mulai tanggal 29 November 2021 sampai 1 Januari 2022.
Kecamatan Koto tangah berada pada 00 o58 Lintang Selatan dan 99036’40”-
100021’11” Bujur Timur, dengan curah hujan 371 mm/Tahun dan terletak 0-
1.600 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah 232,25 km 2.
Mayoritas masyarakat di Pasia Nan Tigo bekerja sebagai nelayan.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari laporan ini
adalah “Bagaimana tingkat kesiapsiagaan bencana gempa bumi, tsunami,
dan banjir pada RW 009 Kelurahan Pasie Nan Tigo ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengatahui tingkat kesiapsiagaan bencana gempa bumi, tsunami,
dan banjir pada RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan informasi tentang data-data bencana yang
terdapat RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo.
b. Menjelaskan bencana yang terdapat di RW 009 Kelurahan
Pasie Nan Tigo berdasarakan data-data yang sudah
dikumpulkan
7
D. Manfaat
1. Bagi Masyarakat
Diharapakan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan pedoman
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan
kedepannya guna mengatasi masalah kesiapsiagaan bencana di RW
009 Kelurahan Pasie Nan Tigo.
2. Bagi Pihak Terkait (Lintas Program dan Sektoral)
Diharapakan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan data maupun
bahan untuk menyusun program kerja dan kebijakan dalam bidang
kebencanaan di masa yang akan datang.
3. Bagi institusi pendidikan
Diharapakan laporan hasil kegiatan ini menjadi bahan perbandingan
untuk mahasiswa profesi yang akan menjalankan siklus keperawatan
bencana berikutnya dan menjadi bahan evaluasi terhadap program
atau kurikulim keperawatan bencana yang telah ditetapkan.
8
BAB II
PELAKSANAAN
A. TINJAUAN TEORI
2.1 KONSEP BENCANA
2.1.1 Defenisi Bencana
Bencana merupakan suatu peristiwa yang sangat ditakuti dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan
oleh faktor alamdan faktor non alam maupun faktor manusia yang mana
hal tersebut dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan, timbulnya
korban jiwa manusia, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
Kesalahan dan kelalaian manusia dalam mengantisipasi alam juga
termasuk dalam faktor penyebab terjadinya bencana. (Soehatman,
2010:17).
Bencana yang terjadi dapat dibagi berdasarkan sifatnya sebagai
alamiah maupun buatan manusia dan mengakibatkan penderita dan
kesengsaraan sehingga korban bencana membutuhkan bantuan orang
lain untuk memenuhui kebutuhannya. Secara lebih sederhana
pengertian bencana adalah kejadian yang membutuhkan usaha ekstra
keras, lebih dari responterhadapsituasi kedaruratan biasa. (CMHN,
2011)
Bencana dapat juga didefenisikan sebagai kondisi yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Bencana ini bias mengubah pola kehidupan dari
kondisi kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak,
menghilangkan harta benda dan jiwa manusia, merusak struktur sosial
masyarakat, serta menimbulkan lonjakan kebutuhan dasar (Bakornas,
2009).
Bencana menyebabkan gangguan kehidupan keseharian yang mana
berubahnya pola-pola kehidupan dari kondisi normal, hilangnya harta
benda dan jiwa manusia, merusak struktur social komunitas,
memunculkan lonjakan kebutuhan pribadi atau komunitas. Oleh karena
itu bencana cenderung terjadi pada komunitas yang rentan, dan akan
9
a. Non-Bencana
Telah diketahui bahwa daerah-daerah tertentu di Indonesia
cenderung mudah mengalami bencana gempa karena Indonesia
10
f. Merasa bersalah.
Reaksi ini masih termasuk reaksi normal terhadap situasi yang
abnormal dan memerlukan upaya pencegahan primer.
2. Minggu pertama sampai ketiga setelah bencana
a. Ketakutan, waspada, sensitive, mudah marah, kesulitan tidur
b. Khawatir, sangat sedih
c. Mengulang-ulang kembali (fleshback) kejadian
d. Bersedih
e. Reaksi positif yang masih dimiliki: berharap atau berfikir
tentang masa depan, terlibat dalam kegiatan menolong dan
menyelamatkan
f. Menerima bencana sebagai takdir
Kondisi ini masih termasuk respon yang membutuhkan tindakan
psikososial minimal.
3. Lebih dari minggu ketiga setelah bencana.
Reaksi yang diperlihatkan dapat menerapakan dan
dimanifestasikan dengan:
a. Kelelahan
b. Merasa panik
c. Kesedihan terus berlanjut, pesimis dan berfikir tidak realistis
d. Tidak beraktivitas isolasi dan menarik diri
e. Kecemasan yang dimanifestasikan dengan palpitasi, pusin g,
letih, mual, sakit kepala, dll.
Pada sebagian korban bencana yang selamat dapat mengalami
gangguan mental akut yang timbul dari beberapa minggu hingga
berbulan-bulan sesudah bencana. Beberapa bentuk gangguan
tersebut antara lain reaksi akut terhadap stress, berduka dan
berkabung,
Gangguan mental yang terdiagnosis, gangguan penyesuaian.
Kondisi ini membutuhkan bantuan psikososial dari tenaga
kesehatan professional.
13
yang dihadapi seperti bayi, balita, anak-anak, ibu hamil, ibu menyusui,
penyandang cacat, dan lanjut usia.Secara umum, kerentanan
masyarakat dalam menghadapi bencana dapat dikelompokkan menjadi
berikut:
a. Kerentanan Fisik
Kerentanan masyarakat dalam menghadapi ancaman dalam bahaya
tertentu, seperti kekuatan bangunan rumah untuk masyarakat yang
tinggal di daerah yang rawan bencana.
b. Kerentanan Ekonomi
Kemampuan ekonomi masyarakat dalam pengalokasian sumber
daya untuk pencegahan atau mitigasi dalam penanggulangan
bencana. Pada umumnya, masyarakat yang kurang mampu lebih
beresiko terhadap bahaya karena tidak punya kemampuan finansial
yang memadai dalam melakukan upaya pencegahan atau mitigasi
bencana.
c. Kerentanan Sosial
Suatu kondisi sosial dimana ancaman dan resiko bencana pada
masyarakat dilihat dari aspek pendidikan dan pengetahuan.
d. Kerentanan Lingkungan
Suatu keadaan dimana ancaman dan resiko bencana dilihat dari
lingkungan disekitar tempat tinggal masyarakat. Misalnya
masyarakat yang tinggal di lereng pegunungan atau lereng bukit
lebih rentan terhadap ancaman bencana tanah longsor, sedangkan
masyarakat yang berada di daerah yang sulit mendapatkan air akan
rentan terhadap bencana kekeringan (Efendi, 2009).
2.1.7 Penanggulangan Bencana
Dalam Bidang Kesehatan Dilihat dari faktor resiko yang terjadi,
maka penanggulangan bencana dari bidang kesehatan bisa dibagi
menjadi 2 aspek yaitu aspek medis dan aspek kesehatan masyarakat.
Pengendalian penyakit dan menciptakan kesehatan lingkungan adalah
salah satu bagian dari aspek kesehatan masyarakat. Pelaksanaannya
16
dipertanggungjawabkan.
f. Kemitraan
Dalam kegiatan penanggulangan bencana kemitraan dan kerjasama
harusdibentuk terutama kepada masyarakat dan pemerintahan.
Kemitraan dan kerjasama ini harus konsisten dan memiliki sifat
berkesinambungan, karena jika ada pihak yang tidak mendukung
kegiatan maka akan menimbulkan akibat yang mungkin tidak
menguntungkan dalam penanganan bencana.
g. Pemberdayaan
Yang terpenting dalam penanganan bencana adalah pemberdayaan
masyarakat karena dapat mendukung dan meminimalisir
kemungkinan yang akan menimbulkan kerugian dalam pelaksanaan
kegiatan.
h. Non diskriminatif
Sudah sewajarnya jangan melakukan atau memberikan perlakuan
yang berbeda dalam kegiatan penanganan bencana karena akan
menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat.
i. Non proletisi
Ada beberapa hal yang sering dilanggar oleh suatu lembaga dalam
memberikan bantuan kepada korban bencana yaitunya
menyebarkan keyakinan atau agama yang mereka anut.
2.1.9 Jenis Kegiatan Siaga Bencana
Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam
situasi tanggap bencana:
a. Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik
Adanya korban ketika terjadinya bencana merupakan hal yang
sangat mungkin kita jumpai baik kerusakan tempat tinggal, korban
meninggal dunia, korban luka-luka. Pengobatan dari tim kesehatan
merupakan halyang paling dibutuhkan oleh korban bencana.
Pengobatan yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan fisik,
Pemberian obat, perawatan luka, dan pengobatan lainnya sesuai
19
A. Pra Bencana
Pada fase pra bencana setiap lembaga atau jajaran pers dapat
memainkan perannya sebagai pendidik publik melalui penyuluhan
yang disajikan secara terencana, priodik, populer, digemari dan
mencerahkan serta memperkaya khazanah alam pikiran publik
dengan target antara lain :
1. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang
bencana, mekanisme penanggulangan bencana, langkah-
langkah penanganan yang perlu dengan cepat dan tepat untuk
meminimalisasi korban serta kerusakan lingkungan ataupun
kehilangan harta benda.
2. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui
pembinaan yang dapat dilakukan oleh lembaga swasta atau
pemerintah yang bersifat penumbuhan kesadaran masyarakat
terhadap potensi, jenis dan sifat bencana.
3. Rencana pengembangan wilayah dan pertumbuhan tata-ruang.
4. Pelestarian lingkungan.
a. Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan pada fase pra
22
Adapun sifat dari gempa bumi menurut Anies (2018), sebagai berikut:
a. Secara geografis, distribusinya terstruktur terdapat daerah gempa
bumi atau dengan gempa bumi yang besar
b. Melepaskan energi yang sangat besar. Pelepasan energi bisa terjadi
di benua (daratan) maupun dilautan, pelepasan energi dilautan
menyebabkan tsunami.
c. Datang secara berkelompok baik terhadap waktu maupun ruang
d. Kedalam fokus (titik api) gempa bervariasi sampai 700 km
e. Distribusi frekuensi gempa merupakan fungsi dari ke dalam fokus
namun tidak seragam terhadap kedalam maupun geologis
3. Penyebab Gempa Bumi
a. Aktivitas gunung berapi yang meningkat
b. Pelepasan energi karena konsentrasi tegangan tinggi pada kerak
bumi.
c. Pergerakan terus menerus dari magma dan cairan yang bersifat
hidrotermal (peka terhadap panas) di bawah gunung berapi.
d. Aktivitas magma pada gunung berapi dapat menimbulkan gempa.
e. Pergeseran lempeng tektonik, sehingga biasa disebut gempa
tektonik.
4. Dampak Gempa Bumi
Bencana Gempa bumi dapat mengakibatkan trauma psikis atau mental.
Ternyata bencana gempa bumi tidak hanya mengakibatkan kerusakan
fisik atau bangunan, harta benda, dan jiwa manusia, tetapi juga kondisi
kejiwaan bagi para korban. Akibat bencana tersebut,sebagian besar
korban dapat mengalami penderitaan gangguan psikologis berupa
trauma(Anies, 2018)
5. Akibat Gempa Bumi
Menurut Anies (2018) dan Kusumasari (2014), beberapa akibat dari
gempa bumi adalah sebagai berikut :
a. Goncangan dan retakan tanah: hal ini dapat mengakibatkan
kerusakan pada bangunan, jembatan, dan infrastruktur lainnya.
31
Pasal 7; peran masyarakat diatur dalam Pasal 26 dan Pasal 27; dan
peran lembaga usaha di atur dalam Pasal 28 dan Pasal 29.
a. Pemerintah dan pemerintah daerah
Secara khusus tanggung jawab itu dilaksanakan oleh Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) ditingkat pemerintah pusat dan
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tingkat
pemerintah daerah. Tugas BNPB antara lain (1) Memberikan
pedoman dan pengarahan terhadap PB, (2) Menetapkan standarisasi
dan kebutuhan penyelenggaraan PB, (3) Menyampaikan informasi
kegiatan kepada masyarakat, (4) Melaporkan penyelenggaraan PB
kepada Presiden 1 kaliper bulan dalam kondisi normal dan setiap
saat dalam kondisi darurat bencana, (5) Menggunakan dan bantuan
nasional dan internasional, (6) Mempertanggung jawabkan
penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), (7) Melaksanakan kewajiban lain sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, dan (8) Menyusun pedoman
pembentukan BPBD. Sementara itu tugas BPBD antara lain (1)
Memberikan pedoman dan pengarahan sesuai dengan kebijakan
pemerintah daerah dan BNPB terhadap Penanggulangan Bencana,
(2) Menetapkan standarisasi dan kebutuhan penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana, (3) Menyusun, menetapkan, dan
menginformasikan peta rawan bencana, (4) Menyusun dan
menetapkan prosedur tetap Penanggulangan Bencana, (5)
Melaksanakan penyelenggaraan Penanggulangan Bencana di
wilayah, (6) Melaporkan penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
kepada kepala daerah 1kali per bulan dalam kondisi normal dan
setiap saat dalam kondisi darurat bencana, (7) Mengendalikan
pengumpulan dan penyaluran uang dan barang, (8) Mempertanggung
jawabkan penggunaan anggaran yang di terima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah, dan (9) Melaksanakan kewajiban
lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
34
b. Masyarakat
Peran masyarakat itu terlibat pada pra bencana, saat bencana,
dan pasca bencana. Peran masyarakat pada saat pra bencana antara
lain (1) Berpartisipasi pembuatan analisis risiko bencana, (2)
Melakukan penelitian terkait kebencanaan, (3) Membuat Rencana
Aksi Komunitas, (4) Aktif dalam Forum PRB, (5) Melakukan upaya
pencegahan bencana, (6) Bekerja sama dengan pemerintah dalam
upaya mitigasi, (7) Mengikuti pendidikan, pelatihan untuk upaya
PRB, dan (8) Bekerjasama mewujudkan Desa/Kelurahan Tangguh
Bencana.
Peran masyarakat pada saat bencana antara lain (1) Memberikan
informasi kejadian bencana ke BPBD atau iInstansi terkait, (2)
Melakukan evakuasi mandiri, (3) Melakukan kaji cepat dampak
bencana, dan (4) Berpartisipasi dalam respon tanggap darurat sesuai
bidang keahliannya. Sementara itu peran masyarakat pada saat pasca
bencana adalah (1) Berpartisipasi dalam pembuatan rencana aksi
rehabilitasi dan rekonstruksi, dan (2) Berpartisipasi dalam upaya
pemulihan dan pembangunan sarana/prasarana umum.
c. Lembaga usaha
d. Peran lembaga usaha juga terlibat pada pra bencana, saat bencana
dan pasca bencana. Peran lembaga usaha pada saat pra bencana
antara lain (1) Membuat kesiapsiaagaan internal lembaga usaha
(business continuity plan), (2) Membantu kesiapsiagaan masyarakat,
(3) Melakukan upaya pencegahan bencana, seperti konservasi lahan,
(4) Melakukan upaya mitigasi struktural bersama pemerintah dan
masyarakat, (5) Melakukan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan
untuk upaya PRB, (6) Bekerjasama dengan pemerintah membangun
sistem peringatan dini, dan (7) Bersinergi dengan Pemerintah dan
Orsosmas mewujudkan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana.
Sementara itu peran lembaga usaha pada saat bencana antaralain (1)
35
B. Bencana Banjir
1. Pengertian Bencana Banjir
“Banjir didefenisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat
meluapnya air yang melebihi kapasitas pembuangan air di suatu
wilayah dan menimbulkan kerugian fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu
dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang terjadi apabila
meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah
sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan
paling banyak merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun
ekonomi” (IDEP,2007). “Banjir merupakan peristiwa dimana daratan
yang biasanya kering (bukan daerah rawa) menjadi tergenang oleh air,
hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kondisi topografi
wilayah berupa dataran rendah hingga cekung. Selain itu terjadinya
banjir juadapat disebabkan oleh limpasan air permukaan (run off) yang
meluap dan volumenya melebihi kapasitas pengaliran sistem drainase
atau sistem aliran sungai. Terjadinya bencana banjir juga disebabkan
oleh rendahnya kemampuan infiltrasi tanah, sehingga menyebabkan
tanah tidak mampu lagi menyerap air. Banjir dapat terjadi akibat
naiknya permukaan air lantaran curah hujan yang di atas normal,
perubahan suhu, tanggul/bendungan yang bobol, pencairan salju yang
cepat, terhambatnya aliran air ditempat lain” (Ligak, 2008).
2. Jenis-Jenis Banjir
Menurut Pusat Kritis Kesehatan Kemenkes RI (2018), banjir dibedakan
menjadi lima tipe sebagai berikut:
a. Banjir Bandang
Banjir yaitu banjir yang sangat berbahaya karena bisa mengangkut
apa saja. Banjir ini cukup memberikan dampak kerusakan cukup
parah. Banjir bandang biasanya terjadi akibat gundulnya hutan dan
rentan terjadi di daerah pegunungan.
b. Banjir Air
37
10 meter dari tepi kiri dan kanan sungai, dan apabila sungai terlalu
dalam melebihi 3 meter maka jarak dari sepadan sungai lebih dari 10
meter.
a. Penyebab banjir secara alami
Yang termasuk sebab-sebab alami diantaranya adalah:
- Curah hujan
- Pengaruh fisiografi
- Erosi dan Sedimentasi
- Kapasitas sungai
- Kapasitas drainasi yang tidak memadai
- Pengaruh air pasang
b. Penyebab banjir akibat aktivitas manusia
Banjir juga dapat terjadi akibat ulah/aktivitas manusia sebagai
berikut:
a. Perubahan kondisi DAS
b. Kawasan kumuh dan sampah
c. Drainase perkotaan dan pengembangan pertanian
d. Kerusakan bangunan pengendali air
e. Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat
f. Rusaknya hutan (hilangnya vegetasi alami)
4. Daerah Rawan Banjir
Daerah rawan banjir adalah daerah yang sering dilanda banjir. Daerah
tersebut dapat diidentikasi dengan menggunakan pendekatan
geomorfologi khususnya aspek morfogenesa, karena kenampakan
seperti teras sungai, tanggul alam, dataran banjir, rawa belakang,
kipasaluvial, dan delta yang merupakan bentukan banjir yang berulang-
ulang yang merupakan bentuk lahan detil yang mempunyai topografi
datar “(Dibyosaputro, 1984). Menurut Pratomo (2008) dan Isnugroho
(2006), “Daaerah rawan banjir dapat diklasifikasikan menjadi empat
daerah, yaitu daerah pantai, daerah dataran banjir, daerah sempadan
sungai, dan daerah cekungan”.
39
C. Pengertian Tsunami
Tsunami adalah gelombang air yang sangat besar yang dibangkitkan oleh
macam-macam gangguan di dasar samudra. Gangguan ini dapat berupa
gempa bumi, pergeseran lempeng, atau gunung meletus. Tsunami tidak
kelihatan saat masih berada jauh di tengah lautan, namun begitu mencapai
wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin
membesar. Tsunami juga sering disangka sebagai gelombang air pasang. Ini
karena saat mencapai daratan, gelombang ini memang lebih menyerupai air
pasang yang tinggi dari pada menyerupai ombak biasa yang mencapai
pantai secara alami oleh tiupan angin. Namun sebenarnya gelombang
tsunami sama sekali tidak berkaitan dengan peristiwa pasang surut air laut.
Karena itu untuk menghindari pemahaman yang salah, para ahli
Oceanografi sering menggunakan istilah gelombang laut seismik (seismic
seawave) untuk menyebut tsunami, yang secara ilmiah lebih akurat. Sebab-
sebab terjadinya gelombang tsunami yaitu, tsunami dapat dipicu oleh
bermacam-macam gangguan (disturbance) berskala besar terhadap air laut,
misalnya gempa bumi, pergeseran lempeng, meletusnya gunung berapi di
bawah laut, atau tumbukan benda langit. Tsunami dapat terjadi apabila dasar
laut bergerak secara tiba-tiba dan mengalami perpindahan vertikal.
1. Penanganan atau Manajemen Bencana (Disaster Management)
Manajemen bencana adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mengendalikan bencana dan keadaan darurat, sekaligus memberikan
kerangka kerjauntuk menolong masyarakat dalam keadaan beresiko
tinggi agar dapat menghindari ataupun pulih dari dampak bencana
(Pancawati, Heni, 2014). Tujuan dari manajemen bencana diantaranya:
a. Mengurangi atau menghindari kerugian secara fisik, ekonomi maupun
43
4. Kesiapsiagaan
a. Pengertian
Kesiapsiagaan Menurut Nick Carter dalam (LIPI/UNESCO-ISDR,
2006:5) mengenai kesiapsiagaan dari suatu pemerintah, suatu
kelompok masyarakat atau individu yaitu, tindakan-tindakan yang
memungkinkan pemerintah, organisasi-organisasi, masyarakat,
komunitas dan individu untuk mampu menanggapi suatu situasi
bencana secara cepat dan tepat guna. Termasuk kedalam tindakan
46
b. Tujuan Kesiapsiagaan
Menurut Gregg dalam (Dodon, 2013:129) kesipasiagaan bertujuan
untuk meminimalkan efek samping bahaya melalui tindakan
pencegahan yang efektif, tepat waktu, memadai, efisiensi untuk
tindakan tanggap darurat dan bantuan saat bencana. Upaya
kesiapsiagaan juga bertujuan untuk memastikan bahwa sumber daya
yang diperlukan untuk tanggap dalam peristiwa bencana dapat
digunakan secara efektif pada saat bencana dan tahu bagaimana
menggunakannya (Sutton dan Tierney dalam Dodon, 2013:129).
c. Sifat Kesiapsiagaan
Kesiapsiagaan suatu komunitas selalu tidak terlepas dari aspek-aspek
lainnya dari kegiatan pengelolaan bencana (tanggap darurat,
pemulihan dan rekonstruksi, pencegahan dan mitigasi). Untuk
menjamin tercapainya suatu tingkat kesiapsiagaan tertentu, diperlukan
47
Sarai, 12) Parapuk Tabing, 13) Kelurahan Pasie Nan Tigo, 14)
Kelurahan Sungai Lareh.
Dalam bahasa Indonesia Pasie Nan Tigo adalah pantai yang
tiga, pantai tersebut adalah Pasie Sabalah, Pasie Kandang dan Pasie
Jambak. Jadi Kelurahan Pasie Nan Tigo terbentuk dari
penggabungan tiga kelurahan, yaitu: Kelurahan Pasie Sabalah,
Kelurahan Pasie Kandang, dan Kelurahan Pasie Jambak. Kelurahan
Pasie Nan Tigo berada pada ketinggian 0 – 3 meter diatas
permukaan laut, dengan kemiringan lahan 0 – 2 %. Hal ini di-
pengaruhi oleh letak kelurahan ini yang berbatasan dengan laut,
sehingga kelurahan ini tergolong pada dataran rendah. Luas
wilayahnya secara keseluruhan adalah 593,08 Ha.
c. Batas Wilayah
Kelurahan Pasie Nan Tigo memiliki batas wilayah dengan
beberapa kelurahan. Dimana batas wilayah Kelurahan Pasie Nan
Tigo pada sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Padang Sarai.
Pada sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Kelurahan Bungo
Pasang, pada sebelah timur berbatasan dengan wilayah kelurahan
Batang Kabung Ganting, dan pada sebelah barat berbatasan dengan
wilayah Samudra Indonesia. Kelurahan Pasie Nan Tigo terdiri dari
12 RW. Wilayah RW 009 merupakan RW binaan kelompok 4
dalam siklus Keperawatan bencana. Dimana batasan RW 009 ini
terdiri dari batasan bagian Selatan dengan RW 008, batas bagian
Barat dengan pantai panjang/samudra Indonesia, batas Utara dengan
RW 006, batas bagian timur dengan RW 005.
d. Lingkungan terbuka
Luas lahan RW 009 adalah ± 4 ha dengan jenis penggunaan
dominan yaitu permukiman warga. Penggunaan lahan selain sebagai
permukiman adalah kebun campuran, rawa dan pantai.
52
e. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data laporan mutasi penduduk Kelurahan Pasie
Nan Tigo RW 009 pada bulan Desember 2021. Pada RW 009 PNT,
jumlah penduduk tertinggi yaitu di RT 05 dengan jumlah penduduk
357 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah yaitu di RT 03
dengan jumlah penduduk 301 jiwa.
h. Kebiasaan
Kegiatan warga di RW 009 yaitu pada agregat remaja
berolahraga seperti volley, bola kaki dan bulutangkis, dan pada
agregat dewasa yaitu pengajian yang di lakukan di musholah Al-
Ikhlas dan masjid . Selain itu kegiatan gotong royong juga
dilaksanakan dalam sebulan sekali.
i. Transportasi
Sarana transportasi di RW 009 umumnya masyarakat
menggunakan motor dan mobil. Untuk sarana angkutan umum sejak
tahun 2000 hingga sekarang transportasi yang digunakan yaitu
mobil pick up dan ojek.
53
k. Pusat perbelanjaan
Pusat perbelanjaan di Kelurahan Pasie Nan Tigo yaitu
minimarket dan warung. Minimarket dan Warung Nan Tigo ini
terletak di pinggir pantai Kecamatan Koto Tangah. Barang-barang
yang dijual pada umumnya adalah barang-barang kebutuhan pokok..
l. Ras/suku bangsa
54
darurat ?
Berdasarkan hasil data kuisioner diatas, didapat 75% ibu hamil tidak
memiliki rencana untuk keadaan darurat, dan 25% ibu hamil mempunyai
rencana keadaan darurat.
Berdasarkan hasil data kuisiner diatas, 75% ibu hamil mengatakan setuju
bel atau tanda peringatan tsunami dapat dibatalkan jika ternyata tidak
terjadi tsunami, dan 25% tidak setuju bel atau tanda peringatan tsunami
4. Apakah anda mengetahui titik pertemuan atau area aman diluar rumah
Berdasarkan hasil data kuisioner diatas, terdapat 100% ibu Hamil tidak
mengetahui titik pertemuan atau area aman diluar rumah untuk berkumpul
setelah gempa.
reruntuhan gempa ?
69
hamil akan berlari keluar ruangan cukup aman agak tidak terkena
reruntuhan gempa, dan sebanyak 50% ibu hamil mengatakan tidak akan
awal yang aman, dan 50% mengatakan tidak setuju berlindung dibawah
dan 50% ibu hamil tidak setuju badai atau puting beliung dapat
menimbulkan tsunami.
Berdasarkan data hasil kuisioner diatas, 75% ibu hamil mengatakan tidak
seluruhnya gempa bumi terjadi setelah gunung meletus, dan 25% ibu
meletus.
mengatakan tsunami selalu ditandai dengan surutnya air laut, dan 25%
Berdasarkan data hasil kuisioner diatas, didapatkan 75% ibu hamil tidak
bencana.
15. Apakah anda mengetahui siapa yang akan dihubungi pada keadaan
darurat ?
74
c) Kepemilikan Listrik
Dari 174 Kartu Keluarga ada sebanyak 99,4 % responden memiliki
listrik dirumah nya dan 0,6% tidak memiliki listrik dirumahnya.
82
f) Akses ke Sekolah
Sebanyak 96,6 % responden dari 174 Kartu Keluarga memiliki
akses ke sekolah. Lalu ada sebanyak 3,7% responden tidak memiliki
akses ke sekolah.
g) Kepemilikan Tanah
Dari 174 Kartu Keluarga terkait kepemilikan tanah di komunitas
atau di RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo 66,1% memiliki
kepemilikan tanah, sedangkan 33,9% lainnya tidak memiliki
kepemilikan tanah.
84
p) Rute Evakuasi
Sebanyak 70,7% responden mengatakan bahwa mereka tau
mengenai rute evakuasi namun ada sebanyak 50% responden
memiliki respon tidak jelas terkait kemana rute evakuasi tersebut.
89
b. Data Lansia
1. Jumlah Lansia di Masing-masing RT
Jumlah sample lansia yang ada di RW 009 Kelurahan Pasie Nan
Tigo ada sebanyak 20 orang yang masing-masing tersebar di
keempat RT, jumlah lansia terbanyak berada pada rt 01 yaitu
sebnyak 72,4%
3. Kegiatan Sehari-hari
Sebanyak 79,3% lansia mengatakan kegiatan mereka banyak
bekerja dan ada sebanyak 19,7 % lansia mengatakan mereka hanya
dirumah
3. Analisa Data
DATA Masalah Keperawatan
Agregat Dewasa Defisiensi Pengetahuan b.d Kurang
1. Dari jumlah agregat dewasa terpaparnya informasi d.d
sebanyak 32 jiwa 77,5% ketidakdekuatan pemberian informasi
tidak mengetahui titik tentang kesiapsiagaan bencana di Rw 09
kumpul serta 63,4% Kelurahan pasie Nan Tigo
diantaranya tidak
mengetahui jalur evakuasi di
Rw 09 Kel. Pasie Nan Tigo
2. Dari jumlah agregat dewasa
sebanyak 373 jiwa 50,7%
tidak mengetahui informasi
tentang bencana di Rw 09
Kel. Pasie Nan Tigo
3. Dari jumlah agregat dewasa
sebanyak 373 jiwa 64,8%
mengatakan tidak paham
tentang informasi bencana
4. Dari jumlah agregat dewasa
sebanyak 373 jiwa
mengatakan bencana alam
yang mengancam Rw 09
38% mengatakan gempa
bumi, 27% mengatakan
banjir dan 34% mengatakan
tsunami
5. Dari jumlah agregat dewasa
sebanyak 373 jiwa
mengatakan bencana yang
terjadi dalam 5 tahun
95
perencanaan bencana
proses mitigasi
(PraBencana,
Tanggap
darurat, dan
Pasca
Bencana).
3) Simulasi
bencana
bersama kader
dan masyarakat
Anak dan 1) Membentuk 1) Seluruh anak Lansia RW Desember Mushalla Kelompok 4
Remaja dan melatih dan remaja 09 2021 Al-
kader Siaga memahami Kelurahan Muqarrabin
Bencana dan proses Pasie Nan
strukturnya mitigasi Tigo
yang terdiri dari dalam Kecamatan
ketua, dan menanggapi Koto
anggota: kader bencana tangah
103
4) Simulasi
bencana
bersama kader
dan masyarakat
Ibu hamil 3) Membentuk 4) Seluruh lansia Lansia RW Desember Mushalla Kelompok 4
dan melatih memahami 09 2021 Al-
kader Siaga proses Kelurahan Muqarrabin
Bencana dan mitigasi Pasie Nan
strukturnya dalam Tigo
yang terdiri dari menanggapi Kecamatan
ketua, dan bencana Koto
anggota: kader 5) Meningkatkan tangah
ibu hamil di pengetahuan Kota
RW 09 Ibu Hamil Padang
Kelurahan mengenai
Pasie Nan Tigo bencana alam
Kecamatan 6) Terciptanya
Koto tangah Ibu Hamil
Kota Padang yang tangguh
105
4) Melakukan bencana
sosialisai
perencanaan
proses mitigasi
(PraBencana,
Tanggap
darurat, dan
Pasca Bencana)
pada ibu hamil
RW 09
Kelurahan
Pasie Nan Tigo
5) Simulasi
bencana
bersama kader
dan masyarakat
Lansia Defisiensi 5) Membentuk 7) Seluruh lansia Lansia RW Desember Mushalla Kelompok 4
Pengetahuan dan melatih memahami 09 2021 Al-
b.d kurang kader Siaga proses Kelurahan Muqarrabin
106
pada lansia RW
09 Kelurahan
Pasie Nan Tigo
7) Simulasi
bencana
bersama kader
dan masyarakat
108
4. Mapping
109
110
5. Table Top
111
PRE PLANNING
MUSYAWARAH MASYARAKAT KOMUNITAS (MMK) I
KELOMPOK 4 RW 09 KELURAHAN PASIE NAN TIGO
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4
A. Latar Belakang
Bencana alam yang terjadi dalam satu tahun belakangan ini berjumlah 4.650 bencana.
Bencana gempa bumi merupakan kejadian yang tidak dapat dihindari dan terjadi secara
mendadak. DIBI (2020) mencatat selama 10 tahun terakhir di Indonesia (2009-2019)
terjadi 187 gempa bumi dengan kategori bencana dan sebanyak 9 kali tsunami yang
berdampak terhadap 1 juta lebih jiwa. Fasilitas umum yang paling banyak mengalami
kehancuran adalah fasilitas pendidikan yaitu mencapai 13.696 unit. Di Indonesia pada
tahun 2018 terjadi dua gempa bumi besar yang memakan banyak korban jiwa, yaitu
gempa berkekuatan 6,9 skala Richter di Lombok Timur, NTB yang memakan korban jiwa
sebanyak 390 korban meninggal dunia, 1.447 korban luka-luka, dan 352.793 orang
mengungsi. Kemudian gempa di Palu, Donggala, dan Sigi dimana memakan 2.037 korban
jiwa (BMKG, 2019).
BPBD Kota Padang mengatakan bahwa kota Padang diapit oleh dua patahan gempa,
yaitu patahan Semangko dan patahan Megathrust. Selama sepuluh tahun (2009-2019)
terdapat 3 gempa besar mengguncang Kota Padang yang mengakibatkan 386 jiwa
meninggal dunia, 1.219 jiwa luka-luka dan 3.547 kerusakan pada fasilitas pendidikan
(DIBI, 2020). Gempa bumi mengguncang Kota Padang dan sekitarnya pada tanggal 30
September 2009 berkekuatan 7,9 skala Richter mengakibatkan banyak korban jiwa,
jumlah korban jiwa di Kota Padang sendiri sebanyak 385 jiwa meninggal dunia dan 1.216
jiwa luka-luka.
Kelurahan Pasie Nan Tigo merupakan salah satu kelurahan yang terdapat di Kota
Padang. Kelurahan Pasie Nan Tigo berada pada pesisir pantai Sumatra yang termasuk
113
dalam kategori daerah rawan terhadap beberapa bencana seperti gempa bumi, tsunami,
banjir, abrasi dan badai (Neflinda dkk, 2019). Berdasarkan hasil survey yang mahasiswa
lakukan pada RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo didapatkan bahwa daerah ini memiliki
potensi bencana terbanyak yaitu tsunami, gempa bumi, dan banjir. Akan tetapi
berdasarkan hasil survey kuesioner didapatkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
terhadap kesiapsiagaan bencana masih rendah. Berdasarkan hasil survey tersebut
mahasiswa praktek Profesi Keperawatan Bencana Universitas Andalas akan memberikan
penyuluhan dan simulasi kesiapsiagaan bencana kepada masyarakat RW 09 di Kelurahan
Pasie Nan Tigo.
Secara umum Musyawarah Masyarakat Komunitas (MMK) merupakan pertemuan
perwakilan warga desa beserta tokoh masyarakatnya dan para petugas untuk membahas
hasil survey awal dari kuisioner yang sudah diberikan kepada msyarakat dan
merencanakan penanggulangan masalah yang diperoleh dari hasil survey.
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan sebelumnya terdapat permasalahan di Rw 09
Kelurahan Pasie Nan Tigo ini yaitu Defisisiensi pengetahuan b.d kurang terpaparnya
informasi ditandai dengan pemberian informasi tentang kesiapsiagaan bencana di Rw 09
Kelurahan Pasie Nan Tigo Kota Padang.
Adapun tujuan dari pelaksanaan MMK adalah untuk mengenal masalah kesiapsiagaan
bencana melalui pelaksanaan Mitigasi dan Simulasi Kesiapsiagaan Bencana serta
menyusun intervensi dan program pelaksanaan kesiapsiagaan bencana.
Berdasarkan hasil survey diatas kelompok 4 akan melakukan penyampaian masalah
serta program intervensi tentang masalah kesiapsiagaan bencana yang ada di Rw 09
Kelurahan Pasie Nan Tigo.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan musyawarah masyarakat kelurahan diharapkan masyarakat RW 09
Kelurahan Pasie Nan Tigo memahami masalah kesiapsiagaan bencana yang ada dan
menyepakati rencana kegiatan yang akan dilakukan.
2. Tujuan Khusus
Mengidentifikasi masalah kesiapsiagaan bencana yang muncul berdasarkan hasil
dari survey di Rw 09 Kel. Pasie Nan Tigo.
Mendiskusikan solusi dari masalah kesiapsiagaan bencana yang muncul
berdasarkan hasil dari survey di Rw 09 Kel.Pasie Nan Tigo.
114
5. Alat
Infocus
Termogun
Handsanitizer
Masker
6. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Desember 2021
Waktu : 20:00 WIB sd selesai
Tempat : Mushallah Al-Muqarrabbin
D. Kegiatan Musyawarah
No Tahap Kegiatan Pemateri Kegiatan Audien Waktu
1 Orientasi 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab 5 menit
salam
115
E. Setting Tempat
116
Keterangan :
Moderator
Presentator
Operator
Fasilitator
Observer
Dokumentasi
F. Pengorganisasian
Leader : Nanang Pramayudi
Co Leader : Dwi Damayanti Jonathan
Moderator : Sonya Odisa Amri
Presentator : Reflina Sari
Fasilitator : Rahayu Maya Sari, Rita Sri Hartati
Observer : Dian Agusti Tanjung, Yolanda Sukarma
Dokumentasi : Annisa Farhanah, Tri Ulfa Amelda
Konsumsi : Mimi Agusti Sastika ,Azlina Fitrha Sari
Perlengkapan : Efa Sulastri, Miftahul Jannah MN
Operator : Ananda Prastuti Sutrisno, Ernisah
G. Rincian Tugas
1. Leader
Menjelaskan tujuan bermain
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
Menjelaksan aturan brain pada anak
Mengealuasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Co-leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
117
3. Moderator
Membuka dan menutup acara
Memperkenalkan diri
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
Menjaga kelancaran acara
Memimpin diskusi
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara MMK 1
4. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
5. Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan
Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
Menjadi contoh dalam kegiatan
Mempertahankan kehadiran peserta
Mencegah gangguan/hambatan terhadap anak baik luar maupun dalam
6. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya
kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
7. Dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
Menjalankan absen diskusi
8. Konsumsi
Mempersiapkan konsumsi untuk peserta diskusi
9. Perlengkapan
Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi
10. Operator
Mengoperasikan media diskusi
118
H. Evaluasi Proses
a. Evaluasi struktur
Penyelenggaraan dilakukan di Mushallah Al-Muqarrabin
Alat dan media sesuai dengan bencana
Penggorganisasian penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat Komunitas 1
dilakukan sebelumnya
Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari setiap RT
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan dilakukan
Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
Diharapkan masyarakat mampu memberikan saran terkait permasalahan yang
telah disampaikan
Diharapkan masyarakat berperan aktif dalam diskusi MMK 1
Diharapkan masyarakat berpartisipasi dan berperan aktif dalam pembentukan
struktur siaga bencana.
119
Lampiran
Analisa Data
DATA MASALAH
Agregat Anak dan Remaja Defisiensi Pengetahuan b.d
4. 65.8% anak dan remaja tidak mendapatkan Kurang terpaparnya informasi
pendidikan tentang bencana di sekolah dan 69.6% d.d ketidakdekuatan
anak dan remaja kurang paham tentang informasi pemberian informasi tentang
yang diberikan. kesiapsiagaan bencana di Rw
5. 100% anak dan remaja tidak tahu apa yang harus 09 Kelurahan pasie Nan Tigo
dibawa saat menyelamatan diri.
6. 92.1% anak dan remaja mendengar tentang tas
bencana.
Agregat Dewasa
10. Dari jumlah agregat dewasa sebanyak 373 jiwa
77,5% tidak mengetahui titik kumpul serta 63,4%
diantaranya tidak mengetahui jalur evakuasi di Rw
09 Kel. Pasie Nan Tigo
11. Dari jumlah agregat dewasa sebanyak 373 jiwa
50,7% tidak mengetahui informasi tentang bencana
di Rw 09 Kel. Pasie Nan Tigo
12. Dari jumlah agregat dewasa sebanyak 373 jiwa
64,8% mengatakan tidak paham tentang informasi
bencana
13. Dari jumlah agregat dewasa sebanyak 373 jiwa
mengatakan bencana alam yang mengancam Rw 09
38% mengatakan gempa bumi, 27% mengatakan
banjir dan 34% mengatakan tsunami
14. Dari jumlah agregat dewasa sebanyak 373 jiwa
mengatakan bencana yang terjadi dalam 5 tahun
terakhir 51% mengatakan gempa, 29% mengatakan
banjir,3% mengatakan angin kencang
15. Dari jumlah agregat dewasa sebanyak 373 jiwa
67,6 tidak ada sistem peringatan sirine/kentongan
120
Waktu : 30 menit
1. PENDAHULUAN
Bencana alam geologi merupakan kejadian alam ekstrem yang diakibatkan
oleh berbagai fenomena geologi dan geofisika. Aktivitas tektonik di permukaan
bumi dapat menjadi salah satu penyebabnya, demikian halnya dengan aktivitas
vulkanik di bawah permukaan bumi yang juga mungkin sampai di permukaan.
Sebaran daerah rawan bencana gempa bumi di Indonesia hampir semuanya berada
pada daerah yang tingkat populasinya sangat padat. Daerah-daerah ini sering
merupakan pusat aktivitas, sumber pendapatan masyarakat dan negara, serta menjadi
pusat pencurahan dana pembangunan.
Indonesia adalah negara yang rawan bencana dilihat dari aspek geografis,
klimatologi dan demografis. Letak geografis Indonesia di antara dua benua dan dua
samudera menyebabkan Indonesia mempunyai potensi yang cukup bagus dalam
perekonomian sekaligus juga rawan dengan bencana. Secara geologis, Indonesia
terletak pada 3 (tiga) lempeng yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan
Lempeng Pasifik yang membuat Indonesia kaya dengan cadangan mineral sekaligus
mempunyai dinamika geologis yang sangat dinamis yang mengakibatkan potensi
125
bencana. Sewaktu – waktu lempeng ini akan bergeser patah dan menimbulkan
gempa bumi. Akibatnya, tumbukan antar lempeng tektonik dapat menghasilkan
tsunami (Boen dan Pribadi, 2012).
Provinsi Aceh termasuk daerah rawan terjadinya bencana seperti hal nya
daerah lain di Indonesia, karena di wilayah ini selain kondisi geologinya menunjang
terjadinya sejumlah bencana, juga banyak terdapat gunung berapi yang masih aktif.
Kejadian bencana mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun 2016 terdapat
1.986 kejadian bencana dan pada tahun 2020 terdapat 2.925 kejadian bencana
(Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB], 2020). Sedangkan menurut
DIBI (Data Informasi Bencana Indonesia) dalam kurun waktu Januari sampai
Desember 2018, melaporkan kejadian bencana di Indonesia telah mengakibatkan
korban meninggal dan hilang sebanyak 2.412 orang, korban luka-luka 2.104 orang
dan korban yang terpaksa harus mengungsi lebih dari 11.015.859 orang (BNPB,
2019).
Sumatera Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi 5
provinsi tertinggi kejadian bencana Kondisi ini disebabkan karena geografis
Sumatera Barat yang berada pada jalur patahan sehingga beresiko terhadap bencana,
dan Kota Padang menjadi urutan pertama daerah yang paling beresiko tinggi
(BNPB, 2014). Sumatera Barat pernah mengalami gempa bumi yang cukup kuat dan
banyak menimbulkan korban pada tahun 2009, gempa bumi terjadi dengan kekuatan
7,6 SR di lepas pantai Sumatera Barat pada tanggal 30 September 2009. Pada tahun
2019 di Sumatera Barat telah terjadi 2 kali gempa bumi yang mengakibatkan korban
luka-luka sebanyak 8 orang. Untuk bangunan terjadi kerusakan bangunan rusak
berat 25 rumah, sedang 5 rumah dan ringan 82 rumah (BNPB, 2019).
Menurut penelitian ahli kegempaan Kerry Sieh dan Danny Hilman tahun 2011,
gempa berkekuatan 8.9 SR diprediksi akan memicu tsunami dengan ketinggian
sampai 10 m dari permukaan laut. Dari hal tersebut jika tidak diimbangi dengan
kesiapsiagaan masyarakat Kota Padang maka akan berdampak pada tingginya
jumlah kerugian dari bencana ini baik dari materil maupun jiwa sehingga perlunya
kesiapsiagaan pada masyarakat.
Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat
guna dan berdaya guna. (UU Nomor 24 Tahun 2007). Kesiapsiagaan bencana juga
merupakan tindakan-tindakan yang memungkinkan pemerintah, organisasi,
126
9. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Peserta
1. 5 menit Pembukaan
1. Penyuluh memulai penyuluhan 1. Menjawab salam.
dengan mengucapakan salam
2. Memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan.
3. Menjelaskan tujuan materi. 3. Memperhatikan.
4. Menyebutkan materi yang akan 4. memperhatikan
diberikan.
2. 10 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan pengertian tas siaga 1. Memperhatiakan
bencana
2. Menjelaskan kegunaan tas siaga 2. Memperhatiakan
bencana
3. Menjelaskan barang-barang untuk
tas siaga bencana 3. Memperhatiakan
3. 10 menit Evaluasi :
1. Memberikan kesempatan kepada 1. Merespon dan
peserta untuk bertanya. bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada 2. Merespon dan
peserta untuk menjawab pertanyaan bertanya
yang diberikan
4. 5 menit Terminasi
1. Menyimpulkan materi yang telah 1. Mendengarkan
disampaikan
2. Mengucapkan terima kasih atas 2. Mendengarkan
perhatian yang diberikan dan membalas
3. Mengucapkan salam penutup salam
Keterangan :
Moderator
Presentator
Fasilitator
Observer
Operator
Dokumentasi
Peserta
11. Pengorganisasian
Leader : Efa Sulastri
Moderator : Annisa Farhanah
Presentator : Azlina Fithra Sari
Fasilitator : Tri Ulfa Amelda
Observer dan Dokumentasi : Nanang Pramayudi
12. Rincian Tugas
a. Leader
130
f. Dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
Menjalankan absen diskusi
13. Evaluasi Proses
131
a. Evaluasi struktur
Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam
Alat dan media sesuai dengan bencana
Penggorganisasian penyelenggaraan Musyawarah Masyarakat Komunitas 1
dilakukan sebelumnya
Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari setiap RT
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan
dilakukan
Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
Peserta mampu menjelaskan pengertian tas siaga bencana
Peserta mampu menjelaskan kegunaan tas siaga bencana
Peserta mampu menjelaskan barang-barang untuk tas siaga bencana
132
Lampiran Materi
3. Daftar Benda yang Harus Ada Dalam Tas Siaga Bencana Pada Anak
a. Pakaian
Sediakan pakaian setidaknya untuk 3 hari beserta perlengkapan ibadah di dalam tas.
Pastikan pakaian yang dibawa mudah dilipat dan terbuat dari bahan yang nyaman
semperti katun atau wol tipis sehingga bisa menghangatkan anak ketika mereka
kedinginan.Jika tidak ada orang lain yang menemukan kamu dan anak-anak saat
133
terjadi bencana, setidaknya ini bisa melindungi kalian dari dingin atau kondisi yang
sulit ditebak.
b. Obat-obatan
Bawa obat-obatan pribadi dan perlengkapan P3K. Terlebih jika anak kamu atau ada
anggota keluarga yang memiliki penyakit tertentu. Selipkan obat-obatan dalam tas
dengan kondisi terbungkus rapih. Jangan sampai ketinggalan dan pastikan tanggal
kadaluwarsanya masih lama
c. Makanan ringan
Siapkan juga makanan ringan tahan lama yang tidak mudah rusak ya. Masukan yang
sekiranya mengandung karbohidrat dan protein untuk memenuhi kebutuhan gizi. Jika
memungkinkan bawa makanan ringan berupa cokelat juga, karena di kondisi tertentu
tubuh membutuhkan kalori tambahan dari makanan manis.
d. Uang tunai
Jika tidak sempat mengambil dompet ketika bencana terjadi, setidaknya Mama sudah
menyisihkan uang tunai di dalam tas siaga bencana. Begitu pula untuk tas siaga
bencana milik anak mama, siapkan uang tunai juga di dalamnya dan beritahu untuk
menyimpannya dengan rapat. Siapkan sejumlah uang tunai untuk membantunya
bertahan hidup jika ada benacana tak terduga.
f. Air mineral
Bawa air mineral dalam botol yang rapat dengan ukuran besar. Jika memungkinkan
setidaknya sediakan 2 liter air. Letakkan dan 2 botol terpisah, selipkan di sisi kiri dan
kanan tas agar seimbang ketika tas dibawa.
g. Foto keluarga
Membawa foto keluarga ini memudahkan dalam investigasi atau pencarian seumpama
ada anggota keluarga yang terpisah dan belum ditemukan. Selain itu, penting untuk
mengingat baju yang terakhir dipakai oleh masing-masing anggota keluarga sebelum
bencana terjadi.
134
i. Kantung plastik
Bawa beberapa kantung plastik untuk menyimpan atau membawa sesuatu pasca
bencana. Siapkan kantung plastik dengan ukuran beragam, mulai dari yang kecil
hingga yang besar. Lipat dengan rapih hingga menjadi ukuran kecil.
j. Senter
Alat penerangan bisa membawa senter atau lampu badai. Jika terjadi bencana
biasanya PLN pusat mematikan listrik sementara demi keamanan masyarakat. Penting
untuk menyiapkan penerangan pribadi. Terlebih jika anak mama adalah orang yang
takut gelap. Penting juga untuk menyelipkan korek api jika dibutuhkan.
k. Powerbank
Jika listrik mati, powerbank bisa membantu untuk mengisi daya smartphone anak
mama. Ini penting untuk membuat kontak tetap terjaga selama pasca bencana.
Pastikan powerbank telah terisi penuh sebelum dimasukan ke dalam tas.
l. Pluit
Anak berada di posisi yang sulit ditemukan, pluit adalah salah satu cara untuk
membuatnya mudah ditemukan. Biasanya tim SAR akan mencari korban bencana dan
menyisir lokasi sampai berulang kali. Jika sulit untuk berteriak, maka segera tiupkan
pluit agar posisi mudah ditemukan oleh orang lain. Simpan tenaga dengan tidak
meniup pluit setiap saat, bunyikan pluit di saat sunyi atau saat ada orang lain
mendekat ke arah anak
cara menyimpan dan menggunakannya pada anak. Lindungi diri dan keluarga dengan
siapkan tas siaga bencana
136
Materi : Mitigasi Bencana Pada Anak dan Remaja Tentang Informasi Kebencanaan
Sasaran : Kader anak dan remaja di RW 09 Kel. Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto
Tangah
Waktu : 30 menit
1. PENDAHULUAN
Wilayah indonesia sangat rawan terhadap berbagai macam bencana baik alam
maupun bencana yang disebabkan oleh manusia. Pada awalnya bencana hanya gempa
bumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir dan kekeringan, tetapi
belakangan ini banyak bencana disebabkan oleh manusia seperti kebakaran hutan,
bencana yang disebabkan oleh industri dan yang lainnya. Berdasarkan tingkat dan
jenis bencana yang terjadi di Indonesia, kebutuhan sumber daya manusia dalam
menangani bencana dan kemampuan dalam menggunakan iptek geo-informasi masih
sangat terbatas.
Indonesia sebagai negara rawan bencana karena terletak di tiga lempeng
tektonik aktif yakni lempeng Eurasia, lempeng hindia-australia, lempeng pasifik dan
termasuk kawasan Ring Of Fire letusan gunung api. Dengan beragamnya bencana
yang ada di dindonesia, baik yang disebabkan oleh faktor alam, non-alam maupun
bencana sosial, maka Indonesia dapat dijadikan sebagai „laboratorium bencana‟.
Siklus manajemen bencana, pada visi, misi BNPB dan sistem nasional
penanggulangan bencana. Prioritas manajemen bencana adalah pengembangan
kapasitas penanggulangan bencana, antara lain melalui penddikan dan pelatihan, riset
dan iptek, serta penerapan teknologi dalam penanggulangan bencana agar lebih efektif
137
(Muslih, 2014)
Saat bencana alam melanda Indonesia beberapa waktu lalu, seperti tsunami di
Aceh, tsunami dan gempa bumi di Sulawesi Tengah, maupun bencana non alam
seperti pandemi Covid-19 yang melanda saat ini, telah menimbulkan berbagai
dampak terhadap anak, di antaranya yaitu terjadi keterpisahan anak dari
orangtua/pengasuh karena anggota keluarga harus dirawat atau meninggal. Sumatera
Barat menjadi salah satu provinsi di Indonesia yang menjadi 5 provinsi tertinggi
kejadian bencana Kondisi ini disebabkan karena geografis Sumatera Barat yang
berada pada jalur patahan sehingga beresiko terhadap bencana, dan Kota Padang
menjadi urutan pertama daerah yang paling beresiko tinggi (BNPB, 2014). Sumatera
Barat pernah mengalami gempa bumi yang cukup kuat dan banyak menimbulkan
korban pada tahun 2009, gempa bumi terjadi dengan kekuatan 7,6 SR di lepas pantai
Sumatera Barat pada tanggal 30 September 2009. Pada tahun 2019 di Sumatera Barat
telah terjadi 2 kali gempa bumi yang mengakibatkan korban luka-luka sebanyak 8
orang. Untuk bangunan terjadi kerusakan bangunan rusak berat 25 rumah, sedang 5
rumah dan ringan 82 rumah (BNPB, 2019).
Pada proses penanggulangan bencana alam, kebutuhan tidak hanya pada aspek
logistik, akomodasi dan transportasi, kesehatan atau pakaian. Akan tetapi kebutuhan
terhadap sistem informasi pada pada prosespenanggulangan bencana berbasis
manajemen, sangat dibutuhkan untuk memudahkan melakukan kerja operasional yang
sistematis dan terkontrol dengan baik. Untuk itu manajemen sistem informasi
kebencanaan menjadi mutlak diterapkan (Jogiyanto,1990)
Manajemen informasi sistem merupakan penerapan sistem informasi di dalam
organisasi untuk mendukung informasi di dalam organisasi untuk mendukung
informasi-informasi yan dibutuhkan oleh semua tingkatan manajemen. Kumpulan dari
interaksi sistem-sistem informasi yang bertanggung jawab mengumpulkan dan
mengolah data untuk menyediakan informasi yang berguna untuk semua tingkatan
manajemen di dalam kegiatan pelaksanaan dan pengoendalian (Jogiyanto, 1990).
Partisipasi masyarakat dalam upaya pengurangan risiko bencana dapat
diwujudkan dengan Pendidikan Kebencanaan serta mengumpulkan informasi-
informasi terkait kebencanaan. Melalui pendidikan kebencanaan serta pengumpulan
informasi, mayarakat yang tinggal di daerah rawan ancaman bencana mempunyai
pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tentang kesiapsiagaan bencana dan tanggap
darurat bencana (Sunartoet.al., 2010).
138
7. Media
brosur dan PPT
8. Kriteria Hasil
a. Kriteria Struktur :
Peserta hadir minimal 5 orang
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Mushalla Darussalam
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan.
b. Kriteria Proses:
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar.
139
c. Kriteria Hasil :
1) Menyebutkan pengertian mitigasi bencana
2) Menyebutkan informasi apa saja yang dibutuhkan dalam menghadapi bencana
3) Menyebutkan lagkah-langkah dalam menghadapi bencana Menyebutkan
kegunaan tas siaga bencana
9. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Peserta
1. 5 menit Pembukaan
4. 5 menit Terminasi
Keterangan :
Moderator
Presentator
Fasilitator
Observer
141
Operator
Dokumentasi
Peserta
11. Pengorganisasian
Leader : Efa Sulastri
Moderator : Annisa Farhanah
Presentator : Azlina Fithra Sari
Fasilitator : Tri Ulfa Amelda
Observer dan Dokumentasi : Nanang Pramayudi
12. Rincian Tugas
a. Leader
Menjelaskan tujuan kegiatan
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
Menjelaskan aturan kegiatan pada peserta
Mengefaluasi perasaan setelah pelaksanaan
b. Moderator
Membuka dan menutup acara
Memperkenalkan diri
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
Menjaga kelancaran acara
Memimpin diskusi
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan mitigasi
bencana untuk anak dan remaja
c. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan yang akan dilakukan
d. Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
Memotivasi peserta kegiatan dalam kegiatan yang akan diberikan
142
Lampiran Materi
1. Informasi Bencana
Pengalaman selama ini informasi tentang datangnya bencana, sering dimanfaatkan
oleh orang yang kurang bertanggung jawab. Seperti kejadian gempa bumi di Palu –
Sulawesi Tengah pada 24 Januari 2005, warga kalang kabut dan berlarian ke dataran
tinggi untuk menyelamatkan diri. Hal ini karena sesaat datangnya gempa bumi, warga
lain berteriak air, air, air. Warga yang ingin tidak menjadi korban – berhamburan dan
berlari ke dataran tinggi. Kejadian serupa terulang pada saat terjadinya gempa tektonik di
Yogyakarta pada 27 Mei 2006. Penduduk Parangtritis dan Bantul berlarian tanpa arah,
sehingga memunculkan kepanikan yang dahsyat, karena ada warga yang berteriak-teriak
ada tsunami.
Situasi ini sebenarnya dapat diatasi, jika di setiap daerah dilengkapi sumber informasi
bencana. Pusat Informasi bencana secara berkala memberi informasi antara lain seperti
cuaca, curah hujan, dan gerakan bumi. Informasi tersebut disebar-luaskan melalui siaran
radio, televisi, surat kabar lokal, media sosial, dan aplikasi Badan Meteorologi
Klimatologi Geofisika (BMKG). Pemerintah dapat segera memberikan informasi
Peringatan Dini dan Hasil Pengamatan.
2. Langkah-langkah Keselamatan
Pada penyusunan Layanan Kesiapan Keluarga Hadapi Bencana, perlu memperhatikan
langkah-langkah keselamatan. Ada empat langkah keselamatan yang menjadi dasar dalam
penyusunan layanan kesiapan keluarga hadapi bencana. Keempat langkah itu adalah
sebagai berikut:
penanggulangan Bencana yang terdekat mengenai beberapa hal yang dapat dilakukan.
Siapkan catatan, dan tanyakan hal berikut, antara lain:
Sasaran : Ibu Hamil dan Kader Ibu Hamil RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
Kecamatan Koto Tangah
Waktu : 60 menit
I. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara Geografis,
Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Hindia-
Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini
menyebabkan Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api
dan jenis bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa kejadian
bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca
esktrim.
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi (DIBI)-BNPB,
terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode tahun 2005 hingga 2015
lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan bencana hidrometeorologi dan sekitar
22% (3.810) merupakan bencana geologi. Kejadian bencana kelompok hidrometeorologi
berupa kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan,
dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang sering terjadi adalah
gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor. Kecenderungan jumlah
kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok yang relatif terus meningkat.
147
Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis tidak terlalu signifikan
dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor hidrometeorologis.
Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya gempa bumi dan tsunami pada
kenyataannya banyak menimbulkan dampak yang cukup besar baik dari sisi korban dan
kerugian ekonomi. Pengaruh perubahan iklim juga ikut memberikan kontribusi dalam
peningkatan kejadian bencana hidrometeorologi. Dengan frekuensi kejadian yang banyak,
kelompok bencana ini juga memberikan dampak yang sangat besar terutama pada sektor
ekonomi dan lingkungan, baik dampak langsung kejadian bencana maupun dampak tidak
langsung. Hal ini disebabkan karena bencana datang secara tiba-tiba sehingga banyak
masyarakat yang tidak sempat menyelamatkan harta benda bahkan nyawanya sendiri.
Gambar 1.1 menunjukan bahwa tiap tahunnya jumlah kejadian bencana terus
meningkat.
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kejadian Bencana 2005 – 2015 (BNPB, 2016)
menggunakan tas yang selanjutnya disebut tas siaga bencana. Mempersiapkan tas siaga
bencana adalah salah satu bentuk kesiapsiagaan yang diperlukan ketika menghadapi bencana.
Tas siaga bencana dipersiapkan untuk berjaga-jaga apabila terjadi suatu bencana atau kondisi
darurat lainnya. Dalam Buku Saku BNPB tahun 2017 terdapat daftar benda yang dibutuhkan
pada saat bencana.
2 Makanan untuk 3 – 10
3 Obat P3K
6 Radio
Pada kasus gempa bumi yang berpotensi menimbulkan tsunami terjadi di kota
Padang, waktu minimal masyarakat yang untuk melakukan evakuasi yaitu selama 20 menit
sebelum terjadinya tsunami (Yosrizal, 2018). Dalam waktu yang singkat tersebut, masyarakat
tidak memiliki waktu yang banyak untuk mengumpulkan semua barang-barang penting serta
keperluan lainnya. Tas siaga bencana ini seharusnya sudah dipersiapkan jauh hari sebelum
bencana terjadi, sehingga ketika bencana datang dan harus melakukan evakuasi, masyarakat
dapat langsung membawanya. Tas siaga bencana berguna sebagai sumber logistik untuk
149
bertahan hidup saat proses evakuasi sebelum bantuan datang setelah bencana terjadi (BNPB,
2017).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, masayarakat mampu
memahami tentang tas siaga bencana khususnya pada orang dewasa.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 20 menit diharapkan sasaran dapat:
a. Menyebutkan pengertian Tas Siaga Bencana
b. Menjelaskan tujuan dari Tas Siaga Bencana
c. Menjelaskan daftar benda yang harus ada dalam Tas Siaga Bencana.
C. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Tas Siaga Bencana
2. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Devisi Ibu Hamil RW Kelurahan Pasie Nan Tigo
3. Metode
Ceramah
Diskusi
4. Media
Modul
Leaflet
D. Perencanaan Kegiatan
No Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam pada
peserta
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dari 2. Mendengarkan
150
penyuluhan 3. Memperhatikan
4. Kontrak waktu dengan peserta
4. Menyetujui
2. 20 menit Pelaksanaan :
1. Menyebutkan pengertian dari 1. Memperhatikan
Tas Siaga Bencana
2. Menjelaskan tujuan dari Tas
2. Memperhatikan
Siaga Bencana
3. Menjelaskan daftar benda yang
harus ada dalam Tas Siaga 3. Memperhatikan
Bencana
4. Mempersilahkan peserta untuk
bertanya
4. Bertanya
5. Menjawab pertanyaan peserta
5. Mendengarkan
3. 15 menit Terminasi
1. Memberikan motivasi dan 1. Memperhatikan
pujian kepada peserta yang
sudah berpartisipasi dan
memberikan saran untuk
rencana kegiatan dalam
pencegahan bencana
2. Mengucapkan terima kasih
kepada peserta
3. Mengucapkan salam
2. Mendengarkan
3. Menjawab salam
151
E. Setting Tempat
Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator
F. Pengorganisasian
Leader : Nanang Pramayudi
Co Leader : Dwi Damayanti Jonathan
Moderator : Ulfa Tri Amelda
Presentator : Sonya Odisa Amri
Fasilitator : Rita Sri Hartati, Azlina Fitrha Sari
Observer : Miftahul Jannah MN, Annisa Farhanah
Dokumentasi : Mimi Agusti Sastika, Rahayu Maya Sari
Konsumsi : Reflina Sari, Efa Sulastri
Perlengkapan : Yolanda Sukarma, Rita Sri Hartati, Azli
Operator : Ananda Prastuti Sutrisno
152
G. Rincian Tugas
1. Leader
Menjelaskan tujuan bermain
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
Menjelaksan aturan kegiatan pada dewasa
Mengealuasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Co-leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
3. Moderator
Membuka dan menutup acara
Memperkenalkan diri
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
Menjaga kelancaran acara
Memimpin diskusi
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan
4. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
5. Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan
Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
Menjadi contoh dalam kegiatan
Mempertahankan kehadiran peserta
Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun dalam
6. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya
kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
7. Dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
153
LAMPIRAN MATERI
2. Makanan untuk 3 – 10
155
3. Obat P3K
6. Radio
Waktu : 60 menit
1. LATAR BELAKANG
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal dalam
kehidupan (Sumarah, dkk,2008). Proses persalinan bisa jadi momok yang menakutkan
bagi ibu hamil, sehingga jangan sampai proses tersebut diperburuk oleh kurangnya
pemahaman mengenai tanda awal persalinan. Mengetahui tanda-tanda awal persalinan
merupakan modal penting yang perlu dimiliki oleh setiap ibu hamil. Hal ini bertujuan
untuk mendeteksi adanya komplikasi yang beresiko pada saat persalinan nanti,
sehingga akan tercipta persalinan normal, aman bagi ibu dan bayinya (Abdilla, 2011).
157
Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian
ibu langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, masa nifas dan
segala intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu
tidak langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang
timbul sewaktu kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria,
anemia, HIV/AIDS, dan penyakit kardiovaskuler.
Tiap menit tiap hari, di suatu tempat di dunia, satu orang ibu meninggal
disebabkan oleh komplikasi persalinan. Kebanyakan kematian ibu tersebut merupakan
tragediyang dapat dicegah, dihindari, dan membutuhkan perhatian dari masyarakat
internasional (Prawirohardjo, 2009). Apabila pengetahuan ibu tentang persalinan
masih sangat kurang, maka ibu hamil akan dengan mudah menerima cerita-cerita
menjelang kelahiran yang menakutkan tersebut. Akibatnya ibu hamil hanya sibuk
memusatkan perhatian proses persalinan tanpa melakukan tindakan yang dapat
memperlancar proses persalinan seperti mempersiapkan diri secara fisik dan mental
(Aryani, 2013).
pernapasan 8%, abortus 5%, emboli obstetri 3%, lain-lain 11%. Kematian tersebut
dapat dikurangi jika ibu tidak terhambat dibawa ke pelayanan kesehatan
(Prawirohardjo, 2018).Tidak memadainya atau kurangnyapersiapan kelahiran dan
darurat kesiapan, yangmerupakan komponen kunci dariditerima secara global
program safe motherhood.
Pada saat terjadi bencana alam gempa bumi dan tsunami , ibu hamil
merupakan salah satu kelompok rentang yang ada di masyarakat. Oleh karena itu
hamil perlu dibekali dengan pengetahuan mengenai tanda-tanda persalinan sehingga
dapat mengurangu resiko bencana pada ibu hamil agar tercipta persalinan normal
serta aman bagi ibu dan bayinya.
4. Sasaran
Kader ibu hamil RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
159
5. Materi
a. Pengertian persalinan
b. Macam-macam persalinan
c. Tanda-tanda persalinan
6. Metode
Metode yang digunakan dalam pemberian penyuluhan ini adalah ceramah dan
tanya jawab.
7. Media
Leaflet dan modul
8. Kriteria Hasil
a. Kriteria Struktur :
Peserta hadir minimal 3 orang
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Mushalla Darussalam
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum dan saat
penyuluhan.
b. Kriteria Proses:
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan benar.
c. Kriteria Hasil :
Menyebutkan pengertian persalinan
Menyebutkan macam-macam persalinan
9. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Peserta
160
1. 5 menit Pembukaan
1. Penyuluh memulai penyuluhan 1. Menjawab salam.
dengan mengucapakan salam
2. Memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan dan
mendengarkan.
3. Menjelaskan tujuan materi. 3. Memperhatikan dan
mendengarkan
4. Menyebutkan materi yang akan 4. Memperhatikan dan
diberikan. mendengarkan
2. 10 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan pengertian gempa 1. Memperhatiakan
bumi dan tsunami dan mendengarkan
2. Menjelaskan proses terjadinya 2. Memperhatiakan
gempa bumi dan tsunami dan mendengarkan
3. Memperhatiakan
3. Menjelaskan ciri-ciri gempa
dan mendengarkan
berpotensi Tsunami
3. 10 menit Evaluasi :
1. Memberikan kesempatan kepada 1. Merespon dan
peserta untuk bertanya. bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada 2. Merespon dan
peserta untuk menjawab bertanya
pertanyaan yang diberikan
4. 5 menit Terminasi
1. Menyimpulkan materi yang telah 1. Memperhatian dan
disampaikan mendengarkan
2. Mengucapkan terima kasih atas 2. Memperhatiakan
perhatian yang diberikan dan mendengarkan
3. Mengucapkan salam penutup 3. Mendengarkan dan
membalas salam
Keterangan :
Moderator
Presentator
Fasilitator
Observer
Operator
Dokumentasi
Peserta
11. Pengorganisasian
Leader : Nanang Pramayudi
Co Leader : Dwi Damayanti Jonathan
Moderator : Ulfa Tri Amelda
Presentator : Sonya Odisa Amri
Fasilitator : Rita Sri Hartati, Azlina Fitrha Sari
Observer : Miftahul Jannah MN, Annisa Farhanah
Dokumentasi : Mimi Agusti Sastika, Rahayu Maya Sari
Konsumsi : Reflina Sari, Efa Sulastri
Perlengkapan : Yolanda Sukarma, Rita Sri Hartati, Azli
Operator : Ananda Prastuti Sutrisno
dilakukan sebelumnya
Peserta yang hadir merupakan perwakilan dari setiap RT
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan
dilakukan
Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
1. Diharapkan Ibu hamil mampu menjelaskan pengertian persalinan
2. Diharapkan Ibu hamil mampu menyebutkan macam-macam persalinan
3. Diharapkan Ibu hamil mampu menyebutkan tanda-tanda persalinan
165
1. Pengertian
Dalam pengertian sehari-hari persalinan sering diartikan serangkaian
kejadian pengeluaran bayi yang sudah cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, berlangsung dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan ibu sendiri)
2. Macam-Macam Persalinan
a. Persalinan Spontan
Yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri, melalui
jalan lahir ibu tersebut.
b. Persalinan Buatan
Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi
forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
c. Persalinan Anjuran
Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung
setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.
Waktu : 60 menit
1. PENDAHULUAN
Bencana merupakan peristiwa atau kejadian yang berlebihan yang
mengancam dan menggangu aktifitas normal kehidupan masyarakat yang
terjadi akibat prilaku perbuatan manusia maupun akibat anomali peristiwa
alam (Sigit, 2018). Secara geografis Indonesia merupakan negara
kepulauan yang terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu
Lempeng Benua Asia, Benua Australia, Lempeng Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik (Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB],
2017). Serta Indonesia secara geologis terletak pada rangkaian cincin api
yang membentang sepanjang lempeng pasifik yang merupakan lempeng
tektonik paling aktif didunia.
Kejadian bencana mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun
2016 terdapat 1.986 kejadian bencana dan pada tahun 2020 terdapat 2.925
kejadian bencana (Badan Nasional Penanggulangan Bencana [BNPB],
2020). Sedangkan menurut DIBI (Data
Informasi Bencana Indonesia) dalam kurun waktu Januari sampai
168
4. Sasaran
Kader ibu hamil RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
5. Materi
a. Pengertian ASI eksklusif
b. Kandungan ASI
c. Keuntungan ASI untuk ibu
d. Keuntungan ASI untuk bayi
e. Teknik menyusui yang benar
f. Cara pemberian dan penyimapanan ASI untuk ibu yang bekerja
g. Masalah dalam menyusui dan penanganannya
6. Metode
Metode yang digunakan dalam pemberian penyuluhan ini adalah
ceramah dan tanya jawab.
7. Media
Leaflet dan modul
171
8. Kriteria Hasil
a. Kriteria Struktur :
Peserta hadir maksimal 3 orang
Penyelenggaraan penyuluhan dilakukan di Mushalla Almuqorribin
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
dan saat penyuluhan.
b. Kriteria Proses:
Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
Peserta konsentrasi mendengarkan penyuluhan
Paserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
benar.
c. Kriteria Hasil :
Menyebutkan pengertian ASI eksklusif
Menyebutkan kandungan ASI
Menyebutkan keuntungan ASI untuk ibu
Menyebutkan keuntungan ASI untuk bayi
Menyebutkan teknik menyusui yang benar
Menyebutkan cara pemberian dan penyimapanan ASI untuk ibu
yang bekerja
Menyebutkan masalah dalam menyusui dan penanganannya
9. Kegiatan Penyuluhan
No Waktu Kegiatan penyuluhan Peserta
172
1. 5 menit Pembukaan
1. Penyuluh memulai penyuluhan 1. Menjawab salam.
dengan mengucapakan salam
2. Memperkenalkan diri. 2. Memperhatikan.
3. Menjelaskan tujuan materi. 3. Memperhatikan.
4. Menyebutkan materi yang akan 4. memperhatikan
diberikan.
2. 10 menit Pelaksanaan
1. Menjelaskan pengertian ASI 1. Memperhatiakan
eksklusif
2. Menjelaskan kandungan ASI 2. Memperhatiakan
3. Menjelaskan keuntungan ASI untuk 3. Memperhatiakan
ibu
4. Menjelaskan keuntungan ASI untuk 4. Memperhatiakan
bayi
5. Menjelaskan teknik menyusui yang 5. Memperhatiakan
benar
6. Menjelaskan cara pemberian dan 6. Memperhatiakan
penyimapanan ASI untuk ibu yang
bekerja
7. Menjelaskan masalah dalam 7. Memperhatiakan
menyusui dan penanganannya
3. 10 menit Evaluasi :
1. Memberikan kesempatan kepada 1. Merespon dan
peserta untuk bertanya. bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada 2. Merespon dan
peserta untuk menjawab pertanyaan bertanya
yang diberikan
4. 5 menit Terminasi
1. Menyimpulkan materi yang telah 1. Mendengarkan
disampaikan
173
Keterangan :
Moderator
Presentator
Fasilitator
Observer
Operator
Dokumentasi
Peserta
11. Pengorganisasian
Leader : Nanang Pramayudi
Co Leader : Dwi Damayanti Jonathan
Moderator : Ulfa Tri Amelda
174
h. Perlengkapan
Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi
i. Operator
Mengoperasikan media diskusi
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6
bulan tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan
sampai bayi berusia 2 tahun. Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
dianjurkan oleh pedoman internasional yang didasarkan pada bukti ilmiah
tentang manfaat ASI baik bagi bayi, ibu, keluarga, maupun Negara
(WHO,2001)
1. Kandungan Asi
ASI mengadung:
Protein 12 Gr 3,3 Gr
Lemak 3,8 Gr 3,8 Gr
Laktosa 7,0 Gr 4,8 Gr
Kalori 75,0 Kal 66,0 Kal
Vitamin A 53,0 Ki 34,0 Ki
Vitamin B1 0,11 Mgr 0,42 Mgr
Vitamin C 43,0 Mgr 1,8 Mgr
Kalsium 30,0 Mgr 125,0 Mgr
Besi 0,15 Mgr 0,1 Mgr
Komposisi ASI mengandung zat-zat gizi, antara Tidak seluruh zat gizi yang
lain:faktor pembentuk sel-sel otak, terkandung di dalamnya
179
Pencernaan Protein ASI adalah sejenis protein yang Tidak mudah dicerna:
lebih mudah dicerna selain itu ada serangkaian proses
sejenis unsur lemak ASI yang mudah produksi di pabrik
diserap dan digunakan oleh bayi. Unsur mengakibatkan enzim-
elektronik dan zat besi yang dikandung enzim pencernaan tidak
ASI lebih rendah dari susu formula berfungsi. Akibatnya lebih
tetapi daya serap dan guna lebih tinggi banyak sisa pencernaan
yang dapat memperkecil beban ginjal yang dihasilkan dari proses
bayi. Selain itu ASI mudah dicerna metabolisme yang
bayi karena mengandung enzim-enzim membuat ginjal bayi harus
yang dapat membantu proses bekerja keras. Susu
180
Ekonomi Lebih murah: menghemat biaya alat- Biaya lebih mahal: karena
alat, makanan, dll yang berhubungan menggunakan
dengan pemeliharaan, mengurangi alat,makanan, pelayanan
beban perekonomian keluarga. kesehatan, dll. Untuk
memelihara sapi. Biaya ini
sangat subjektif yang
menjadi beban keluarga.
Kebersihan ASI boleh langsung diminum jadi bias Polusi dan infeksi:
181
Pencegaha Bagi bayi yang beralergi, ASI dapat Bagi bayi yang
n menghindari alergi karena susu formula alergiterhadap susu
seperti mencret, muntah, infeksi formula tidak dapat
saluran pernapasan, asma, bintik-bintik, menghindari mencret,
pertumbuhan terganggu dan gejala muntah,infeksi saluran
182
(dr. Suririnah,2009)
ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan
jamur.
a. ASI kurang
Seringkali ibu merasa produksi ASInya kurang padahal sebenarnya
tidak, apalagi bila bayinya sering menangis, ibu tergesa-gesa ingin
memberikan tambahan susu formula.
Penanganannya :
Ibu harus mengkonsumsi makanan yang bergizi
Menyusuilah dengan sabar
Menyusui secara bergantian antara kedua payudara
Minimalkan penggunaan alat (misal : dot) karena akan
membingungkan bayi dan akhirnya mengurangi rangsangan
untuk memproduksi ASI
b. Bayi Bingung Puting
Bayi yang mendapatkan susu formula bergantian dengan ASI akan
mengalami nipple confusion sehingga waktu menyusu ibunya sering
terputus-putus bahkan kadang-kadang menolak menyusu ibunya.
Penanganannya :
J. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017,
secara Geografis, Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu
Lempeng Pasifik, Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat
Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan
terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan jenis
bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa
kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan,
kekeringan, dan cuaca esktrim.
Gambar 1.1 Grafik Jumlah Kejadian Bencana 2005 – 2015 (BNPB, 2016)
2 Makanan untuk 3 – 10
3 Obat P3K
6 Radio
I. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 20 menit, masayarakat
mampu memahami tentang tas siaga bencana khususnya pada orang
dewasa.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 20 menit diharapkan sasaran dapat:
d. Menyebutkan pengertian Tas Siaga Bencana
e. Menjelaskan tujuan dari Tas Siaga Bencana
f. Menjelaskan daftar benda yang harus ada dalam Tas Siaga
Bencana.
J. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
Tas Siaga Bencana
2. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
3. Metode
194
Ceramah
Diskusi
4. Media
Modul
Leaflet
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Selasa, 21/12/21
Waktu : 14.00-15.00 WIB
Tempat : Pos Pemuda
K. Perencanaan Kegiatan
No Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
5. Membuka kegiatan 5. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam pada peserta
6. Memperkenalkan diri
7. Menjelaskan tujuan dari 6. Mendengarkan
penyuluhan 7. Memperhatikan
8. Kontrak waktu dengan
peserta
8. Menyetujui
2. 20 menit Pelaksanaan :
6. Menyebutkan pengertian 6. Memperhatikan
dari Tas Siaga Bencana
7. Menjelaskan tujuan dari
7. Memperhatikan
Tas Siaga Bencana
8. Menjelaskan daftar benda
yang harus ada dalam Tas 8. Memperhatikan
Siaga Bencana
195
9. Mempersilahkan peserta
untuk bertanya
10. Menjawab pertanyaan
9. Bertanya
peserta
10. Mendengarkan
3. 15 menit Terminasi
4. Memberikan motivasi 4. Memperhatikan
dan pujian kepada peserta
yang sudah berpartisipasi
dan memberikan saran
untuk rencana kegiatan
dalam pencegahan
bencana
5. Mengucapkan terima
kasih kepada peserta
6. Mengucapkan salam
5. Mendengarkan
6. Menjawab salam
L. Setting Tempat
196
Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator
M. Pengorganisasian
Leader : Nanang Pramudi
Co Leader : Dwi Damayanti Jonathan
Moderator : Mimi Agusti Sastika
Presentator : Reflina Sari
Fasilitator : Rita Sri Hartati, Azlina Fitrha Sari
Observer : Yolanda Sukarma, Rita Sri Hartati, Azli
Dokumentasi : Tri Ulfa Amelda, Rahayu Maya Sari
Konsumsi : Ernisah, Sonya Odisa Amri , Efa Sulastri
Perlengkapan : Miftahul Jannah MN, Annisa Farhanah
Operator : Ananda Prastuti Sutrisno
N. Rincian Tugas
11. Leader
Menjelaskan tujuan bermain
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
Menjelaksan aturan kegiatan pada dewasa
Mengealuasi perasaan setelah pelaksanaan
12. Co-leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
197
13. Moderator
Membuka dan menutup acara
Memperkenalkan diri
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
Menjaga kelancaran acara
Memimpin diskusi
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan
14. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
15. Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
penyuluhan
Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
Menjadi contoh dalam kegiatan
Mempertahankan kehadiran peserta
Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun
dalam
16. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non
verbal jalannya kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
17. Dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
Menjalankan absen diskusi
18. Konsumsi
Mempersiapkan konsumsi untuk peserta diskusi
19. Perlengkapan
198
LAMPIRAN MATERI
2. Makanan untuk 3 – 10
200
3. Obat P3K
6. Radio
I. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017,
secara Geografis, Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu
Lempeng Pasifik, Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat
Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini menyebabkan Indonesia rentan
terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan jenis
bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa
kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan,
kekeringan, dan cuaca esktrim.
II. Tujuan
203
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 15 menit, masayarakat mampu
memahami dan mengerti tentang triage khususnya pada orang dewasa.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat:
a. Menyebutkan pengertian Triage
b. Menjelaskan tujuan dari Triage
c. Menjelaskan prinsip dari Triage
d. Menjelaskan klasifikasi dari Triage
Menjelaskan katagori sistem triage
Menyebutkan kode warna International dalam triage
Menjelaskan Metode Triage Pada Bencana
Menjelaskan Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T
III.Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik
TRIAGE
2. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
3. Metode
Ceramah
4. Media
Modul
Leaflet
Waktu dan Tempat
I. Perencanaan Kegiatan
No Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam
dengan mengucapkan
salam pada peserta
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dari 2. Mendengarkan dan
penyuluhan mendengarkan
4. Kontrak waktu dengan 3. Memperhatikan
peserta dan mendengarkan
4. Menyetujui dan
memberi
tanggapan
2. 20 menit Pelaksanaan :
1. Menyebutkan pengertian 1. Memperhatikan
dari triage dan mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan dari
triage
2. Memperhatikan
3. Menjelaskan prinsip dari
dan mendengarkan
Triage
4. Menjelaskan klasifikasi
dari Triage 3. Memperhatikan
5. Menjelaskan katagori dan mendengarkan
sistem triage
6. Menyebutkan kode warna 4. Memperhatikan
International dalam triage dan mendengarkan
205
7. Menjelaskan Metode
Triage Pada Bencana 5. Memperhatikan
8. Menjelaskan Pelaksanaan dan mendengarkan
Triage Metode S.T.A.R.
9. Melakukan sesi tanya 6. Memperhatikan
jawab terkait triage dan mendengarkan
10. Menjawab pertanyaan
dari peserta 7. Memperhatikan
dan mendengarkan
8. Memperhatikan
dan mendengarkan
9. Bertanya dan
memberi
tanggapan
10. Mendengarkan
dan
memperhatikan
3. 15 menit Terminasi
1. Memberikan motivasi 1. Memperhatikan
dan pujian kepada peserta dan memberi
yang sudah berpartisipasi tanggapan
dalam kegiatan
penyuluhan 2. Mendengarkan dan
2. Mengucapkan terima memperhatikan
kasih kepada peserta
3. Mengucapkan salam
3. Menjawab salam
206
Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator
III. Pengorganisasian
Leader : Nanang Pramudi
Co Leader : Dwi Damayanti Jonathan
Moderator : Mimi Agusti Sastika
Presentator : Reflina Sari
Fasilitator : Annisah Farhana, Sonya Odisa, Miftahul Jannah
Observer : Yolanda Sukarma, Rahayu Maya Sari
Dokumentasi : Tri Ulfa Amelda
Konsumsi : Azlina Fitrha Sari, Eva Sulastri
Perlengkapan : Dian Agusti Tanjung, Ernisah
Operator : Ananda Prastuti Sutrisno
7. Dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
Menjalankan absen diskusi
8. Konsumsi
Mempersiapkan konsumsi untuk peserta diskusi
9. Perlengkapan
Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi
10. Operator
Mengoperasikan media diskusi
V. Evaluasi Proses
a. Evaluasi struktur
Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam
Alat dan media sesuai dengan keperluan penyuluhan
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Devisi
Dewasa RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang
akan dilakukan
Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
Sebanyak 90% kader dewasa yang hadir saat penyuluhan
Sebanyak 80% kader dewasa dapat menyebutkan tujuan dari triase
Sebanyak 80% kader dewasa dapat menyebutkan jenis-jenis triase
Sebanyak 30% kader dewasa dapat menentukan triase dengan
benar berdasarkan kasus yang diberikan oleh panitia
209
210
LAMPIRAN MATERI
TRIAGE
1. Pengertian Triage
Triage berasal dari kata Perancis yaitu “ Trier “ yang berarti
membagi dalam 3 group. Pertama kala dikenalkan pada awal 1800-an
yang ditujukan untukmemprioritaskan pasien dan memberikan perawatan
segera kepada korban yang terluka parah. Baron Dominique Jean Larrey,
seorang ahli bedah pada pasukan Napoleon, merancang suatu metode
evaluasi dan kategorisasi yang cepat pada pasukan yang terluka dimedan
pertempuran dan kemudian mengevakuasi mereka secepatnya. Pada tahun
1950-1960 triage digunakan diruang gawat darurat karena 2 alasan yaitu:
meningkatkan kunjungan, meningkatkan penggunaan untuk non urgen.
Triage merupakan suatu sistem yang digunakan dalam
mengidentifikasi korban dengan cedera yang mengancam jiwa untuk
kemudian di berikan prioritas untuk dirawat dan di evakuasi ke fasilitas
kesehatan.Triage adalah suatu sistem seleksi pasien yang menjamin supaya
tidak ada pasien yang tidak mendapatkan perawatan medis. Proses khusus
memilah pasien berdasarkan beratnya cedera atau penyakit : menentukan
jenis perawatan gawat darurat serta transportasi.
Triage adalah proses yang berkesinambungan sepanjang
pengelolaan. Triage inisial dilakukan petugas pertama yang tiba. Nilai
ulang terus menerus karena status dapat berubah. Triage adalah
pengelompokan korban/pasien berdasarkan berat ringannya trauma atau
penyakit serta kecepatan penanganan atau pemindahan. Triage adalah
suatu proses yang mana pasien digolongkan menurut tipe dan tingkat
kegawatan kondisinya. Triase (Triage) adalah Tindakan untuk
memilah/mengelompokkan korban berdasar beratnya cidera, kemungkinan
untuk hidup, dan keberhasilan tindakan berdasar sumber daya (SDM dan
sarana) yang tersedia.
2. Tujuan Triage
Tujuan triage adalah :
211
Prioritas tertinggi
a) Segera, klas 1, berat, emergency
Prioritas tinggi
b) Sekunder, klas 2, sedang dan urgent
213
Prioritas rendah
c) Dapat ditunda, klas 3, ringan, non urgent
Meninggal
d) Mungkin meninggal, klas 4, klas 0
7. Kode Warna International Dalam Triage :
a) Warna HITAM : Priority 0 (DEAD)
b) Warna MERAH : Priority 1
c) Warna KUNING : Priority 2
d) Warna HIJAU : Priority 3
8. Metode Triage Pada Bencana
Saat ini tidak ada standard nasional baku untuk triase. Metode triase yang
dianjurkan bisa secara METTAG (Triage tagging system) atau sistim triase
Penuntun Lapangan START (Simple Triage And Rapid Transportation).
a) Mettag (Triage tagging system)
Tag Triase
Tag (label berwarna dengan form data pasien) yang dipakai oleh petugas triase
untuk mengindentifikasi dan mencatat kondisi dan tindakan medik terhadap
korban.
atau kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat berjalan,
cedera punggung.
Prioritas 3 – Hijau
Merupakan kelompok yang paling akhir prioritasnya, dikenal juga
sebagai ‘Walking Wounded” atau orang cedera yang dapat berjalan
sendiri.
Prioritas 0 – Hitam
Diberikan kepada mereka yang meninggal atau mengalami cedera
yang mematikan.
Pelaksanaan triage dilakukan dengan memberikan tanda sesuai
dengan warna prioritas. Tanda triage dapat bervariasi mulai dari suatu kartu
khusus sampai hanya suatu ikatan dengan bahan yang warnanya sesuai
dengan prioritasnya. Jangan mengganti tanda triage yang sudah ditentukan.
Bila keadaan penderita berubah sebelum memperoleh perawatan maka label
lama jangan dilepas tetapi diberi tanda, waktu dan pasang yang baru.
9. Pelaksanaan Triage Metode S.T.A.R.T
Untuk memudahkan pelaksanaan triage maka dapat dilakukan suatu
pemeriksaan sebagai berikut :
a. Kumpulkan semua penderita yang dapat / mampu berjalan sendiri ke
areal yang telah ditentukan, dan beri mereka label HIJAU.
b. Setelah itu alihkan kepada penderita yang tersisa periksa :
c. Pernapasan :
Bila pernapasan lebih dari 30 kali / menit beri label MERAH
Bila penderita tidak bernapas maka upayakan membuka jalan napas
dan bersihkan jalan napas satu kali, bila pernapasan spontan mulai
maka beri label MERAH, bila tidak beri HITAM.
Bila pernapasan kurang dari 30 kali /menit nilai waktu pengisian
kapiler.
d. Waktu pengisian kapiler :
Lebih dari 2 detik berarti kurang baik, beri MERAH, hentikan
perdarahan besar bila ada.
216
I. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara Geografis,
Indonesia terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Hindia-
Australia dan Lempeng Eurasia (Pusat Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini
menyebabkan Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api
dan jenis bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa kejadian
bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca
esktrim.
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi a (DIBI)-
BNPB, terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode tahun 2005 hingga
2015 lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan bencana hidrometeorologi dan
sekitar 22% (3.810) merupakan bencana geologi. Kejadian bencana kelompok
hidrometeorologi berupa kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan
hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang
sering terjadi adalah gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor.
Kecenderungan jumlah kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok yang
relatif terus meningkat. Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis tidak
terlalu signifikan dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor
hidrometeorologis. Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya gempa bumi dan
tsunami pada kenyataannya banyak menimbulkan dampak yang cukup besar dari sisi
korban.
219
Menurut penelitian ahli kegempaan Kerry Sieh dan Danny Hilman tahun 2011, gempa
berkekuatan 8.9 SR diprediksi akan memicu tsunami dengan ketinggian sampai 10 m dari
permukaan laut. Dari hal tersebut jika tidak diimbangi dengan kesiapsiagaan masyarakat
maka akan berdampak pada tingginya jumlah kerugian dari bencana ini baik dari materil
maupun jiwa sehingga perlunya kesiapsiagaan pada masyarakat. Salah satu kesiapsigaan
yang dibutuhkan yakni dengan mempelajari penanganan perawatan luka.
Berdasarkan Data Riskesdas (2013) Proporsi jenis luka atau macam luka akibat trauma di
Indonesia didominasi oleh luka lecet/memar sebesar 70,9%. Korban bencana yang
mengalami luka harus segera dilakukan tindakan perawatan yakni dengan melakukan
perawatan luka dengan tujuan mencegah infeksi atau kondisi luka memburuk sebab
terkontaminasi oleh lingkungan.
a. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 60 menit, masayarakat mampu memahami dan
mengerti tentang perawatan luka khususnya pada orang dewasa.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 60 menit diharapkan sasaran dapat:
Menyebutkan pengertian Perawatan Luka
Menjelaskan tujuan dari Perawatan Luka
Menjelaskan langkah-langkah dari Perawatan Luka
b. Pelaksanaan Kegiatan
a. Topik
PERAWATAN LUKA
b. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
c. Metode
Ceramah
d. Media
Modul
Leaflet
220
c. Perencanaan Kegiatan
No Waktu Kegiatan Peserta
1. 3 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam pada dan
peserta memperhatikan
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan tujuan dari memperhatikan
penyuluhan 3. Memperhatikan
4. Kontrak waktu dengan peserta dan mendengarkan
4. Menyetujui dan
memberi
tanggapan
2. 10 menit Pelaksanaan :
1. Menyebutkan pengertian dari 1. Memperhatikan
Perawatan Luka dan mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan dari 2. Memperhatikan
Perawatan Luka dan mendengarkan
3. Menjelaskan langkah- langkah 3. Memperhatikan
dari Perawatan Luka dan mendengarkan
4. Melakukan sesi tanya jawab 4. Bertanya dan
terkait Perawatan Luka memberi
5. Menjawab pertanyaan dari tanggapan
peserta
5. Mendengarkan
dan
memperhatikan
221
3. 2 menit Terminasi
1. Memberikan motivasi dan 1. Memperhatikan
pujian kepada peserta yang dan memberi
sudah berpartisipasi dalam tanggapan
kegiatan penyuluhan 2. Mendengarkan dan
2. Mengucapkan terima kasih memberi
kepada peserta tanggapan
3. Mengucapkan salam 3. Menjawab salam
dan bubar
d. Setting Tempat
Keterangan :
Moderator Observer
/Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator
e. Pengorganisasian
Leader : Nanang Pramudi
Co Leader : Dwi Damayanti Jonathan
Moderator : Mimi Agusti Sastika
Presentator : Reflina Sari
Fasilitator : Ernisah, Sonya Odisa
Observer : Yolanda Sukarma, Miftahul Jannah
Dokumentasi : Annisa Farhanah, Rahayu Maya Sari
Konsumsi : Eva Sulastri, Tri Ulfa Amelda, Rita Suhartati
222
f. Rincian Tugas
1. Leader
Menjelaskan tujuan kegiatan
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
Menjelaksan aturan pada anggota
Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Co-leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
3. Moderator
Membuka dan menutup acara
Memperkenalkan diri
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
Menjaga kelancaran acara
Memimpin diskusi
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan
4. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
5. Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan
Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
Menjadi contoh dalam kegiatan
Mempertahankan kehadiran peserta
Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun dalam
6. Observer
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya
kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
223
g. Evaluasi Proses
a. Evaluasi struktur
Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam
Alat dan media sesuai dengan keperluan penyuluhan
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 089
Kelurahan Pasie Nan Tigo
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan
dilakukan
Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
Sebanyak 80% kader dewasa yang hadir saat penyuluhan
Sebanyak 75% kader dewasa dapat menyebutkan tujuan dari perawatan luka
Sebanyak 80% kader dewasa dapat menyebutkan alat dan bahan untuk
melakukan perawatan luka
Sebanyak 80% kader dewasa dapat menyebutkan langkah-langkah untuk
melakukan perawatan luka
Sebanyak 80% kader dewasa dapat mempraktikan cara melakukan perawatan
luka
224
LAMPIRAN MATERI
PERAWATAN LUKA
dan mungkin sangat sulit. Jika luka yang Anda tangani memiliki salah satu dari situasi
berikut maka Anda perlu mencari perawatan medis segera:
Perdarahan tidak berhenti dengan tekanan langsung atau produk kontrol
perdarahan atau Anda memerlukan tindakan pembebatan (tourniquet).
Bila jari tangan dan kaki menjadi dingin atau berubah warna (menjadi biru
hingga kehitaman) (tanda-tanda pembuluh darah tidak dapat menyuplai darah,
jaringan yang tidak disuplai darah akan mati dan menjadi busuk)
Luka tusuk pada rongga dada atau rongga perut (luka ini berpotensi
menimbulkan luka dalam yang tidak terlihat dan sangat mungkin berkembang
menjadi kondisi infeksi
Luka di leher yang melibatkan jalan napas
Luka yang berpotensi menimbulkan kerusakan permanen
Jenis Luka ini mungkin tidak segera mengancam jiwa namun memiliki
komplikasi umum dan serius. Komplikasi ini dapat menyebabkan kerusakan
jangka panjang atau permanen tanpa perawatan yang tepat. Jenis luka berikut
membutuhkan perawatan di fasilitas medis:
Fraktur terbuka (bagian tulang yang patah yang menembus dari dalam hingga
ke permukaan kulit). Jika patah tulang dikaitkan dengan luka, luka itu berisiko
sangat tinggi untuk mengalami infeksi serius. Luka harus dibersihkan secara
menyeluruh dan dilakukan tindakan pembedahan dalam kondisi steril
mungkin. Cobalah untuk mendapatkan bantuan pelayanan medis dalam waktu
18 jam. Risiko infeksi Anda meningkat semakin lama Anda menunggu.
Luka dengan kemungkinan kerusakan saraf. Apakah area distal ke luka (sisi
jauh dari jantung) mati rasa? Jika jawabannya adalah “YA”, Luka tersebut\
Mungkin telah memutuskan saraf. Pertolongan medis harus segera diberikan
kepada korban.
c. Bersihlan Luka
Terdapat 3 proses dalam tahapan pembersihan luka, yaitu:
Bila terdapat benda asing pada luka cobalah untuk membuangnya. Gunakan
pinset bila tersedia. Bila benda asingnya besar maka sebaiknya jangan dicabut
dan segera cari bantuan medis.
226
Gunakan sabun dan air untuk luka permukaan (superfisial) atau kapas untuk
area yang sulit dijangkau
Lakukan irigasi
e. Tutup Luka
Jika Anda telah melalui langkah empat di atas dan memutuskan untuk menutup atau menjahit
luka tersebut, Anda memiliki beberapa opsi antara lain:
Lakukan jahitan (hecting),
Staples,
Lem atau selotip, atau
Rambut dan tali (untuk luka di kepala)
227
a. Latar Belakang
Menurut Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, secara Geografis, Indonesia
terletak di antara tiga lempeng tektonik, yaitu Lempeng Pasifik, Lempeng Hindia-Australia
dan Lempeng Eurasia (Pusat Studi Gempa Nasional, 2017). Kondisi ini menyebabkan
Indonesia rentan terhadap bencana gempa bumi, tsunami, letusan gunung api dan jenis
bencana geologi lainnya. Sedangkan bencana hidrometeorologi berupa kejadian bencana
banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan, dan cuaca esktrim.
Menurut data yang dihimpun dalam Data Informasi Bencana Indonesi a (DIBI)-BNPB,
terlihat bahwa dari lebih dari 1.800 kejadian bencana pada periode tahun 2005 hingga 2015
lebih dari 78% (11.648) kejadian bencana merupakan bencana hidrometeorologi dan sekitar
22% (3.810) merupakan bencana geologi. Kejadian bencana kelompok hidrometeorologi
berupa kejadian bencana banjir, gelombang ekstrim, kebakaran lahan dan hutan, kekeringan,
dan cuaca esktrim. Sedangkan untuk kelompok bencana geologi yang sering terjadi adalah
gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, dan tanah longsor. Kecenderungan jumlah
kejadian bencana secara total untuk kedua jenis kelompok yang relatif terus meningkat.
Jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor geologis tidak terlalu signifikan
dibandingkan jumlah kejadian bencana yang disebabkan oleh faktor hidrometeorologis.
Meskipun demikian, bencana geologis, khususnya gempa bumi dan tsunami pada
228
kenyataannya banyak menimbulkan dampak yang cukup besar dari sisi korban.
Korban dapat mengalami trauma sebagai dampak dari bencana. Pembidaian merupakan
bentuk penanganan dari trauma yang disebabkan oleh kecelakaan. Menurut Gilbert (2011),
pembidaian / splinting merupakan salah satu cara untuk mengistirahatkan (imobilisasi) bagian
tubuh kita yang cedera. Ada berbagai macam pembidaian yaitu soft splint (bidai lunak), hard
splint (bidai kaku), air or vacuum splint (bidai udara), traction splint (bidai dengan traksi) dan
anatomy splint (bidai dengan anggota tubuh). Tujuan pembidaian adalah untuk
mempertahankan fragmen tulang, mencegah kerusakan jaringan sekitar tulang yang patah dan
mengurangi nyeri.
b. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, masayarakat mampu memahami dan
mengerti tentang pembidaian khususnya pada orang dewasa.
b. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penjelasan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat:
Menyebutkan pengertian Pembidaian
Menjelaskan tujuan dari Pembidaian
Menjelaskan langkah-langkah Pembidaian
c. Pelaksanaan Kegiatan
a. Topik
PEMBIDAIAN
b. Sasaran/Target
Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 09 Kelurahan Pasie Nan Tigo
c. Metode
Ceramah
d. Media
Modul
Leaflet
e. Waktu dan Tempat
229
Hari/Tanggal : Selasa
Waktu : 14:00
Tempat : Mushalla
d. Perencanaan Kegiatan
No Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam pada dan memperhatikan
peserta 2. Mendengarkan dan
2. Memperkenalkan diri memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Memperhatikan dan
penyuluhan mendengarkan
4. Kontrak waktu dengan peserta 4. Menyetujui dan
memberi tanggapan
2. 20 menit Pelaksanaan :
1. Menyebutkan pengertian dari 1. Memperhatikan dan
Pembidaian mendengarkan
2. Menjelaskan tujuan dari 2. Memperhatikan dan
Pembidaian mendengarkan
3. Menjelaskan langkah- langkah 3. Memperhatikan dan
dari Pembidaian mendengarkan
4. Melakukan sesi tanya jawab
terkait Pembidaian
4. Bertanya dan
5. Menjawab pertanyaan dari
memberi tanggapan
peserta
5. Mendengarkan dan
memperhatikan
3. 5 menit Terminasi
1. Memberikan motivasi dan 1. Memperhatikan,
pujian kepada peserta yang memberi tanggapan
sudah berpartisipasi dalam
kegiatan penyuluhan 2. Mendengarkan dan
230
e. Setting Tempat
Keterangan :
Moderator Observer
/Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator
f. Pengorganisasian
Leader : Nanang Pramudi
Co Leader : Dwi Damayanti Jonathan
Moderator : Mimi Gusti Sastika
Presentator : Reflina Sari
Fasilitator : Miftahul Jannah, Rahayu Maya sari
231
g. Rincian Tugas
1. Leader
Menjelaskan tujuan kegiatan
Mengarahkan proses kegiatan pada anggota kelompok
Menjelaksan aturan pada anggota
Mengevaluasi perasaan setelah pelaksanaan
2. Co-leader
Membantu leader dalam mengorganisasi anggota
3. Moderator
Membuka dan menutup acara
Memperkenalkan diri
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan
Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan
Menjaga kelancaran acara
Memimpin diskusi
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam penyuluhan
4. Presentator
Menyampaikan pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan
5. Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan
Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan
Menjadi contoh dalam kegiatan
Mempertahankan kehadiran peserta
Mencegah gangguan/hambatan terhadap peserta baik luar maupun dalam
6. Observer
232
Mencatat dan mengamati respon peserta secara verbal dan non verbal jalannya
kegiatan
Mencatat seluruh proses yang dikaji dan semua perubahan prilaku
Mencatat dan mengamati peserta aktif dari kegiatan diskusi
Mengevaluasi kegiatan yang dilaksanakan
7. Dokumentasi
Mendokumentasikan seluruh kegiatan diskusi
Menjalankan absen diskusi
8. Konsumsi
Mempersiapkan konsumsi untuk peserta diskusi
9. Perlengkapan
Menyiapkan semua perlatan yang digunakan selama kegiatan diskusi
10. Operator
Mengoperasikan media diskusi
h. Evaluasi Proses
a. Evaluasi struktur
Penyelenggaraan dilakukan di Mushalla Darussalam
Alat dan media sesuai dengan keperluan penyuluhan
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
Peserta yang hadir merupakan Kader Siaga Bencana Devisi Dewasa RW 09
Kelurahan Pasie Nan Tigo
b. Evaluasi proses
Peserta antusias dalam menyampaikan saran untuk kegiatan yang akan
dilakukan
Peserta mengikuti acara dari awal sampai akhir
Tidak ada peserta yang izin selama acara berlangsung
c. Evaluasi hasil
Sebanyak 90% kader dewasa yang hadir saat penyuluhan
Sebanyak 80% kader dewasa dapat menyebutkan tujuan dari pembidaian
Sebanyak 80% kader dewasa dapat menyebutkan cara-cara pembidaian
Sebanyak 80% kader dewasa dapat mempraktikan cara pembidaian
233
234
LAMPIRAN MATERI
PEMBIDAIAN
1. Pengertian Pembidaian
Bidai (Splint atau spalk) adalah alat yang terbuat dari kayu, logam atau bahan lain yang kuat
tetapi ringan untuk imobilisasi tulang yang patah dengan tujuan mengistirahatkan tulang
tersebut dan mencegah timbulnya rasa nyeri. Tanda tanda fraktur atau patah tulang :
Bagian yang patah membengkak (oedema).
Daerah yang patah terasa nyeri (dolor)
Terjadi perubahan bentuk pada anggota badan yang patah.
Anggota badan yang patah mengalami gangguan fungsi (fungsiolesia)
2. Tujuan Pembidaian
Tujuan pembidaian adalah :
a. Mencegah pergerakan atau pergeseran fragmen atau bagian tulang yang patah.
b. Menghindari trauma soft tissue (terutama syaraf dan pembuluh darah pada bagian
distal yang cedera) akibat pecahan ujung fragmen tulang yang tajam.
c. Mengurangi nyeri
d. Mempermudah transportasi dan pembuatan foto rontgen.
e. Mengistirahatkan anggota badan yang patah.
3. Langkah-langkah Pembidaian
a. Pembidaian Patah Tulang Lengan Atas
Letakkan lengan bawah di dada dengan telapak tangan menghadap
kedalam.
Pasang bidai sampai siku.
Ikat di daerah diatas dan diaerah yang patah.
Lengan bawah digendong.
Jika siku juga patah dan tangan tidak dapat dilipat, pasang bidai sampai ke
lengan bawah, dan biarkan tangan tergantung, tidak usah digendong
b. Pembidaian Patah Tulang Lengan Bawah
Letakkan tangan di dada.
Pasang bidai dari siku sampai tangan.
235
Beri bantalan kapas atau kain antara bidai dengan tungkai yang patah.
Bila perlu ikat kedua kaki diatas lutut dan pergelangan kaki – telapak kaki
I. Latar Belakang
Pada tahun 2005 terdapat 57,03 juta orang meninggal di seluruh dunia. Sekitar 35.000-
50.000 diantaranya karena kecelakaan dan bencana alam yang diakibatkan oleh henti napas
dan henti jantung. Dalam jumlah korban, Indonesia menempati peringkat kedua dunia, yaitu
sebanyak lebih kurang 227.898 jiwa. Bencana alam di Indonesia mengakibatkan kerugian
yang sangat besar, baik dari segi materi maupun jumlah korban (meninggal, luka–luka,
maupun cacat). Korban yang meninggal dapat disebabkan oleh gagalnya oksigenasi adekuat
pada organ vital. ventilasi tidak yang tidak ade kuat dapat gangguan oksigenisasi dan
gangguan sirkulasi, cedera SSP masif dapat mengakibatkan ventilasi yang tidak adekuat atau
terjadinya rusaknya pusat regulasi batang otak (Agustini et al. 2017)
Bantuan hidup dasar adalah tindakan darurat untuk membebaskan jalan napas, membantu
pernapasan dan mempertahankan sirkulasi darah tanpa menggunakan alat bantu (Alkatiri,
237
2007). Tujuan bantuan hidup dasar ialah untuk oksigenasi darurat secara efektif pada organ
vital seperti otak dan jantung melalui ventilasi buatan dan sirkulasi buatan sampai paru dan
jantung dapat menyediakan oksigen dengan kekuatan sendiri secara normal (Latief, 2009).
1. a. Penyuluh a. Mendengarkan
mempersiapkan dan menjawab
rencana pembelajaran salam
b. Penyuluh
mempersiapkan media
pembelajaran sesuai
dengan tujuan
pembelajaran
5 Menit
c. Penyuluh
mempersiapkan dan
mencek lingkungan
yang akan
mempengaruhi proses
pembelajaran
a. Mengucapkan salam a. Mendengarkan
b. Memperkenalkan dan
diri Menjawab salam
c. Menjelaskan tujuan b. Menanggapi
pembelajaran dan dan
kontrak waktu memberi respo
d. Appersepsi n 5 menit
c. Menyimak
penjelasan
yang diberikan
d. Mengungkapka
n pengetahuan
yang dimiliki
Keterangan :
Moderator Observer
Presentator Dokumentasi
Operator Fasilitator
VI. Pengorganisasian
Leader : Nanang Pramudi
240
Sebanyak 80% kader dewasa dapat menyebutkan tujuan bantuan hidup dasar
Sebanyak 80% kader dewasa dapat menyebutkan langkah-langkah bantuan
hidup dasar
Sebanyak 80% kader dewasa mau dan mampu mempraktekan ulang cara
bantuan hidup dasar
a. Sartono, Masudik & Suhaeni. (2014). Basic Trauma Cardiac Life Support.
Bekasi:Gadar Medik Indonesia
LAMPIRAN MATERI
Tidak bernapas
Penolong juga perlu memeriksa pernafasaan korban, jika korban tidak sadarkan
diri dan bernafas secara abnormal (terengah-engah) penolong harus mngasumsikan
korban mengalami henti jantung. Penolong harus memastikan korban tidak merespon
dengan cara memanggil korban dengan jelas, lalu menepuk-nepuk korban atau
menggoyang-goyangkan bahu korban.
d. Korban tidak merespon maka minta seseorang untuk memanggil ambulan (misal:
118).
Gawat Darurat Terpadu) dengan menelpon Ambulans Gawat Darurat rumah sakit
terdekat. Penolong harus siap dengan jawaban mengenai lokasi kejadian, kejadian
yang sedang terjadi, jumlah korban dan bantuan yang dibutuhkan. Rangkaian tindakan
tersebut dapat dilakukan secara bersamaan apabila pada lokasi kejadian terdapat lebih
dari satu penolong, misalnya penolong pertama memeriksa respon korban kemudian
melanjutkan tindakan BLS sedangkan penolong kedua mengaktifkan SPGDT dengan
menelpon ambulans terdekat dan mengambil alat kejut jantung otomatis
(AED).Pemeriksaan CAB (Look, Listen and Feel) dan nadi karotis. Penolong
mendekat ke salah satu sisi wajah klien sambil mengobservasi atau melihat
pergerakan dinding dada lalu mendengarkan suara nafas dari hidung klien dan
merasakan hembusan nafas yang keluar dari mulut klien.
e. Jika Anda belum terlatih atau tidak mampu memberikanbantuan ventilasi, hanya
berikan kompresi dada minimal 100kali per menit (30 kali kompresi).
Menurut NHS (2014) ada beberapa variasi dalam posisi pemulihan, masing-masing
memiliki tujuan. Tidak ada satu posisi tunggal yang sempurna untuk semua korban. Posisi
harus stabil, setengah lateral dengan kepala dependen dan tidak ada tekanan yang
menghalangi pada dada. Untuk menempatkan seseorang dalam posisi pemulihan:
Lengan atas harus mendukung kepala dan lengan bawah akanmenahan agar
korban tidak bergulir terlalu jauh
Waktu : 60 Menit
A. Latar Belakang
Lanjut usia menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 adalah seseorang yang telah
mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas .Kemenkes mengklasifikasikan lansia kedalam
dua kategori, penduduk usia lanjut berumur ≥ 60 tahun dan penduduk usia lanjut dengan
risiko tinggi ≥ 70 tahun (Kemenkes, 2017). Sebagian besar dari kelompok lanjut usia tidak
dapat hidup secara mandiri karena keterbatasan mobilitas, lemah atau masalah kesehatan fisik
dan mental sehingga membutuhkan pelayanan dan perlindungan khusus (Wibowo, 2018).
Lansia mengalami penurunan sistem tubuh yang meliputi perubahan fisik, mental dan
psikososial (Nugroho dalam Wibowo,2014). Perubahan fisik mencakup perubahan sel, sistem
persarafan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem kardiovaskuler, sistem pengaturan
suhu tubuh, sistem pernafasan, sistem gastrointestinal, sistem genitourinaria, sistem endokrin,
sistem integumen, dan sistem muskulosketal. Perubahan mental dipengaruh oleh perubahan
fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, lingkungan, tingkat kecerdasan dan
kenangan. Perubahan psikososial umumnya timbul karena lansia dianggap sudah tidak
produktif lagi sehingga sebagian besar pensiun dari pekerjaannya (Wibowo,2014).
perasaan tidak nyaman pada lansia karena merasa kehilangan tempat tinggalnya dan
komunitasnya sama saja seperti kehilangan dirinya (Yotsui et al, 2015).
Kelompok rentan pada saat terjadi bencana menjadi prioritas karena dianggap sebagai
korban yang sangat lemah dan tidak berdaya, dan perlu dilindungi. Undang-undang No.24
Tahun 2007 menekankan perlindungan kelompok rentan hanya pada saat terjadibencana.
Mengingat fokus dari penanggulangan bencana secara global berdasarkan kerangka kerja
Sendai adalah pengurangan risiko bencana, sudah seharusnya risiko yang tinggi pada
kelompok rentan dikelola sehingga dapat mengurangi risiko dan melindungi kelompok
rentan. Salah satu prinsip dari kerangka kerja Sendai menyatakan bahwa pengurangan risiko
bencana membutuhkan keterlibatan dan kemitraan semua lapisan masyarakat, juga
membutuhkan pemberdayaan dan partisipasi inklusif, mudah diakses dan non diskriminatif,
memberikan perhatian khusus pada orang-orang yang secara tidak proporsional terkena
dampak bencana, terutama dari lapisan masyarakat yang paling miskin. Perspektif gender,
usia, orang-orang yang berkebutuhan khusus dan budaya harus diintegrasikan dalam semua
kebijakan dan praktik, serta kepemimpinan oleh perempuan dan pemuda harus dipromosikan
(SFDR, 2015).
Mengacu pada prinsip tersebut, sudut pandang terhadap kelompok rentan yang selama
ini lebih sering dipandang sebagai objek harus diubah menjadi subjek yang perlu dilibatkan
dalam setiap aktivitas bencana, baik pada saat prabencana, tanggap darurat, maupun
pascabencana. Kelompok rentan lansia dapat diberdayakan dan berpartisipasi dalam
pengurangan risiko bencana. pemberian pendidikan kesehatan tentang mitigasi bencana pada
lansia dapat mengurangi risiko bencana pada kelompok rentan lansia serta memperkuat
ketahanan. Berdasarkan fenomena diatas kelompok akan melakukan penyuluhan mengenai
Mitigasi Bencana Pada kelompok Lansia di RW 07, 09, dan 10 Kelurahan Pasie Nan Tigo.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Warga lansia RW 07, 09, dan 10 Kelurahan Pasie Nan Tigo mengetahui
b. Warga lansia RW 07, 09, dan 10 Kelurahan Pasie Nan Tigo mengetahui dampak
bencana
c. Warga lansia RW 07, 09, dan 10 Kelurahan Pasie Nan Tigo mengetahui apa
C. Materi (terlampir)
D. Media
E. Setting Tempat
Keterangan :
: Layar Infocus
: Operator
: Pemateri
: Observer
249
: Fasilitator
F. Pengorganisasian
G. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Diskusi
H. Kegiatan Penyuluhan
penyuluhan
tsunami 2. Bertanya
sesudah bencana
simulasi
bertanya
6. Memberikan kesimpulan
diskusi
2. Menjawab salam
I. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
Lansia
251
penyuluhan
d. Setting tempat
2. Evaluasi Proses
a. Penyaji datang tepat waktu sesuai dengan kontrak waktu yang telah disepakati.
3. Evaluasi Hasil
b. Sebanyak 80% lansia dapat menjelaskan kembali apa itu gempa bumi dan
tsunami
c. Sebanyak 55% lansia dapat menjelaskan kembali apa yang harus dilakukan
d. Sebanyak 75% lansia dapat melakukan roleplay mini simulasi gempa bumi
dengan baik
252
Lampiran Materi
A. Lansia
Lanjut usia atau Lansia menurut UU No.13 Tahun 1998 adalah seseorang yang telah
kategori, penduduk usia lanjut berumur ≥ 60 tahun dan penduduk usia lanjut dengan
B. Kesiapsiagaan
C. Bencana
Bencana adalah peristiwa atau kejadian yang berlebihan yang mengancam dan
yaitu bencana alam contohnya seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, dll,
transportasi, dll, dan bencana sosial contohnya seperti konflik sosial, aksi teror.
a. Fisik Lansia
perbedaan pada setiap individu tergantung pada rentang usianya. Oleh karena
itu, pengaruh dari bencana terhadap lansia pun beranekaragam sesuai dengan
b. Mental Lansia
253
menjadi pengalaman kehilangan. Proses menua terdapat dua tahap yaitu proses
c. Sosial Lansia
Jika melihat sisi ekonomi, penyokong nafkah dirumah lansia adalah lansia itu
sendiri. Pada saat bencana, banyak orang termasuk lansia yang kehilangan
rumah dan harta. Hal ini akan mengakibatkan kehilangan harapan untuk
dengancepat dan akurat serta distibusi barang bantuan juga berjalan secara
cacat yang disebut dalam kelompok rentan pada bencana tidak pernah
akan tercapai.
a. Tempat aman
Hal yang menjadi prioritas pertama pada saat terjadi bencana adalah
b. Rasa setia
Biasanya para lansia memiliki rasa setia terhadap kepemilikan tanah dan
c. Penyelamatan darurat
fisik berdasarkan proses menua, maka skala sanagan luar untuk memunculkan
gampang tersinggung.
dalam kehidupan sehari-hari yang disebabkan oleh fungsi fisik yang dibawa
mengakibatkan penurunan fungsi fisik orang lansia yang lebih parah lagi.
juga keadaan yang serius pada tubuh. Seperti penumpukan kelelahan karena
luar dan dalam rumah . Dibandingkan dengan generasi mudah, sering kali
lansia tidak bisa memperoleh informasi mengenai relawan , sehingga tidak bisa
e. Mental care
sehingga mudah terkena dampak secara fisik oleh stressor. Namun demikian,
orang lansia itu berkecenderungan sabar dengan diam walaupun sudah terkena
gempa.
b. Atur benda yang berat sedapat mungkin berada pada bagian bawah
c. Cek kestabilan benda yang tergantung dan dapat jatuh pada saat gempa bumi
berada dalam jangkauan yang mudah diambil pada saat terjadi bencana, bisa
f. Penempatan kamar tidur untuk lansia memposisikan kamar tidur berada dekat
Persiapkan senter, baterai, lilin dan korek api jika listrik padam
sakit, polisi atau nomor darurat lainnya serta keluarga yang tidak serumah
h. Mengidentifikasi tempat yang aman didalam rumah jika terjadi gempa bumi
anggota keluarga
perabotan lain yang kuat dan hingga guncangan berhenti. Jika tidak ada
2) Jauhi kaca, cermin, barang-barang yang tergantung atau barang lain yang
mudah jatuh
adanya korslet
4) Segera berlari keluar rumah saat guncangan berhenti dan keadaan sudah
aman
Jika melihat tanda-tanda tsunami, jauhi pantai dan menuju ke tempat yang
lebih tinggi.
a. Periksa lingkungan sekitar. Periksa apabila ada kebocoran gas, jika tercium
e. Dengarkan berita dari televisi atau radio yang bisa diakses, dengarkan
f. Jangan memindahkan korban yang terluka serius untuk menghindari luka yang
1. Pengertian Tsunami Tsunami beraasal dari bahasa jepang Tsu = Pelabuhan Nami
perubahan dasar laut secara tiba- tiba. Tsunami adalah gelombang air besar yang
diakibatkan oleh gangguan di dasar laut, seperti gempa bumi. Gangguan ini
amplitudo kecil (umumnya 30- 60 cm) sehingga tidak terasa di laut lepas, tetapi
per jam, menjangkau bebrapa kilometer dari pantai dan menyebabkan kerusakan
2. Penyebab Tsunami
Tsunami bisa terjadi ketika dasar lautan bergerak secara tiba-tiba akibat gempa
pergeseran kulit bumi. Ketika gempa-gempa tersebut terjadi di bawah laut, air
tersebut terjadi di dasar laut yang tiba-tiba naik atau turun, tsunami bisa terjadi
Letusan gunung berapi yang sangat besar dapat mengakibatkan gempa bumi di
wilayah sekitar, dan letusan gunung berapi juga membawa material tersebut
dapat terlempar ke laut dan merubah volume air laut serta menimbulkan
gelombang besar (Tsunami) pada daratan atau pulau sekitar gunung berapi
tersebut.
Longsor bawah laut ini biasanya disebabkan oleh gempa bumi tektonik atau
letusan gunung bawah laut. Getaran kuat yang ditimbulkan oleh longsor
c. Terdapat selang waktu antara terjadinya gempa bumi sebagai sumber tsunami
d. Gelombang air laut datang secara mendadak dan berulang dengan energi yang
sangat kuat
e. Di Indonesia, tsunami terjadi dalam waktu kurang dari 40 menit setelah gempa
4. 3 Tanggap Tsunami
a. Tanggap Gempa
260
1) Waspadalah, gempa bumi yang kuat atau yang berlangsung lama dapat
2) Jauhi pantai dan tepi sungai, serta cari informasi apa yang terjadi
b. Tanggap Peringatan
2) Jika terdengar bunyi sirine, kentongan, atau peralatan lain yang sudah
c. Tanggap Evakuasi
3) Jika lokasi aman tidak diketahui, larilah sejauh mungkin dari pantai,
Waktu : 30 Menit
A. LATAR BELAKANG
pertama COVID-19 di Indonesia pada awal Maret 2020. Penambahan dan penyebaran
kasus COVID-19 secara global berlangsung cukup cepat, tidak hanya terjadi di
Daerah Khusus Ibukota Jakarta dan kota padat penduduk lainnya, namun telah
yang juga berdampak terhadap sistem kesehatan Indonesia yang terlihat dari adanya
Pandemi COVID-19 juga memberi dampak besar bagi perekonomian yaitu: (1)
persen, jatuh cukup dalam. Hal ini dibuktikan dengan data dari BPS yang
mencatatkan bahwa konsumsi rumah tangga turun dari 5,02 persen pada kuartal I
2019 menjadi 2,84 persen pada kuartal 1 tahun 2020 ini; (2) Menimbulkan adanya
262
melemah dan berimplikasi pada terhentinya usaha; dan (3) Seluruh dunia mengalami
penularan COVID-19 secara cepat, tepat, fokus, terpadu, dan sinergis antar
Penanganan COVID-19 yaitu memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak
minimal 1 — 2 meter telah dilakukan secara massif. Sementara itu, tingkat kerentanan
cepat dan tepat, diperkirakan sebanyak 2,5 juta kasus COVID-19 akan memerlukan
mencapai 10% kematian. Pada situasi ini, jutaan masyarakat sangat rentan tertular
COVID-19.
penyerta dan kondisi fisik yang mulai melemah membuat lansia lebih sulit untuk
melawan infeksi, termasuk Covid-19. Itulah sebabnya, lansia menjadi prioritas untuk
menerima vaksin ini. Vaksin Covid-19 diharapkan isa menjadi solusi untuk
yang beresiko tinggi mengalami penyakit berat atau kematian akibat virus ini, seperti
lansia.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa mereka yang memiliki informasi tentang
vaksinasi COVID-19.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
mengerti tentang vaksin dan mau melakukan vaksin bagi yang belum
vaksin.
2. Tujuan khusus
C. Materi (Terlampir)
D. Media
E. Peralatan
1. Infocus
2. Sound system
264
F. Setting Tempat
Keterangan :
: Layar Infocus
: Operator
: Pemateri
: Observer
: Fasilitator
G. Pengorganisasian
Masyithah Amaturrahimi
Kismawati
H. Rencana Kegiatan
3. Tempat : -
4. Materi
a. Tujuan vaksin
b. Manfaat vaksin
266
I. Metode Penyuluhan
a. Ceramah
b. Diskusi
J. Kegiatan Penyuluhan
a. Pembukaan salam
c. Memperkenalkan diri
d. Menjelaskan tujuan
e. Menjelaskan Apersepsi
b. Manfaat vaksin
pertanyaan
b. Mengucapkan salam
K. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur.
c) E-Leaflet
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil.
dijelaskan yaitu:
Lampiran Materi
A. Pengertian Vaksinasi
tubuh seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga apabila suatu saat terkena penyakit
yang sama tidak akan sakit hanya mengalami sakit ringan. Salah satu bentuk
Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen yang bila diberikan kepada
tertentu.
Menurut Kemenkes RI tentang vaksin Covid 19, vaksin bukanlah obat tetapi
terhindar dari tertularnya ataupun kemungkinan sakit berat. Selama vaksin yang aman
dan efektif belum ditemukan, upaya perlindungan yang bisa kita lakukan adalah
19
5. Kekebalan tubuh hanya dapat terbentuk apabila cakupan vaksinasi tinggi dan
merata diseluruh wilayah. Upaya pencegahan vaksinasi jika dinilai dari segi
ekonomi akan lebih hemat biaya apabila dibandingan dengan upaya pengobatan.
Usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi virus Corona. Adanya penyakit penyerta
dan kondisi fisik yang mulai melemah membuat lansia lebih sulit untuk melawan
orang yang berisiko tinggi mengalami penyakit berat atau kematian akibat virus ini,
seperti lansia.
tubuh seseorang.
271
3. Tubuh akan mengingat virus atau bakteri pembawa penyakit, mengenali dan tahu
cara melawannya
prioritas tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan tenaga penunjang serta
kelompok prioritas:
daerah air minum, serta petugas lain yang terlibat secara langsung
pada tahap I dan tahap II, dilaksanakan mulai bulan Juli 2021.
2. Klinik
vaksinasi COVID-19.
Vaksin diberikan hanya untuk mereka yang sehat. Ada berapa kriteria individu atau
2. Orang yang hipertensi tidak terkontrol, yaitu tekanandarah > 180/110 mmHg
(Jika tekanan darah >180/110 mmHg pengukuran tekanan darah diulang 5 (lima)
5. Orang dengan penyakit lupus. Vaksinasi ditunda jika sedang dalam kondisi akut
7. Orang yang sedang mendapat pengobatan immunosu dan kemoterapi ditunda dan
dirujuk.
8. Orang yang memiliki penyakit jantung berat dalam keadaan sesak. Vaksinasi
9. Lansia yang dalam pemeriksaannya (sesuai format skrining) menjawab lebih dari
10. Orang yang memiliki riwayat alergi berat sete Penyintas COVID-19 dapat
terinfeksi tetap diberikan dosis kedua dengan interval yang sama yaitu 3 bulan
11. Penyintas COVID-19 dapat divaksinasi 3 bulan setelah sembuh. Apabila setelah
dosis pertama sasaran terinfeksi tetap diberikan dosis kedua dengan interval yang
• Sinovac
• AstraZeneca
• Sinopharm
• Novavax
• Moderna
• Cansino
• Sputnik V
Penggunaan vaksin tersebut hanya dapat dilakukan setelah mendapatkan izin edar atau
WINDSHILD SURVEY
275
276
MMK 1
277
278
PELATIHAN KADER
279
280
281
MITIGASI DEWASA
284
285
286
MITIGASI LANSIA
287
288
PENYULUHAN BANJIR
289
290
SIMULASI
291
292
293
294
MMK 2
295
296