PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh:
Nurul Qoidah
NIM 6411416085
Semarang.
Disadari bahwa Proposal Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan guna
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................4
1.4 Keaslian Penelitian.............................................................................................5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................6
1.5.1 Ruang Lingkup Tempat.....................................................................................6
1.5.2 Ruang Lingkup Waktu......................................................................................6
1.5.3 Ruang Lingkup Keilmuan..........................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................7
2.1 Bencana..............................................................................................................7
2.1.1 Pengertian Bencana....................................................................................7
2.2 Manajemen Bencana........................................................................................10
2.2.1 Tahap Pra Bencana...................................................................................12
2.3 Gunung Api......................................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN................................................................................25
3.1 Alur Pikir...............................................................................................................25
3.2 Fokus Penelitian.....................................................................................................26
3.3 Jenis Dan Rancangan Penelitian.............................................................................26
3.4 Sumber Informasi...................................................................................................27
3.4.1 Sumber Data Primer........................................................................................27
3.4.2 Sumber Data Sekunder....................................................................................29
3.5 Instrumen Penelitian Dan Teknik Pengambilan Data.............................................29
3.5.1 Instrumen Penelitian........................................................................................29
3.5.2 Teknik Pengambilan Data...............................................................................31
3.6 Prosedur Penelitian.................................................................................................32
3.6.1 Tahap Pra Penelitian........................................................................................32
ii
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian.........................................................................32
3.6.3 Tahap Analisis Data atau Pasca Penelitian......................................................33
3.7 Pemeriksaan Keabsahan Data.................................................................................33
3.8 Teknik Analisis Data..............................................................................................34
3.8.1 Data Reduction (Reduksi Data).......................................................................35
3.8.2 Data Display (Penyajian Data)........................................................................35
3.8.3 Conclusion Drawing atau Verification............................................................36
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................37
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
adalah bencana gunung berapi. Menurut data National Geophysical Data Center
of The NOAA, tercatat 536 orang meninggal akibat erupsi gunung berapi di dunia
dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, dan 435 orang diantaranya atau 81,2 % dari
ourworldindata.org)
Indonesia merupakan salah satu negara yang wilayahnya dilalui jalur ring
of fire (cincin api) dunia. Akibatnya Indonesia menjadi negara yang rawan
terhadap bencana gempa bumi dan erupsi gunung api. Menurut BNPB (Badan
gunung aktif atau sekitar 13% dari gunung api dunia. Salah satu erupsi gunung api
terbesar melanda Indonesia dalam kurun waktu 10 tahun terakhir yaitu bencana
erupsi gunung Merapi pada tahun 2010 yang lalu. Menurut UN-ISDRR (United
merupakan gunung api tipe strato yang paling giat di Indonesia. Hampir setiap
periode gunung Merapi mengalami erupsi. Periode ulang aktivitas erupsi berkisar
1
2
Kejadian erupsi pada tahun 2010 menjadi salah satu ledakan paling besar
jika dibandingkan dengan erupsi-erupsi Gunung Merapi dalam jangka waktu 100
tahun. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas Gunung Merapi dan dampak setelah
terjadi erupsi yang lebih besar dibandingkan dengan erupsi sebelumnya. Beberapa
daerah yang terkena dampak dari letusan Gunung Merapi ini adalah Desa
Magelang. Desa-desa tersebut adalah desa yang berada pada radius 7-13 kmdari
puncak Gunung Merapi dan termasuk desa Kawasan Rawan Bencana. Peristiwa
Erupsi Gunung Merapi 2010 mengakibatkan banyak kerusakan dan kerugian serta
korban jiwa. Dalam peristiwa itu, banyak masyarakat Kabupaten Sleman menjadi
korban. Terdapat korban meninggal 123 jiwa, rawat inap 147 jiwa, dan sebanyak
56.414 jiwa mengungsi (Sumber: BPBD DIY, 7 Nopember 2010). Selain itu,
lima kecamatan sehingga hampir tidak ada aktivitas ekonomi. Lima kecamatan
meninggal, korban luka, dan pengungsi. Jumlah korban akibat bencana Merapi
berdasarkan laporan tanggap darurat erupsi Merapi 2010 adalah 346 korban
orang dan pada fase erupsi kedua yaitu 5 november – 23 mei 2011 berjumlah 306
orang. Penyebab korban jiwa tersebut 186 diantaranya karena luka bakar dan 160
3
lainnya non luka bakar (Sumber: Laporan Tanggap Darurat Erupsi Tahun 2010
Kabupaten Sleman).
Erupsi Gunung Merapi tidak hanya menimbulkan korban jiwa dan luka-
luka, erupsi tersebut juga menimbulkan kerugian material yang tidak sedikit.
Kerusakan dan kerugian akibat erupsi Merapi dibagi dalam lima sektor yaitu:
adalah sebesar Rp. 5,405 trilyun yang terdiri dari : nilai kerusakan sebesar
894,357 milyar rupiah serta nilai kerugian sebesar, 4,511 trilyun (Sumber:
masa sekarang lebih ditekankan pada tahapan pra bencana. Salah satu kegiatan
Yogyakarta?
Yogyakarta
Geologi (PVMBG) penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan
Tahun Desain
Judul Nama Variabel Hasil
Penelitia Penelitia
No Penelitian Peneliti Penelitian Penelitian
n n
Merapi Yogyakarta”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bencana
faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan
dampak psikologis.
adalah sebagai berikut : Bencana adalah Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam, manusia, dan atau keduanya yang mengakibatkan korban
sarana prasarana dan fasilitas umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata
peristiwa atau kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan kerusakan ekologi,
kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari pihak
luar. Sedangkan definisi bencana (disaster) menurut WHO (2002) adalah setiap
7
8
pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar masyarakat atau wilayah
yang terkena.
melebihi kemampuan manusia guna mengatasinya dengan sumber daya yang ada.
Lebih lanjut, menurut Parker (1992) dalam dikutip Wijayanto (2012), bencana
adalah sebuah kejadian yang tidak biasa terjadi disebabkan oleh alam maupun
yang berada di luar kapasitas norma. Sedangkan Heru Sri Haryanto (2001 : 35)
bahwa pada dasarnya pengertian bencana secara umum yaitu suatu kejadian atau
9
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam atau faktor non
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa
bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah
longsor,
b) Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
1) Faktor alam (natural disaster) karena fenomena alam dan tanpa ada
atau risiko bencana adalah “Kondisi atau karateristik biologis, geografis, sosial,
ekonomi, politik, budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu wilayah untuk
2004:5).
24/2007).
tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk mendorong pihak-pihak
yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan menghadapi baik bencana
(1) Mencegah dan membatasi jumlah korban manusia serta kerusakan harta
penghidupan korban;
daerah asal bila memungkinkan atau merelokasi ke daerah baru yang layak
tahapan dengan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana,
melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya
guna. Beberapa bentuk aktivitas kesiapsiagaan yang dapat dilakukan antara lain:
bencana,
dasar,
lembaga yang berwenang (UU 24/2007) atau Upaya untuk memberikan tanda
segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang
e) pelayanan kesehatan
publik atau masyarakat sampai tingkat yang memadai pada wilayah pasca bencana
16
dengan sasaran utama untuk normalisasi atau berjalannya secara wajar semua
publik.
tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran dan partisipasi masyarakat
masyarakat kita berharap berkurangnya korban nyawa dan kerugian harta benda.
Dan yang terpenting dari manajemen bencana ini adalah adanya suatu langkah
konkrit dalam mengendalikan bencana sehingga korban yang tidak kita harapan
17
dapat terselamatkan dengan cepat dan tepat dan upaya untuk pemulihan pasca
dan pemerintah atas masalah bencana alam, menciptakan proses perbaikan total
bertumpu pada kearifan lokal yang berbentuk peraturan nagari dan peraturan
daerah atas menejemen bencana. Yang tak kalah pentingnya dalam manajemen
bencana.
Gunung api terbentuk dari adanya magma atau sering disebut sebagailelehan
batu berpijar yang didorong oleh tekanan gas ke atas permukaan tanah. Suhu
panas yang mencapai 6.000oC dan dihasilkan oleh magma tersebut kemudian
Lelehan batu berpijar yang keluar melalui lubang tersebut disebut lahar.
Wiwik Sulistiyorini (2001: 1) menyatakan lahar dan debu yang keluar dari perut
semakin tinggi. Proses inilah yang membentuk gunung api. Secara umum
43) menyimpulkan bahwa gunung api dapat diartikan sebagai kepundan atau
rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya magma atau gas maupun cairan
lainnya. Berikut ini adalah sajian bagan mengenai struktur bumi dan bagian-
bumidapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu inti luar (outer core)
diyakiniberwujud padat.
2) Selimut (Mantle)
padat, Astenosfer berwujud agak kental dan Mesosfer dengan wujud padat.
Lapisan mantel bersifat melindungi bagian yang lebih dalam dari struktur
Lapisan ini berada paling atas dalam struktur bumi dengan tebal rata-
rataantara 10-50 km. Wujud lapisan ini pada umumnya berupa materi-materi
padat. Kerak bumi terdiri dari dua sub lapisan yakni lapisan granitis yang
didominasi oleh batuan granit dan lapisan basaltik yang kebanyakan tersusun
dari materi basalt yang bersifat basa. (Heru Setiawan, 2010: 42)
Gunung api perisai terbentuk oleh aliran magma cair yang encer
sehingga pada waktu keluar dari lubang kepundan, magma meleleh ke semua
19
arahdalam jumlah yang besar dan menutup daerah yang luas. Erupsi
magmayang relatif kecil dan dangkal sehingga dengan sekali erupsi. Setelah itu
tidak ada lagi aktivitas yang terjadi dari gunung tersebut. Bentuk gunung maar
kepundan habis terkiki gas dan meninggalkan lubang besar seperti kubangan.
Meskipun tergolong eksplosif/ meledak, erupsi gunung api maar bersifat lemah.
sebagaian besar tubuh gunung, selanjutnya aktivitas gas yang dominan. Contoh:
Gunung Lamongan.
20
Erupsi gunung api terjadi karena adanya pergerakan magma dari inti
bumi yang menekan keluar menuju permukaan bumi. Magma yang keluar melalui
tersebut bertujuan agar struktur bumi tetap terjaga kestabilannya. Maka dari itu,
tidak heran jika erupsi gunung api disertai dengan kejadian gempa tektonik.
Priambudi (2009: 66) mengatakan ada beberapa gejala umum yang terjadi
sebelum terjadi erupsi gunung api. Gejala-gejala yang sering terjadi sebelum
terjadi letusan gunung antara lain seperti munculnya awan panas, terjadinya
gempa vulkanik lingkungan, adanya suara gemuruh dari perut gunung, dan
banyak sekali gunung api di Indonesia. Tercatat sekitar 127 gunung api dan
sebanyak 76 gunung api yang masih aktif. Salah satu diantaranya adalah Gunung
api Merapi yang merupakan gunung api teraktif di Indonesia bahkan di dunia.
Sulistiyorini (2001: 6-7) membedakan bahaya Gunung Merapi menjadi dua yaitu
bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer adalah bahaya yang
ditimbulkan secara langsung oleh letusan Gunung Merapi, yaitu akibatdari lava,
batu, pasir, dan awan panas yang mengalir, meluncur, atau menyebar dengan
kecepatan tinggi disertai suhu yang amat panas. Dampak dari bahaya ini adalah
banjir lahar dan hujan, yang sifatnya sangat deras. Sehingga apabila terjadi
pembelokan atau peluapan aliran lahar akan menimbulkan bencana di daerah yang
dilewati. Terjadinya banjir lahar dingin ini karena adanya hujan deras di lereng
bagian atas. Selain beberapa kerugian dan ancaman bahaya yang ditimbulkan,
masyarakat.
sebagai berikut.
1) Penyubur Lahan Pertanian, karena semburan benda padat, cair, dan gashasil
tenagalistrik.
tahun sejak erupsi besar tahun 1930 atau 1931 (VEI 3). Secara kronologis, erupsi
22
diawali oleh letusan vulkanian dan menghasil semburan awan panas pada 26
Oktober 2010, pukul 17.02 WIB yang mengarah ke sektor selatan antara Kali
Kuning dan Kali Gendol sejauh 8 km. Awan panas pertama ini menyapu Dusun
termasuk Juru Kunci Merapi, Mbah Marijan. Setelah ituaktivitas erupsi sedikit
membentuk kolom letusan setinggi 10 km dari puncak serta awan panas (aliran
: (1) sifat magma termasuk komposisi kimia, kekentalan,kandungan gas dan air;
(2) struktur dan dimensi pipa saluran magma; dan (3) posisi serta volume kantong
Besarnya suplai magma dari zona yang lebih dalam adalah motor utama
dari aktivitas vulkanis dan yang membuat sistim vulkanis berjalan. Suplai magma
Merapi dari kedalaman terkait dengan sistim tektonik yaitu subduksi oleh
Dalam zona subduksi, pada kedalaman antara 60-150 km, terjadi pelelehan karena
tekanan dan suhu tinggi. Pelelehan tersebut memproduksi magma asal, disebut
23
juga magma primitif. Kedalaman zona pelelehan, tingginya tekanan dan suhu
mempengaruhi jenis atau komposisi kimia magma primitif. Tiga parameter ini
berbeda satu sama lain. Magma primitif akan bermigrasi menuju permukaan yang
digerakan oleh energi permukaan dari cairan hasil lelehan, faktor gravitasi dan
efek tektonik. Dalam proses migrasi magma, sistim tektonik termasuk evolusinya
sistem vulkanis. Dari data kegempaan Merapi, tahun 1991 yang memiliki gempa
vulkanik dari berbagai jenis terlihat bahwa distribusi gempaMerapi lateral tidak
jauh dari garis vertikal puncak Merapi ke bawah dan tidak tersebar luas. Pada
memerlukan medium yang solid dan bisa patah (brittle) sehingga zona yang tidak
terdapat hiposenter dianggap zona yang lembek (duktil) karena pengaruh suhu
magma, dapat disebut sebagai kantong magma atau dapur magma bila ukurannya
lebih besar. Di Merapi terdapat dua zona tampungan magma yang menentukan
24
sifat khas Merapi. Karena letaknya relatif tidak jauh maka kenaikan tekanan di
dapur magma akan menyebabkan aliran magma yang menuju kantong magma di
atasnya memiliki kenaikan tekanan. Dalam hal ini kantong magma berfungsi
sebagai katup bagi magma yang naik ke permukaan. Waktu tenang antar erupsi di
dalam kantong magma. Apabila tekanan melebihi batas ambang tertentu magma
akan keluar dalam bentuk erupsi explosive atau efusif berupa pembentukan kubah
erupsi, bahkan sering di bawah 4 juta m3 yang artinya volume kantong magma
aliran magma cukup lancar sampai permukaan tanpa perlu waktu panjang hanya
Gunung Merapi tersebut telah menimbulkan kerusakan dan kerugian sebesar Rp.
3,557 triliun. Kerusakan dan kerugian terbesar terjadi pada sektor ekonomi
METODE PENELITIAN
25
26
(Andi Prastowo, 2014: 134). Fokus dalam penelitian ini adalah manajemen
Jenis dan rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat di amati. Penelitian kualitatif merupakan
peneliti turun ke lapangan, untuk mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang,
serta mencatat sejumlah dan taraf aktivitas atau situasi tertentu yang ada
kepada pengamat untuk mengamati peristiwa yang terjadi dan apa yang subjek
kerjakan. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi terus
sehingga informan mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti
28
(Sugiyono, 2009: 228). Pengamatan atau observasi lapangan ini dilakukan untuk
3.4.1.2 Wawancara
pewawancara.
lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-
1) Informan Utama
Informan utama adalah informan yang berpengalaman atau merasakan
langsung dampak dari erupsi Gunung Merapi. Informan utama dalam penelitian
2) Informan Pendukung
29
jawaban dan saran dari informan awal (key informant) kemudian dilakukan
dokumen dan lain-lain (Andi Prastowo, 2014: 43). Dokumen digunakan sebagai
meramalkan. Dokumen merupakan setiap bahn tertulis ataupun film yang sudah
ada, tanpa harus dipersiapkan terlebih dahulu karena adanya permintaan dari
seorang penyidik atau peniliti (Lexy J. Moleong, 2010: 216). Data sekunder pada
penelitian ini adalah laporan kegiatan dan arsip yang dimiliki oleh BPBD
observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan lain
1) Human Instrument
penafsir data dan menjadi pelapor hasil dari penelitiannya (Lexy J. Moleong,
2010: 168). Menurut Nasution (1992: 9) dalam Andi Prastowo (2014: 43) peneliti
adalah key instrument atau alat penelitian utama, karena peneliti yang
hanya menggunakan buku catatan. Peneliti memegang peranan utama sebagai alat
gerak muka, serta menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan
setempat.
3) Pedoman Wawancara
digunakan bantuan alat-alat agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan
sebagai bukti telah melakukan proses wawancara. Alat-alat bantu tersebut sebagai
berikut:
3) Alat Perekam
Alat perekam berfungsi untuk merekam semua percakapan yang
4) Lembar Catatan
Lembar catatan berfungsi sebagai media untuk mencatat hasil wawancara
akan menjadi sebuah daftar butir pokok yang berupa kata-kata kunci yang
5) Kamera
adanya foto atau dokumentasi ini, maka keabsahan penelitian akan lebih terjamin,
penelitian,yaitu:
Tahapan kegiatan yang dilakukan pada tahap pra penelitian, antara lain:
Yogyakarta
lain:
33
mempersiapkan diri
2. Melaksanakan penelitian
Tahapan kegiatan yang dilakukan pada tahap analisis data atau pasca
sumber, triangulasi dengan metode dan triangulasi dengan teori (M. Djunaidi
Ghony dan Fauzan Almanshur, 2014: 322). Teknik triangulasi yang sering
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian. Teknik dapat
lainnya.
Menurut Andi Prastowo (2010) dalam Mellysa P. Neldi (2011: 58) teknik
data dimana peneliti menggunakan teknik yang sama untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda (Sugiyono, 2009: 241). Dalam penelitian ini untuk
ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J.
Moleong, 2010: 280). Menurut Sugiyono (2009: 246) analisis data dalam
setelah pengumpulan data dalam periode waktu tertentu. Pada saat wawancara,
35
analisis data sudah dilakukan terhadap jawaban yang diberikan oleh informan.
Apabila jawaban dari informan setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka
yangpokok, memfokuskan dengan hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya,
sehingga data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas
mencarinya bila diperlukan. Catatan lapangan berupa huruf besar, huruf kecil,
dan penting serta membuat kategorisasi berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
yang telah dipahami (Sugiyono, 2009: 249). Dalam penelitian ini penyajian data
bersifat sementara yang akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang
kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, namun apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang
valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan, maka kesimpulan yang
bersifatbaru, yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini dapat berupa
sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau
interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2009: 253). Data yang dikumpulkan
manajemenbencanaberbasismasyarakatdalamupayamitigasibencanagunungberapi
di lerengGunungMerapi Yogyakarta.
DAFTAR PUSTAKA
37